Pernikahan dini adalah pernikahan yang salah satu atau kedua pasangannya berusia di bawah 18 tahun. Menurut Islam, pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitan
Manfaat Penelitian
Kajian Pustaka
Dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Pernikahan Di Bawah Umur Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga, Studi Kasus Masyarakat di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Cijeruk Bogor” yang ditulis oleh Renny Retno Waty tahun 2010 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang penulis dalam artikel ini adalah seorang gambaran teoritis pernikahan di bawah umur dan kesejahteraan dalam rumah tangga dibahas.
Kajian Teori
Dilihat dari rangkuman materi yang ada, terdapat perbedaan dengan apa yang akan penulis teliti yaitu berbeda lokasi dan berbeda pendapat peneliti.20. Dalam skripsi yang berjudul “Pernikahan Dini Dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Keluarga (Studi Hukum Islam Berdasarkan Pandangan Kiai-Kiai Pondok Pesantren Al-Fatah Banjarnegara) yang ditulis oleh Nurul Hasanah pada tahun 2012 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, artikel tersebut membahas tentang bagaimana pernikahan dini pernikahan terjadi.terkait keharmonisan keluarga menurut Kiai-Kiai Pondok Pesantren Al-Fatah tempat penulis melakukan penelitian.21.
Metode Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Jenis Penelitian
- Lokasi Peneitian
- Sumber Data
- Tehnik Pengumpulan Data
Dengan demikian peneliti dapat memperoleh data terkait pernikahan dini menurut jemaah LDII desa Joketro Parang Magetan. Dan selanjutnya dapat diakhiri dengan kesimpulan khusus mengenai pendapat Jemaat LDII tentang pernikahan dini di desa Joketro Parang Magetan.
Sistematika Pembahasan
Pengertian Pernikahan
Abdurrahman Al-Jaziri mengatakan bahwa perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk mewujudkan suatu keluarga yang bahagia, pengertian ini memperjelas pengertian bahwa perkawinan adalah suatu perjanjian. Oleh karena itu, baik laki-laki maupun perempuan yang ingin menikah mempunyai kebebasan penuh untuk menyatakan bersedia atau tidaknya mereka melangsungkan perkawinan. Artinya laki-laki dapat mengendalikan perempuan dengan seluruh bagian tubuhnya untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan.
Sepanjang sejarah, perempuan digambarkan sebagai makhluk yang sekadar pemuas hasrat laki-laki. Dibolehkannya pernikahan dini ini juga terbaca secara implisit pada persyaratan calon calon pengantin.
Dasar Hukum Pernikahan
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan di bawah umur, biasanya berusia di bawah 17 tahun. Baik laki-laki maupun perempuan, belum cukup umur (17 tahun), jika menikah bisa jadi merupakan pernikahan dini. Di Indonesia, perkawinan di bawah umur merupakan hal yang lumrah, tidak hanya di desa namun juga di perkotaan.
Banyak faktor negatif dan positif yang perlu dihadapi apabila berkahwin ketika usia belum cukup tua. Kemudian jika kamu takut tidak berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Ia lebih dekat kepada tidak melakukan kesalahan". 48.
Batas Usia Menikah
Batas Usia Menikah menurut Undang-undang
Pasal 15 ayat 1 Kumpulan Hukum Islam yang mengatur tentang calon pengantin, menyatakan bahwa: “Demi kesejahteraan rumah tangga, hanya calon pengantin yang telah mencapai umur sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 yang dapat melangsungkan perkawinan.” Undang-undang no. 1 Tahun 1974 yaitu calon suami minimal berumur 19 tahun.” Berdasarkan ketentuan Kumpulan Hukum Islam pada Pasal 15 jelas bahwa KHI membatasi umur calon pengantin (calon suami istri) dalam sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diatasnya yaitu dengan Undang-undang Nomor 1974 Pasal 7 ayat 1.51 Dapat disimpulkan bahwa menurut undang-undang umur yang sah adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan, tetapi hanya jika ada calon pengantin.
Batas Usia Menikah menurut Islam
Ulama Syafi'iyyah dan Hanabilah menyatakan: "Anak lelaki dan perempuan dikira baligh apabila mencapai umur 15 tahun." Manakala ulama Hanafi mentakrifkan umur seseorang itu dikira baligh seperti berikut: "Anak lelaki dikira baligh pada umur 18 tahun dan 17 tahun bagi perempuan." Sekumpulan ulama dari golongan Imamiyyah menyatakan. Pertama, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Abu Hanifah mengatakan bahawa kanak-kanak perempuan berumur 9 tahun tertakluk kepada hukum yang sama seperti kanak-kanak berumur 8 tahun, maka dia dianggap masih belum baligh. Ingatlah bahawa perkahwinan adalah akad/akad yang sangat kuat (miitsaqan ghalizan) yang memerlukan semua yang terikat di dalamnya menunaikan hak dan kewajipan dengan penuh keadilan, keharmonian, keharmonian dan keseimbangan.
Perkawinan sebagai salah satu bentuk beban hukum tidak cukup hanya mensyaratkan pubertas (usia sah). Terkait dengan asas kedewasaan dalam menikah, para ulama cenderung tidak membahas secara rinci batasan usia menikah, namun lebih banyak membahas tentang hukum menikahkan anak kecil.52.
Dampak Pernikahan Dini
Dampak Positif Menikah di Usia Dini
Manfaat dari pernikahan dini antara lain memungkinkan remaja untuk melakukan hubungan seksual yang halal menurut agama, halal menurut hukum dan tidak membuat khawatir orang tuanya, serta terhindar dari hamil di luar nikah. Dengan menikah dini, kita sebagai orang tua akan mengatasi seks bebas yang sudah bukan rahasia lagi di lingkungan remaja perkotaan bahkan pedesaan pada masyarakat saat ini. Dampak positif dari pernikahan dini tentunya akan menjadi salah satu solusi terbaik bagi para orang tua, khususnya bagi orang tua yang memiliki anak perempuan.
Kesenjangan usia yang sempit antara orang tua dan anak berarti kesenjangan usia di antara mereka tidak terlalu besar. Dengan demikian, orang tua tetap kuat untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya, sebagaimana anak kelak mampu merawat dan melayaninya.54.
Dampak Negatif Menikah di Usia Dini
Remaja yang melakukan liwath (hubungan sesama jenis) kebanyakan disebabkan oleh faktor-faktor yang menghalanginya untuk menikah dini, seperti nilai mahar yang tinggi dan lain sebagainya. Dari segi psikologis, menurut sosiolog, dari segi sosial, pernikahan dini dapat menurunkan keharmonisan keluarga. Dari penelitian yang dilakukan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Rembang, pernikahan dini pada anak usia sekolah masih tergolong tinggi.
Jumlah anak yang menikah pada usia muda (menikah di bawah usia 17 tahun) masih terus meningkat, meskipun persentasenya naik turun. Namun jika seorang anak melampaui batas perkembangannya, dan juga karena orang tua yang sembarangan dalam memantau tumbuh kembang anak, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Profil Desa Joketro Kecamatan Parang Kabupaten Magetan 1. Kondisi Umum Desa
Jadi seluruh lahan yang ada di Desa Joketro digunakan untuk perumahan, pertanian dan usaha. Sedangkan kondisi umum dan prasarana Desa Joketro akan dijelaskan pada tabel berikut: 59. Iklim Desa Joketro sama seperti desa-desa lainnya di Indonesia yang beriklim kering dan hujan, hal ini berdampak langsung terhadap pola tanam para petani. di Desa Joketro, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.
Praktik dan Varian Pendapat Tokoh Terhadap Pernikahan Dini di Desa Joketro
Dilihat dari data profil desa Joketro diatas, pekerjaan yang paling dominan adalah sebagai petani dan buruh tani, hal ini berdampak pada pendidikan anak, karena sumber daya manusia yang rendah sehingga kurang memperhatikan pendidikan, orang tua lebih besar kemungkinannya untuk menikah. menyuruh anak-anaknya pergi, karena ketika mereka berkeluarga, anak-anak mereka sendiri bisa menjadi dewasa. Ada beberapa bentuk kasus pernikahan dini yang terjadi di Desa Joketro, diantaranya adalah permohonan perceraian ke pengadilan. Banyaknya kasus pernikahan dini yang terjadi di Desa Joketro dilatarbelakangi oleh alasan bahwa mereka sudah saling mencintai dan mempunyai ikatan cinta yang harmonis yang tidak dapat diputuskan, dan jika tidak segera menikah dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah dari pihak keluarga. tetangga, milik mereka.
Selain faktor dominan yaitu saling cinta antar kedua belah pihak, ada faktor lain yaitu kehamilan sebelum menikah. Faktor kemauan laki-laki dan perempuan yang sudah lama menjalin hubungan atau berpacaran mempengaruhi terjadinya pernikahan dini di desa Joketro.
Dampak Pernikahan Dini di Desa Joketro
Pandangan Tokoh dan Jemaat LDII Tentang Pernikahan Dini Namun, keberadaan pernikahan dini bukanlah sesuatu yang aneh.
Pandangan Para Tokoh dan Jamaah LDII Terhadap Pernikahan Dini Adanya pernikahan dini bukan merupakan hal yang asing, tetapi
Adapun alasan menikahnya, pasangan ini menikah atas kemauannya sendiri karena mengira mereka dibesarkan dalam lingkungan yang religius, sehingga mereka memilih menikah di usia muda karena sudah mempunyai impian atau masa depan juga. Saya pikir lebih baik menikah muda daripada menjalin hubungan tanpa ada ikatan resmi dari agama atau negara. Mengenai dampak pernikahan dini di Desa Joketro adalah belum matangnya pasangan suami istri, dimana masih adanya ketergantungan dalam mengatasi permasalahan yang ada. Mengenai pengertian pernikahan dini, menurut Ketua Jemaah LDII kampung Joketro, pernikahan dini tidak menimbulkan permasalahan yang serius, jika pasangan merasa ingin menikah dan mampu maka menikah akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Padahal mereka sebenarnya mengetahui bahwa calon mempelai pria dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang usia minimal 19 tahun dan 16 tahun bagi perempuan untuk menikah, tidak menjadikan tabu bagi remaja di Desa Joketro untuk menikah di usia muda. Karena para tokoh disana berpendapat dan berpandangan bahwa Nabi diperbolehkan menikahkan Aisyah pada saat Aisyah berumur 6 tahun, oleh karena itu remaja di Desa Joketro diperbolehkan menikah pada usia dini.
Menimbang Argumentasi Tokoh dan Jamaah LDII Terhadap Pernikahan Dini di Desa Joketro
Saat melangsungkan pernikahan ini, apakah pelaku pernikahan dini sudah mengetahui tujuan dari pernikahan tersebut? Menyelenggarakan pembinaan materil dan rohani dalam kehidupan berkeluarga dan berkeluarga sebagai upaya mewujudkan keluarga sejahtera dalam rangka pembangunan masyarakat. Apabila belum mampu mengatasi permasalahan yang timbul dalam rumah tangganya, maka hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan perkawinan karena tujuan perkawinan harus sungguh-sungguh dilaksanakan dan didukung oleh berbagai pihak agar terciptanya rumah tangga yang harmonis. utuh. keluarga, menciptakan rasa tenteram, bahagia dan sejahtera, serta penuh rasa tanggung jawab, sehingga perkawinan dapat mewujudkan keluarga bahagia, sakinah, mawadah dan warahmah.
Oleh karena itu, untuk menganalisis penyebab terjadinya pernikahan dini di Desa Joketro menurut fungsionalisme struktural, maka dapat dikatakan bahwa teori ini menekankan pada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan yang terjadi di masyarakat. 71 Keberadaan pernikahan dini yang terjadi di Desa Joketro tidak membuat masyarakat was-was atau was-was - awas, masyarakat menganggap pernikahan dini tidak menjadi masalah selama perilakunya tidak mengganggu kehidupannya. Masyarakat cenderung tidak menganggap perilaku pernikahan dini yang terjadi di desanya sebagai permasalahan serius.
Analisa Sosiologi Hukum Terhadap Praktek Pernikahan Dini di Desa Joketro
Latar belakang masyarakat desa yang mayoritas berprofesi sebagai petani, hal ini menjadikan karakter kehidupan tradisional masih melekat di masyarakat, mereka beranggapan jika setelah tamat sekolah diminta membantu orang tuanya bekerja di sawah, maka tidak ada seorang pun. untuk bekerja di kota besar, masyarakat Orang-orang tua beranggapan bahwa dengan bekerja sebagai petani saja mereka dapat mencukupi kehidupannya sehari-hari. Sehingga mereka tidak harus bersekolah hingga SMA dan pada akhirnya membantu orang tuanya bekerja sebagai petani. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya pernikahan dini di desanya mengakibatkan calon pelaku pernikahan dini tetap melakukan pernikahan.
Meski pihak desa sudah memberikan arahan, namun belum menyadarkan masyarakat bahwa pernikahan dini banyak menimbulkan hal negatif. Masyarakat setempat tidak mengomentari pernikahan dini, bahkan ada yang mendukungnya karena untuk menghindari perzinahan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dampak negatif pernikahan dini timbul dari berbagai aspek, dari segi pendidikan tidak tamat pendidikan tinggi, mayoritas pelaku pernikahan dini adalah lulusan sekolah dasar atau. Dari segi kesehatan, pernikahan dini akan berbahaya jika belum cukup umur dan rahim istri belum kuat untuk mengandung dan melahirkan, serta akan menyebabkan kematian ibu atau anak. Dari segi psikologis, orang yang melakukan pernikahan dini pada umumnya belum mampu mengatasi permasalahan yang ada, dimana emosinya masih sangat labil dan sering meledak, hal ini menimbulkan pertengkaran yang terus menerus.
Menikah di usia yang matang dan matang merupakan suatu cara atau cara untuk mengatasi berbagai pengaruh negatif yang diakibatkan oleh pernikahan dini. Pernikahan Dini dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Keluarga (Studi Hukum Islam pada Pandangan Kiai Pondok Pesantren Al-Fatah Banjarnegara.