ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
(STUDI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA TAHUN 2015- 2017)
Ahmad Haidar [email protected]
Dosen Pembimbing: Drs. Nasikin, Ak., MM.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas dan ukuran KAP terhadap audit delay. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015 hingga 2017 dengan jumlah total observasi 42 perusahaan. Model pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Model analisis data penelitian menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay. Sedangkan ukuran perusahaan, solvabilitas, dan ukuran KAP terbukti tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Kata Kunci: Firm Size, Profitability, Solvability, Auditor Firm Size, Audit Delay
The purpose of this research is to examine the effect of firm size, profitability, solvability, and auditor size on audit delay. The sample used in this study is 12 mining companies listed on the Indonesian Stock Exchange from 2015 to 2017 with a total number of 42 companies observed.
Sampling was conducted by the purposive sampling method. The utilized method of analysis is multiple regression analysis. The result of this study showed that only profitability proxied by Reurn on Asset has negative and significant effect on audit delay. Meanwhile firm size, solvability, and auditor firm size has an insignificant effect on audit delay.
Keywords: Firm Size, Profitability, Solvability, Auditor Firm Size, Audit Delay
PENDAHULUAN
Dengan semakin meningkatnya jumlah entitas (perusahaan) yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka terdapat pula peningkatan kebutuhan atas informasi berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang baik akan menyajikan informasi atas aktivitas dan kinerja perusahaan tersebut. Dalam PSAK Nomor 1 (IAI, 2009) laporan kuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dengan tujuan memberikan informasi berupa posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat untuk pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi dalam hal ini ialah investasi bagi para investor maupun kreditor. Kerangka Konseptual Penyusunan Laporan Keuangan International Financial Reporting Standard (IFRS’s Conceptual Framework for Financial Reporting) membagi menjadi dua karakteristik kualititatif (qualitative characteristic) yang diperlukan untuk dapat menyediakan informasi keuangan yang berguna yaitu relevance (relevansi) dan reliability (dapat diandalkan). Berdasarkan beberapa karakteristik kualitatif tersebut, ketepatan waktu merupakan karakteristik utama dalam mendukung relevansi laporan keuangan (Kieso et al, 2011). Jika laporan tersebut tidak tepat pada wakutnya maka manfaat laporan keuangan akan berkurang.
BAPEPAM (sekarang disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan) telah mengatur ketepatan waktu atau timeliness sendiri dengan menerbitkan keputusan Kep-346/BL/2011 Nomor X.K.2 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik. Disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan dan disampaikan kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Bersamaan dengan peraturan yang sudah diterbitkan, tidak dipungkiri bahwa masih terdapat perusahaan yang bermasalah terkait penyampaian laporan keuangan tersebut. Pada 2016 terdapat 18 perusahaan yang masih belum menyampaikan laporan keuangan auditan untuk tahun buku 2015. Pada tahun 2017 keterlambatan penyampaian laporan keuangan pun masih terjadi pada 17 perusahaan. Dan ditahun 2018 setidaknya terdapat 10 perusahaan yang terlambat dalam penyampaian laporan keuangannya. Keterlambatan yang terjadi dalam publikasi laporan keuangan mengindikasikan masih ada masalah dalam laporan keuangan sehingga memerlukan waktu yang lebih dalam pengauditan. Keterlambatan tersebut dapat dikenakan sanksi administatif berupa denda hingga adanya suspensi.
Dengan diperlukannya laporan keuangan auditan menandakan adanya keterlibatan pihak independen untuk menjembatani antara manajemen dengan pemilik. Hal ini ditimbulkan karna pelimpahan wewenang antara principal (pemilik perusahaan) dengan agent (manajemen)
yang akan membuat perbedaan kepentingan dimana satu sama lain akan bertindak oportunis.
Berdasarkan teori keagenan hal tersebut akan memunculkan biaya keagenan dan perusahaan akan mengurangi biaya keagenan tersebut dengan melibatkan pihak ketiga. Auditor independenlah yang menjadi penghubung antara perusahaan dengan pihak eksternal (Ashton et al., 1987). Adanya tuntutan audit, berarti akan ada waktu yang mana pengerjaan audit itu berlangsung. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor (Subekti & Wijayanti, 2004). Audit delay merupakan rentang waktu antara tahun buku fiskal perusahaan dengan tanggal laporan audit (Ashton et al., 1987).
Ketepatan waktu penyampaian laporan auditan merupakan salah satu kriteria profesionalisme oleh auditor (Abadi et al, 2017). Keterlambatan publikasi informasi menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi laba yang dihasilkan oleh perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi investor serta kreditor. Selain itu, ketepatan waktu (timeliness) penyajian laporan keuangan akan memberikan andil bagi kinerja yang efisien di pasar saham yaitu sebagai fungsi evaluasi dan pricing, mengurangi tingkat insider trading dan kebocoran serta rumor-rumor di pasar saham (Owusu & Ansah, 2000). Hal ini menjadikan informasi yang tertuang dalam laporan keuangan merupakan sinyal yang dikirimkan ke pihak luar untuk pengambilan keputusan.
Peneliti mengambil objek pada perusahaan pertambangan dikarnakan sebagian besar keterlambatan pelaporan sering terjadi pada perusahaan tambang seperti BORN, BRAU, ATPK, CKRA, ENRG, ARTI, TKGA, GTBO. Perusahaan pertambangan sendiri sudah diatur dalam PSAK 33 dan PSAK 64 yang mana sifat dan karakteristik perusahaan pertambangan berbeda dengan sektor industri lain seperti adanya ketidakpastian yang tinggi, biaya investasti yang besar, kerusakan lingkungan, dan menimbulkan kerusakan lingkungan sehingga lebih banyak regulasi yang mengatur daripada industri lain. Selain itu dalam rentan waktu 2015 hingga 2017 keterlambatan pelaporan yang terjadi semakin berkurang.
TELAAH PUSTAKA Teori Agensi
Teori agensi merupakan sebuah teori dimana adanya kontrak antara agent (manajer) dengan principal (pemilik perusahaan) karna adanya pendelegasian wewenang. Principal akan memberikan informasi kepada agent untuk mengelola informasi. Informasi yang sudah dikelola tersebut akan kembali kepada principal guna pengambilan keputusan. Implementasi
dari teori keagenan berupa perjanjian yang berisi proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak (Jensen & Meckling, 1976). Teori agensi ini berusaha menyelesaikan permasalahan terkait dengan keagenan (Yusnaini, 2011) yaitu pengawasan dan pembagian risiko. Dengan kedua pihak yang berhubungan maka akan menyebabkan konflik kepentingan mengingat principal memberikan mandatnya pada agent yang mengakibatkan adanya pemaksimalan utilitas Untuk meminimalisir konflik tersebut principal dan agent sepakat menunjuk pihak ketiga yang independen yaitu auditor (Ross et al., 2009). Dengan adanya pihak yang indepen tersebut, prinsipal memiliki keyakinan besar kepada agent dan dapat mengetahui seberapa baik kondisi perusahaan dibawah pengendalian agent. Teori keagenan di gunakan untuk membantu auditor dalam memahami konflik kepentingan yang muncul antara principal dan agent sehingga diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan yang dapat menimbulkan tenggang waktu proses audit yang berkepanjangan.
Teori sinyal
Teori sinyal merupakan teori yang memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pengguna informasi hal ini dikarnakan perusahaan memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak luar (Ross, 1977). Dalam teori ini, informasi dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak lainnya untuk pengambilan keputusan ekonomi (Scott, 2011). Suatu pengumuman dikatakan mengandung informasi apabila dapat memicu reaksi pasar berupa perubahan harga saham (Owusu & Ansah, 2000). Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pasar lalu pasar akan merespon bagaimana informasi dari perusahaan tersebut sebagai suatu good news atau bad news. Jika good news yang terjadi maka harga saham perusahaan tersebut akan naik, sebaliknya jika bad news maka harga saham akan turun. Audit delay yang semakin panjang menyebabkan pergerakan harga saham yang tidak pasti. Dengan lamanya audit delay maka investor mengartikan adanya bad news sehingga perusahaan belum mempublikasikan laporan keuangannya yang berdampak pada pengumuman harga saham (Widosari, 2012).
Laporan Keuangan
Menurut PSAK nomor 1 (IAI, 2009) laporan keuangan ialah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang bertujuan memberikan informasi berupa posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat untuk pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi bagi para pihak eksternal yaitu investor, kereditor dan pengguna lain
serta memberikan informasi mengenai prospek arus kas untuk membantu investor dan kreditor dalam menilai prospek arus kas bersih perusahaan. Ini ditegaskan juga dalam PSAK tahun 2009 bahwa tujuan laporan keuangan ialah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan serta bentuk pertanggungjawaban manajemen pada penggunaan sumberdaya yang dipercayakan. Informasi dalam laporan keuangan akan bermanfaat apabila memenuhi karakteristik kualitatif yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan konsisten, sesuai pertimbangan cost-benefit dan meterialitas (SFAC No. 2).
Auditing
Auditing bertujuan mengevaluasi kesesuaian informasi yang ada dengan kejadian ekonomi suatu entitas berdasarkan standar yang ditetapkan. Berdasarkan SPAP SA Seksi 110.1 menjelaskan secara umum tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Selain itu, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) juga menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Audit Delay
Menurut Ashton et al (1987) audit delay adalah “the length of time from a company's fiscal year-end to the date of the auditor's report” yang dapat diartikan rentan waktu antara laporan keuangan fiskal perusahaan terhadap laporan keuangan auditan. Rochmah & Fachriyah (2015) mendefinisikan audit delay sebagai rentan waktu antara tanggal laporan keuangan yang diterbitkan setelah diaudit oleh auditor independen dengan tanggal batas akhir menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan peraturan Bapepam-LK. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya setelah batas akhir melaporkan laporan keuangan, berarti perusahaan tersebut mengalami keterlambatan. Audit delay juga dapat disebut sebagai durasi audit. Givoly
& Palmon (1982) mengukur durasi audit berdasarkan tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal laporan auditor.
Dyer & Mchugh (1975) membagi keterlambatan menjadi :
1. Preliminary lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keungan pendahulu oleh pasar modal.
2. Auditor’s signature lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor.
3. Total lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar.
Dapat disimpulkan bahwa audit delay merupakan rentang waktu yang diukur berdasarkan lamanya hari dalam menyelesaikan proses audit oleh auditor independen dari tanggal tutup buku pada tanggal 31 Desember sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor independen
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Ukuran perusahaan merupakan besarnya lingkup atau luas perusahaan dalam menjalankan operasinya. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan (Carslaw & Kaplam, 1991). Owusu (2000) mendapatkan hasil negatif signifikan yang artinya perusahaan besar mengalami audit delay yang lebih pendek dari pada perusahaan kecil, hal ini dikarnakan perusaan besar pada sampel yang didapati sudah berafiliasi menjadi perusahaan multinasional sehingga teknologi yang digunakan sudah lebih modern untuk menghasilakn akun secara tepat waktu. Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan- perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dari pemerintah. Kedua perusahaan besar memiliki internal control yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Pengendalian internal yang baik akan mengurangi kecendrungan kecurangan dalam laporan keuangan (Carslow & Kaplam, 1991). Dengan kecilnya kecurangan yang terjadi, seorang auditor akan menghabiskan waktu yang lebih sedikit dalam melakukan pengerjaan substantive test. Tetapi apabila pengendalian internal klien lemah memberikan dampak audit delay yang semakin panjang karena auditor membutuhkan sejumlah waktu untuk mencari evidential matter yang lebih lengkap dan kompleks untuk mendukung opininya.
Ketiga perusahaan besar memiliki kempuan membayar audit fee yang lebih tinggi untuk auditor menyelesaikan pengauditannya dengan waktu yang relatif lebih singkat (Al-Ajmi, 2008)
Abadi et al (2017) mendapati hasil ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rochmah & Fachriyah (2015); Kurniawan & Laksito (2015);
Kartika (2009); Subekti & Widiyanti (2004). Atas ketidak konsistenan hasil yang didapati pada penelitian terdahulu, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :
𝑯𝟏: 𝑼𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒂𝒖𝒅𝒊𝒕 𝒅𝒆𝒍𝒂𝒚
Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay
Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa profitabilitas dapat digunakan sebagai skala untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan perusahaan apakah baik atau buruk.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Wiagustin (2010) menyatakan rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset atau ekuitas untuk menghasilkan laba bagi perusahaan tersebut atau ukuran efektifitas pengelolaan manajemen perusahaan. Nilai profitabilitas yang tinggi mengindikasikan kinerja manajemen yang baik karena hal tersebut mempengaruhi cepat atau lambatnya manajemen melaporkan kinerjanya.
Hal ini menimbulkan adanya kabar baik dan kabar buruk yang akan diumumkan perusahaan.
Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan mengurangi beban auditor dengan demikian proses audit akan menjadi lebih cepat sedangkan jika adanya kerugian, auditor akan lebih terbebani dikarnaka ada risiko bisnis yang ditanggung yang membuat waktu pengerjaan audit menjadi lebih lama (Widiyastuti, 2016). Teori agensi menjelaskan bahwa pemilik perusahaan (principal) akan berusaha membentuk hubungan kontraktual dengan manajemen (agent) untuk mensejahterakan dirinya sendiri dengan harapan profitabilitas yang selalu meningkat. Oleh karena itu, manajemen harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya dalam pengungkapan informasi agar laba yang dilaporkan lebih tinggi kemudian diikuti dengan audit delay yang semakin pendek (Kurniawan & Laksito, 2015). Selain itu diikuti dengan teori sinyal, perusahaan dengan profitabilitas baik tinggi maupun rendah akan berdampak pada perubahan harga saham akibat dari bad news atau good news yang disampaikan.
Hapsari et al. (2016) mendapati profitabilitas berpengaruh negatif signifikan. Artinya profitabilitas yang tinggi akan membuat audit delay semakin pendek. Dengan kata lain perusahaan akan segera mempublikasikan laporan keuangannya jika mendapatkan profitabilitas yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lenardi &
Widyastuti (2016); Ilhami (2013); Ahmed & Hossain (2010). Berdasarkan teori dan didukung dengan penelitian terdahulu, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :
𝑯𝟐: 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒂𝒖𝒅𝒊𝒕 𝒅𝒆𝒍𝒂𝒚
Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay
Solvabilitas merupakan rasio total hutang atas total aset perusahaan atau sering disebut dengan leverage ratio. Solvabilitas menunjukan total hutang yang digunakan perusahaan dalam membiayai asetnya. Carslaw & Kaplan (1991) berpendapat bahwa proporsi hutang terhadap total aset menandakan kesehatan keuangan perusahaan, tingginya proporsi hutang terhadap aset akan menyebabkan kegagalan dan menambah kekhawatiran auditor yang menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak andal. Tingginya hutang yang dimiliki perusahaan membuat auditor harus berhati-hati dan lebih cermat lagi dalam melakukan proses auditnya. Solvabilitas juga dinilai penting menjelaskan rentang waktu pelaporan keuangan ke publik dalam penelitian Jensen & Meckling (1976) bahwa debt holders menghendaki syarat tertentu dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi aktivitas manajemen dengan menyajikan laporan keuangan lebih cepat dan bersifat rutin guna menilai kinerja finansial manajemen. Carslaw & Kaplan (1991) juga menyebutkan bahwa mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan mengaudit modal. Selain itu auditor akan lebih berhati-hati dalam mengaudit laporan keuangan yang memiliki solvabilitas tinggi, karna akan meningkatkan kecendrungan kerugian (Hersugondo & Kartika, 2013).
Sastrawan & Latrini (2016) mendapati solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay, artinya semakin tinggi tingkat hutang yang dimiliki perusahaan akan membuat proses audit semakin panjang. Hal ini sejalan dengan penelitian Modugu et al, (2012); Alkhatib & Q.
Marji (2012); Rochmah & Fachriyah (2015). Signaling theory menyatakan bahwa informasi yang dihasilkan akan menjadikan bad news atau good news. Adanya kesulitan keuangan dalam sebuah perusahaan bisa dikatakan sebagai bad news. Perusahaan akan menunda penyampaian bad news tersebut karna ditakutkan akan adanya risiko kegagalan dan kebangkrutan.
Berdasarkan uraian tersebut dan penelitian terdahulu maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut
𝑯𝟑: 𝑺𝒐𝒍𝒗𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒂𝒖𝒅𝒊𝒕 𝒅𝒆𝒍𝒂𝒚
Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay
Kantor akuntan publik merupakan sebuah lembaga yang telah memiliki izin dari Mentri Keuangan untuk bernaungnya Akuntan Publik dalam melaksanakan pekerjaannya. Arens et al.
(2003) menyatakan ukuran KAP dapat dikatakan besar apabila KAP tersebut yang berafiliasi dengan Big 4 mempunyai cabang dan jumlah kliennya besar serta memiliki tenaga professional diatas 25 orang. Sedangkan KAP kecil adalah KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4, tidak memiliki kantor cabang, jumlah kliennya kecil dan memiliki tenaga professional dibawah 25
orang. Sudarno (2012) membagi KAP di Indonesia yang yang berafiliasi dengan KAP Big 4 sebagai berikut:
1. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Hans Tuanakotta Mustofa
& Halim; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman Bing Satrio & Rekan.
2. Ernest & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio, Sarwoko & Sandjaja;
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja.
3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan Siddharta Siddharta & Widjaja.
4. PricewaterhouseCoopers (PwC) yang berafiliasi dengan Haryanto Sahari & Rekan;
Tanudiredja, Wibisana & Rekan; Drs. Hadi Susanto & Rekan.
Jika dihubungkan dengan teori agensi, KAP merupakan lembaga yang akan melakukan audit agar agency cost dan asimetri informasi tersebut bisa dikurangi. Mills (1990) berpendapat bahwa audit yang dilakukan oleh auditor independen merupakan suatu pengawasan untuk mengurangi masalah keagenan dan meningkatkan nilai perusahaan serta meningkatkan kepercayaan investor. Bagaimana ukuran KAP cendrung mempengaruhi waktu publikasi laporan keuangan dikarnakan KAP besar memiliki sumber daya untuk memastikan penyelesaian tugasnya tepat waktu (Izedonmi & Ibadin, 2012). Selain itu menurut Utami (2006) KAP besar dapat mengaudit lebih efektif dan efisien karna memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu guna mendapat dorongan untuk menjaga reputasinya. KAP besar pun mendapatkan insentif yang tinggi untuk menyelesaikan audit yang lebih cepat (Modugu, 2012). Profesionalisme dan peralatan yang dimiliki juga lebih baik. Penyelesaian audit lebih efektif dan efisien akan dimiliki KAP besar sehingga audit delay yang terjadi lebih singkat (Lestari & Latrini, 2018). Shockley (1981) menyatakan bahwa auditor yang bekerja pada KAP besar lebih independen.
Pada penelitian yang dilakukan Izedonmi & Ibadin (2012) mendapati hasil bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Artinya semakin besar ukuran KAP yang diproksikan Big 4 dan Non-Big 4 audit delay yang terjadi akan semakin rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Che-Ahmad & Abidin (2008);
Mohamad-Nor et al (2010); Shukeria & Sherliza (2011). Berdasarkan uraian tersebut serta penelitian terdahulu maka peneliti merumuskan hipotesis yaitu:
𝑯𝟒: 𝑼𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏 𝑲𝑨𝑷 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒂𝒖𝒅𝒊𝒕 𝒅𝒆𝒍𝒂𝒚 METODE PENELITIAN
Jenis dan Data Penelitian
Berdasarkan tujuannya maka jenis penelitian ini adalah explanatory research. Explanatory research atau bisa disebut penelitian penjelasan betujuan untuk menguji pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen melalui pengujian hipotesis (Sekaran & Bougie, 2013).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karna data yang diukur dalam angka serta analisis yang menggunakan model matematis dan prosedur statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017. Dengan menggunakan purposive sampling, maka sampel yang didapati sebanyak 42 perusahan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah skunder dimana data berupa laporan keuangan yang didapat berasal dari website resmi BEI www.idx.co.id atau dari website masing-masing perusahaan
Definisi Operasional dan Pengukurannya Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karna adanya variabel lain (variabel bebas). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay. Audit delay diukur berdasarkan lamanya waktu penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai dengan diterbitkannya laporan audit (Ashton et al, 1987); Izedonmi &
Ibadin (2012); (Rusmin, 2017). Sehingga variabel ini diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari.
Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab atau berubah/mempengaruhi suatu variabel dependen baik ke arah positif atau negatif. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala untuk mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset (Carslaw & Kaplan, 1991; Modugu et al., 2012; Kurniawan & Laksito, 2015; Melati &
Sulistyawati, 2016). Penelitian ini memilih perhitungan total aktiva dengan logaritma natural. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari perbedaan rentang angka yang terlalu jauh dengan variabel lain serta agar data penelitian dapat terdistribusi normal.
Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset Perusahaan b. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan aset tertentu dengan membagi total laba dengan total aset. Tingkat profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan proksi ROA atau Return on Asset (Lianto & Kusuma, 2010; Kurniawan &
Laksito, 2015; Melati & Sulistyawati, 2016). Rasio tesebut menggunakan laba bersih tahun berjalan dibagi dengan total aset yang terdapat pada laporan keuangan.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (𝑅𝑂𝐴) = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡× 100%
c. Solvabilitas
Solvabilitas merupakan proporsi hutang yang dimiliki perusahaaan. Dengan kata lain, solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingkat solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan proksi DAR atau Debt to Asset yaitu jumlah total hutang dibagi dengan total aset (Carslaw & Kaplan, 1991; Kurniawan & Laksito, 201; Khoufi & Khoufi, 2018).
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (𝐷𝐴𝑅) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 × 100%
d. Ukuran KAP
Kantor Akuntan Publik merupakan pihak independen yang diberikan wewenang dalam memberikan jasa audit laporan keuangan kepada perusahaan. Dengan memproksikan ukuran KAP berdasarkan Big 4 dan Non Big 4 maka pengukuran yang digunakan ialah variabel dummy yaitu apabila perusahaan menggunakan jasa KAP Big 4 diberi nilai dummy 1 dan jika perusahaan tidak menggunakan jasa KAP Big 4 diberi nilai dummy 0 (Carslaw & Kaplan, 1991; Hossain & Taylor, 1998; Al- Ajmi, 2008; Melati & Sulistyawati, 2016).
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis dengan melakukan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi untuk mendapatkan model yang baik.
HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat distribusi data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi setiap variabel penelitian.
Hasil statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Statistik Deskriptif atas Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Audit Delay 42 22 172 78,619 27,605
Ukuran Perusahaan
42 25,646 31,044 28,251 1,505
Profitabilitas 42 -0,721 0,207 -0,050 0,161
Solvabilitas 42 0,024 0,690 0,437 0,168
(Sumber: data diolah)
Nilai minimum audit delay adalah 22 hari sedangkan maksimum dari audit delay adalah 172 hari. Nilai rata-rata dari variabel audit delay sebesar 78,619 dengan standar deviasi sebesar 27,605. Audit delay tercepat yaitu dengan waktu 22 hari dialami oleh PT DKFT pada tahun 2015, sedangan audit delay terlama terjadi pada PT ATPK pada tahun 2017 yang berlangsung 172 hari. Ukuran perusahaan mempunyai nilai minimum 25,646 dan maksumum 31,044. Nilai rata-rata dari variabel ukuran perusahaan sebesar 28,251 dengan standar deviasi 1,505. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan LN total aset terendah dimiliki oleh PT PKPK pada tahun 2017 dan tertinggi ANTM pada tahun 2015.
Rasio profitabilitas yang diukur berdasarkan ROA memiliki nilai minimum sebesar - 0,721 dan maksimum 0,207. Dengan rata-rata sebesar -0,050 dan standar deviasi sebesar 0,161.
Rasio profitabilitas terendah sebesar -0,721 dimiliki PT MITI pada tahun 2015 dan tertinggi sebesar 0,207 dimiliki PT PTBA pada tahun 2017. Nilai negatif yang timbul dikarnakan perusahaan mengalami kerugian yang dibandingkan dengan total asetnya. Rasio solvabilitas memiliki nilai minimum 0,024 dan maksumum 0,690. Dengan rata-rata sebesar 0,437 dan standar deviasi sebesar 0,168. Solvabilitas terendah dialami oleh PT CKRA pada tahun 2016 sedangkan rasio solvabilitas tertinggi dialami oleh PT RUIS tahun 2015. Variabel ukuran KAP yang diproksikan dengan KAP Big 4 atau Non Big 4 dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy. Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.3 perusahaan yang diaudit dengan KAP Big 4 diberi angka 1 dan Non Big 4 diberi angka 0 mendapati hasil sebanyak 5 perusahaan atau 15 sampel yang diaudit oleh KAP Big 4 atau sebesar 35,7% dari populasi. Dan 9 perusahaan atau 27 sampel yang diaudit oleh KAP Non Big 4 atau sebesar 64,3%.
Tabel 2
Tabel Frekuensi Ukuran KAP
KAP Frekuensi Persentase
Non Big 4 27 64,3%
Big 4 15 35,7%
Total 42 100%
(Sumber: data diolah)
Uji Asumsi Kasik Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah data yang digunakan terdistribusi normal atau tidak. Model yang baik ialah model yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Data tersebut dikatakan terdistribusi normal apabila nilai signifikansinya diatas 0,05. Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan alat One-Sample Kolmogorov Smirnov. Hasil yang didapati atas pengujian tersebut ialah:
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test
Nilai Z 1,006
Sig. 0,264
Kesimpulan Normalitas terpenuhi (Sumber: data diolah)
Berdasarkan data yang diolah, pada Tabel 4.4, diperoleh nilai Z sebesar 1,006 dan signifikansi sebesar 0,264. Nilai tesebut lebih besar dari 0,05 sehingga uji normalitas model regresi terpenuhi.
Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi tersebut dapat dilihat dari nilai tolerance dan Value Infiation Factor (VIF). Model dikatakan terbebas dari ganguan Multiko apabila memiliki nilai tolerance diatas 0,1 dan VIF dibawah 10. Hasil pengujian yang didapat dalam penelitian ini ialah:
Tabel 4. 1
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Kesimpulan
Ukuran perusahaan
0,482 2,073 Tidak terjadi
multikolinearitas
Profitabilitas 0,710 1,408 Tidak terjadi
multikolinearitas
Solvabilitas 0,971 1,030 Tidak terjadi
multikolinearitas
Ukuran KAP 0,534 1,872 Tidak terjadi multikolinearitas (Sumber: data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.5, seluruh variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bawa tidak terdapat multikolinearitas dalam model regresi.
Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain . Dengan menggunakan Uji Glejser, pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi karena tidak ada pengaruh variabel independen terhadap absolut residual. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi persamaan regresi model yang besarnya lebih dari 0,05.
Tabel 4. 2
Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel Sig. Kesimpulan
Ukuran perusahaan 0,491 Tidak terjadi
Heteroskedastisitas
Profitabilitas 0,064 Tidak terjadi
Heteroskedastisitas
Solvabilitas 0,063 Tidak terjadi
Heteroskedastisitas
Ukuran KAP 0,786 Tidak terjadi
Heteroskedastisitas (Sumber: data diolah)
Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1. Autokorelasi muncul dikarnakan observasi yang dilakukan berurutan sepanjang waktu. Uji ini dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (dw) dengan hasil pengujian sebagai berikut:
Tabel 4. 3
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Test
Durbin-Watson 1,909
Du (DW- Table) 1,7202
4-du 2,2798
Kesimpulan Tidak terjadi autokorelasi (Sumber: data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.7 maka dapat disimpulkan nilai du < d < 4-du. Yang artinya model ini tidak terjadi masalah autokorelasi.
Hasil Analisis Regresi Berganda Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel dependen terhadap variabel independen. Nilai koefisien determinasi ditunjukan pada Tabel 4.8
Tabel 4. 8 Koefisien Determinasi
R 0,635
R Square 0,404
Adjusted R Square 0,339
(Sumber: data diolah)
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) yang diperoleh sebesar 0,339. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, dan ukuran KAP terhadap audit delay dapat dijelaskan sebesar 33,9% oleh model regresi dan sisanya dijelaskan dengan faktor-faktor lain diluar model regresi.
Hasil Uji Signifikansi Variabel (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh tiap variabel dependen penelitian terhadap variabel independen dengan membandingkan nilai signifikansi t pada Tabel 4.9 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut merupakan hasil uji t model:
Tabel 4. 4
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel Koefisien β Sig. Kesimpulan Konstanta 157,561
Ukuran perusahaan
-2,803 0,408 Tidak
berpengaruh
Profitabilitas -63,112 0,019 Berpengaruh
negatif
Solvabilitas -1,788 0,679 Tidak
perpengaruh
Ukuran KAP -13,245 0,189 Tidak
berpengaruh (Sumber: data diolah)
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 4.8 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
DELAY = 157,561 - 2,803 (FZ) - 63,112 (PROF) - 1,788 (SOLV) – 13,245 (KAPZ) + ε Keterangan:
DELAY : Audit Delay
FZ : Ukuran Perusahaan PROF : Profitabilitas
SOLV : Solvabilitas KAPZ : Ukuran KAP
ɑ : Konstanta
β1-5 : Koefisien Regresi
ε : Error
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel dependen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama mempengaruhi audit delay. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diketahui bahwa nilai signifikansi uji F model sebesar 0,001 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, dan ukuran KAP secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap audit delay
Pengujian Hipotesis
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, ditemukan bahwa variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset tidak bepengaruh terhadap audit delay. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,408 dan koefisien variabel sebesar -2,803. Karna nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0,05, dengan demikian H1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay ditolak. Nilai koefisien yang negatif menandakan ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan total aset berusaha untuk mengurangi rentang waktu audit delay atau dengan kata lain setiap perusahaan pada sampel berusaha sesegera mungkin melaporkan laporan keuangan auditan.
Dalam pelaksanaan audit yang dikerjakan, pengukuran aset bukanlah menjadi faktor utama yang menyebabkan proses audit tersebut menjadi lebih lama. Permasalahan yang dialami perusahaan, keterlambatan informasi, pemberian data, dan pengalaman auditor bisa menjadi faktor lain yang dapat membuat proses audit memakan waktu menjadi lebih lama.
Apaabila perusahaan mempersulit pekerjaan auditor seperti lamanya pemberian data dan penyampaian informasi yang dibutuhkan, hal tersebut dapat membuat pengerjaan audit menjadi lebih lama. Adanya Standar Profesional Akuntan Publik akan membantu auditor dalam menjalankan prosedur pengauditan yang dilakukan dalam sebuah perusahaan yang mana seberapa besar aset yang dimiliki setiap perusahaan akan diperiksa dengan cara yang sama dikarnakan adanya standar berlaku yang sudah mengatur. Selain itu, setiap perusahaan yang listed di BEI memiliki kemungkinan yang sama dalam menghadapi tekanan atas pengawasan
dari investor maupun regulator oleh sebab itu besar atau kecilnya aset yang dimiliki tidak mempengaruhi audit delay karna investor meminta untuk segera menerbitkan informasi keuangan dan regulator telah mengatur batasan waktu penyampaian laporan keuangan auditan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hossain & Taylor (1998); Haron et al (2006);
Lianto & Kusuma (2010); Modugu (2012); Darmawan & Widhiyani (2017) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi audit delay.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay
Hasil uji pengaruh variabel profitabilitas terhadap audit delay yang diproksikan dengan nilai ROA memiliki nilai koefisien -63,112 dan signifikansi sebesar 0,019. Nilai signifikan yang menunjukan lebih kecil dari 0,05 menandakan bahwa profitabilitas yang diukur berdasarkan ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Koefisien yang negatif mengaindikasikan bahwa semakin tinggi ROA yang dimiliki perusahaan maka perusahaan akan segera menyampaikan laporan keuangannya ke publik guna mengurangi keterlambatan.
Dengan demikian H2 penelitian ini yang menyatakan profitabilitas mempengaruhi audit delay diterima.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Hal ini menjadikan perusaahaan harus mengelola aset atau ekuitasnya secara efektif dan efisien untuk menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi menandakan perusahaan telah mengelola aset atau ekutasnya secara efektif dan efisien yang akan berdampak pada good news untuk pihak eksternal. Perusahaan yang mempunyai good news akan segera melaporkannya kepada pihak eksternal daripada perusahaan yang memiliki bad news (Owusu & Ansah, 2000). Good news yang dihasilkan mendorong perusahaan untuk menekankan kepada auditor agar segera menyelesaikan proses pengauditannya karna adanya tuntutan untuk menyampaikan berita baik tersebut. Berita baik yang dihasilkan juga akan berpengaruh pada pergerakan harga saham yang meningkat yang mana pihak investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut karna investor melihat bagaimana prospek perusahaan kedepannya untuk menanamkan investasinya kepada perusahaan tersebut yang telah dibuktikan dengan tinginya nilai kinerja manajemen yang dilihat berdasarkan ROA. Sementara bagi perusahaan yang mengalami kerugian (bad news), manajemen akan menunda untuk menyampaikannya guna untuk menghindari ketidaknyamanan atas bad news tersebut (Hossain & Taylor, 1998). Dengan perusahaan yang mengalami kerugian tersebut, auditor akan lebih banyak melakukan pengujian substantif sehingga dapat memperpanjang waktu dalam menyelesaikan auditnya. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Al Ajmi (2008); Ahmed & Hossain (2010); Ilhami (2013); dan Hapsaril et al (2016) yang menyatakan profitabilitas mempengaruhi audit delay.
Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, ditemukan bahwa variabel solvabilitas yang diukur berdasarkan DAR tidak mempengaruhi audit delay. Hal ini dibuktikan dengan nilai Sig. Sebesar 0,679 yang mana lebih besar dari 0,05. Nilai koefisien sebesar -1,788 mengindikasikan bahwa besar atau kecilnya DAR yang dimiliki, perusahaan akan tetap berusaha mengurangi renang waktu audit delay. Dengan demikian H3 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa solvabilitas yang diukur berdasarkan Debt to Asset (DAR) mempengaruhi audit delay ditolak.
Kemampuan perusahaan dalam membayarkan hutangnya ternyata tidak signifikan mempengaruhi audit delay. Solvabilitas yang tinggi belum tentu berdampak negatif terhadap kesehatan perusahaan (Puspitasari & Latrini, 2014). Hal ini dikarnakan dalam menilai kesehatan perusahaan tidak hanya diukur berdasarkan rasio solvabilitas saja. Zmijewski (1984) membuat sebuah model untuk memprediksi financial distress dengan melihat beberapa rasio diantaranya ROA, DAR, CR. Selain itu judgment dari auditor pun diperlukan sebagai pertimbangan dalam menerbitkan opini dan going concern sebuah perusahaan yang dilihat berdasarkan kesehatan perusahaan tersebut. Kesehatan perusahaan dapat diartikan bad news apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan tidak akan terjadi apabila perusahaan bisa mengelola hutangnya dengan baik. Dengan laporan keuangan tersebut, perusahaan bertujuan untuk menunjukan kinerjanya dan kemampuan melunasi hutangnya kepada kreditor. Hutang yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi lamanya penyelesaian audit dikarnakan ketika saldo hutang perusahaan tinggi, bisa saja saldo tersebut terkait dengan beberapa kreditor atau sebaliknya dimana saldo hutang yang rendah tetapi melibatkan banyak kreditor sehingga auditor memerlukan penelaahan yang lebih (Lienardi & Widyastuti, 2016) Dengan adanya prosedur yang ditetapkan dalam SPAP maka auditor dalam melaksanakan proses pengauditan hutang baik tingkat hutang yang rendah atau yang tinggi akan sama-sama akan menyediakan waktu yang sesuai dengan kebutuhan untuk menyelesaikan pengauditannya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hossain & Taylor (1998); Türel
& Tuncay (2013); Modugu et al (2012); Hariza et al. (2012); Eksandy (2017) yang menyatakan bahwa solvabilitas tidak mempengaruhi audit delay.
Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay
Hasil yang didapati dari uji statistik variabel ukuran KAP yang diproksikan dengan Big 4 dan Non Big 4 memiliki nilai koefisien -13,245 dan signifikansi sebesar 0,189. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukan bahwa variabel ukuran KAP yang diproksikan dengan KAP Big 4 dan Non Big 4 tidak signifikan terhadap audit delay. Nilai koefisien negatif mengindikasihkan bahwa baik KAP Big 4 atau Non Big 4 sama-sama berusaha mengurangi waktu audit delay. Dengan demikian H4 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay ditolak.
Kantor Akuntan Publik merupakan sebuah lembaga yang ditugaskan untuk memberikan jasa audit atas laporan keuangan yang mana laporan keuangan yang sudah diaudit tersebut menjadi informasi yang ditujukan kepada pihak eksternal. Dalam pelaksanaannya setiap KAP akan berusaha menjalankan tugasnya dengan efektif dan efisien. Hal ini dikarnakan adanya peruaturan OJK yang mengharuskan perusahaan untuk menerbitkan laporan keuangan yang diaudit tepat pada waktunya. Selain itu adanya standar yang sudah mengatur yaitu Standar Profesional Akuntan Publik, maka baik KAP Big 4 atau Non Big 4 akan melaksanakan prosedur pengauditaannya mengikuti standar yang berlaku. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa audit delay tercepat pada PT DKFT selama 22 hari dimana perusahaan tersebut diaudit olah KAP Non Big 4. Sementara itu pada PT SMMT, audit delay yang terjadi selama 90 hari yang mana perusahaan tersebut diaudit oleh KAP Big 4. Sehingga tidak ada jaminan bahwa KAP Big 4 akan melaksanakan auditnya lebih cepat dari Non Big 4. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Carslaw & Kaplan (1991); Hossain & Taylor (1998);
Izedonmi & Ibadin (2007); Al Ajmi (2008); Lestari & Latrini (2018) yang menyatakan bahwa ukuran KAP tidak mempengaruhi audit delay.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian tersebut ditemukan bahwa hanya profitabilitas yang berpengaruh terhadap audit delay. Tingkat profitabilitas yang diukur berdasarkan ROA mengindikasikan bahwa perusahaan telah efektif dan efisien dalam menjalankan operasinya.
ROA yang dihasilkan tersebut menjadikan sebuah sinyal baik bagi pihak eksternal. Dengan adanya good news tersebut maka perusahaan akan sesegera mungkin untuk menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit guna meningkatkan nilai perusahaan yang tercerminkan melalui meningkatnya harga saham. Sementara itu variabel ukuran perusahaan, solvabilitas, dan ukuran KAP tidak signifikan mempengaruhi audit delay. Hal ini dimungkinkan karna setiap perusahaan yang listed mendapatkan tekanan yang sama dalam hal melaporkan laporan
keuangannya baik dari investor maupun regulator. Tinggi rendahnya aset dan rasio hutang yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi kinerja auditor. Setiap auditor akan melakukan pengerjaan auditnya berdasarkan standar yang berlaku artinya perusahaan dengan nilai aset dan/atau rasio hutang yang tinggi maupun rendah akan mendapatkan perlakuan pengauditan yang sama sesuai dengan standar. Selain itu penelitian ini membuktikan bahwa ukuran KAP yang diprokskan dengan Big 4 dan Non Big 4 tidak berpengaruh terhadap audit delay yang terjadi pada perusahaan.
Daftar Pustaka
Ahmad dan Kamarudin. (2003). “Audit Delay and Timeliness of Corporate Reporting:
Malaysian Evidence”. Proceeding Hawaii Interrnational Conference on Business.
Hawaii.
Abadi, Givari Meidia Wahyu., Tugiman , Hiro., Vaya Juliana Dillak. (2017). “Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Opini Audit Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Emiten Sub Sektor Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2015)”.
e-Proceeding of Management : Vol.4, No.1
Ahmed, Alim Al Ayub dan Hossain, Md. Shakawat. (2010). “Audit Report Lag: A Study of the Bangladeshi Listed Companies”. ASA University Review, Vol. 4 No. 2
Al-Ajmi, Jasim. (2008). “Audit and reporting delays: Evidence from an emerging market”.
Advances in International Accounting 24: 217–226.
Alkhatib,K., dan Marji, Q. (2012). “Audit Reports Timeliness: Empirical evidence from Jordan”. Procedia-Social and Behavioral Sciences,Vol. 62 (2012) pp. 1342-1349
Angruningrum, Silvia dan Wirakusuma, Made Gede. (2013). “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Kompleksitas Operasi, Reputasi Kap Dan Komite Audit Pada Audit Delay”.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 : 251-270
Arens, Alvin A, James L. Loebbecke. (2003). Auditing Pendekatan Terpadu Edisi Indonesia.
Salemba Empat: Jakarta.
Arens, Alvin A. (2010). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach Thirteenth Edition .New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Arens, Alvin A., Elder, dan Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi Jilid 1 Edisi 12. Jakarta: Erlangga.
Arens, Alvin A., Elder, dan Beasley. (2010). Auditing and Assurance Services: An Intergrated Approach Thirteenth Edition. Jakarta: Erlangga.
Ashton, Robert H. , John J. Willingham dan Robert K. Elliott. (1987). “An Empirical Analysis of Audit Delay”. Journal of Accounting Research, Vol. 25, No. 2, pp. 275-292
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM LK). Keputusan Ketua BAPEPAM LK No. KEP-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
Bapepam-LK. (2011). Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 - Keputusan Ketua Bapepam Nomor:
KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik. Jakarta: Bapepam.
Boynton William C, Raymond N.
Johnson, Walter G. Kell. (2006). “Modern Auditing: Assurance Services and Integrity of Financial Reporting” Jilid 1: Edisi 7. Jakarta. Erlangga.
Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. (2009). Fundamentals of FinancialManagement, 12th edition. Mason :South-Western Cengage Leaning
Carslaw. C.A.P.N dan Steven E. Kaplan. (1991). “An Examination of Audit Delay : Further Evidence from New Zealand”. Acccounting and Business Research Vol.22.
Che-Ahmad, A. & S. Abidin. (2008). “Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia.
International Business Research”. Vol. 1 (4) pp. 32-39.
Darmawan, I Putu Yoga dan Widhiyani, Ni Luh Sari. (2017). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kompleksitas Operasi Perusahaan Dan Komite Audit Pada Audit Delay”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.21.1.
Dyer, J. C. And McHugh, A. J. (1975). “The Timeliness of The Australian Annual Report”.
Journal of Accounting Research 13.
Eksandy, Arry. (2017). “Pengaruh Ukuran Perushaan, Solvabilitas, Profitabilitas Dan Komite Audit Terhadap Audit Delay (Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2015)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1, No.2
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Giroux, Gary dan McLelland, Andrew J. (2000). “An EmpiricalAnalysis of Auditor Report Timing by Large Municipalities ”. Journal of Accounting and Public Policy . Vol 19.
Hal 263-281 Texas: Texas A&M University
Givoly, D., and D. Palmon. (1984). “Timeliness of Annual Earning Announcement, Some Empirical Evidence”. The Accounting Review 57: July.
Halim, Varianada. (2000). ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi 2(1):63-75.
Hapsari, Adlina Nindra., Putri, Negina Kencono., Arofah, Triani. (2016). “The Influence Of Profitability, Solvency, And Auditor’s Opinion To Audit Report Lag At Coal Mining Companies”. Binus Business Review, 7(2) : 197-201
Hariza,Wahyuni dan Maria W. (2012). “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag (Studi Empiris Pada Emiten Industri Keuangan Di BEI)”. Jurnal Akuntansi Universitas Jember.
Haron, H.B dan E Subroto, 2006, “Analysys of Influence Audit Delay (empirical Study at Public Companies in Indonesia)”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Hersugondo & Kartika, A. (2013). “Prediksi Probabilitas Audit Delay dan Faktor Determinannya. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi”. No.35 pp. 121.
Hossain, Monirul Alam dan Taylor, Peter J. (1998). “An Examination of Audit Delay: Evidence from Pakistan” Draft: February
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 : Penyajian Laporan keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Ilhami, M., F. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah tahun 2008-2011. Skripsi. Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Indopremier. (2018). Tunggak Laporan Keuangan, BEI Hentikan Sementara Perdagangan 10 Saham. Artikel diakses tanggal 24 Juli 2018 dari https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=Tunggak_Laporan_Keuan gan__BEI_Hentikan_Sementara_Perdagangan_10_Saham&news_id=92179&group_ne ws=IPOTNEWS&news_date=2018-07-
02&taging_subtype=REGULATIONS&name=&search=y_general&q=peraturan+bursa
%2C+&halaman=1
Iskandar, M. J., Trisnawati, E. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12(3), 175-186.
Izedonmi, Famous dan Ibadin, Peter Okoeguale. (2012). “Audit Delay Determinants in Quoted Companies: Empirical Evidence from Nigeria”. The Pakistan Journal of Social Issues Volume 3
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. (1976). “Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economic 3(4):305-360
Jusup, Al. Haryono. (2001). Auditing (Pengauditan). Buku I Cetakan Pertama. Yogyakarta:
STIE YKPN.
Kartika, Andi. (2009). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Lq 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta)”.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2009, Hal. 1 - 17 Vol. 16, No.1
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D (2011). Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition. United States of America : Wiley. Kieso, D. E., Weygrandt, dan Warfield, T. D. 2011. “Intermediate Accounting” Vol.1 : IFRS Edition. Hoboken, USA: John Wiley & Sons.
Kurniawan, Anthusian Indra & Laksiro, Herry. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Lq 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2013). Diponegoro Journal Of Accounting.
Vol 4 Nomor 3
Lestari, Ni Luh Ketut Ayu Sathya dan Latrini, Made Yenni. (2018). “Pengaruh Fee Audit, Ukuran Perusahaan Klien, Ukuran Kap, dan Opini Auditor Pada Audit Delay”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.24.1 : 422-450
Lianto, N., dan Kusuma, B. H. (2010). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2: 97-106.
Lienardi, Vega dan Widyastuti, Theresia Dian. (2016). “Analisis Pengaruh Persentase Kepemilikan Asing, Latar Belakang Pendidikan Komite Audit, Ukuran Kap, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Dan Solvabilitas Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Perusahaan Pertambangan Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011- 2015)”.
Melati, Liki dan Sulistyawati, Ardiani Ika. (2016). “Audit Delay Pada Perusahaan Pertambangan: Analisis Dan Faktor-Faktor Penentunya”. Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 5 No. 1, Hal. 37 - 56
Modugu, Prince Kennedy., Eragbhe, Emmanuel., Ikhatua, Ohiorenuan Jude. (2012).
“Determinants of Audit Delay in Nigerian Companies: Empirical Evidence”, Research Journal of Finance and Accounting Vol.3 No.6 2012.
Mohamad-Nor, Mohamad Naimi., Shafie, Rohami dan Wan-Hussin, Wan Nordin., (2010).
“Corporate Governance And Audit Report Lag In Malaysia”. AAMJAF Vol. 6, No. 2, 57–84
Nindyta, D., S. & Murtedjo. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Kantor Akuntan Publik, dan Komite Audit terhadap Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur di BEI periode 2009-2012. Tesis. Universitas Bina Nusantara. Jakarta Owusu-Ansah, Stephen. (2000). “Timeliness Of Corporate Financial Reporting In Emerging
Capital Markets: Empirical Evidence From The Zimbabwe Stock Exchange”.
Forthcoming in Accounting & Business Research, Vol. 30, No. 3
Pasopati, Giras. (2016) Telat Sampaikan Lapkeu, BEI Suspensi Saham 18 Perusahaan. Artikel
diakses pada tanggal 24 Juli 2018 dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160630145045-92-142141/telat-sampaikan- lapkeu-bei-suspensi-saham-18-perusahaan
Rochmah dan Fachriyah . (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Vol 3, No 2:
Semester Genap
Ross, Stephen A. (1977). “The Determination of Financial Structure: The Incentive-Signalling Approach”. The Bell Journal of Economics Vol. 8, No. 1 pp. 23-40
Ross, Westerfield, dan Jordan. (2009). Pengantar Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Rusmin, John Evans. (2017). " Audit quality and audit report lag: Case of Indonesian listed companies ". Asian Review of Accounting, Vol. 25 Iss 2
Santoso, S. (2014). Statistik Parametrik Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sastrawan, I Putu dan Latrini, Made Yenni. (2016). “Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur”.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.17.1.
Scott, R. William. 2011. Financial Accounting Theory. Pearson; 6 edition
Sekaran, Uma dan Bougie R. (2013). Research Methods For Business A Skill Building Approach. USA: John Willey & Sons, Inc.
Shockley, R.A. (1981). Perceptions of Auditors’ Independence: An Empirical Analysis .The Accounting Review, 55, 4, 785-800
Shukeria, Siti Norwahida dan Sherliza Puat, Nelson. (2011). “Timeliness of Annual Audit Report: some empirical evidence from Malaysia”.
Subekti, Imam dan N.W. Widiyanti. (2004). “Faktor - Faktor Yang Berpengaruhi Terhadap Audit Delay di Indonesia”. Simposium nasional Akuntansi VII:991 - 1002.
Sugianto, Danang. (2017). 17 Saham Disuspensi Sekaligus, dari BTEL hingga ENRG. Artikel diakses pada tanggal 24 Juli 2018 dari https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d- 3546389/17-saham-disuspensi-sekaligus-dari-btel-hingga-enrg
Sunyoto, D. (2014). Auditing (Pemeriksaan Akuntansi). Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service.
Tiono, Ivena dan Jogi, Julius C. (2013). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag di Bursa Efek Indonesia”. Business Accounting Review Vol 1 No 3. Surabaya:
Universitas Kristen Petra.
Ukago, K. (2004). Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Bukti Empiris Emiten di Bursa Efek Jakarta). Semarang: Universitas Diponegoro.
Wirakusuma, Made Gede. (2004).“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu penyajian Laporan Keuangan Ke Publik (Studi Empiris Mengenai Keberadaan Divisi Internal Audit Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”.
SNA VII.
Wirakusuma, Made Gede. (2006). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan Kepada Publik”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 1(1):h: 52- 74.