• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Abstrak"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK ANGIN DI KOTA AMBON Diana Julaidy Patty*),Richard. R. Lokollo**)

Abstrak

Kota Ambon sebagai Ibu Kota Propinsi Maluku dalam pengembangan wilayahnya yang terfokus pada upaya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) di hadapkan pada permasalahan terkait penentuan lokasi dengan kekuatan energi angi. Energi angin merupakan salah satu energi alternatif yang telah banyak dimanfaatkan masyarakat dunia, mengingat makin minimnya kandungan minyak bumi dan batu bara. Dalam penelitian ini, sebagai studi awal akan dikaji energi angin sebagai energi alternatif pada beberapa tempat berbeda. Ada daerah-daerah yang tidak berangin sepanjang waktu, tetapi dapat dijadikan energi alternatif hanya pada musim tertentu. Pulau ambon memiliki karakteristik angin yang berbeda pada musim timur. Angin muson ini juga mempengaruhi fluktuasi kuantitas energi yang dihasilkan. Dari hasil penelitian menunjukkan pada daerah Air Salobar kecepatan angin cukup fluktuatif pada pukul 14.00 dengan daya maksimum 602,59 watt; Gunung nona kecepatan angin cukup fluktuatif pada pukul 16.00 dengan daya maksimum 1943,70 watt; dan desa Poka Kecepatan angin cukup fluktuatif pada pukul 12.00-15.00 wit denga daya maksimum 1106,96 watt..

Kata kunci: Energi Angin, Angin Musiman, Daya.

I. PENDAHULUAN Wilayah Maluku terletak dikawasan Indonesia

Timur yang terdiri dari ratusan pulau kecil Yang diperkirakan 60% atau 150 juta dari

penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir.

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan energi listrik didaerah meningkat. Upaya diversifikasi pembangkit listrik dengan sumber energi alternatif ramah lingkungan menjadi hal yang penting. Energi didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Energi juga merupakan suatu besaran yang dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain.

Penelitian sebelumnya mencoba untuk menentukan daerah-daerah yang memiliki potensi sumber energi angin di wilayah Sulawesi (Toli-toli, Kayuwatu, Majene, Makassar, Gorontalo, Kendari, Naha) dan Maluku (Tual, Saumlaki, Bandanaeira, Ambon, Ternate) dengan menggunakan data arah dan kecepatan angin harian periode tahun 2003-2008.

Pusat tenaga angin sebagian besar di maluku berkisar antara 2 m/s – 3 m/s Dari hasil kajian dapat direkomendasikan 4 (empat) lokasi yang potensial untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin yaitu di Tual, Naha, Saumlaki, dan Bandaneira dengan potensi energi angin yaitu berkisar antara 3455,8 s/d 11861,4 watt day/tahun. Dari keempat lokasi tersebut, Tual merupakan lokasi yang paling berpotensi untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin (Habibie,dkk.2011).

Di Indonesia, kecepatan angin berkisar antara 2 m/s– 6 m/s. Dengan karakteristik seperti itu, indonesia dinilai cocok untuk menggunakan pembangkit listrik tenaga angin skala kecil (10kW) dan menengah (10- 100kW); untuk penggunaan energi seperti lampu, pompa air, alat-alat elektronik, dan lain-lain (Rachman, 2012). Dalam penelitian ini, dikaji energi angin sebagai energi alternatif pada musim timur. Ada

daerah-daerah yang tidak berangin sepanjang waktu, tetapi dapat dijadikan energi alternatif hanya pada musim tertentu. Pulau ambon memiliki karakteristik angin yang berbeda pada musim timur.

II. KAJIN TEORI

Energi angin yang tersedia di Indonesia ternyata belum dimanfaatkan sepenuhnya sebagai energi alternatif. Angin selama ini dipandang sebagai proses alam biasa yang kurang memiliki nilai ekonomis bagi kegiatan produktif masyarakat. Pengembangan sumber energi alternatif ngin sangat cocok di Indonesia terutama di laut, mengingat wilayah laut Indonesia cukup luas dan di laut energi angin sangat besar jumlahnya. Oleh sebab itu studi potensi angin pada lokasi yang mempunyai potensi merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan sebelum diputuskan untuk pengembangan energi angin (Klara,dkk. 2013).

Energi angin merupakan suatu energi kinetis atau energi akibat kecepatan angin dan selanjutnya energi kinetis. Energi tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut :

) 1 ..(

...

...

...

...

2 .

1

2

joule V m E

Dimana :

E adalah energi kinetis (joule) m adalah massa udara (kg) v adalah kecepatan angin (m/s).

Jika suatu blok udara yang mempunyai penampang A

)

( m

2 dan bergerak dengan kecepatan v (m/s). maka jumlah massa udara yang mengalir tiap detik adalah :

*)Diana J Patty ; Dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Unpatti

**) Richard R Lokollo; Dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Unpatti

Abraham kalalimbong; Dosen Program Studi TeknikSipil Fakultas Teknik UNPATTI

(2)

) 2 .(

)...

/ ( .

. V p kg s

A m

Selanjutnya didapatkan energi yang dihasilkan persatuan waktu adalah ;

) 3 .(

...

...

...

)...

3 ( 2 . 1

/

watt V A P

waktu satuan E P

Hasil konversi energi angin yang sesuai dengan kebutuhan untuk pembangkit listrik, sangat ditentukan oleh kecepatan angin dengan tabulasi angka yang sesuai sebagaimana tertera pada tabel 1.

Energi diperlukan sekali oleh masyarakat yang sudah maju dalam jumlah yang besar dan dengan biaya serendah mengkin.

Angin merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi mekanik atau listrik melalui suatu konversi yang dinamakan Sitem Konfersi Energi Angin (SKEA) (Soeripno MS dkk, 2009).

III. METODE PENELITIAN

Pengambilan data dilakukan selama 2 hari pada 3 tempat yang berbeda yakni di desa Air Salobar dan Gunung Nona dan desa poka. Analisis data menggunakan persamaan 1, 2 dan 3 untuk mendapatkan daya yang maksimal untuk menggerakan turbin.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam kajian ini diolah data dari 3 lokasi penelitian di kota Ambon. Hasilnya ditunjukkan dalam tabel 2- 4. Kecepatan angin per jam pada 3 lokasi penelitian yakni pada lokasi air salobar, Gunung Nona dan Poka.

T abel 2. Air Salobar Jam Kecepatan

angin (m/s)

Energi Kinetis (Joule)

Daya (watt)

9 1.66 94.53 94.53

10 1.36 58.91 58.91

11 2.63 421.43 421.43

12 1.78 130.89 130.89

13 2.65 429.49 429.49

14 2.96 602.59 602.59

15 1.53 83.20 83.20

16 2.11 213.73 213.73

17 1.85 146.12 146.12

18 1.91 162.50 162.50

19 1.75 123.68 123.68

20 1.21 41.56 41.56

21 1.35 56.78 56.78

1.6 1.366666667

2.633333333

1.783333333 2.65

2.966666667

1.533333333

2.1 1.85 1.916666667 1.75 1.216666667

1.35

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

v (m/s)

t (s)

Gambar 2. Grafik kecepatan angin per jam pada Air Salobar (10 kaki diatas permukaan laut) Pada gambar 2, maka kecepatan angin tertinggi adalah pada jam 14.00. sedangkan nilai energi minimum yang didapatkan adalah 41.56538588 watt dan energi maksimum adalah 602.5918354 watt . energi tersebut tergolong energi lemah dan dapat digunakan untuk menggerakan kincir angin rumahan.

Berbeda dengan daerah pesisir pantai, kecepatan angin pada pegunungan cukup besar yakni 1,6 – 4,3 m/s. Seperti yang terdapat pada tabel 8.

2064 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 11 Nomor 2, 2014; 2063 - 2066

(3)

Tabel 3. Gunung Nona Jam Kecepatan

angin (m/s)

Energi Kinetis (Joule)

Daya (watt)

9 2 184.63 184.63

10 2.93 582.50 582.50

11 2.18 240.20 240.20

12 2.45 339.40 339.40

13 3.2 756.25 756.25

14 3.75 1217.05 1217.05

15 3.98 1458.67 1458.67

16 4.38 1943.70 1943.70

17 3.55 1032.52 1032.52

18 2.63 421.43 421.43

19 2.31 286.95 286.95

20 1.76 127.28 127.25

21 1.63 100.56 100.58

Gambar 3. Grafik kecepatan angin per jam di Gunung Nona (500 kaki diatas permukaan laut)

Pada gambar 3, terlihat bahwa kecepatan angin tertinggi adalah pada jam 16.00. Dan pada tabel 3, nilai energi minimum yang didapatkan adalah 100.5638 watt dan energi maksimum adalah 1943.706 watt .energi tersebut cukup besar dan dapat di gunakan untuk menggerakan kincir angin rumahan.

Sedangan pada desa poka, kecepatan angin yang di hasilkan per jam dapat dilihat pada tabel 9.

T abel 9. Poka (Leb Fisika Lantai 4) Jam Kecepatan

angin (m/s)

Energi Kinetis (Joule)

Daya (watt)

9 1.4 63.32 63.32

10 2.58 397.88 397.88

11 3.4 907.09 907.09

12 3.63 1106.96 1106.96

13 3.45 947.70 947.70

14 3.41 920.50 920.50

15 3.53 1018.05 1018.05

16 3.06 665.60 665.60

17 3 623.13 623.13

18 1.91 162.50 162.50

19 1.45 70.35 70.35

20 0.866 15.02 15.02

21 0.26 0.43 0.43

Gambar 4. Grafik kecepatan angin per jam di desa Poka (10 kaki diatas permukaan laut).

Dari data yang terdapat pada tabel 3, nilai energi minimum yang diperolah adalah 0.437646224 watt dan energi maksimum adalah 1106.96201 watt.

Energi tersebut cukup besar dan dapat di gunakan untuk menggerakan kincir angin rumahan.

Dari hasil penelitian pada 3 lokasi penelitian seperti yang terlihat pada tabel 2- 4 diatas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin per jam berada dalam tingkatan sedang karena hanya berkisar antara 0,2 – 4,3. Jika data penelitian kecepatan angin direkam secara real time dengan data yang cukup memadai, dapat dilihat tempat yang memiliki kecepatan angin yang stedy dan memenuhi syarat untuk menggerakan kincir angin rumahan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA). Kecepatan angin yang paling fluktuatif dari 3 lokasi penelitian ini adalah pada daerah gunung nona dengan kecepatan angin 4,3.

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai data awal untuk penelitian lanjutan.

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian menunjukkan pada daerah Air Salobar kecepatan angin cukup fluktuatif pada pukul 14.00 dengan daya maksimum 602,59 watt; Gunung nona kecepatan angin cukup fluktuatif Diana J Patty Richard R Lokollo; Analisis Karakteristik Angin Di Kota Ambon 2065

Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar

Koefisien Konveksi Oven Rumah Tangga Tabel 3. Gunung Nona

Jam Kecepatan angin (m/s)

Energi Kinetis (Joule)

Daya (watt)

9 2 184.63 184.63

10 2.93 582.50 582.50

11 2.18 240.20 240.20

12 2.45 339.40 339.40

13 3.2 756.25 756.25

14 3.75 1217.05 1217.05

15 3.98 1458.67 1458.67

16 4.38 1943.70 1943.70

17 3.55 1032.52 1032.52

18 2.63 421.43 421.43

19 2.31 286.95 286.95

20 1.76 127.28 127.25

21 1.63 100.56 100.58

Gambar 3. Grafik kecepatan angin per jam di Gunung Nona (500 kaki diatas permukaan laut)

Pada gambar 3, terlihat bahwa kecepatan angin tertinggi adalah pada jam 16.00. Dan pada tabel 3, nilai energi minimum yang didapatkan adalah 100.5638 watt dan energi maksimum adalah 1943.706 watt .energi tersebut cukup besar dan dapat di gunakan untuk menggerakan kincir angin rumahan.

Sedangan pada desa poka, kecepatan angin yang di hasilkan per jam dapat dilihat pada tabel 9.

T abel 9. Poka (Leb Fisika Lantai 4) Jam Kecepatan

angin (m/s)

Energi Kinetis (Joule)

Daya (watt)

9 1.4 63.32 63.32

10 2.58 397.88 397.88

11 3.4 907.09 907.09

12 3.63 1106.96 1106.96

13 3.45 947.70 947.70

14 3.41 920.50 920.50

15 3.53 1018.05 1018.05

16 3.06 665.60 665.60

17 3 623.13 623.13

18 1.91 162.50 162.50

19 1.45 70.35 70.35

20 0.866 15.02 15.02

21 0.26 0.43 0.43

Gambar 4. Grafik kecepatan angin per jam di desa Poka (10 kaki diatas permukaan laut).

Dari data yang terdapat pada tabel 3, nilai energi minimum yang diperolah adalah 0.437646224 watt dan energi maksimum adalah 1106.96201 watt.

Energi tersebut cukup besar dan dapat di gunakan untuk menggerakan kincir angin rumahan.

Dari hasil penelitian pada 3 lokasi penelitian seperti yang terlihat pada tabel 2- 4 diatas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin per jam berada dalam tingkatan sedang karena hanya berkisar antara 0,2 – 4,3. Jika data penelitian kecepatan angin direkam secara real time dengan data yang cukup memadai, dapat dilihat tempat yang memiliki kecepatan angin yang stedy dan memenuhi syarat untuk menggerakan kincir angin rumahan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA). Kecepatan angin yang paling fluktuatif dari 3 lokasi penelitian ini adalah pada daerah gunung nona dengan kecepatan angin 4,3.

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai data awal untuk penelitian lanjutan.

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian menunjukkan pada daerah Air Salobar kecepatan angin cukup fluktuatif pada pukul 14.00 dengan daya maksimum 602,59 watt; Gunung nona kecepatan angin cukup fluktuatif Diana J Patty Richard R Lokollo; Analisis Karakteristik Angin Di Kota Ambon 2065

Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar

Koefisien Konveksi Oven Rumah Tangga Tabel 3. Gunung Nona

Jam Kecepatan angin (m/s)

Energi Kinetis (Joule)

Daya (watt)

9 2 184.63 184.63

10 2.93 582.50 582.50

11 2.18 240.20 240.20

12 2.45 339.40 339.40

13 3.2 756.25 756.25

14 3.75 1217.05 1217.05

15 3.98 1458.67 1458.67

16 4.38 1943.70 1943.70

17 3.55 1032.52 1032.52

18 2.63 421.43 421.43

19 2.31 286.95 286.95

20 1.76 127.28 127.25

21 1.63 100.56 100.58

Gambar 3. Grafik kecepatan angin per jam di Gunung Nona (500 kaki diatas permukaan laut)

Pada gambar 3, terlihat bahwa kecepatan angin tertinggi adalah pada jam 16.00. Dan pada tabel 3, nilai energi minimum yang didapatkan adalah 100.5638 watt dan energi maksimum adalah 1943.706 watt .energi tersebut cukup besar dan dapat di gunakan untuk menggerakan kincir angin rumahan.

Sedangan pada desa poka, kecepatan angin yang di hasilkan per jam dapat dilihat pada tabel 9.

T abel 9. Poka (Leb Fisika Lantai 4) Jam Kecepatan

angin (m/s)

Energi Kinetis (Joule)

Daya (watt)

9 1.4 63.32 63.32

10 2.58 397.88 397.88

11 3.4 907.09 907.09

12 3.63 1106.96 1106.96

13 3.45 947.70 947.70

14 3.41 920.50 920.50

15 3.53 1018.05 1018.05

16 3.06 665.60 665.60

17 3 623.13 623.13

18 1.91 162.50 162.50

19 1.45 70.35 70.35

20 0.866 15.02 15.02

21 0.26 0.43 0.43

Gambar 4. Grafik kecepatan angin per jam di desa Poka (10 kaki diatas permukaan laut).

Dari data yang terdapat pada tabel 3, nilai energi minimum yang diperolah adalah 0.437646224 watt dan energi maksimum adalah 1106.96201 watt.

Energi tersebut cukup besar dan dapat di gunakan untuk menggerakan kincir angin rumahan.

Dari hasil penelitian pada 3 lokasi penelitian seperti yang terlihat pada tabel 2- 4 diatas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin per jam berada dalam tingkatan sedang karena hanya berkisar antara 0,2 – 4,3. Jika data penelitian kecepatan angin direkam secara real time dengan data yang cukup memadai, dapat dilihat tempat yang memiliki kecepatan angin yang stedy dan memenuhi syarat untuk menggerakan kincir angin rumahan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA). Kecepatan angin yang paling fluktuatif dari 3 lokasi penelitian ini adalah pada daerah gunung nona dengan kecepatan angin 4,3.

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai data awal untuk penelitian lanjutan.

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian menunjukkan pada daerah Air Salobar kecepatan angin cukup fluktuatif pada pukul 14.00 dengan daya maksimum 602,59 watt; Gunung nona kecepatan angin cukup fluktuatif Diana J Patty Richard R Lokollo; Analisis Karakteristik Angin Di Kota Ambon 2065

Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar

Koefisien Konveksi Oven Rumah Tangga

(4)

pada pukul 16.00 dengan daya maksimum 1943,70 watt; dan desa Poka Kecepatan angin cukup fluktuatif pada pukul 12.00-15.00 wit denga daya maksimum 1106,96 watt..

DAFTAR PUSTAKA

Habibie Najib, 2011 .Kajian potensi energi angin di wilayah sulawesi dan maluku.Jurnal Meteorologi Dan Geofisika Volume 12 Nomor 2 - September 2011: 181–187.

Kurniawan Freddy, 2009. Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Hibrida Berbasis Energi Angin dan Matahari .Jurnal Ilmiah Semesta Teknika Vol. 12, No. 2, 167-175, November 2009.

MS Soeripno, 2009. Analisa Potensi Energi Angin Dan Estimasi Energi Output Turbin Angin Di Lebak Banten. Jurnal

Teknologi Dirgantara Vol.7 No.1 juni 2009:51-59.

Nurhalim, 2007.Studi analisis pemanfaajan energi angin sebagai Pembangkit hibrida.Jurnal Sains dan Teknologi 6(2), September 2007: 34-38.

Sam Alimuddin dkk ,2005.Studi Potensi Energi Angin Di Kota Palu Untuk Membangkitkan Energi Listrik.Jurnal Smartek, Vol. 3, No. 1, Pebruari 2005 : 21- 26.

Rachman.A, 2012. Skripsi_Analisis dan pemetaan potensi energi angin di indonesia. Fakultas tehnik Universitas Indonesia.

Klara.s, Abd Latief Had, Baharuddin & M. Uswah Pawara, 2013. Prosiding 2013. Hasil Penelitian Fakultas Teknik. Kajian Potensi Energi Angin Di Perairan Barat Dan Selatan Pulau Sulawesi. Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin 2066 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 11 Nomor 2, 2014; 2063 - 2066

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran anemometer dilakukan secara berkala menggunakan wind tunnel, dimana kecepatan angin dalam tunnel dapat diatur yang kemudian dibandingkan dengan kecepatan