• Tidak ada hasil yang ditemukan

Academic Flow 1

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Academic Flow 1"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Dukungan sosial secara umum menurut Wills dapat diukur baik dalam struktur masyarakat pendukung sosial maupun dalam fungsi yang dapat diberikan oleh anggota masyarakat. 36. 37 Nobelina Adicondro dan Alfi Purnamasari, “Kemanjuran Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Pembelajaran Mandiri untuk Siswa Kelas VIII”, HUMANITAS: Jurnal Psikologi Indonesia 8, No. Berdasarkan beberapa penjelasan dari definisi yang telah dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya merupakan bentuk kepedulian, kenyamanan dan penghargaan yang diterima secara langsung maupun tidak langsung dari teman sebaya.

41 Oktarani, “Hubungan Self-Efficacy dan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Self-Regulated Learning pada Mahasiswa Potensi Utama Universitas Medan,” Tabularasa: Jurnal Ilmiah Magister Psikologi 2, no. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dukungan sosial adalah sikap seseorang terhadap keluarga dan lingkungan.

Faktor yang Mempengaruhi Iklim Sekolah

Beberapa yang terkait dengan lingkungan sekolah merujuk pada konstruksi dan desain ruang sekolah, beserta bahan yang digunakan, semua benda yang ada di dalamnya, kurikulum sekolah yang digunakan. Komponen penting iklim sekolah memuat seluruh visi dan misi sekolah serta kegiatan sekolah, karena merupakan kesan pertama yang berkaitan dengan sekolah. Kesan sekolah terkoneksi bisa hilang jika kita tidak bisa menggunakan elemen penting ini secara mendalam.

Suasana kelas dan sekolah yang demokratis dapat diciptakan dengan belajar mengambil keputusan bersama, yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dan mengeluarkan pendapatnya. Oleh karena itu, sekolah harus membuka pintunya dengan mengajak orang tua atau unsur lain yang terkait dengan sekolah untuk bekerja sama. Salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa sebagai agen perubahan dalam mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar.

Hal semacam ini jika dilakukan secara terus menerus akan memberikan pengaruh yang baik bagi siswa dan berdampak bagi lingkungan sekolah. Dalam proses penciptaan dan pemeliharaan iklim sekolah yang positif, semua orang yang terlibat di sekolah harus dilibatkan, seperti siswa, guru, orang tua, dan staf sekolah. Selain itu, dibutuhkan pemimpin yang berani dan mau mengambil resiko dalam proses perubahan iklim sekolah ke arah yang lebih baik.

Pengambilan keputusan oleh pimpinan juga harus memperhatikan situasi, bertanya dan mendengarkan semua anggota yang terlibat di lingkungan sekolah.

Pengertian Self Regulated Learning

Berdasarkan pengertian tersebut, individu dengan self-regulated learning memandang belajar sebagai aktivitas yang dilakukan untuk dirinya sendiri secara proaktif dan non-reaktif. Dalam self-regulated learning, individu dapat mengatur sendiri proses-proses yang akan dilakukannya, seperti mengaktifkan dan memelihara kognisi, afeksi, dan perilaku yang secara sistematis diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk terlibat dan termotivasi agar terus proaktif berusaha menetapkan tujuan.53 Individu memiliki kendali penuh atas diri sendiri untuk menetapkan tujuan dan berkontribusi dalam pencapaian tujuan tersebut melalui pengaturan, sehingga diperlukan adanya dorongan dan penyesuaian terhadap tujuan yang ingin dicapai.

Zimmerman menjelaskan bahwa self-regulated learning melibatkan proses dan tindakan individu yang keberadaan dan kualitasnya bergantung pada keyakinan dan motivasi individu tersebut, sehingga self-regulated learning bukanlah sifat, kemampuan, atau tingkat kompetensi tunggal.54 Oleh karena itu, self-regulated learning Pembelajaran yang diatur mengacu pada pikiran, perasaan, dan tindakan yang dihasilkan oleh individu. Berdasarkan hal tersebut, self-regulated learning sangat erat kaitannya dengan pikiran, perasaan dan tindakan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang direncanakan individu. Di sisi lain, Pintrich mengemukakan pendapat lain yang berpendapat bahwa self-regulated learning adalah keterlibatan atau aktivitas individu selama proses pembelajaran dalam menetapkan tujuan, memantau, memimpin, melatih kontrol kognitif, motivasi dan perilaku sesuai dengan tujuan atau konteks. 55 Pendapat Pintrich Hal ini menunjukkan bahwa self-regulated learning memiliki pandangan pembelajaran yang jauh lebih inklusif yang tidak hanya mencakup aspek kognitif tetapi juga faktor lain seperti motivasi emosional serta konteks sosial.

Pertama, siswa adalah individu yang aktif dalam proses pembelajaran, misalnya dengan memilih, menentukan atau membuat tujuan dan strategi berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan atau ditetapkan. Pintrich, “A Conceptual Framework for Assessing Motivation and Self-Regulated Learning in College Students,” Tinjauan Psikologi Pendidikan 16, no.Melihat asumsi tersebut merupakan proses aktif yang dilakukan oleh individu yang melibatkan perilaku, emosi, dan pikiran yang terkendali untuk mencapai Tujuan yang sebenarnya.

Berdasarkan definisi yang diberikan oleh beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep self-regulated learning adalah kemampuan individu untuk mengatur atau meregulasi dirinya dalam berbagai aspek seperti aspek kognitif, metakognitif, motivasional dan perilaku yang disesuaikan dengan konteks dan tujuan yang ingin dicapai oleh individu itu sendiri.

Aspek-aspek Self Regulated Learning

Sedangkan Pintrich memiliki perbedaan dengan Zimmerman, ia membagi aspek self-regulated learning menjadi 4 area, yaitu: 59. Regulasi pengaruh motivasi Aspek ini erat kaitannya dengan regulasi motivasi dan afek individu. Aspek motivasi dan regulasi pengaruh berhubungan dengan upaya seseorang untuk mengatur berbagai keyakinan motivasional, seperti orientasi tujuan terhadap kinerja tugas, self-efficacy, persepsi kesulitan tugas, keyakinan nilai tugas, dan ketertarikan pada tugas.

Karena aspek yang ditemukan Pintrich menggambarkan aspek perilaku, Pandero menemukan bahwa inilah yang membuat model self-regulated learning menjadi menarik. Adanya pencarian pertolongan berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengetahui kapan, mengapa dan dari siapa pertolongan akan diterima. Regulasi konteks adalah tentang upaya individu untuk memantau, mengontrol, dan mengatur pembelajaran dalam konteks.

Dibandingkan dengan pengaturan kognisi, motivasi, dan perilaku, pengaturan konteks tampaknya lebih sulit dicapai karena individu mungkin tidak dapat mengendalikan lingkungan secara langsung. Regulasi konteks semacam ini, misalnya, memantau lingkungan belajar dari gangguan, misalnya dengan mendengarkan musik atau menonton TV dan mencoba menginduksinya sebagai bentuk fasilitasi belajar melalui regulasi diri. Bagian lain dari pengaturan konteks adalah kemampuan individu untuk bekerjasama (collaborate) dalam pembelajaran kelompok.

Proses yang dilakukan individu untuk mengatur konteks dengan mengendalikan dan menyusun lingkungan dapat membantu mereka mencapai tujuan dan menyelesaikan tugas.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning

Proses-proses yang dilakukan individu untuk mengatur konteks dengan mengendalikan dan menata lingkungan dapat membantu mereka mencapai tujuan dan menyelesaikan tugas. a) Efikasi diri. Bandura dalam Cobb menyatakan bahwa self-efficacy adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri terkait dengan kompetensinya untuk melakukan tugas tertentu, mencapai tujuan yang telah ditetapkan, atau mengatasi hambatan dalam belajar. Efikasi diri yang tinggi pada individu akan memudahkan mereka untuk meningkatkan penggunaan kognitif dan strategi belajar mandiri dalam diri mereka karena mereka sudah mengetahui seberapa besar kemampuan mereka dalam melakukan tugas.

Cobb mengatakan bahwa individu yang memiliki self-motivated akan memiliki hubungan yang positif dengan self-regulated learning. Individu akan lebih efektif dalam mengatur waktunya untuk belajar jika memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi akan cenderung lebih mudah memberikan hasil positif kepada individu dalam proses belajar dan mencapai hasil yang baik.

Dalam self-regulated learning, tujuan berperan dalam membimbing individu untuk mengikuti dan mengejar arah yang lebih spesifik dan menjadi kriteria untuk mengevaluasi kinerjanya. Hasil tersebut dibagi menjadi dua orientasi, yaitu orientasi pembelajaran dan orientasi kinerja. Orientasi pembelajaran (tujuan pembelajaran) menitikberatkan pada proses pencapaian keterampilan dan pemahaman, tanpa memperdulikan sulitnya usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Cobb menemukan bahwa tujuan pembelajaran akan menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi dan menunjukkan keterlibatan belajar mandiri melalui proses pendalaman informasi.

Self Regulated Learning pada Mahasiswa

Sedangkan orientasi penampilan (tujuan kinerja) berfokus pada bagaimana orang lain memandang pencapaian yang dilakukan seseorang atau upaya untuk menghindari penilaian negatif yang mungkin berasal dari lingkungan. Kemampuan belajar mandiri ini harus dimiliki oleh individu yang melakukan tugas belajar, termasuk siswa. Oleh karena itu, sangat penting bagi siswa untuk mengetahui, menggunakan dan menetapkan tujuan yang ingin dicapainya.

Dengan self-regulated learning, akan lebih mudah bagi siswa untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Siswa yang memiliki self-regulated learning memiliki dorongan untuk lebih proaktif terhadap situasi yang dihadapinya dan akan berusaha mencari dan memperbaharui pengetahuan daripada hanya bereaksi terhadap situasi yang ada. Jika siswa mampu memiliki self-regulated learning skill yang baik, maka siswa mampu mengelola proses belajarnya sendiri untuk mencari solusi ketika menghadapi berbagai jenis masalah akademik.

62 Radhyan Hardhito dan Tino Leonardi, “Deskripsi self-regulated learning pada mahasiswa yang tidak menyelesaikan disertasinya dalam satu semester di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga” 5, no.

Pengaruh Antar Variabel

  • Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Academic Flow Dwi Nastiti dan Cucuk Nur Handayani dalam penelitiannya yang
  • Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Academic Flow
  • Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Self Regulated Learning
  • Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Self Regulated Learning
  • Pengaruh Self Regulated Learning terhadap Academic Flow

Oktarani dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Self Efficacy dan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Self Regulated Learning pada Calon Mahasiswa Universitas Medan Utama”. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan SRL (R = 0,271 dan p = 0,001). Penelitian yang dilakukan oleh Alfira Tara Rachmaningtyas dan Riza Noviana Khoirunnisa dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Self Regulated Learning pada Siswa Tahun Pertama di Masa Pandemi Covid-19” menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya memiliki hubungan yang positif dengan SRL.

Perolehan angka ini menunjukkan adanya korelasi positif yang cukup kuat antara variabel dukungan sosial teman sebaya dengan self regulated learning. 70 Oktarani, “Hubungan Sef-Efficacy dan Dukungan Sosial Sebaya dengan Self-Regulated Learning pada Calon Mahasiswa Kepala Sekolah Universitas Medan,” Journal of Cognition 2, no. Artinya semakin tinggi dukungan sosial dari teman sebaya maka semakin tinggi self regulated learning siswa.

Hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi diri belajar. Oleh karena itu, jika dukungan sosial teman sebaya tinggi maka SRL individu juga akan tinggi. 71 Alfira Tara Rachmaningtyas dan Riza Noviana Khoirunnisa, “Hubungan Antara Dukungan Sosial Sebaya dan Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa Tahun Pertama Selama Pandemi Covid-19,” Journal of Psychological Research 9, no.

72 Saka Dewi dan Ruseno Arjanggi, “Hubungan Dukungan Sosial Sebaya dan Keyakinan Akademi dengan Self-Regulation Dalam Belajar Pada Mahasiswa Universitas X,” Jurnal Proyeksi 14, no. Pengaruh dukungan sosial keluarga dan iklim sekolah terhadap self-regulated learning siswa” menunjukkan adanya hubungan antara iklim sekolah dengan SRL. Irfan Burhani, “Pengaruh dukungan sosial keluarga dan iklim sekolah terhadap self-regulated learning siswa” , Jurnal Kebahagiaan 1, no.

Kerangka Teoretis

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

1) Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengembangan karir maka semakin meningkat pula

Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin tinggi pula kemampuan ibu dalam hal pengambilan keputusan konsumsi pangan rumah tangga yaitu terutama dalam