• Tidak ada hasil yang ditemukan

Acta Aquatica

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Acta Aquatica"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

1 Analisis variasi konsentrasi unsur hara nitrogen, fosfat dan silikat (N, P dan Si) di Perairan Teluk Meulaboh Aceh Barat. Analisis variasi konsentrasi unsur hara nitrogen, fosfat dan silikat (N, P dan Si) di Perairan Teluk Meulaboh Aceh Barat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan konsentrasi unsur hara (N, P dan Si) di perairan Teluk Meulaboh.

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi konsentrasi unsur hara (nitrogen, fosfor dan silikat) di perairan Teluk Meulaboh. Untuk mendapatkan gambaran mengenai variasi konsentrasi nilai nutrien (N, P dan Si) di perairan Teluk Meulaboh. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang informatif mengenai nilai kandungan nutrisi di perairan Teluk Meulaboh.

Produktivitas primer fitoplankton dan hubungannya dengan unsur hara dan cahaya di perairan Teluk Banten [disertasi].

Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.

Identifikasi dan sebaran ukuran Ikan Bunga Air (Clupeichthys goniognathus, Bleeker 1855) di inlet Waduk Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Identification and size distributed of Sumatran River Sprat Fish (Clupeichthys goniognathus, Bleeker 1855) at inlet Koto Panjang Reservoir in Kampar Riau Province

Pendahuluan

Acta Aquatica

Aquatic Sciences Journal

Bahan dan Metode

Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari Langgai Kelambu (tangguk besar) sebagai alat pancing, penggaris untuk mengukur. Tempat ini mempunyai lubang dengan kedalaman ± 30 meter, substrat pasir berlumpur, arus, air keruh dan disekitar perairan terdapat perkebunan kelapa sawit dan karet. Langgai kelambu adalah nama alat penangkapan ikan tradisional di daerah setempat yang menggunakan kelambu sebagai jaring yang berukuran < ¼ inchi.

Jaring Langgai sebagai alat tangkap aktif, bisa disebut juga tangguk besar, panjangnya bervariasi antara 2 – 3 meter, panjang kantong yang memuat ikan 30 cm (Gambar 2). Gunung Bungsu II, St IV: Tanjung I dan St V: Perbatasan Tanjung II (Sumber: LPRSI, 2006 dengan modifikasi).

Hasil dan pembahasan

Pada bulan April kisaran ukuran dominan ikan jantan berkisar antara 33-41 mm dan 33-44 mm untuk betina. Pada bulan Mei, kelas ukuran yang mendominasi ikan jantan dan betina adalah kelas 36 – 38 mm dan 39 – 41 mm. Pada bulan Juni, kisaran ukuran dominan hampir sama dengan bulan Mei, masing-masing 36-38 mm dan 39-41 mm.

Sebaliknya, ikan jantan lebih dominan dibandingkan ikan lainnya pada bulan Juli, berukuran antara 39 dan 41 mm. Sedangkan ukuran 36-38 terdapat pada ikan betina, dan jumlahnya sama pada ikan jantan dan betina.

Gambar 4.   Jumlah  ikan  C.  goniognathus  yang  tertangkap  berdasarkan  lokasi  pengamatan
Gambar 4. Jumlah ikan C. goniognathus yang tertangkap berdasarkan lokasi pengamatan

Kesimpulan

Potensi rumput laut: Kajian komponen bioaktif dan pemanfaatannya sebagai pangan fungsional

Komposisi kimia rumput laut

Beberapa faktor tersebut adalah perbedaan genetik, spesies, habitat tumbuh, umur panen dan kondisi lingkungan (Ortiz et al., 2006; Sanchez-Machado et al., 2004). Rumput laut juga mengandung sejumlah mineral tertentu seperti P, Na, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn dan Mn. 2015) menyatakan bahwa spesies rumput laut merah, hijau dan coklat mengandung mineral yang berbeda. Rumput laut hijau mengandung mineral Mg (15,0 g/kg), Fe (1260 mg/kg) dan Cu (7,46 mg/kg) yang lebih banyak dibandingkan alga coklat dan merah.

Kandungan komponen bioaktif rumput laut

Pigmen alami yang terdapat pada rumput laut dapat digolongkan menjadi tiga kelas utama, yaitu rumput laut coklat (Phaeophyceae), merah (Rhodophyceae), dan hijau (Chlorophyceae). Jenis pigmen alami utama yang terdapat pada rumput laut terbagi menjadi tiga kelas senyawa yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobiliprotein (Pangestuti dan Kim, 2011). Secara lebih rinci pigmen alami yang terdapat pada ketiga kelas rumput laut tersebut disajikan pada Tabel 2.

Sedangkan rumput laut coklat hanya mengandung karotenoid β-karoten, violaxanthin dan fucoxanthin (Holdt dan Kraan, 2011). Mirip dengan klorofil, karotenoid yang ditemukan dalam rumput laut juga telah diteliti memiliki aktivitas biologis untuk meningkatkan dan meningkatkan kesehatan. Sedangkan fucoxanthin merupakan pigmen karotenoid yang telah diteliti memiliki aktivitas biologis lebih luas dibandingkan karotenoid lainnya pada rumput laut coklat (Kim dan Pangestuti, 2011).

Secara lebih rinci, polisakarida sulfat bioaktif yang terdapat pada rumput laut dan aktivitas biologisnya disajikan pada Tabel 4. Polisakarida utama yang telah diteliti memiliki aktivitas biologis (bersifat bioaktif) pada rumput laut adalah polisakarida sulfat. Senyawa bioaktif fukoidan yang diekstraksi dari rumput laut coklat mempunyai aktivitas biologis sebagai antikoagulan, antivirus, anti inflamasi, anti alergi, anti kanker dan antioksidan (Vo dan Kim, 2013).

Ketersediaan produk olahan rumput laut di Indonesia masih sangat terbatas, apalagi ketersediaan produk pangan fungsional. Bahan baku rumput laut yang digunakan bebas kontaminasi logam berat dan kontaminan lainnya 3. Pemanfaatan rumput laut sebagai produk pangan fungsional akan meningkatkan nilai tambah rumput laut Indonesia.

Pengaruh merkuri nitrat [Hg(NO3)2] pada konsentrasi berbeda pada juvenil ikan barramundi (Lates calcarifer Bloch): histologi insang. Moyle dan Cech (1982) menunjukkan bahwa terdapat banyak lamela sekunder di kedua sisi lamela primer, yang merupakan tempat pertukaran gas. Lamela sekunder terdiri dari sel epitel tipis di bagian luar, membran basal dan sel kolumnar di bagian dalam (Fujaya, 2004).

Pada insang, insang sekunder diketahui bertambah panjang sehingga mengurangi jarak antar insang primer. Sel-sel lendir pada lipatan lamela sekunder insang belum mengalami pembengkakan yang besar, sehingga lendir yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan insang ikan kontrol. Dari hasil pengukuran terlihat bahwa panjang bilah sekunder sedikit bertambah, sehingga jarak antar bilah primer menjadi lebih kecil dan bilah sekunder menjadi lebih lebar, sehingga jarak antar bilah sekunder menjadi lebih sempit.

Pertambahan panjang dan lebar lamela sekunder disebabkan oleh hipertrofi dan hiperplasia sel epitel insang sehingga menyebabkan lapisan epitel menebal (Gambar 2c). Takasyima dan Hibiya (1995) menyatakan bahwa sel hipertrofik pada permukaan sel epitel merupakan tanda pertama adanya lamela sekunder dan primer yang terpapar agen kimia atau fisik. Lebih lanjut dikatakan bahwa hiperplasia sel-sel selaput lendir pada lamela primer, mencairnya lamela dan hiperplasia lapisan epitel lamela sekunder biasanya terjadi akibat dampak kronis yang disebabkan oleh parasit dan pengaruh bakteri atau iritasi bahan kimia.

Lamela sekunder bertambah panjang dan lebih panjang dibandingkan lamela insang sekunder ikan perlakuan I dan II. Lamela sekunder bertambah panjang karena lamela ditarik kembali, menyebabkan sebagian besar lamela sekunder memanjang secara tidak beraturan. Karena konsentrasi yang tinggi dan waktu pemaparan yang lama, sel-sel mukosa mengalami hipertrofi dan hiperplasia sehingga lamela sekunder saling menyatu bahkan menyatu antar lamela primer.

Gambar 1.   Sketsa jaringan insang. A. Lamella sekunder; B. Lebar lamella sekunder;
Gambar 1. Sketsa jaringan insang. A. Lamella sekunder; B. Lebar lamella sekunder;

Efektivitas serbuk daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap bakteri Edwardsiella tarda

The effectivenes Phaleria macrocarpa powder to prevent infection of bacteria Edwardsiella tarda

Namun meskipun daun mahkota dewa ini alami, namun senyawa saponin yang ada pada daunnya akan memberikan efek pada ikan. Sehubungan dengan pernyataan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas serbuk daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap bakteri Edwardsiella tarda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan bubuk kelopak dewa dengan dosis berbeda untuk mencegah infeksi bakteri Edwardsiella tarda.

Daun mahkota dewa dicuci bersih lalu dijemur dan diangin-anginkan selama kurang lebih 4 hari. Uji zona hambat dilakukan untuk mengetahui kemampuan serbuk daun embun Mahkota sebagai antibakteri dalam menghambat metabolisme bakteri Edwardsiella tarda. Serbuk daun mahkota dewa menunjukkan adanya zona hambat pada bakteri Edwardsiella tarda sebagai bakteri uji.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka diameter zona hambat yang diperoleh semakin besar, yang berarti aktivitas antibakteri serbuk daun mahkota dewa meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi serbuk yang digunakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniasih (2014) yang menyatakan bahwa daun mahkota dewa mengandung senyawa kimia yaitu alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol. Besar kecilnya zona hambat yang dihasilkan mahkota dewa dapat dilihat dengan adanya zona hambat di sekitar piringan (Gambar 1).

Pada konsentrasi 0 mg/l tidak terbentuk zona hambat, hal ini disebabkan kertas cakram tidak direndam menggunakan serbuk daun mahkota lord sehingga tidak terbentuk zona bening disekitar cakram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman serbuk daun mahkota dewa mampu menghambat bakteri Edwardsiella tarda karena mengandung senyawa antimikroba dengan luas area bening yang terbentuk 9,5-14,5 mm. Efektivitas ekstrak daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai anti bakteri untuk mencegah serangan hidrofilik Aeromonas pada ikan gurame.

Gambar  1 .  Zona hambat serbuk daun mahkota dewa.
Gambar 1 . Zona hambat serbuk daun mahkota dewa.

Kelembagaan pengelolaan ekowisata mangrove di Pantai Bali Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara

Institutional Patterns of Mangrove Ecotourism in Bali Beach, Batu Bara Regency, North Sumatera Province

Bahan dan metode

Populasi penelitian ini adalah pengunjung yang mengunjungi Pantai Bali dalam kurun waktu satu bulan dan masyarakat sekitar Pantai Bali. Oleh karena itu, pengembangan kelembagaan pengelolaan ekowisata mangrove di Pantai Bali meliputi penyempurnaan organisasi pengelola dan aturan pengelolaan. Masyarakat yang diwawancarai adalah masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Talawi dan sebagian besar merupakan masyarakat yang memanfaatkan Pantai Bali.

Masyarakat yang tidak terlibat dalam kegiatan ini lebih memilih bekerja di luar kawasan Pantai Bali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengunjung yang diwawancarai merupakan pengunjung yang datang ke pantai Bali dan melakukan kegiatan pemanfaatan seperti kegiatan pariwisata. Pengunjung Pantai Bali mengatakan sarana dan prasarana seperti listrik, air bersih, transportasi, dan tempat sampah kurang memadai.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat diketahui bahwa karakteristik umur masyarakat yang memanfaatkan Pantai Bali paling tinggi pada umur 20-29 tahun yaitu sebesar 54%. Pada uraian di atas (berdasarkan observasi potensi mangrove, analisis kesesuaian ekowisata mangrove, hasil wawancara kepada masyarakat dan pengunjung serta penentuan daya dukung kawasan dan jalur alternatif) dapat disimpulkan bahwa Pantai Bali memiliki potensi yang besar. potensinya tinggi dan cocok untuk dijadikan objek ekowisata mangrove. Organisasi pengelola Pantai Bali untuk kegiatan ekowisata mangrove yang akan dilakukan nantinya akan dipusatkan pada Pemerintah Kabupaten Batu Bara sebagai pemilik hutan lindung dan penerbit peraturan mengenai konservasi dan pengembangan objek ekowisata mangrove.

Secara umum perbedaan kandungan zat gizi (N, P dan Si) yang menjadi ciri umur masyarakat yang sering berkunjung ke Pantai Bali dianggap paling besar pada umur 20-29 tahun yaitu sebesar sebagai 54%. Studi Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Pantai Bali, Desa Masjid Tua, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Kondisi ekologi hutan bakau di Pantai Bali, Desa Masjid Tua, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 1.   Karakteristik masyarakat pemanfaat ekosistem mangrove.
Gambar 1. Karakteristik masyarakat pemanfaat ekosistem mangrove.

Pengaruh penggunaan beberapa jenis filter alami terhadap pertumbuhan, sintasan dan kualitas air dalam pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio)

The effect of natural filter on the growth, survival and water quality in ornamental goldfish (Cyprinus carpio) culture

  • Bahasa. Setiap manuskrip harus ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris
  • Penyiapan manuskrip

Pengaruh penggunaan beberapa jenis filter alami terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan kualitas air dalam pemeliharaan ikan merah (Cyprinus carpio). Penelitian ini akan dilakukan dengan metode eksperimental di laboratorium, yaitu memberikan perlakuan pada setiap lingkungan pemeliharaan ikan mas dengan filter yang berbeda-beda. Ikan yang digunakan adalah bibit ikan mas ukuran 5-7 cm sebanyak 150 ekor yang disebar dalam akuarium yang dimasukkan dalam filter berbeda untuk setiap akuarium sebanyak 10 ekor per akuarium.

Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian berada pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan mas. Tabel di atas menunjukkan tingkat keasaman (pH) suatu media budidaya ikan mas dalam kisaran tertentu. Pada perlakuan kontrol dan penggunaan filter sabut dengan amonia kurang baik bagi kelangsungan hidup ikan mas.

Parameter amonia pada pemeliharaan ikan mas menggunakan filter alami menunjukkan rentang yang berbeda-beda, sehingga pertambahan panjang dan bobot terbaik terdapat pada filter kombinasi. Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa penggunaan filter alami berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang ikan mas dengan nilai F hitung (5,855) > Ftabel. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 30 hari dapat diketahui bahwa tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada setiap perlakuan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan filter yang berbeda-beda sangat penting untuk kelangsungan hidup benih ikan mas. Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa penggunaan filter alami yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kelangsungan hidup ikan mas dengan nilai F hitung (8,03) > F. Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa penggunaan filter alami yang berbeda mempunyai pengaruh yang sangat tinggi. berpengaruh nyata terhadap konversi pakan ikan mas dengan nilai F hitung (16,79 ) > F tabel.

Gambar 1.  Grafik peningkatan amoniak pada tiap perlakuan.
Gambar 1. Grafik peningkatan amoniak pada tiap perlakuan.

Nomor 1 - April 2016

Daftar Isi

Artikel

Neneng Marlian

Desrita, Ridwan Affandi dan Muhammad Mukhlis Kamal

Riri Ezraneti

Ahmad Muhtadi dan Pesta Saulina Sitohang

Nasir dan Munawar Khalil

ISSN: 2406-9825

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
Gambar 2.   Rata-rata konsentrasi nitrogen anorganik (DIN) (n = 3) di setiap stasiun  penelitian
Gambar 5. Rata-rata konsentrasi nitrat di setiap stasiun penelitian (n = 3).
Gambar 4. Rata-rata konsentrasi nitrit di setiap stasiun penelitian (n = 3).
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan P.Simeulue - Meulaboh, Perairan Kep.Nias - Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat Lampung,

Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan P.Simeulue - Meulaboh, Perairan Kep.Nias - Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat Lampung,

Selat Malaka, Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan Lhokseumawe, Perairan P.Simuelue - Meulaboh, Perairan Kep.Nias dan Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan Enggano, Samudera

Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan P.Simeulue - Meulaboh, Perairan Kep.Nias - Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat Lampung,

Perairan Sabang – Banda Aceh, Selat Malaka, Perairan Lhokseumawe, Perairan P.Simeulue – Meulaboh, Perairan Kep.Nias dan Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano,

Selat Malaka bagian Utara, Perairan Sabang – Banda Aceh, Perairan P.Simeulue – Meulaboh, Perairan Kep.Nias dan Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano,

Selat Malaka bagian Utara, Perairan Lhokseumawe, Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan P.Simeulue - Meulaboh, Perairan Kep.Nias dan Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu

Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan P.Simeulue - Meulaboh, Perairan Kep.Nias - Kep.Mentawai,Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat Lampung, Samudera