Vol 5, No 1 (2022): Februari (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
33
Adaptasi Setting Ruang Swalayan Sebagai Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Kota Pontianak
Yudithya Ratih1, Estar Putra Akbar2, Caesar Destria3
Teknik Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak.
Email: [email protected] INFORMASI ARTIKEL
Abstract: The Corona Virus Diseases 19 (Covid-19) pandemic in Pontianak City recorded 2438 Covid-19 confirmations (December 2020). The implementation of the Covid-19 protocol is an effort to prevent the transmission of Covid-19 cases. Supermarkets are one of the public facilities that are continuously visited by the community in meeting their daily needs. This study aims to find out what room setting variables have changed during the Covid-19 pandemic. Observations were made using the Behavior Mapping method, it was found that the semi-fixed setting variable became the dominant change to prevent the spread of the Covid-19 virus, then a space outside of consciousness (non-fix setting variable) appeared in the form of a place for measuring body temperature, while the change in fix not happening.
Keywords: Adaptation, Space Setting, Supermarket, Covid-19
Abstrak: Pandemi Corona Virus Deases 19 (Covid-19) di Kota Pontianak tercatat 2438 konfirmasi Covid-19 (Desember 2020). Penerapan protokol Covid-19, merupakan upaya dalam mencegah penularan kasus Covid-19. Swalayan merupakan salah satu fasilitas publik terus dikunjungi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan mengetahui variabel setting ruang apa saja yang mengalami perubahan selama pandemi Covid-19. Pengamatan dilakukan dengan metode Behavior Mapping, ditemukan bahwa variabel setting yang sifatnya semi-fix menjadi perubahan yang dominan terjadi untuk pencegahan penyebaran virus Covid-19, selanjutnya muncul ruang diluar kesadaran (variabel setting non-fix) berupa tempat pengukuran suhu tubuh, sementara perubahan variabel fix tidak terjadi.
Kata Kunci: Adaptasi, Setting Ruang, Swalayan, Covid-19 Article history:
Received; 2021-02-03 Revised; 2021-12-27 Accepted; 2022-02-22
PENDAHULUAN
Saat ini dunia sedang dilanda dengan wabah Corona Virus Deases 19 atau dikenal dengan Covid-19 yang pertama kali muncul di Cina sekitar akhir tahun 2019 dan masuk ke Indonesia pertama kali pada bulan Maret tahun 2020 (Utomo, 2020). Menurut penjelasan dari World Health Organization (WHO, 2020) bahwa Coronavirus (Covid-19) akan menginfeksi orang dan akan menyebabkan gejala ringan sampai sedang penyakit pernapasan. Pontianak termasuk kota yang mendapat ancaman terhadap virus ini tercatat sebanyak 33 orang dinyatakan positif, 84 Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan 338 Orang Dalam Pemantauan (ODP) berdasarkan data tanggal 1 Mei 2020 pukul 21.00 WIB (Pemkot Pontianak, 2020).
Dan berdasarkan data pada bulan Desember bahwa telah ditemukan sebanyak 2438 kasus konfirmasi Covid-19 data 1 Desember 2020 Pukul 13.20 WIB (Pemkot Pontianak, 2020). Di Indonesia sendiri angka konfirmasi Covid-19 sudah mencapai 1.099.687 Jiwa (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021).
Munculnya Covid-19 ini menyebabkan perubahan tatanan aktivitas manusia yang luar biasa secara global, Covid-19 secara mendunia telah mengubah perilaku didunia secara umum yang juga berdampak secara ekonomi dan sosial (Moya et al., 2020).
34
Pembatasan aktivitas dan tutupnya kantor-kantor sampai berlakunya Work From Home (WFH). Selain itu juga banyak fasilitas publik yang tutup seperti restoran, sekolah, universitas, bahkan beberapa rumah sakit swasta ada yang mulai tidak beroperasi. Berbagai upaya pencegahan penyebaran yang lebih luas telah dilakukan termasuk menetapkan pembatasan berkumpulnya sejumlah manusia pada suatu waktu dan tempat. Perubahan yang cukup luar biasa dilakukan di beberapa ruang pelayanan rumah sakit untuk pencegahan Covid-19 dalam pengaturan tata ruang, staf, dan perlengkapan yang optimal selama masa Covid-19 untuk mengurangi risiko penularan (Wong et al., 2020). Beberapa fasilitas publik lainnya sebaiknya dapat memperhatikan upaya pencegahan penyebaran Covid-19, tidak hanya di rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian (Dubey et al., 2020) (Trougakos et al., 2020) dikatakan bahwa Covid-19 memberikan dampak secara Psychosocial yaitu adanya kecemasan, ketakutan massal terhadap Covid-19 sehingga menimbulkan kepanikan, kecemasan, depresi dan lain sebagainya selama pandemi. Upaya pencegahan secara setting fisik pun telah dilakukan dan penerapan protokol pencegahan Covid-19. Salah satu model pencegahan yang dilakukan di Wuhan adalah dengan melihat beberapa reaksi perilaku individu dan tindakan pemerintah, dapat berupa meliburkan kegiatan, membatasi perjalanan, rawat inap, dan karantina (Lin et al., 2020)
Selama pandemi Covid-19 tercatat sebanyak 107 negara melakukan penutupan sekolah mulai dari Maret 2020 sebagai bentuk pengendalian penyebaran virus Covid-19(Geraldi et al., 2021) (Viner et al., 2020). Fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan pokok (sembako) seperti swalayan merupakan salah satu fasilitas publik yang masih tetap buka dan tetap dikunjungi oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, berdasarkan penelitian selama 30 Januari – 9 Februari 2020 sebanyak 8.437 didapatkan 22 kasus konfirmasi Covid-19 sehingga supermarket menjadi satu klaster yang memiliki risiko tersendiri penularan Covid-19 (Zhang et al., 2020). Kondisi ini menuntut swalayan untuk melakukan beberapa upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyebaran Covid-19, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan ataupun adaptasi penyesuaian setting ruang terutama pada area-area yang berpotensi terjadinya penumpukan sejumlah orang dalam satu waktu misalnya area kasir saat akan membayar dan area pintu masuk swalayan, untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan beberapa upaya perubahan setting ruang swalayan untuk meminimalkan risiko tertularnya virus ini kepada para karyawan dan para pengunjung yang datang. Dan Hal ini menjadi tantangan bagaimana konsep desain arsitektur yang bisa tanggap terhadap kondisi pandemi Covid-19 (Akbar, 2020).
Physical Distance/Social Distance merupakan salah satu hal yang dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 dan penyebarannya selama vaksin virus belum diketemukan (Brzezinski et al., 2021), yaitu dengan cara menjaga jarak. Terkait jarak akan sangat di pengaruhi kognitif dari masing-masing individu. Bagaimana penerapan konsep ini jika dilihat dari variabel setting ruang yang mungkin akan berubah untuk mengurangi penularan Covid- 19, variabel pada setting ruang (Fix, Semi-Fix dan Non-Fix) apa saja yang mengalami perubahan setting pada swalayan sebagai bentuk mitigasi terhadap penanggulangan wabah Covid-19 (Kemenkes, 2020).
Beberapa penelitian dilakukan selama masa pandemi Covid-19 terkait supermarket, disebutkan bahwa adanya risiko penularan Covid-19 di supermarket melalui airborne (melalui udara) (Li & Tang, 2022), dan disebutkan bahwa desain yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19 (Shao et al., 2021) sehingga supermarket atau swalayan yang masih buka saat pandemi Covid-19 menarik untuk diteliti bagaimana perubahan setting atau adaptasi setting yang dilakukan di swalayan untuk mencegah penyebaran dan penularan Covid-19.
Disebutkan bahwa penderita Covid-19 dibagi dalam beberapa kategori (Pemkot Pontianak, 2020) :
35
1. ODP (Orang Dalam Pemantauan) yaitu orang yang sedang demam (≥38°C); Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan 14 hari terakhir terjadi riwayat kontak terhadap kasus konfirmasi Covid-19.
2. Orang Tanpa Gejala (OTG) yaitu seseorang yang tidak mengalami gejala tetapi berisiko tertular orang yang terkonfirmasi Covid-19. Yang kemungkinan berada dalam satu ruangan, pernah berkunjung dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi.
3. PDP (Pasien Dalam Pengawasan) yaitu orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) mengalami demam (≥38°C) yang disertai sakit tenggorokan/ batuk/sesak nafas/pilek/pneumonia ringan hingga berat.
Manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dirinya terhadap kondisi lingkungan atau yang dikenal sebagai bentuk adaptasi, model adaptasi yang dilakukan dapat berupa (Altman, 1980) :
1. Adaptation by Adjustment, yaitu menyesuaikan perilaku agar sesuai dengan lingkungannya.
2. Adaptation by Reaction, yaitu menyesuaikan lingkungan agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
3. Adaptation by Withdrawl, yaitu lari/keluar dari kondisi lingkungan
Berdasarkan teori inilah menjelaskan bagaimana mekanisme manusia untuk melakukan penyesuaian ataupun perubahan setting tempat mereka beraktivitas, yang dapat tanggap terhadap antisipasi penyebaran Covid-19, bahkan anak Tuna Daksa yang memiliki keterbatasan fisik memiliki kemampuan melakukan adaptasi (Akbar, 2012).
Hal lain yang juga dikemukakan terkait setting yaitu terdiri atas (Rapoport, 1982) dan (Hall, 1966 dalam (Lang, 1987)):
1. Fixed-feature space (lantai, dinding dan jendela);
2. Semifix-feature space, (perabot berupa kursi dan meja); dan
3. Informal space(non-fix), (kategori ruang yang muncul diluar dari kesadaran dalam durasi waktu tertentu).
Lebih lanjut setting ruang jika dijabarkan maka akan memuat dua hal utama (Ching, 2000) yaitu : Ruang Horizontal, Ruang Vertikal dan rasio ukuran, dan bentuk permukaan.
Berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 (Kemenkes, 2020) terdiri atas :
1. Pencegahan Level Individu :
a. Mencuci tangan menggunakan sabun/menggunakan desinfektan.
b. Hindari Menyentuh Mata, hidung, dan mulut.
c. Tidak melakukan berjabat tangan.
d. Menghindari interaksi secara fisik atau dekat dengan orang sakit.
e. Menutup mulut jika batuk dan bersin.
f. Setelah dari luar rumah dapat mengganti baju dan mandi.
g. Menggunakan desinfektan secara berkala membersihkan benda-benda yang sering dipakai.
2. Pencegahan dilevel masyarakat (pembatasan interaksi fisik/Physical distancing) : a. Tidak berdekatan/kontak fisik minimal berada pada jarak 1 m.
b. Hindari penggunaan transportasi publik.
c. Bekerja di rumah (Work Form Home).
d. Tidak beramai-ramai difasilitas umum dan kerumunan.
e. Tidak melakukan perjalanan keluar kota/luar negeri terutama tempat-tempat wisata.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pengumpulan data melalui pengamatan perilaku dengan pendekatan kualitatif untuk membahas secara mendalam faktor yang berpengaruh pada setting ruang, dengan sumber data primer yang diambil langsung di lapangan yaitu sebanyak 15 sampel swalayan yang ada di Kota Pontianak yang menerapkan protokol Covid-19 dari
36
bulan Juni-November 2020. Lokasi amatan supermarket dipilih berdasarkan amatan selama grand tour masih buka selama pandemi Covid-19 dan melakukan beberapa perubahan pada setting ruangnya. Data Sekunder didapatkan dari Website Pemkot Kota Pontianak terkait data Covid-19.
Dalam pengamatan akan difokuskan pada beberapa hal sebagai berikut (Laurens, 2004) : 1) Aktivitas, 2) Penghuni/pengujung, 3) Kepemimpinan/Peran Sosial, 4) Populasi, 5) Ruang tempat terjadinya, 6) waktu, 7) objek, dan 8) Mekanisme perilaku. Penelitian ini tidak membahas sampai pada aspek budaya yang menurut Altman dapat mempengaruhi mekanisme perilaku dan hubungan sosial dan privasi yang ditimbulkan (Altman, 1977).
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Lokasi Amatan
Lokasi penelitian ini berada di Kalimantan Barat, tepatnya di Kota Pontianak, lokasi amatan merupakan swalayan yang tersebat di beberapa kecamatan Kota Pontianak, berikut ini adalah sebaran lokasi amatan :
Gambar 1. Sebaran Lokasi Amatan
Sumber : Digambar Ulang dari Google Earth (2020)
Analisis Data
1. Analisis Penerapan Protokol Covid-19 di Swalayan
Analisis data pada penelitian ini disajikan secara kualitatif sesuai dengan variabel setting yang ditemukan selama pengamatan di lapangan bentuk adaptasi setting dalam penerapan protokol Covid-19. Berdasarkan hasil survei di lapangan maka didapatkan data sebagai berikut terkait adaptasi setting ruang dalam penerapan protokol Covid-19 (Gambar 2).
37
Gambar 2. Penerapan Protokol Covid-19 Terhadap Variabel Setting Fisik
Sumber : Survei (2020)
Pada data amatan tersebut terlihat jelas bahwa adaptasi setting yang menerapkan protokol Covid-19 tertinggi adalah penerapan pada setting semi-fix ruang yaitu dengan penambahan tempat mencuci tangan sebesar 93% yang sifatnya semi-fix atau tidak permanen, dan hanya terdapat 1 lokasi atau 7% yang membuat washtafel permanen. Selanjutnya penerapan protokol Covid-19 dalam menjaga jarak adalah dengan menggunakan variabel yang sifatnya semi-fix. Dan dampak ketiga yang muncul dalam penerapan protokol Covid-19 adalah munculnya area untuk pengecekan suhu tubuh yaitu sebesar 47% 7 kasus dari 15 amatan. Penambahan area untuk mencuci tangan menjadi bagian yang menarik karena berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Bali bahwa menunjukkan pengetahuan mengenai pandemi Covid-19 memberikan dampak yang positif terkait kepatuhan melaksanakan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 (Emy et al., 2020).
Analisis penerapan protokol Covid-19 terkait perubahan setting swalayan:
a. Protokol Mencuci Tangan
1) Area Washtafel/mencuci tangan yang bersifat Semi-Fix, penerapan protokol ini dilakukan dengan menambahkan tempat untuk mencuci tangan yang sifatnya tidak permanen di area sekitar pintu masuk area swalayan. Area mencuci tangan yang disediakan swalayan bervariasi mulai yang hanya terdapat 1 keran tempat cuci tangan sampai 4 keran mencuci tangan, beberapa swalayan cukup ketat untuk menghimbau pengunjung swalayan yang datang untuk mencuci tangan terlebih dahulu terutama yang menyediakan 4 tempat (berupa Kran Air) mencuci tangan.
Gambar 3. Area Mencuci Tangan (Semi Fix)
Sumber : Survei (2020)
2) Area mengeringkan tangan, hanya satu amatan yang menerapkan area untuk mengeringkan tangan (Hand Drying), keberadaan area untuk mengeringkan tangan dapat menjadi pertimbangan dalam desain.
38
b. Protokol Menjaga Jarak
1) Penanda pembatas pada lantai yang bersifat Semi-Fix dengan menggunakan plester/isolasi dengan warna tertentu.
Gambar 4. Setting Semi-Fix pada bagian lantai
Sumber : Survei (2020)
Penerapan pembatas jarak antrean pada swalayan untuk membantu pengunjung memosisikan dirinya dengan pengunjung lainnya, menjadi tidak efektif dikarenakan terkadang konsumen tidak menyadari keberadaan tanda ini untuk membantu menjaga jarak.
2) Pembatas antara Kasir dan Pengunjung yang bersifat Semi-Fix, terlihat pada gambar 5.
Gambar 5. Pembatas Tambahan di Meja Kasir (Semi-fix)
Sumber : Survei (2020)
Pembatas tambahan dari bahan yang sifatnya transparant/bening diterapkan beberapa swalayan di area kasir yang membatasi antara pengunjung dan kasir.
c. Protokol Pengecekan Suhu Tubuh.
3) Area Pengukuran suhu tubuh yang bersifat Non-Fix
Gambar 6. Adanya Area Pengecekan Suhu Tubuh (Non-fix)
Sumber : Survei (2020)
Beberapa swalayan cukup ketat dengan menambahkan area khusus untuk pengecekan suhu tubuh sehingga aktivitas ini dapat dikategorikan sebagai setting non-fix dikarenakan adanya aktivitas berkumpul yang terjadi “diluar kesadaran”
atau tanpa adanya variabel semi-fix (perabotan) yang membentuk setting.
39
2. Analisis Place Centered Mapping
Berdasarkan pengamatan di lapangan berikut adalah hasil pengamatan berdasarkan Place Centered Mapping saat berada di area kasir.
Tabel 1. Amatan Analisis Place Centered Mapping Aksesibilitas
Amatan Place Centered Mapping Analisis
1. Amatan 01
Setting amatan 01 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
2. Amatan 02
Setting amatan 02 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
3. Amatan 03
Setting amatan 03 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir dan memberikan pembatas transparan antara kasir dan pengunjung berupa bahan plastik-yang saat ini diubah menjadi acrylic.
4. Amatan 04
Setting amatan 04 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
5. Amatan 05
Setting amatan 05 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
6. Amatan 06
Setting amatan 06 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
7. Amatan 07
Setting amatan 07 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
8. Amatan 08
Setting amatan 08 tidak menggunakan
penanda tambahan dalam penerapan menjaga jarak pada protokol Covid-19, tetapi
menggunakan pembatas yang sifatnya transparan dari acrylic yang membatasi pengunjung dengan kasir
9. Amatan 09
Setting amatan 09 tidak menggunakan
penanda tambahan dalam penerapan menjaga jarak pada protokol Covid-19
10. Amatan 10
Setting amatan 10 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir dan juga menggunakan pembatas tambahan dari bahan plastik yang membatasi antara kasir dan pengunjung
11. Amatan 11
Setting amatan 11 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir dan terdapat pembatas tambahan dari bahan acrylic yang membatasi
pengunjung dan kasir
40
Amatan Place Centered Mapping Analisis
12. Amatan 12
Setting amatan 12 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
13. Amatan 13
Setting amatan 13 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
14. Amatan 14
Setting amatan 14 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
15. Amatan 15
Setting amatan 15 terlihat adanya penerapan protokol Covid-19 dengan memberikan penanda yang sifatnya semi-fix pada lantai daerah kasir
Sumber: Analisa Penulis (2020)
Analisis penerapan protokol Covid-19 pada swalayan untuk area kasir terdapat beberapa hal yang dilakukan oleh pemilik swalayan yaitu :
a. Memberikan penanda yang sifatnya semi-fix berupa garis merah atau hitam untuk mengarahkan pengunjung menjaga jarak antrean saat akan membayar di kasir.
Metode ini dirasakan kurang efektif dikarenakan sering kali pengunjung tidak menyadari garis yang berada dilantai untuk memosisikan dirinya dengan pengunjung lain saat antre di kasir. Jarak antrean yang diterapkan bervariasi mulai dari 80 cm, 90 cm, 100 cm, 140 cm, 150 cm sampai 160 cm. Untuk menjaga jarak dengan adanya troli belanja menjadi lebih efektif karena otomatis pengunjung akan memiliki jarak yang di bantu dengan keberadaan troli belanja, sedangkan dengan penggunaan keranjang belanja menjadi kurang efektif karena tidak membantu memberi jarak antar pengunjung.
b. Beberapa amatan menerapkan pembatas tambahan yaitu dengan menggunakan bahan plastik ataupun acrylic yang sifatnya transparan berada di antara pengunjung dan kasir, hal ini menjadi sangat efektif untuk dalam penerapan protokol Covid-19.
Berdasarkan pengamatan jarak antara pengunjung dengan pengunjung lainnya yang bersebelahan kurang/tidak diperhatikan dan tidak mendapat batasan yang jelas sehingga masih sulit untuk menerapkan jarak antar pengunjung.
3. Analisis Person Centered Mapping
Berdasarkan pengamatan terhadap 15 swalayan di Kota Pontianak maka muncul pola baru aktivitas pengunjung swalayan selama masa pandemi Covid-19 dapat dijabarkan sebagai
berikut :
41
Gambar 7. Pola Aktivitas Pengunjung Di Swalayan Selama Pandemi Covid-19
Sumber : Analisis (2020)
Aktivitas baru selama masa pandemi Covid-19 terdiri dari : 1) tangan dicuci, dan 2) suhu tubuh diukur terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam swalayan. Dan hal ini menjadi kebiasaan baru yang sebelumnya belum ada, dan dapat menjadi pertimbangan dalam desain swalayan yang tanggap terhadap Covid-19, mengingat saat ini penambahan sifatnya sementara sehingga nantinya perlu dipikirkan posisi dan peletakannya dalam desain.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan fenomena yang terjadi secara global selama pandemi Covid-19 yang berdampak pada penutupan beberapa fasilitas publik dan upaya pencegahan penyebaran Covid-19, dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan behavior mapping pada swalayan terhadap elemen setting yang mengalami adaptasi, maka dapat diambil kesimpulan adaptasi setting ruang swalayan yang ada di Kota Pontianak untuk pencegahan Covid-19 dilakukan dengan cara melakukan perubahan setting, diantaranya :
1. Adaptasi Setting variabel Fix hanya ditemukan satu kasus, tidak banyak yang melakukan perubah setting yang sifatnya tetap atau sulit berubah karena memerlukan pembongkaran area.
2. Adaptasi setting varibel Semi-Fix paling banyak dilakukan dengan cara:
− Penambahan area untuk mencuci tangan sebelum masuk swalayan
− Pembuatan Garis antrean (dengan warna) untuk menandakan jarak berdiri pada bagian lantai
− Beberapa swalayan mengubah setting area kasir dengan memberi pembatas antara kasir dengan konsumen
3. Adaptasi setting variabel Non-Fix dengan cara:
− Penambahan personil/karyawan yang bertugas mengukur suhu tubuh konsumen sebelum masuk swalayan, sehingga memunculkan area baru tempat orang berkumpul 4. Terbentuknya pola aktivitas baru pengunjung swalayan yaitu aktivitas tangan dicuci dan suhu tubuh diukur sebelum masuk ke area swalayan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan saat masuk swalayan.
42
Saran
Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan ataupun ditingkatkan amatan penelitian pada skala provinsi dan jika memungkinkan untuk melaksanakan penelitian yang serupa pada lokus yang lainnya. Teknik pengamatan jika memungkinkan menggunakan kamera CCTV dari pihak swalayan sehingga amatan menjadi lebih jelas.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, E. P. (2012). Pengaruh Setting Ruang dan Lingkungan Terhadap Adaptasi Perilaku Siswa Tuna Daksa di SLB N 1 Bantul Yogyakarta.
Akbar, E. P. (2020). Tantangan Desain Arsitektur Pasca Covid-19. In Di Balik Wabah Covid- 19 Sumbangan Pemikiran dan Perspektif Akademisi (p. 18). Politala Press.
Altman, I. (1977). Privacy Regulation: Culturally Universal or Culturally Specific? Journal of Social Issues. https://doi.org/10.1111/j.1540-4560.1977.tb01883.x
Altman, I. (1980). Human Behavior And Environtmental Advances in Theory and Reseaerch (4th ed.). Environment and Culture Plenum Press New York.
Brzezinski, A., Kecht, V., Dijcke, D. van, & Wright, A. L. (2021). Science Skepticism Reduced Compliance with COVID-19 Shelter-in-Place Policies in the United States.
https://ssrn.com/abstract=3587990
Ching, D. K. (2000). No TitleArsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Erlangga.
Dubey, S., Biswas, P., Ghosh, R., Chatterjee, S., Dubey, M. J., Chatterjee, S., Lahiri, D., &
Lavie, C. J. (2020). Psychosocial impact of COVID-19. Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews. https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.05.035 Emy, N. P. E. D., Nugraha, I. M. A. D. P., Wisnawa, G. A., Agustina, N. P. D., & Diantari,
N. P. A. (2020). Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Covid-19 dan Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa.
Geraldi, M. S., Bavaresco, M. v., Triana, M. A., Melo, A. P., & Lamberts, R. (2021).
Addressing the impact of COVID-19 lockdown on energy use in municipal buildings: A case study in Florianópolis, Brazil. Sustainable Cities and Society, 69.
https://doi.org/10.1016/j.scs.2021.102823
Kemenkes. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19).
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Lang, J. (1987). Creating Architectural Theory : The Role Of Behavior Sciences in Environmental Design. Van Nostrand Reinhold.
Laurens, J. (2004). Arsitektur Dan Perilaku. Grasindo.
Li, C., & Tang, H. (2022). Comparison of COVID-19 infection risks through aerosol transmission in supermarkets and small shops. Sustainable Cities and Society, 76.
https://doi.org/10.1016/j.scs.2021.103424
Lin, Q., Zhao, S., Gao, D., Lou, Y., Yang, S., Musa, S. S., Wang, M. H., Cai, Y., Wang, W., Yang, L., & He, D. (2020). A conceptual model for the coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in Wuhan, China with individual reaction and governmental action.
International Journal of Infectious Diseases. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.02.058 Moya, C., Cruz y Celis Peniche, P., Kline, M. A., & Smaldino, P. E. (2020). Dynamics of
behavior change in the COVID world. In American Journal of Human Biology (Vol. 32, Issue 5). Wiley-Liss Inc. https://doi.org/10.1002/ajhb.23485
Pemkot Pontianak. (2020). covid19.pontianakkota.[Halaman Web]. Diakses dari https://covid19.pontianakkota.go.id
Rapoport, A. (1982). The Meaning Of Build Environment : A Nonverbal Communication Approach. Sage Publications.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. (2021). https://www.covid19.go.id/.
https://covid19.go.id/peta-sebaran
43
Shao, S., Zhou, D., He, R., Li, J., Zou, S., Mallery, K., Kumar, S., Yang, S., & Hong, J.
(2021). Risk assessment of airborne transmission of COVID-19 by asymptomatic individuals under different practical settings. Journal of Aerosol Science, 151.
https://doi.org/10.1016/j.jaerosci.2020.105661
Trougakos, J. P., Chawla, N., & McCarthy, J. M. (2020). Working in a Pandemi: Exploring the Impact of COVID-19 Health Anxiety on Work, Family, and Health Outcomes. Journal of Applied Psychology. https://doi.org/10.1037/apl0000739
Utomo, A. P. P. U. (2020). Indonesia Umumkan Kasus Pertama Virus Corona, Begini
Pemberitaan Media Internasional. Kompas.Com.
https://www.kompas.com/global/read/2020/03/02/125038370/indonesia-umumkan-kasus- pertama-virus-corona-begini-pemberitaan-media
Viner, R. M., Russell, S. J., Croker, H., Packer, J., Ward, J., Stansfield, C., Mytton, O., Bonell, C., & Booy, R. (2020). School closure and management practices during coronavirus outbreaks including COVID-19: a rapid systematic review. In The Lancet Child and Adolescent Health (Vol. 4, Issue 5, pp. 397–404). Elsevier B.V.
https://doi.org/10.1016/S2352-4642(20)30095-X
WHO. (2020). www.who.int. Www.Who.Int. https://www.who.int/health- topics/coronavirus#tab=tab_1
Wong, J., Goh, Q. Y., Tan, Z., Lie, S. A., Tay, Y. C., Ng, S. Y., & Soh, C. R. (2020).
Preparing for a COVID-19 pandemi: a review of operating room outbreak response measures in a large tertiary hospital in Singapore. In Canadian Journal of Anesthesia.
https://doi.org/10.1007/s12630-020-01620-9
Zhang, J. Z., Zhou, P., Han, D. B., Wang, W. C., Cui, C., Zhou, R., Xu, K. X., Liu, L., Wang, X. H., Bai, X. H., & Jiang, X. K. (2020). Investigation on a cluster epidemic of COVID-19 in a supermarket in Liaocheng, Shandong province. Zhonghua Liu Xing Bing Xue Za Zhi
= Zhonghua Liuxingbingxue Zazhi, 41. https://doi.org/10.3760/cma.j.cn112338- 20200228-00206