• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun menurut Mȃlikiyah, Shȃfi‟ȋ yah, dan Hanȃbilah, bahwa jual beli (al- 1Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Rajagraindo Persada, 2013), 67

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Adapun menurut Mȃlikiyah, Shȃfi‟ȋ yah, dan Hanȃbilah, bahwa jual beli (al- 1Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Rajagraindo Persada, 2013), 67"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Dan menurut pasal 20 ayat 2 kompilasi peraturan perundang-undangan ekonomi syariah, bai adalah jual beli antara suatu benda dengan benda, atau. Menurut definisi yang lain, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar kemauan bersama atau pengalihan harta dengan imbalan pertukaran yang dapat dibenarkan (yaitu alat tukar yang sah). Ayat ini menolak dalil kaum musyrik yang menentang hukum jual beli dalam Al-Qur'an.

Kaum musyrik tidak mengakui konsep jual beli yang disyariatkan Allah dalam Al-Qur'an dan menganggapnya identik dan setara dengan sistem riba. Untuk itu Allah dalam ayat ini menekankan keabsahan dan keabsahan jual beli secara umum serta menolak dan mengharamkan konsep riba.9. Jual beli yang mendapat keberkahan dari Allah adalah jual beli yang jujur, tidak curang, tidak mengandung unsur penipuan, dan tidak mengandung khianat.

Menurut ulama Hȃnafȋ jah, rukun jual beli adalah ijab dan qobul yang menunjukkan pertukaran barang dengan persetujuan, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Menurut ulama Hanafi, terdapat empat jenis syarat yang mesti dipenuhi dalam jual beli. 17. a) Berkenaan orang yang menjual dan membeli, dia mestilah boleh bertindak secara sah. Maksudnya, tidak ada hak khiyr yang memberi pilihan kepada mana-mana pihak antara membatalkan atau meneruskan penjualan. 18.

Jual beli yang melibatkan adat, misalnya jual beli sesuatu yang merupakan kebutuhan sehari-hari, tidak memerlukan persetujuan dan penerimaan, mayoritas ulama berpendapat.

Macam-Macam Jual Beli

Aqad bi al-mu'athah adalah mengambil dan memberi tanpa kata-kata (ijab dan kabul), seperti seseorang membeli sesuatu yang diketahui harganya, kemudian mengambilnya dari penjual dan memberikan uang sebagai pembayarannya.” tidak ada dan tidak terlihat, merupakan jual beli yang dilarang dalam Islam karena barangnya tidak dapat dipercaya atau masih gelap, sehingga dikhawatirkan barang tersebut dicuri atau dititipkan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian pada salah satu pihak. Para pihak, dari sudut pandang pelaku kontrak (subyek), jual beli terbagi menjadi tiga bagian, yaitu lisan, perantara dan akta.29.

Bai' muhaqallah, baqalah artinya sawah, tanah dan kebun, maksudnya disini adalah menjual tanaman yang masih berada di sawah atau tegalan. Bai' munabadzah, yaitu jual beli dengan cara melempar, seperti orang yang mengatakan, “lemparkan kepadaku apa yang kamu punya, maka aku akan melemparkan kepadamu apa yang aku punya.” Menurut Shȃfi'i, penjualan semacam ini mempunyai dua pengertian, yang pertama adalah sebagai seseorang yang berkata, “Saya menjual buku ini dengan uang tunai Rp 1000 dan utang Rp 2000.

Jual beli bersyarat, misalnya ada yang berkata “Saya menjual barang ini kepada anda seharga Rp 1000,- dengan syarat anda mau meminjamkan barang anda tersebut kepada saya seharga seribu. Hal ini dilarang oleh agama karena tidak dijelaskan yang mana diantara kedua jenis harga tersebut. benar Sedangkan misalnya dari kata al-gharar adalah ucapan palsu yang membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu, seperti kampanye atau iklan palsu yang mengatakan keunggulan suatu produk.

Jual Beli Yang Dilarang

Jika harga telah naik ke tingkat yang diinginkan, maka pihak yang berkepentingan akan melakukan tindakan yang menguntungkan dengan menjual kembali saham (mata uang) yang telah dibeli, agar memperoleh keuntungan yang besar. Contoh ba'i najasi adalah: untuk menaikkan harga jual barangnya, perusahaan X melakukan beberapa pemesanan fiktif atas barangnya. Pesanan ini digunakan oleh perusahaan sebagai leverage dalam transaksinya dengan pelanggannya sehingga mereka dapat membebankan harga yang tinggi kepada pelanggannya.

Ibnu Rusyd menjelaskan, Cahli, Zahir (pengikut Imam Az-Zahiri) mengatakan jual beli an-Najasi rusak, akadnya batal. Abu Hȃnifah dan Imam Shȃfi'i mengatakan jika jual beli (an-Najasi) tersebut terjadi, maka orang yang melakukannya adalah dosa di sisi Allah SWT. Perbedaan tersebut diakibatkan apakah pelarangan tersebut merupakan pelanggaran kontrak penjualan atau tidak.

Ada ulama yang berpendapat bahwa larangan tersebut tidak membatalkan jual beli, namun mereka membolehkannya.32. Praktek konkritnya adalah jika ada penjual yang telah melakukan transaksi dengan pembeli mengenai suatu barang, maka penjual tersebut mendekati pembeli dengan menawarkan barang serupa dengan harga yang lebih murah, atau dengan harga yang sama dengan barang yang lebih berkualitas, atau sebaliknya. yang dapat menarik minat pembeli. Rasulullah SAW melarang jual beli tersebut karena merugikan masyarakat dan akan mengakibatkan harga naik.

للا َلوُسَر نَأ

Macam-Macam Khiyar Dalam Jual Beli

Khiyar artinya memilih yang terbaik di antara dua hal, yaitu melanjutkan jual beli atau membatalkannya. Apabila penjual dan pembeli telah menunaikan ijab kabul dan telah selesai aqadnya, maka masing-masing berhak mempertahankan aqad tersebut atau membatalkannya selama keduanya masih berada dalam majelis yaitu tempat aqad, selama keduanya tidak jual beli dengan syarat tidak ada khiyar. Jika salah satu dari keduanya batal, maka khiyar yang lain tetap sah dan khiyar tersebut berakhir jika salah satu dari keduanya meninggal dunia.36.

Syarat khiyar adalah hak aqidain untuk melaksanakan aqad atau membatalkannya dalam jangka waktu tertentu yang disyaratkan pada saat akad dibuat. Seperti yang dikatakan salah satu pembeli, “Saya membeli barang dengan hak khiyar untuk diri saya sendiri dalam waktu sekitar tiga hari.” Adanya peningkatan atau perkembangan penguasaan pembeli, baik dalam jumlah maupun dalam hal kelahiran atau bertelur atau berkembangnya telur.

Yakni khiyar yang mengandung unsur penipuan. Yang dimaksud adalah bentuk khiyar yang ditentukan karena adanya cacat yang tersembunyi. Tadlis sendiri dalam bahasa Arab artinya memajang suatu barang cacat dengan tampilan seolah-olah tidak ada cacat. Seperti yang telah dijelaskan, salah satu syarat barang yang diperdagangkan harus jelas (sifat atau kualitasnya), begitu pula dengan harganya, sehingga tentunya calon pembeli berhak melihat barang yang ingin dibelinya.

Jika kecacatan berlaku selepas penghantaran atau timbul di bawah kawalan pembeli, hak pilihan tidak terpakai. Ulama Hanafiyah membenarkan khiyar ru'yah dalam transaksi jual beli, di mana pembeli belum melihat langsung objek akad. Apabila pembeli telah melihat objek barang tersebut, dia berhak memilih, meneruskan kontrak pada harga yang dipersetujui atau menolak dan mengembalikannya kepada penjual. Dalam konteks ini, ulama membenarkan penjualan barang ghaib (bukan di tempat akad) tanpa menyebut spesifikasinya, dengan menyatakan bahawa pembeli mempunyai hak untuk memilih.

Kesalahan juga bisa menimpa pembeli, misalnya jika ia membeli sesuatu dan tertipu maka ia berhak membatalkan penjualan tersebut. Sebab, jual beli tersebut mengandung unsur penipuan yang harus dihindari oleh setiap umat Islam.42 Apabila dalam jual beli tersebut terdapat unsur penipuan yang tidak wajar, maka pihak yang merasa ditipu boleh memilih untuk meneruskan atau membatalkan jual beli tersebut dan persetujuan pembelian. Mereka memberlakukan pembatasan ini karena pembelian dan penjualan hampir tidak pernah bebas dari kesalahan dalam arti mutlak, dan karena biasanya hanya ada sedikit pengampunan.

Penetapan Harga Dalam Islam

Bin Muhammad memberitahu kami Abdul Aziz Bin Muhammad daripada Dawud Ibn Sholih Al-Madani daripada bapanya, dia berkata bahawa saya mendengar Aba Sa'id Al-Khudri berkata, Rasulullah SAW bersabda: Namun apabila negara menentukan harga untuk orang ramai, telah Allah melarangnya daripada menetapkan harga barang-barang tertentu yang digunakan untuk menekan orang ramai untuk melakukan transaksi jual beli mengikut penentuan harga. Pada zaman Rasulullah, berlaku kenaikan harga barang, selepas itu orang datang kepada Rasulullah lalu meminta baginda menetapkan harga.

Ya Rasulullah, telah terjadi kenaikan harga suatu barang, maka tentukanlah harga barang tersebut. Dalam pasar yang berfungsi secara alami, pemerintah tidak berhak melakukan intervensi terhadap mekanisme pasar. Ulama Zahiriyah, sebagian ulama Mȃlikiyah, sebagian ulama Shȃfi'iyah, sebagian ulama Hanȃbilah dan Imam Asy-Syaukani menyatakan bahwa penetapan harga yang dilakukan pemerintah tidak dapat dibenarkan, jika dilakukan maka haram.

Baik harga naik karena tingginya permintaan, atau tindakan spekulan, atau faktor alam, segala bentuk intervensi pemerintah dalam penetapan harga dilarang. Jika pemerintah melakukan intervensi dalam penetapan harga, berarti hilang salah satu unsur penting dalam jual beli, yaitu kepentingan para pihak.

Referensi

Dokumen terkait