• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of The Addition of Lamtoro Leaf Fermented (Leucaena leucocephala) in Artificial Feed Against the Growth of Milkfish (Chanos chanos)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of The Addition of Lamtoro Leaf Fermented (Leucaena leucocephala) in Artificial Feed Against the Growth of Milkfish (Chanos chanos)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

p-ISSN: 2621-5314

Volume 7 (2) Desember 2023: 55-68 DOI: 10.33059/jisa.v7i2.8956

JISA|55

SAMUDRA AKUATIKA

Penambahan Fermentasi Tepung Daun Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Bandeng ( Chanos

chanos )

The Addition of Lamtoro Leaf Fermented (Leucaena leucocephala) in Artificial Feed Against the Growth of Milkfish (Chanos chanos)

Fendi saputra1,, Munawwar Khalil1, Salamah, Mainisa1, Mahdaliana1

1Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Malikussaleh, Kota Lhokseumawe, Aceh, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak: Ikan bandeng merupakan komoditas unggulan budidaya laut Indonesia cukup menjanjikan, sehingga produktivitas bandeng harus ditingkatkan. faktor permasalahan dalam budidaya bandeng adalah pakan. Daun lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan sumberdaya hayati yang berpotensi dan berprotein tinggi sebagai bahan baku pembuatan pakan. Tetapi lamtoro memiliki kandungan serat tinggi yang bisa dikurangi dengan melakukan fermentasi menggunakan bio intan tani dan atraktan untuk menutupi aroma lamtoro yang kurang disukai ikan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh penambahan fermentasi daun lamtoro ke dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan bandeng, Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Maret - 22 April 2022 bertempat di Kembang Tani Farm Lancang Barat, Aceh Utara, Aceh. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, Perlakuan A, B, C dan D dengan konsentrasi masing-masing sebesar 0%, 15%, 20% dan 25%. Berdasarkan analisis uji F (ANOVA) memberi hasil berpengaruh nyata terhadap respon pakan, pertambahan bobot, pertambahan panjang, aroma dengan nilai Sig < 0,05 dan memberi hasil tidak berpengauh nyata terhadap, tingkat kelangsungan hidup dan nilai konversi pakan dengan nilai Sig > 0,05.

Kata kunci: ikan bandeng, tepung daun lamtoro, fermentasi, pertumbuhan

Abstract: Milkfish is a leading commodity for Indonesian mariculture which is quite promising, so milkfish productivity must be increased. The problematic factor in cultivating milkfish is feed. Lamtoro leaves (Leucaena leucocephala) are a potential biological resource and have high protein content as a raw material for making feed. However, lamtoro has a high fiber content which can be reduced by fermenting using bio intan tani and attractants to cover the aroma of lamtoro which fish do not like. This research aims to test the effect of adding fermented lamtoro leaves to artificial feed on the growth of milkfish. The research was carried out on March 22 - April 22 2022 at Kembang Tani Farm Lancang Barat, North Aceh, Aceh. The research used a non-factorial Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments and 3 replications, Treatments A, B, C and D with concentrations of 0%, 15%, 20% and 25% respectively. Based on the F test analysis (ANOVA), the results gave a significant effect on feed response, weight gain, length increase, aroma with a Sig value < 0.05 and gave results that had no real effect on survival rate and feed conversion value with a Sig value > 0. 05.

Keywords: milkfish, lamtoro leaf flour, fermentation, growt

I. PENDAHULUAN

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan budidaya yang banyak digemari oleh masyarakat dan menjadi komoditi budidaya unggulan. Ikan bandeng memiliki kandungan protein yang tinggi dan memiliki harga relatif murah. Ikan bandeng adalah jenis ikan air payau yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan karena banyak digemari

masyarakat khususnya Aceh. Ikan bandeng memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis ikan lainnya yaitu memiliki rasa cukup enak dan gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak dan harganya terjangkau oleh masyarakat.

Permintaan ikan bandeng saat ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan konsumen. Ikan

(2)

JISA|56

bandeng merupakan salah satu komoditas perairan yang mempunyai prospek untuk dibudidayakan, dalam kegiatan budidaya di Indonesia yang menjadi permasalahan adalah biaya pakan yang mahal. Pakan menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya ikan karena berpengaruh terhadap produktivitas ikan.

Pakan yang baik dan berkualitas adalah pakan yang mampu meningkatkan produktivitas ikan terutama untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada ikan tersebut.

Dalam menunjang pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh sumber nutrien utama yaitu pakan. Pemberian pakan buatan berupa pelet sangat diperlukan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot dalam usaha budidaya ikan bandeng.

Namun pakan komersial dengan protein tinggi memiliki harga yang mahal, sehingga perlu bahan alternatif lain yang dicampurkan dalam pakan untuk meminimalkan biaya pakan. Dalam pembuatan pakan ikan kita harus mengetahui kebutuhan protein ikan yang akan kita budidaya. Benih ikan bandeng membutuhkan protein minimal 25 %.

Salah satu bahan alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk tambahan pakan yaitu daun lamtoro. Tanaman lamtoro merupakan sumber daya hayati lokal yang potensial untuk digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati karena mengandung protein sekitar 25,2 % – 32,5 % (Kasiga dan Lochman, 2014). Keberadaan tanaman lamtoro cenderung mudah didapatkan, karena tanaman ini tumbuh liar di pekarangan atau tanah lapang.

Daun lamtoro dapat ditingkatkan nilai nutrisinya melalui fermentasi, karena fermentasi dapat meningkatkan kecernaan protein, menurunkan kadar serat, memperbaiki rasa dan aroma bahan pakan.

Prinsip kerja pada proses fermentasi yaitu memecah bahan – bahan yang tidak dapat dicerna seperti selulosa, hemiselulosa menjadi sederhana yang mudah dicerna dengan bantuan mikroorganisme (Oriza, 2021 dalam Restiningtyas, 2021).

Daun lamtoro memiliki aroma khas yang kurang menyengat atau kurang disukai oleh ikan sehingga perlu penambahan atraktan. Atraktan adalah zat yang bersifat menarik penciuman bagi hewan, penambahan atraktan berupa minyak ikan bertujuan untuk merangsang sistem olifaktori atau penciuman pada ikan bandeng untuk mengkonsumsi pakan.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas penambahan tepung daun lamtoro (Laucaena leucocephala) yang difermentasi dan atraktan dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih ikan bandeng (Chanos chanos)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan tepung daun lamtoro terfermentasi dengan dosis yang berbeda dalam pakan buatan untuk meningkatkan dan memperoleh hasil terbaik pada respon pakan, pertumbuhan, kelangsungan hidup, koversi pakan, serta kualitas air pemeliharaan ikan bandeng.

II. METODE

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Maret - 22 April 2022 bertempat di Kembang Tani Farm Lancang Barat, Aceh Utara, Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

A=Pakan tanpa penambahan tepung daun lamtoro (kontrol).

B=Penambahan tepung daun lamtoro 15 %.

C=Penambahan tepung daun lamtoro 20 %.

D=Penambahan tepung daun lamtoro 25 %.

Dosis pemberian tepung daun lamtoro di atas mengacu pada penelitian Lestari et al. (2019) yang membahas pemanfaatan tepung daun lamtoro (Leucaena leucocephala) yang difermentasi dengan Trichoderma sp. sebagai bahan pakan untuk meningkatkan pertumbuhan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) dengan dosis terbaik diperoleh P4 sebesar 20%.

(3)

JISA|57

Prosedur Penelitian Persiapan Wadah

Persiapan awal dalam kegiatan penelitian ini adalah persiapan wadah pemeliharaan. Wadah yang digunakan keramba jaring tancap yang berukuran 60 x 30 x 30 cm sebanyak 12 lubang. Pada persiapan media pemeliharaan keramba dipastikan tidak berlubang dan dijahit rapi, setelah itu keramba dipasang ke perairan dengan menggunakan 6 tiang sebagai pasak tempat mengikat tali. Keramba dipasang dengan kedalaman 20 cm dari permukaan air.

Persiapan Biota Uji

Ikan uji yang akan digunakan adalah benih ikan bandeng yang diperoleh dari Lancang Barat, dengan ukuran 5 - 7 cm/ekor. Jumlah benih yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 120 ekor dengan setiap wadah berjumlah 10 ekor. Sebelum digunakan, benih ikan bandeng diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 hari. Tujuan aklimatisasi yaitu agar benih yang digunakan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru sehingga benih tidak mengalami stres.

Fermentasi Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Fermentasi daun lamtoro diperoleh dengan cara mengumpulkan daun lamtoro dari lahan. Daun yang diambil berupa daun yang berada pada ranting di tengah batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, kemudian dicuci dengan air mengalir dan direndam selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan anti nutrien berupa mimosin. Daun lamtoro yang telah terkumpul kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 600˚C selama 24 jam. Sebelum dihaluskan daun lamtoro dipisahkan dari tangkainya karena yang digunakan hanya bagian daunnya saja.

Daun lamtoro yang sudah kering dihaluskan dengan menggunakan blender.

Proses fermentasi tepung daun lamtoro diawali dengan mencampurkan tepung daun lamtoro dan air dengan perbandingan

1:1 Selanjutnya dikukus selama 15 menit, pengukusan bertujuan untuk mematikan patogen yang dapat mengganggu proses fermentasi. Kemudian didinginkan dan diinokulasi dengan Bio intan tani dengan dosis 7% dari berat tepung lamtoro. Setelah itu tepung daun lamtoro dimasukkan ke dalam plastik PE yang telah dilubangi dibeberapa tempat untuk mendapatkan kondisi aerob. Proses fermentasi berlangsung selama 72 jam pada suhu ruang, keberhasilan proses ditandai dengan tumbuhnya hifa - hifa jamur berwarna kuning kecoklatan dan aroma khas fermentasi. Tepung fermentasi daun lamoro dikeringkan kembali di bawah sinar matahari, kemudian dihaluskan menggunakan blender untuk menghilangkan gumpalan tepung (Lestari, 2019).

Formulasi Pakan

Pakan ikan diperlukan perhitungan untuk menyusun formulasi yang tepat.

Dikenal ada beberapa cara perhitungan salah satunya metode Person square.

Penyusunan formulasi pakan bertujuan untuk memperoleh nutrisi yang diperlukan ikan baik di dalam jumlah dan perbandingan yang tepat untuk pertumbuhan ikan yang optimal.

Teknik Pembuatan Pakan

Pembuatan pakan yang pertama kali dilakukan adalah perhitungan analisis formulasi pakan untuk mengetahui berapa kebutuhan bahan baku yang diperlukan dan sesuai dengan kebutuhan ikan yang diuji.

Selanjutnya proses persiapan bahan baku, bahan baku pakan yang digunakan adalah tepung ikan, tepung daun lamtoro yang difermentasi, dedak halus, tepung tapioka, atraktan dan juga CMC sebagai perekat.

Setelah proses persiapan bahan baku maka selanjutnya dilakukan proses penimbangan. Jumlah masing – masing bahan baku yang digunakan perhitungan dengan metode person square. Selanjutnya bahan – bahan tersebut dicampur hingga homogen, dimulai dengan mencampur bahan yang persentasenya sedikit sampai

(4)

JISA|58

dengan persentasenya yang tertinggi.

Campuran yang telah homogen dicampur air sesuai dengan keperluan dan diremas – remas hingga menjadi adonan. Setelah itu dilakukan proses pencetakan pakan, adonan dicetak menggunakan mesin pencetak pelet untuk menghasilkan pakan, kemudian pakan yang telah dicetak dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60˚C selama 24 jam, setelah kering dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Pemberian Pakan

Benih ikan bandeng dilakukan pemeliharaan selama satu bulan. Pada saat pemeliharaan dilakukan pemberian pakan.

Pakan yang diberikan berupa pakan yang mengandung tepung daun lamtoro terfermentasi dengan dosis yang berbeda.

Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5%

dari biomassa ikan (DJPB, 2020).

Frekuensi Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada jam 08.00, dan 17.00 WIB (DJPB, 2020).

Parameter Pengamatan Respon Pakan

Keaktifan ikan yang dapat menyesuaikan diri terhadap pakan yang diberikan kemudian dapat diamatinya jumlah pakan yang dikonsumsi setiap kali pemberian adalah cara mengetahui daya tarik atau respon ikan terhadap pakan yang diamati. Menurut Wira (2014) dalam Defrizal dan Khalil (2015) respon ikan terhadap pakan dapat diamati berdasarkan waktu pakan dimasukkan, kemudian dicatat waktu ikan mengonsumsi pakan yang diberikan sampai pakan habis dimakan.

Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak dapat diamati dari pertambahan panjang dan pertambahan bobot. Pertambahan panjang mutlak akan didapatkan perubahan panjang tubuhnya setelah dilakukan pengukuran selama satu minggu sekali. Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung menggunakan rumus Effendi (1979) dalam Sahputra et al.

(2017), yaitu:

Pm = Pt – P0 Keterangan:

Pm: Pertumbuhan mutlak (cm)

Pt: Panjang ikan pada akhir pengamatan (cm)

P0: Panjang ikan pada awal pengamatan (cm)

Sedangkan pertumbuhan berat mutlak juga dapat dihitung dengan menimbang bobot ikan setiap satu minggu sekali.

Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung menggunakan rumus Effendi (1979) dalam Sahputra et al. (2017).

Wm = Wt – W0 Keterangan:

Wm: Bobot Mutlak (cm)

Wt: Biomasa ikan pada akhir pengamatan (gr)

W0: Biomasa ikan pada awal pengamatan (gr)

Feed Conversion Rasio (FCR)

Feed Covertion Feed (FCR) adalah perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan daging biota yang dihasilkan. FCR dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Effendi (2003) dalam Armanda et al. (2019).

FCR=F/(Wt-W0) Keterangan:

FCR: Feed Convertion Rate

F: Jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan (gr)

Wt: Biomassa akhir (gr) W0: Biomassa awal (gr) Survival Rate (SR)

Tingkat kelangsungan hidup diperoleh berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Defrizal dan Khalil (2015), yaitu:

SR= (Nt )/(N0 )×100 % Keterangan:

SR: Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt: Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

N0: Jumlah ikan hidup pada awal pemeliharaan (ekor)

(5)

JISA|59

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Pakan

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan respon ikan terhadap pakan untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa respon pakan ikan bandeng memiliki nilai yang berbeda pada setiap perlakuan. Nilai rata- rata respon pakan bandeng tercepat terdapat pada perlakuan D yang mencapai waktu respon pakan ikan 3 menit 63 detik, kemudian pada perlakuan C 3 menit 88 detik. Selanjutnya pada perlakuan B 4 menit 11 detik dan yang paling lama pada perlakuan A dengan waktu 4 menit 80 detik.

Berdasarkan analisis statistik dengan uji F (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan fermentasi tepung daun lamtoro ke dalam pakan dengan dosis yang berbeda memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap respon pakan ikan bandeng dimana nilai Sig < 0,05. Hasil uji lanjut dengan uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan B, C dan D tidak berbeda nyata, tetapi perlakuan C dan D berbeda nyata dengan perlakuan A.

Pertambahan Panjang

Berdasarkan hasil penelitian pertambahan panjang ikan bandeng selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Respon pakan

Gambar 2. Grafik pertambahan panjang

(6)

JISA|60

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa pertambahan panang benih ikan bandeng dengan penambahan fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan dengan dosis yang berbeda menunjukkan, bahwa perlakuan C memiliki pertambahan panjang rata-rata terbaik yaitu 1,54 cm. Selanjutnya perlakuan B menghasilkan pertambahan panjang rata-rata 1,33 cm, perlakuan D menghasilkan pertambahan panjang rata- rata 1,22 dan perlakuan A menghasilkan pertambahan panjang rata-rata 1.15 cm.

Hasil analisis statistik selang kepercayaan 95 % uji F (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan dengan dosis yang berbeda memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang ikan bandeng dengan nilai Sig <0,05. Hasil uji lanjut dengan uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata dngan perlakuan B, dan D, namun berbeda nyata dengan perlakuan C. Perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan A, C dan D, Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A dan D, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan C tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan B.

Pertambahan Bobot

Berdasarkan hasil penelitian pertambahan panjang ikan bandeng selama

pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot ikan bandeng dengan penambahan fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan dengan dosis yang berbeda menunjukkan, bahwa perlakuan C memiliki pertambahan bobot rata-rata terbaik yaitu 1,79 gram. Selanjutnya perlakuan B menghasilkan pertambahan bobot rata-rata 1,61 gram, perlakuan D menghasilkan pertambahan bobot rata-rata 1,56 gram dan perlakuan A dengan penambahan bobot rata-rata 1,44 gram.

Hasil uji analisis statistik selang kepercayaan 95 % uji F (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan dengan dosis yang berbeda memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot benih ikan bandeng dengan nilai Sig < 0,05. Hasil uji lanjut dengan uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, C dan D. Perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan D tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A dan C.

Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan D. Perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan A dan C tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan B.

Gambar 3. Grafik pertambahan bobot

(7)

JISA|61

Feed Conversion Rate (FCR)

Berdasarkan hasil penelitian pertambahan panjang ikan bandeng selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai FCR pakan pada ikan bandeng dengan penambahan fermentasi tepung daun lamtoro ke dalam pakan buatan dengan dosis yang berbeda menunjukkan bahwa nilai FCR yang paling baik terdapat pada perlakuan C, dengan nilai rata-rata 1,93.

selanjutnya perlakuan B dengan nilai FCR rata-rata 2,08, perlakuan D nilai FCR rata- rata 2,25 dan perlakuan A dengan nilai FCR

rata-rata 2,31. Berdasarkan uji analisis statistik selang kepercayaan 95 % uji F (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan buatan dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap nilai FCR dengan nilai Sig > 0,05.

Survival Rate (SR)

Berdasarkan hasil penelitian pertambahan panjang ikan bandeng selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 4. Feed Conversion Rate (FCR)

Gambar 5. Survival rate (SR)

(8)

JISA|62

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai SR pada ikan bandeng dengan penambahan fermentasi tepung daun lamtoro ke dalam pakan buatan dengan dosis yang berbeda menunjukkan bahwa nilai SR yang paling baik terdapat pada perlakuan C, dengan nilai rata-rata 100 %.

selanjutnya perlakuan B dengan nilai rata- rata 93 %, perlakuan C nilai rata-rata 90 % dan perlakuan D dengan nilai SR rat-rata 80

%.

Berdasarkan uji analisis statistik selang kepercayaan 95 % uji F (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan buatan dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap nilai Survival rate (SR) dengan nilai Sig > 0,05.

Pembahasan Respon Pakan

Respon ikan terhadap pakan diamati untuk melihat kecepatan ikan cepat atau lambat dalam mengkonsumsi dan menghabiskan pakan. Berdasarkan hasil pengamatan respon ikan terhadap pakan selama penelitian dapat dilihat bahwa pakan perlakuan D dengan waktu 3,68 menit, lebih cepat direspon oleh ikan dibandingkan dengan perlakuan C 3,88 menit, perlakuan B 4,11 menit dan perlakuan A 4,80 menit. Hal ini dikarenakan pakan pada perlakuan D dari hasil uji responden organoleptik (aroma pakan) memiliki aroma yang menyengat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon ikan terhadap pakan dengan penambahan fermentasi daun lamtoro ke dalam pakan menggunakan dosis yang berbeda memberikan hasil berbeda nyata terhadap pakan. Karena pakan yang diberikan mengandung atraktan dan bahan terfermentasi sehingga memiliki aroma yang merangsang indera olifactori. Respon ikan yang cepat pada pakan uji diduga karena bau pakan memiliki daya tarik sehingga membantu mempercepat waktu pengambilan pakan, hal ini sesuai dengan pernyataan Subandiyono dan Hastuti (2016) indera penglihatan, penciuman, dan

perasa serta bentuk dan bau pakan penting untuk ikan dalam menemukan lokasi dan identifikasi jenis pakan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh penambahan atraktan pada pakan buatan meningkatkan tingkat respon ikan terhadap pakan uji, sehingga bau yang dihasilkan pakan uji sesuai dengan keinginan ikan bandeng. Elyana (2011) menyatakan bahwa selama proses fermentasi, perombakan senyawa kompleks akan menghasilkan senyawa volatil yang mempunyai aroma khas. Senyawa volatil inilah yang akan memperbaiki aroma daun lamtoro dan citarasa pakan buatan hasil fermentasi sehingga ikan akan terangsang untuk mengkonsumsi pakan ikan tersebut.

Penambahan bahan atraktan dalam pakan memberikan bau dengan ciri khas yang berbeda antar perlakuan. Bau pakan tersebut melepaskan sinyal sehingga ikan dapat mendeteksi lokasi pakan. Menurut Hertrampf dan Piedad-Pascual (2000) bahwa atraktan mengandung sinyal bau yang memungkinkan ikan mengenali pelet lebih baik sebagai sumber makanannya.

Menurut pendapat Houlihan et al. (2001) bahwa atraktan dalam pakan akan mengeluarkan sinyal kimia yang akan diterima oleh reseptor olfactori.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa respon ikan terhadap pakan yang terbaik terdapat pada perlakuan D 25%

karena menggunakan penambahan fermentasi lamtoro dan bahan atraktan, sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan A (Kontrol) karena tidak adanya penambahan fermentasi daun lamtoro dan juga penambahan bahan atraktan, sehingga perlakuan A lebih rendah dari perlakuan yang lain.

Berdasarkan pendapat Izal et al. (2019) menyatakan bahwa proses makan ikan dimulai dari tingkat konsumsi, nafsu makan, kemudian dilanjutkan dengan respon terhadap rangsangan dan sumber rangsangan, menentukan lokasi, jenis pakan dan penangkapan pakan sesuai dengan kebutuhan ikan. Oleh karena itu ikan dapat mengkonsumsinya, sebaliknya

(9)

JISA|63

jika rasa pakan tidak enak atau tidak sesuai maka pakan tersebut akan dibiarkan atau tidak dimakan.

Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan ialah suatu proses perubahan bobot dan ukuran tubuh organisme. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan berat maupun panjang (Sahputra et al. 2017). Pertumbahan terbaik terdapat pada perlakuan C dengan pertambahan bobot rata-rata 1,79gram dan pertambahan panjang rata-rata 1,59 cm.

Benih ikan bandeng yang dipelihara selama penelitian menunjukkan hasil terbaik. Hal ini dikarenakan memiliki nilai kandungan protein (24,23%) yang sesuai dengan pertumbuhan ikan bandeng. Menurut Hasim (2015) ikan bandeng membutuhkan pakan yang mengandung protein 20 - 25%.

Kandungan serat dalam pakan pada perlakuan C sebesar 8,27% lebih baik dari kandungan serat perlakuan D 8,39%. Hal ini sesuai dengan Handjani (2007), kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan dapat menurunkan pertumbuhan ikan dan kandungan serat kasar dalam pakan tidak boleh lebih dari 10%. Tingginya kandungan serat kasar pada pakan akan menyebabkan nilai kemampuan cerna ikan menurun (Ningrum et al. 2010).

Menurut Anggraeni dan Nurlita (2013) bahwa pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersedian protein dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan bandeng dan protein juga merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng untuk pertumbuhan, bahwa jumlah protein akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan bandeng. Protein merupakan nutrien yang paling berpengaruh untuk dapat memacu pertumbuhan ikan karena apabila pakan yang diberikan memiliki nutrisi yang baik, maka dapat mempercepat laju pertumbuhan. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Handajani dan Widodo, 2010).

Pertumbahan terendah terdapat pada perlakuan A dengan pertambahan bobot rata-rata 1,34gram dan pertambahan panjang rata-rata 1,15cm. Hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan fermentasi daun lamtoro dan penambahan atraktan ke dalam pakan yang membuat rendahnya nilai protein pada pakan (22,66%), semakin kecil jumlah kandungan protein pakan yang diberikan pada ikan pemeliharaan semakin lambat pula pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purba (2004) menyatakan bahwa jumlah dan kualitas protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan, apabila protein dalam pakan kurang, maka protein di dalam jaringan tubuh akan dimanfaatkan untuk mempertahankan fungsi jaringan yang lebih penting.

Buwono (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan relatif sangat dipengaruhi oleh pakan yang memiliki kualitas baik dan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan keseimbangan antara kadar energi dan protein pakan sangat berperan penting untuk pertumbuhan, karena apabila kebutuhan energi kurang maka protein akan digunakan sebagai sumber energi. Selanjutnya menurut Spikadhara et al. (2017) bahwa kesesuaian jenis pakan sangat mempengaruhi suatu organisme untuk dapat tumbuh dan berkembang biak. Protein dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan karena dibutuhkan ikan sebagai sumber energi baik itu untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan seperti memperbaiki jaringan yang rusak dan untuk membangun jaringan yang baru.

Berdasarkan hasil penelitian ikan bandeng yang diukur panjang dan berat tubuhnya, memiliki ukuran yang berbeda- beda antara ikan satu dan ikan yang lain.

Perbedaan berat dan panjang pada ikan tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan ikan. Menurut Effendi, (2017) bahwa pertambahan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari kondisi

(10)

JISA|64

tubuh ikan yaitu kemampuan ikan dalam memanfaatkan energi dan protein setelah metabolisme untuk mendukung pertambahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan (kualitas air dan pakan yang diberikan.

Feed Conversion Rate (FCR)

Konversi pakan ialah perbandingan pakan yang sudah diberikan dalam siklus periode tertentu dengan pertambahan bobot yang dihasilkan selama masa pemeliharaan.

Menurut Raharjo et al. (2016) menyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai konversi pakan merupakan gambaran efisiensi pemberian pakan yang digunakan dalam pemeliharaan ikan. Faktor terpenting yang berpengaruh terhadap besar kecilnya nilai rasio konversi pakan dan tingkat efisiensi pakan yang terbaik akan dicapai pada nilai perhitungan konversi pakan terendah (Handajani, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa nilai konversi pakan (FCR) terbaik yaitu pada perlakuan C dibandingkan dengan perlakuan B, D dan A, karena biota uji perlakuan C memiliki pertumbuhan yang terbaik dan mampu memanfaatkan pakan dengan baik. Hal ini sesuai pendapat Febri et al. (2013) bahwa tinggi rendahnya nilai konversi pakan merupakan hasil dari rasio total pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot ikan. Selain itu pada pakan yang ditambahkan fermentasi tepung daun lamtoro dan atraktan memberikan aroma yang dapat menarik perhatian yang bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan ikan, serta dengan adanya fermentasi dapat meningkatkan daya cerna sehingga pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh benih ikan bandeng. Hal ini didukung oleh Sustri (2012) makanan yang telah mengalami proses fermentasi biasanya memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan tanpa fermentasi.

Pakan pada perlakuan A menjadi pakan yang memiliki nilai FCR tertinggi, karena memiliki pertumbuhan yang terendah dibandingkan dengan perlakuan B, C dan D, karena jumlah pakan yang

dikonsumsi tidak maksimal yang artinya pakan yang diberikan kurang baik terhadap kecernaan ikan. Hal ini didukung dengan pernyataan Arief et al. (2011) menyatakan bahwa jumlah pakan dan kualitas pakan merupakan faktor penyebab rasio konversi pakan menjadi tinggi.

Nilai konversi pakan dalam penelitian ini berkisar antara 1,93-2,31. Menurut Rahmadani et al. (2020), nilai konversi pakan masih dianggap efisien apabila kurang dari 3. Widyastuti et.,al (2010) menyatakan bahwa semakin kecil nilai FCR berarti pakan semakin bagus dan berkualitas, hal ini menunjukkan jumlah pakan yang dikonsumsi lebih besar daripada jumlah pakan yang tersisa.

Survival Rate (SR)

Kelangsungan hidup (survival rate) merupakan perbandingan antara jumlah organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode. Penambahan fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng.

Pada Gambar 7. Menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan C lebih tinggi dari perlakuan A, B, dan D.

Hasil penelitian menunjukkan kelangsungan hidup ikan bandeng yaitu berkisar 80 - 100 %. Menurut Nazlia (2019) nilai tingkat kelangsungan hidup ikan di atas 50 % masih tergolong baik. Adanya kematian pada beberapa ekor benih ikan bandeng pada tiap perlakuan disebabkan oleh terjadinya fluktuasi terhadap kualitas air sehingga terjadinya stress dan berdampak kematian pada ikan. Menurut Armiah (2010) tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor dalam terdiri dari umur dan kemampuan ikan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan faktor luar terdiri dari padat tebar, penyakit serta kualitas air.

Faktor lain yang dapat mendukung tingkat kelangsungan hidup ikan adalah kesesuaian lingkungan hidup ikan bandeng.

Di antara faktor tersebut adalah kualitas air selama pemeliharaan sesuai dengan SNI

(11)

JISA|65

pemeliharaan ikan bandeng, sehingga dapat mendukung tingginya tingkat kelangsungan hidup benih ikan bandeng. Pernyataan tersebut juga didukung oleh pendapat Iskandar dan Elrifadah (2015) yang menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh pakan dan kondisi lingkungan.

IV. KESIMPULAN

Penambahan fermentasi tepung daun lamtoro dalam pakan buatan dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap respon pakan, pertambahan bobot, pertambahan panjang, aroma dan warna pakan, serta tidak berpengaruh nyata terhadap SR dan FCR. Hasil terbaik dari parameter pengamatan terdapat pada perlakuan C dengan nilai 1,54 cm untuk pertambahan panjang, 1,79 gr untuk pertambahan bobot, nilai FCR 1,93 dan tingkat kelangsungan hidup mencapai 100%. Sebaliknya hasil terendah terdapat pada perlakuan A yaitu dengan nilai rata-rata 4,08 menit respon ikan terhadap pakan, 1,15 gr untuk pertambahan bobot, 1,44 cm untuk nilai pertambahan bobot, nilai FCR 2,31. Respon Pakan terbaik terdapat pada perlakuan D 3,66 menit dan nilai terendah kelangsungan hidup terdapat pada perlakuan D dengan nilai rata-rata 80 %. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian yaitu: suhu 29,30C – 32,40C, salinitas 15 ppt – 18 ppt, kandungan oksigen terlarut 3,5 ppm – 5,7 ppm dan pH 6,8 – 8,5.

V. REKOMENDASI DAN SARAN Hasil penelitian penambahan fermentasi daun lamtoro kedalam pakan memberikan hasil yang baik untuk pertumbuhan ikan bandeng, selanjutnya dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai fermentasi daun lamtoro menggunakan probiotik atau jamur yang berbeda untuk menurunkan kadar serat kasar.

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah R. 2007. Pengolahan Dan Pengawetan Ikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Afrianto, E dan Liliawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanasius. Yogyakarta.

Akbar, S. 2002. Meramu Pakan Ikan Kerapu. Jakarta. Penebar Swadaya.

Alamsyah, S dan Fujaya. 2009. Formulasi Pakan Buatan Khusus Kepiting Yang Berkualitas Murah Dan Ramah Lingkungan. Jurnal Sains Dan Teknologi, 9 (7): 133-141.

Anggraini, N. M., dan Abdulgani, N.2013.

Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan Terhadap Petumbuhan Ikan Betutu (Oxyeletris marmorata) Pada Skala Laboratorium.Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol.2. 197-201 hal.

AOAC. 2005. Official Method of Analysis of The Assosiation at Official Analytical Chemist. Benyamin Franklin Station, Washington DC.

Arief, M., Pertiwi, D. K., dan Cahyoko, Y.

2011. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan , Pakan Alami, dan Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan, Rasio Konversi Pakan dan Tingkat Kelulus hidupan Ikan Sidat (Anguila bicolor). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3 (1). 21-25.

Armanda, E. A. 2019. Kinerja Pertumbuhan dan FCR Ikan Patin (Pangasius sp) Dengan Lama Pemuasaan Yang Berbeda. Jurnal Perikanan Pantura (JPP), Vol.2(1):29 hal.

Armiah, J. 2010. Pemanfaatan Fermentasi Ampas Tahu Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Selais (Ompok hypopyhalmus). Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekan Baru.

Aswaty.2015. Pakan Ikan dan Formulasi Pembuatan dan Analisis Ekonomi.

Jakarta. PT Penebar Swadaya.

Bagus, Aditya Putra. Subandiyono dan Istiyanto Samidjan. 2019. Pengaruh Berbagai Sumber Atraktan Dalam Pakan Buatan Terhadap Respon Pakan, Total Konsumsi Pakan Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata). Jurnal Sains AkuakulturTropis. Vol. 3. 70-81.

(12)

JISA|66

Bagas Dharmawan. 2015. Usaha Pembuatan Pakan Konsumsi. Pustaka Baru.Surakarta.

Buwono, I.D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial Dalam Ransum Ikan.

Kanisius, Yogyakarta. 52 Hal.

Darsudi, Ni Putu A.A., dan Ni Putu A.K., 2008, Analisis Kandungan Proksimat Bahan Baku Dan Pakan Buatan / Pelet Untuk Kepiting Bakau (Scylla paramamosain), Jurnal Sains Kimia, 7 (1): 35-40.

Defrizal., dan Khalil, M. 2015. Pengaruh Formulasi Yang Berbeda Pada Pakan Pellet Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Acta Aquatica, Vol.2(2):103 hal.

Direktor Jenderal Budidaya Perikanan.

2010. Perkembangan Produksi Perikanan. Jakarta.

Direktor Jenderal Budidaya Perikanan.

2020. Standar Operasional Prosedur Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos). Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.

Yogyakarta: Kanisius.

Effendi. 2017. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Elmawati, E M dan Manan, A. 2013.

Analisis Kondisi Kualitas Air Pada Budidaya Ikan Kerapu Tikus (Cromileptus altivelis) Di Situbondo.

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.

Vol: 5 No. 1.

Elyana Putri. 2011. Pengaruh Penambahan Ampas Kelapa Fermentasi Aspergilus oryzae Dalam Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi.

Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Sebelas Maret.Surakarta.

Febri SP, Antoni A, Rasuldi R, Sinaga A, Haser TF, Syahril M, & Nazlia S. 2020.

Adaptasi waktu pencahayaan sebagai strategi peningkatan pertumbuhan ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Acta Aquatica:

Aquatic Sciences Journal, 7(2), 68-72.

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.

PT. Rineka Cipta, Jakarta, 179 hlm.

Hafiludin. 2015. Analisis Kandungan Gizi Yang Berasal Dari Habitat Yang Berbeda. Jurnal Kelautan. 1 (8). Hal 40.

Handjani dan Widod. 2010. Nutrisi Ikan.

Malang. UMM Press. 271 hal.

Handjani, H. 2011. Optimalisasi Subtitusi Tepung Azolla Terfermentasi Pada Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Produktivitas ikan Nila Gift. iJurnal Teknik Industri. 12 (2). 177-181 hal.

Handjani. 2007. Peningkatan Nilai Nutrisi Tepung Azolla Melalui Fermentasi.

Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian UMM. Malang.

Hasim, K. Yuniarti Koniyo, Juliana. (2015).

Pemanfaatan Ampas Tahu Pada Pembuatan Pakan Ikan Bandeng (Chanos chanos) Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Desa Ilodulunga Kabupaten Gorontalo Utara. Laporan Akhir. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Universitas Negeri Gorontalo.

Hertrampf, J.W. dan Pascual, F.P. 2000.

Handbook on Ingredients for Aquaculture feeds. Kluwer Academic Publishers, London, xLix + 573 pp.

Houlihan, D., T. Boujard and M. Jobling.

2001. Food Intake in Fish. Blackwell Publishing, Oxford, 442 p.

Izal, Putra W.K.A, Yulianto T. 2019.

Pengaruh Pemberian Jenis Atraktan Yang Berbeda Terhadap Tingkat Konsumsi Pakan Pada Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer). Intek Akuakultur. 3 (1): 25-33.

Kasiga, T. & Lochmann, R. 2014. Nutrient digestibility of reducedsoybean-meal diets containing Moringa or Leucaena leaf meals for nile tilapia, Oreochromis niloticus. Journal of The World Aquaculture Society, 45(2): 183 – 191.

Khairuman dan Sudenda, D. 2002.

Budidaya Patin secara Intensif. Jakarta.

Agro Media.

(13)

JISA|67

Kordi, G. Dan Tancung, A.B. 2008.

Pengelolaan Kualitas Air Dalam Buku Buku Pertama. Bandung. Citra Aditya Bakti.

Kordi, K. M.G.H. 2009. Budidaya Perairan.

Citra Ditya Bakti. Bandung.

Lesmana. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang.

Penebar Swadaya. Jakarta. 66 hlm.

Lestari Roindah Sirait. 2019. Pemanfaatan Tepung Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) Yang Difermentasi Dengan Trichoderma Sp. Sebagai Bahan Pakan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).Jurnal UNRI.

Fakultas Perikanan dan Kelautan.

Universitas Riau. Pekan Baru.

Mudjiman. 2008. Makanan Ikan. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Murtidjo, Bambang Agus. 2002. Bandeng.

Yogyakarta : Kanisius.

Nadya Lubis Oviantari. 2018. Substitusi Tepung Kedelai Dengan Fermentasi Tepung Daun Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Unair.

Nasution, S.N., Hindrawati, S., & Natalia, H. (2011). Keunggulan Lamtoro sebagai Pakan Ternak. Sumatera Selatan: BPTU Sembawa.

Oliveira, A.M. & Cyrino, J.E.P. 2004.

Attractant in plant protein-based diet for the carnivorous largemouth bass Micropterus salmoides. Sci. Agric., 61(3): 326-331.

Prabowo, B. 2011. Statistik Sayuran Tanaman dan Buah Semusim Indonesia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Prabowo, H. 2006. Pengaruh Imbangan Rumput Lapangan dengan Daun Lamtoro (Leucaena leucocepla) Terhadap Performan Domba Lokal Jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Purba, R. 2004. Pengaruh Kadar Protein Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Beronang Siganus

canaliculatus. Aquacultura Indonesiana, 5(3): hal. 123–127.

Purnomowati, I. 2006. Bandeng Duri Lunak. Yogyakarta. Kanisius.

Purnomowati, I., Hidayati, D., dan Saprinto, C. 2007. Ragam Olahan Bandeng. Yogyakarta: Kanisius.

Putri dan Devy Rahmawati. 2012.

Kandungan Bahan kering, seratkasar dan protein Kasar Pada daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) Yang di Fermentasi dengan Probiotik Sebagai Bahan Pakan Ikan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan kelautan. Vol. 4 No. 2.

Rachma, R. Subandiyono dan Pinandoyo.

2015. Pemanfaatan Tepung Daun Lamtoro (Laucaena gluca) Yang Telah di Fermentasikan Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus).

Journal of Aquaculture Management and Technology Vol. 4 (2), Nomor 2, 26-34.

Raharjo, E. L., dan Sari, A. M. 2016.

Subtitusi Fermentasi Bungkil Kelapa Sawit Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy). Jurnal Ruaya. Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan. 4 (1).

Rahmadani, S., Setyowati, D. N. A., dan Lestari D. P. 2020. Pengaruh Subtitusi Tepung Daun Singkong (Manihot utilisima) Yang Difermentasi Menggunakan Rhizopus sp. Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan. 10 (1). 70-76.

Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius.

Yogyakarta.

Rizki Oriza. 2021. Kombinasi Fermentasi Tepung Azolla Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Pakan Pelet Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan Ikan Bandeng (Chanos chanos). Skripsi.

Prodi Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.

(14)

JISA|68

Rohmah, S.N., Dina, Z.F., & Pria, W.R.G.

(2016). Efektivitas Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala) dan Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas) terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar Grade II pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Jurnal Ilmu Keperawatan.

Vol. 4 (1): 20-33.

Rusdy, M. 2012. Produksi Bahan Kering Kompatibilitas Biologis Dan Kualitas Tanaman Campuran Rumput Benggala (Bracharia decumbens) dan centro (Centrosema pubescens). Jurnal Pastura Vol.2 (1) : 17-20.

Sahputra, I., Khalil, M., dan Zulfikar. 2017.

Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch).

Acta Aquatica, 4(2):68-75.

Spikhadara, E.D.T., S. Subekti dan M. A.

Alamsyiah. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan tambahan (Suplement Feed) Dari kombinasi Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Dan Tepung Spirulina platensisTerhadap Pertumbuhan Dan Retensi Protein Ikan Bandeng (Chanos chanos). Jurnal Of Marine and Coastal Science. Vol. 2.

81-90 hal.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2013.

Produksi Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) Bagian 3.

Standar Nasional Indonesia. 2013. Produksi Ikan Bandeng (Chanos chanos).

Bagian 3. Badan Standar Nasional Indonesia. Jakarta.

Sudrajat, A. 2008. Panen Bandeng 50 Hari.

Depok: Penebar Swadaya.

Sutaman, Suryono, Sri mulatsih, Ninik umik hartanti dan Narto. 2020. Kajian Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) Sistem Intensif Dengan Metode Keramba Jaring Tancap (KJT) Pada Tambak Terdampak Abrasi Di Desa Randunsanga Kulon Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Disertasi.

Universitas Pancasakti Tegal.

Widyastuti, Sukanto dan Rukaya. 2010.

Penggunaan Pakan Fermentasi Pada Budidaya Ikan Sistem Keramba Jaring Apung Untuk Mengurangi Potensi Eutrofikasi di Waduk Wadaslintag.

Limnotek. 17(2). 191-200.

Yusuf, Akbar Hasyim R, Muhammad Arief dan Boedi S. Rahardja. 2017.

Penambahan Atraktan Pada Pakan Pasta Terhadap Konsumsi Pakan, Retensi Protein Dan Retensi Lemak Belut (Monopterus albus) Yang Dipelihara Dengan Sistem Resirkulasi.

Journal of Aquaculture and Fish Health. Vol.. 7 No.1.

Referensi

Dokumen terkait