• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS AFRODISIAKA FRAKSI DARI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L).

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "AKTIVITAS AFRODISIAKA FRAKSI DARI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L). "

Copied!
50
0
0

Teks penuh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fraksi ekstrak etanolik daun katuk yang berpengaruh terhadap peningkatan libido dengan parameter panjat, introduksi dan peningkatan berat testis dan vesikula seminalis tikus putih jantan. Salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan alternatif dalam pengobatan adalah Sauropus androgynus L Merr atau lebih dikenal dengan daun katuk. Daun katuk mengandung sterol, resin, tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, glikosida dan fenol (Selvi & Basker 2012).

Saponin, flavonoid, alkaloid dan steroid pada daun katuk merupakan senyawa aktif yang berpotensi sebagai afrodisiak (Andini 2014). Sejalan dengan penelitian ini, Harmusyanto (2013) menyimpulkan bahwa pemberian infus daun katuk secara oral selama 14 hari dengan dosis 5 g/kg berat badan dapat meningkatkan libido kelinci jantan. Maulita et al (2016) menyimpulkan bahwa daun katuk berpengaruh nyata terhadap kualitas spermatozoa mencit yang dipapar asap rokok dengan dosis 6 mg/ml.

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diuji aktivitas afrodisiak fraksi dan ekstrak etanol 70% daun katuka (Sauropus androgynus L Merr) pada tikus putih jantan.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Fraksinasi bertujuan untuk memisahkan gugus senyawa aktif berdasarkan tingkat kepolarannya (kurang polar, semi polar dan polar). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arifien (2013) menyimpulkan bahwa tikus jantan dewasa (Rattus novergicus) yang diberi infusa daun catuk secara oral selama 14 hari efektif meningkatkan libido dengan dosis 100 mg/Kg BB. Penelitian lain yang dilakukan oleh Harmusyanto (2013) menyimpulkan bahwa daun catuk yang diberikan secara oral dengan dosis 5 g/Kg BB secara curam selama 14 hari dapat meningkatkan libido pada kelinci jantan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Maulita et al (2016) menemukan bahwa daun katuk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas sperma pada mencit yang dipapar asap rokok dengan dosis 6 mg/ml. Kandungan kimia daun katuk sendiri terdiri dari sterol, resin, tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, glikosida dan fenol (Selvi & Basker 2012).

Afrodisiaka

Pada tahap ini, estradiol yang mengalir dari folikel Graafian yang matang akan menyebabkan perubahan pada saluran reproduksi wanita. Pada fase estrus, perubahan yang terjadi pada ovarium merupakan awal pematangan folikel yang sudah mulai tumbuh pada fase proestrus. Pada fase estrus, estrogen meningkatkan sel penghasil gonadotropin di kelenjar hipofisis sehingga menghasilkan LH yang dapat memicu ovulasi saat kadar LH mencapai puncaknya (Hafez et al 2000).

Pada fase estrus, konsentrasi estrogen meningkat sesuai dengan pertumbuhan folikel Graaf dan kemudian di bawah pengaruh dan peran LH yang disekresikan oleh hipofisis anterior, terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Pada fase ini kontraksi uterus berkurang, endometrium menebal dan kelenjar mengalami hipertrofi, mukosa vagina menjadi lebih tipis dan warnanya lebih terang (Nursyah 2012).

METODE PENELITIAN 3.1. Langkah penelitian

  • Alat dan Bahan
  • Pembuatan bahan uji
  • Karakterisasi fraksi
  • Persiapan hewan coba
  • Pengujian efek afrodisiaka

CMC 0,5% Na sebagai pembawa, kapsul X-gra® sebagai kelompok positif, Progynova® sebagai penginduksi hormon estrogen pada tikus betina. Pereaksi yang digunakan untuk skrining fitokimia fraksi daun catuk adalah amonia, Liebermann Bourchard, Dragendorff, FeCl3. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley dengan berat 150-250 g dan berumur lebih dari 2-3 bulan.

Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian dipekatkan menjadi ekstrak kental menggunakan rotary evaporator dengan pengaturan suhu 40°C (Suprayogi et al. 2009). Ekstrak kental etanol 70% daun katuk kemudian difraksinasi dengan pelarut-pelarut yang kepolarannya berurutan, mulai dari yang kurang polar sampai yang lebih polar yaitu n-heksana, etil asetat dan air. Karakterisasi fraksi meliputi pemeriksaan organoleptik; Identifikasi secara kualitatif kandungan senyawa kimia (screening) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terhadap senyawa-senyawa yang mungkin terdapat di dalamnya antara lain flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan triterpenoid; penentuan kadar air; penentuan penyusutan pengeringan; dan perhitungan rendemen ekstrak dan fraksi.

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 ekor tikus dalam satu kelompok. Pada hari ke 0, 1, 3, dan 5, tikus jantan diberi perlakuan oral dan ditempatkan dalam akuarium berisi tiga ekor tikus betina yang telah diberi oral estradiol valerate selama 48 jam sebelum pengamatan dan dibiarkan sampai terjadi introduksi dan pemanjatan. Batasan aktivitas memanjat yang diamati dalam penelitian ini adalah saat tikus jantan menunggangi tikus betina dari belakang dan batasan pengenalan yang diamati dalam penelitian ini adalah saat tikus jantan mencium atau menjilat alat kelamin tikus betina.

Parameter lain yang diamati adalah peningkatan berat testis dan vesikula seminalis tikus putih jantan, dimana tikus dibius dengan ketamine pada hari ke-15, kemudian dilakukan pembedahan dan dihitung bobot testis dan vesikula seminalisnya. Data yang diperoleh adalah jumlah kenaikan dan introduksi dalam 1 jam untuk 4 kali pengamatan, serta berat testis dan vesikula seminalis yang dianalisis secara statistik.

Gambar 3.1. Skema Prosedur Perlakuan Hewan Uji  3.8.   Analisa Data
Gambar 3.1. Skema Prosedur Perlakuan Hewan Uji 3.8. Analisa Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Hasil determinasi simplisia
  • Hasil pembuatan serbuk daun katuk dan ekstraksi etanol 70%
  • Hasil pemeriksaan kandungan kimia dari ekstrak dan fraksi daun katuk dengan metode KLT
  • Pengukuran Bobot Testis dan Vesikula Seminalis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksana memiliki aktivitas tertinggi dengan rata-rata jumlah entri 27,75 kali, sedangkan fraksi etil asetat memiliki rata-rata jumlah entri 14,25 kali dan fraksi air dengan rata-rata jumlah entri 13,25 kali. Sehingga dapat dikatakan bahwa fraksi n-heksana merupakan fraksi yang paling berpengaruh diantara kedua fraksi lainnya, sedangkan kelompok kontrol positif menunjukkan rata-rata jumlah aksesi tertinggi dengan rata-rata jumlah aksesi 29,5. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol positif memiliki aktivitas afrodisiak paling besar. Hasil uji Tukey HSD (Honestly Significant Different) terhadap rerata jumlah insert menunjukkan bahwa fraksi air dan fraksi etil asetat tidak berbeda nyata dengan kontrol normal, sedangkan fraksi n-heksana berbeda nyata dengan kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksan memiliki aktivitas tertinggi dengan peningkatan rata-rata 16,5 kali lipat, sedangkan fraksi etil asetat memiliki peningkatan rata-rata 11,75 kali lipat dan fraksi air dengan peningkatan rata-rata 8,5 kali lipat. Sehingga dapat dikatakan fraksi n-heksana merupakan fraksi yang paling berpengaruh diantara kedua fraksi lainnya, sedangkan kelompok kontrol positif menunjukkan rata-rata jumlah kenaikan tertinggi dengan rata-rata jumlah kenaikan sebanyak 27 kali. Hasil uji Tukey HSD (Honestly Significant Different) untuk rata-rata jumlah paku menunjukkan bahwa fraksi air tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol normal, sedangkan fraksi etil asetat dan n-heksana berbeda nyata dengan kontrol normal.

Hasil uji Tukey juga menunjukkan bahwa fraksi n-heksan tidak berbeda nyata dengan kontrol positif, sedangkan fraksi etil asetat dan fraksi air berbeda nyata dengan kontrol positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi yang paling berpengaruh terhadap jumlah pemanjatan dan entrainment adalah fraksi n-heksan. Steroid yang terkandung dalam fraksi n-heksana daun katuk mempengaruhi aktivitas seksual melalui mekanisme kerja menggantikan kolesterol dalam sintesis testosteron (Wahdaningsih 2012).

Berdasarkan hasil uji tukey HSD untuk peningkatan berat testis, kelompok fraksi air dan etil asetat sebanding dengan kontrol normal, dan kelompok fraksi n-heksana berbeda nyata dengan kontrol normal tetapi tidak sebanding dengan kelompok kontrol positif. Kelompok fraksi n-heksan berbeda nyata dengan kelompok kontrol normal dan sebanding dengan kelompok kontrol positif yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi >0,05) dengan syarat  <0,05. Hal ini dikarenakan pada fraksi n-heksana terdapat senyawa yang berpengaruh terhadap peningkatan massa testis dan vesikula seminalis, seperti terpenoid, alkaloid, saponin dan flavonoid.

Tabel 4 Hasil pemeriksaan kandungan kimia dari ekstrak dan fraksi daun katuk  Senyawa
Tabel 4 Hasil pemeriksaan kandungan kimia dari ekstrak dan fraksi daun katuk Senyawa

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Saran

LUARAN YANG DICAPAI

Uji pengaruh rebusan daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap libido tikus jantan (Rattus novergicus) dalam penggunaannya sebagai afrodisiak dengan Libidometer. Kajian pengaruh daun catuk (Sauropus androgynus L Merr) terhadap libido kelinci jantan (Oryctolagus cuniculus) sebagai afrodisiak. Pengaruh ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) terhadap viabilitas, motilitas dan konsentrasi spermatozoa mencit jantan Balb/c yang dipapar asap rokok.

Efek ekstrak Aquoeus dari Eremostax speciosa (Acantaceae) pada perilaku seksual pada tikus jantan normal. Definisi umum berbasis bukti tentang ejakulasi dini seumur hidup dan didapat: Laporan Masyarakat Internasional untuk Pengobatan Seksual (ISSM) Komite Ad Hoc Kedua tentang Definisi Ejakulasi Dini. Produksi fraksi daun katuk dibakukan sebagai bahan baku obat untuk perbaikan gizi, fungsi reproduksi dan laktasi.

Uji Afrodisiak Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol 70% Pucuk Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) terhadap libido mencit jantan. Uji Afrodisiak Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol 70% Pucuk Bunga Cengkeh (Syzigium aromaticum L Merr & Perry) terhadap libido tikus jantan.

TEMPLATE

AKTIVITAS AFRODISIAKA FRAKSI DARI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L)

Merr) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

Abstract

Abstrak

  • Pembuatan serbuk simplisia daun katuk
  • Pembuatan ekstrak etanol 70% daun katuk
  • Pembuatan fraksi dari ekstrak etanol 70% daun katuk
  • Pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dan fraksi daun katuk dengan metode KLT Pemeriksaan kandungan kimia pada daun katuk berupa senyawa alkaloid, saponin,
  • Penetapan Dosis
  • Pengelompokan hewan uji
  • Pengamatan climbing dan introduction
  • Pengukuran Bobot Testis dan Vesikula Seminalis
  • Analisis Data
  • Hasil pembuatan ekstrak dan fraksi daun katuk
  • Hasil pemeriksaan kandungan kimia dari ekstrak dan fraksi daun katuk dengan metode KLT
    • Hasil pengamatan climbing dan introduction
  • Hasil pengukuran bobot testis dan vesikula seminalis

Arifien (2013) menyimpulkan bahwa pemberian infus daun katuk secara oral selama 14 hari pada tikus jantan dewasa efektif dalam meningkatkan libido dengan dosis 100 mg/Kg BB. Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji aktivitas afrodisiak ekstrak etanol 70% daun katuk pada tikus putih jantan. Bahan yang digunakan adalah daun katuku segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) pada tanggal 20 Maret 2017.

Daun katuk segar disortir basah, kemudian dicuci dengan air sampai bersih, ditiriskan, dirajang dan dijemur dengan ditutup kain hitam. Ekstrak etanol 70% daun katuk difraksinasi dalam corong pisah dengan pelarut-pelarut yang polaritasnya berurutan, mulai dari yang kurang polar sampai yang lebih polar yaitu n-heksana, etil asetat dan air. Pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dan fraksi daun katuk menggunakan metode KLT Pemeriksaan kandungan kimia daun katuk berupa senyawa alkaloid, saponin.

Fase diam yang digunakan adalah silica gel plate GF254. dengan sistem fase gerak dan reagen deteksi yang disesuaikan untuk setiap senyawa yang terdeteksi seperti pada Tabel 1. Penentuan dosis ekstrak dan fraksi daun katuk. 2016), dilaporkan bahwa ekstrak daun katuk 6 mg/20 g BB dapat meningkatkan kualitas sperma pada tikus yang dipapar asap rokok. Sediaan uji fraksi kental n-heksana, etil asetat dan air daun katuk dibuat dengan cara mensuspensikan masing-masing fraksi menggunakan Na-CMC 0,5% dan menambahkan akuades hingga volume 100 ml. Proses ekstraksi daun katuk menghasilkan ekstrak etanol 70% dengan persen hasil ekstraksi sederhana sebesar 21,99%.

Hasil pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dan fraksi daun katuk menggunakan metode KLT. Hasil pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dan fraksi daun katuk menggunakan metode KLT dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 1. Sistem pemisahan pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dan fraksi daun katuk menggunakan metode KLT (Hanani, 2016; Yanti, 2014; Puzi, 2012015).

FA = fraksi air; FEA = fraksi etil asetat; FH = fraksi n-heksana; EK = Ekstrak etanol 70% daun katuka. Kromatogram untuk mempelajari kandungan kimia ekstrak etanolik dan fraksi daun katuka pada pelat gel silika GF254.

Tabel 1. Sistem pemisahan pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dan fraksi daun katuk dengan  metode KLT (Hanani, 2016; Yanti, 2014; Puzi, 2015)
Tabel 1. Sistem pemisahan pemeriksaan kandungan kimia ekstrak dan fraksi daun katuk dengan metode KLT (Hanani, 2016; Yanti, 2014; Puzi, 2015)

Gambar

Gambar 3.1. Skema Prosedur Perlakuan Hewan Uji  3.8.   Analisa Data
Gambar 3.2. Diagram Fishbond Penelitian
Tabel 3 Hasil Fraksinasi Ekstrak 70% Daun Katuk
Tabel 2 Hasil serbuk daun katuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil rata–rata jumlah respon geliat pada hewan uji mencit tiap kelompok terlihat hubungan dosis dengan penurunan jumlah geliat mencit, semakin kecil jumlah rata-rata

Pada kelompok kontrol berat rata-rata fetus adalah1,14; sedangkan pada kelompok yang hanya diberi etanol adalah 1,11; pada kelompok yang hanya diberi ekstrak gambir dengan dosis 120