• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS LAKSATIF INFUSA DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus L) PADA MENCIT

N/A
N/A
Deni Setiawan

Academic year: 2024

Membagikan "AKTIVITAS LAKSATIF INFUSA DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus L) PADA MENCIT "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

89 AKTIVITAS LAKSATIF INFUSA DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus L)

PADA MENCIT

Tita Nofianti, Nurlaili Dwi Hidayati Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Abstrak

Pengujian aktivitas laksatif dengan menggunakan metode transit intestinal dari infusa daun ceremai dilakukan untuk menggali potensi ceremai dalam penggunaannya sebagai laksatif yang berasal dari bahan alam. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi rasio dari panjang usus yang dilalui oleh marker terhadap panjang usus keseluruhan. Infusa daun ceremai diberikan secara oral dengan dosis 0,0039 gram/ 20 gram bb mencit, 0,0078 gram/20 gram bb mencit, dan 0.0156 gram/20 gram bb mencit. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa dosis 0,0039 gram/ 20 gram bb mencit, dan 0.0156 gram/20 gram bb mencit mempunyai aktivitas sebagai Laksatif apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat menyebabkan sembelit. Penyebab sembelit antara lain tali perut bergeser sehingga menyebabkan pergerakan isi perut tersumbat, usus besar mengalami kejang, proses pencernaan kurang sempurna dan konsumsi makanan yang berkadar serat tinggi, seperti sayur dan buah-buahan kurang banyak. Rasa buang air besar yang sering ditahan juga dapat menyebabkan terjadinya sembelit.

Orang yang pekerjaannya lebih banyak duduk besar kemungkinanya terserang sembelit, karena mereka kurang melatih gerakan otot perut nya. Sehingga proses pencernaan berlangsung kurang sempurna.

Sebenarnya sembelit itu lebih merupakan gejala ikutan dari suatu penyakit terutama penyakit yang menyerang daerah perut (Arlina, 2003).

Obat pencahar atau laksansia ini bertujuan untuk mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan sembelit.

Umumnya obat-obat sintetik yang bekerja sebagai obat pencahar atau laksansia mempunyai efek samping yang tidak diinginkan. Dewasa ini penelitian terhadap bahan alam hayati terus berkembang untuk mencari pengobatan alternatif yang lebih aman untuk mengatasi sembelit.

Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian aktivitas laksatif infusa daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) terhadap mencit dengan metode tansit intestinal.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah mengetahui dan menguji aktivitas laksatif dari daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) dengan metode transit intestinal.

(2)

90 ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah timbangan tikus, gelas kimia, gelas ukur, batang pengaduk kaca, kandang tikus, alat bedah, sonde oral, kertas saring, mortir dan stemper, tabung reaksi, pipet tetes, cawan penguap, kain planel, corong, mistar, lampu spirtus, kaki tiga dan kasa asbes.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah aquades, Pulvis Gummi Arabicum, Minyak Jarak sebagai obat pembanding, suspensi norit 5% dalam PGA 50%, ammonia, kloroform, asam klorida, pereaksi dragendorf, pereaksi mayer, serbuk magnesium, larutan alkohol-asam klorida, besi (III) klorida, larutan gelatin, pereaksi Lieberman burchard, vanilin 10% dalam asam sulfat pekat, simplisia daun ceremai.

Pengumpulan bahan

Bahan baku yang digunakan ialah daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) yang diperoleh dari daerah cilolohan kota tasikmalaya.

Pembuatan Simplisia

Bahan baku yang masih basah diolah lebih lanjut menjadi simplisia kering yang dapat disimpan, dengan cara sortasi basah dari daun yang terkena hama penyakit atau kotoran, kemudian dicuci dengan menggunakan air yang mengalir sampai tidak tersisa kotoran yang menempel.

Setelah bersih dirajang untuk memperoleh

potongan yang kecil sehingga mempermudah proses pengeringan. Daun yang telah bersih dan dirajang dikeringkan dengan cara menjemur tanpa terkena langsung sinar matahari, setelah itu disortasi kering dari bahan-bahan asing yang masih menempel pada daun ceremai kering. Daun yang sudah dinyatakan bersih dan kering dibuat serbuk sampai halus, kemudian disimpan pada tempat yang tertutup rapt.

Penafisan Fitokimia

Pada penelitian ini dilakuakan penapisan fitokimia pada perasan buah sirsak meliputi penapisan senyawa alkaloid, saponin, kuinon, flavonoid, tannin, polifenol, steroid dan triterpenoid. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam infusa daun ceremai.

Pembuatan Infusa Daun Ceremai Daun ceremai kering sebanyak 7.8 gram ditimbang, kemudian dimasukan dalam panci dan ditambahkan air sebanyak 100 ml. Selanjutnya dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu 90°C sambil sesekali diaduk, kemudian diserkai selagi panas secukupnya.

Kemudian ditambah air hingga diperoleh volume infus sebanyak 100 ml. Sehingga diperoleh infus dengan konsentrasi 7.8 %.

Kemudian dilakukan pengenceran sesuai dengan dosis yang akan diberikan kepada mencit.

(3)

91 Perhitungan Dosis

Perhitungan dosis infus daun ceremai ini diambil dari penggunaan di masyarakat yaitu sebanyak 3 gram daun

ceremai kemudian dikonversikan terhadap mencit yaitu

Dosis I adalah 0.5 x 0,0078 yaitu 0,0039 gram/ 20 gram bb mencit

Dosis II adalah 3 gram x 0.0026 yaitu 0,0078 gram/20 gram bb mencit

Dosis III adalah 2 x 0.0078 yaitu 0.0156 gram/20 gram bb mencit.

Penyiapan hewan percobaan

Sebelum percobaan mencit diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari, selama adaptasi mencit diamati kesehatannya dengan cara menimbang bobot badan dan mengamati tingkah lakunya setiap hari.

Mencit yang digunakan dalam percobaan adalah mencit yang sehat yaitu mencit yang selama proses pemeliharaan tersebut bobot badannya tetap atau berubah tidak lebih dari 10%. Dan secara visual tidak menunjukkan adanya kelainan tingkah laku dan penyimpangan lainnya dari keadaan normal.

Pengujian Aktivitas Laksatif dengan Metode Transit Intestinal

Hewan percobaan dipuasakan selama 18 jam, tetapi minum tetap diberikan.

Kemudian diberikan sediaan uji, setelah

45 menit semua hewan diberikan suspensi norit, pada menit ke 65 semua hewan dikorbankan secara dislokasi tulang leher.

Usus dikeluarkan secara hati-hati sampai teregang. Panjang usus yang dilalui marker norit mulai dari pylorus sampai ujung berwarna hitam diukur. Demikian pula panjang seluruh usus dari pylorus sampai rectum dari masing-masing hewan.

Kemudian dari masing-masing hewan dihitung rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya.

Analisis data

Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah analisis data secara statistik dengan ANAVA (SPSS 12).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penafisan Fitokimia

Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam infusa daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) meliputi saponin, polifenol dan flavonoid.

Hasil Pengujian Aktivitas Laksatif Metode Transit Intestinal

Berdasarkan hasil pengamatan selama pengujian aktivitas infusa daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) dengan menggunakan metode transit intestinal dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

(4)

92 Gambar 4.1 Grafik nilai rata-rata persen rasio jarak usus

Pada pengujian aktivitas laksatif infusa daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) dengan metode transit intestinal bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas obat laksatif berdasarkan pengaruh terhadap kecepatan motilitas usus yang diukur sebagai rasio jarak usus yang ditempuh oleh norit dalam jangka waktu tertentu terhadap panjang usus dari pylorus sampai dengan rektum.

Dengan ketentuan persen rasio sebagai laksatif adalah lebih pendek bila dibandingkan aquades/vehikulum (Anonim, 1993).

Berdasarkan uji kesamaan varian dengan nilai sig 0.497 > 0,05 sehingga H0

diterima, artinya semua varian homogen.

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa data persen rasio jarak usus berdistribusi normal karena sig 0.700

> 0,05 sehingga Ho diterima. Artinya kelima kelompok perlakuan diambil dari populasi berdistribusi normal.

Berdasarkan uji ANOVA menunjukkan nilai sig 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa dengan

derajat kepercayaan 95%, terdapat perbedaan yang bermakna diantara kelompok terhadap persen rasio jarak usus.

Berdasarkan uji LSD (Lest Significant Difference) dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa kelompok uji dosis 0,0039 gram/

20 gram bb mencit dan dosis 0.0156 gram/20 gram bb mencit dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada derajat kepercayaan 95%.

Data tersebut menunjukkan bahwa kelompok uji infusa daun ceremai dosis 0,0039 gram/ 20 gram bb mencit dan dosis 0.0156 gram/20 gram bb mencit dapat memperpanjang persen rasio jarak usus.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini infusa daun ceremai dosis 0,0039 gram/ 20 gram bb mencit dan dosis 0.0156 gram/20 gram bb mencit mempunyai aktivitas laksatif, karena dapat memperpanjang persen rasio jarak usus dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.

0 10 20 30 40

Kontrol Negatif Dosis I Dosis II Dosis III Pembanding Nilai Rata-rata Persen Rasio Usus

Kelompok Perlakuan

(5)

93 Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik LSD Persen Rasio Jarak Usus

Persen Rasio Jarak Usus Perlakuan

Kontrol

Negatif Dosis I Dosis II Dosis III Pembanding Kontrol

Negatif - -7.66667* 3.00000 -11.00000* 2.66667

Dosis I 7.66667* - 10.66667* -3.33333 10.33333*

Dosis II - 3.00000 -10.66667* - -14.00000* -0.33333

Dosis III 11.00000* 3.33333 14.00000 - 13.66667*

Pembanding -2.66667 -10.33333* 0.33333 -13.66667* - Keterangan : *) Ada perbedaan bermakna antar perlakuan p<0,05

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1996. Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaannya. Yogyakarta : UGM Press. Hal 50-51

Arlina, Siti Hijrati. 2003. Mudah dan Murah Menanggulangi Aneka Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka. Hal 69-70.

Arief, Azali dan Udin Sjamsudin. 1995.

Obat Lokal. Dalam Ganiswara S.G. Farmakologi dan Terapi.

Jakarta : Bagian Farmakologi FK- UI. Hal 509-514.

Dalimartha, Setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I.

Jakarta : Trubus Agriwidya. Hal 32-35.

Fransworth, N.R. Biological and Phytochemical Screening Plants.

J.Pharm Sci. Hal 255-265.

Guyton A. 1994. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Textbook of Human Phsiology and Mechanisms of Disease). Alih Bahasa Petrus A. Edisi Ke-3.

Jakarta : EGC. Hal 608-609.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Hal.

224-225.

Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja.

2003. Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya.

Edisi Ke-5. Jakarta : Gramedia

Referensi

Dokumen terkait

Infusa daun songgolangit memiliki efek antiinflamasi dalam menurunkan volume udema dari kaki mencit yang terinduksi karagenin 3%.. Dosis infusa daun songgolangit yang dapat

Ekstrak etanol daun salam dosis 420 mg/kg BB mempunyai potensi yang sama dengan alopurinol 10 mg/kg BB dalam menurunkan kadar asam urat dalam serum mencit putih jantan

Hal ini berarti pemberian ekstrak daun kemangi dengan dosis 2 (74 mg/20 gr BB mencit) dan parasetamol dosis toksik mampu mengurangi jumlah kerusakan sel epitel

Pemberian ekstrak daun kelor 800 mg/kg bb pada mencit yang telah dipapar metilmerkuri merupakan dosis yang paling baik dalam melindungi nekrosis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mencit jantan dengan metode geliat diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar dosis serbuk infusa daun sirsak yang

Pada penelitian sebelumnya, yaitu dengan menggunakan infusa daun salam dosis 5,0 g/kg BB (Ariyanti, 2007), decocta daun salam pada dosis 1,25 g/kg BB (Handadari, 2007), dan

Pada penentuan pengaruh ekstrak daun mangga dengan dosis 2,1 mg/20g BB mencit, 4,2 mg/20g BB mencit dan 8,4 mg/20g BB mencit terhadap penurunan kadar glukosa darah menunjukkan bahwa

Pengenceran Vitamin C Berdasarkan Pedoman penelitian ASEAN, dosis yang akan diberikan pada masing-masing hewan percobaan ialah: Kontrol: 0,2 mg/gr BB, Perlakuan 1: 0,07 mg/gr BB,