AKUNTANSI BIAYA
2021AKUNTANSI BIAYA
Mengumpulkan dan manganalisis biaya untuk membuat suatu barang atau jasa, sehingga dihasilkan informasi biaya produksi (cost of production) suatu barang atau jasa tertentu (Hanggana, 2008)
HARGA POKOK PEMBELIAN (HPPB)
Semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan tempat siap untuk dijual atau dipakai (PSAK Nomor 14 Tahun 2002)
Pada tanggal 1 Maret 2020, Toko Amanah membeli 1.000 unit baju dari CV Sastro di luar kota. Harga pembelian dalam nota adalah Rp8.000 per baju atau senilai Rp8.000.000, ongkos angkutan Rp1.500.000, dan asuransi pengangkutan
Rp500.000. Selama bulan Maret, Toko Amanah berhasil menjual baju dengan harga Rp13.000 per baju.
1. HARGA POKOK PEMBELIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PER UNIT BAJU
HPPb = Nilai nota pembelian + biaya yang dikeluarkan
= Rp8.000.000 + Rp1.500.000 + Rp500.000
= Rp10.000.000
HPPb per unit baju = Rp10.000.000/1.000 baju
= Rp10.000 per baju
2. MENGHITUNG HARGA POKOK PENJUALAN
HPPj = Unit barang yang terjual x HPPb per unit
= 700 baju x Rp10.000
= Rp7.000.000
3. MENGHITUNG NILAI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN AKHIR PERIODE
300 baju x Rp10.000 = Rp300.000
4. MENENTUKAN HARGA JUAL PER UNIT
Toko Amanah menginginkan laba Rp3.000 per baju, maka harga jual per baju:
HPPb + Laba = Rp10.000 + Rp3.000 = Rp13.000
Jika selama bulan Maret Toko Amanah berhasil menjual 700 baju, maka nilai penjualannya:
Rp13.000 x 700 baju = Rp9.100.000
BIAYA PRODUKSI
Biaya yang dikeluarkan untuk membuat sejumlah barang dalam suatu periode
Kelompok biaya produksi:
1. Biaya bahan baku
2. Biaya tenaga kerja langsung 3. Biaya overhead pabrik (BOP)
BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)
BOP adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
BOP dapat dibebankan langsung jika menggunakan metode process costing, sedangkan dengan metode job order costing menggunakan pembebanan tidak langsung (tarif BOP ditentukan di muka)
BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)
Pembebanan tidak langsung dilakukan jika dengan satu atau lebih alasan berikut:
▪ Nilai biayanya relatif rendah dibanding nilai keseluruhan biaya produksi
▪ Memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam menelusur biaya actual yang harus dibebankan ke harga pokok produksi setiap job
▪ Biaya yang sesungguhnya terjadi belum diketahui
▪ Hasil produksi yang sesungguhnya belum diketahui
▪ Hasil produksi heterogen
▪ Kepraktisan
PENGELOMPOKAN BOP
▪ Biaya bahan pembantu
▪ Biaya tenaga kerja tidak langsung
▪ Tambahan gaji tenaga kerja langsung
▪ Biaya produksi karena berlalunya waktu
▪ Biaya produksi yang langsung membutuhkan pengeluaran kas
CV Sastro merupakan sebuah perusahaan konveksi di Semarang. Berikut transaksi keuangan CV Sastro selama bulan Februari.
▪ Membeli kain 1.000 meter dari Toko Maju. Harga beli dalam nota adalah Rp8.000 per meter atau senilai Rp8.000.000
▪ Membeli benang Rp200.000 dan kancing Rp100.000 ke Toko Raja
▪ Membayar tenaga kerja langsung: tukang potong Rp300.000, tukang jahit Rp400.000, tukang obras Rp300.000, dan tukang packing Rp200.000
▪ Membayar biaya listrik Rp200.000
▪ Membeli peralatan produksi (jarum, gunting, dll.) Rp50.000
▪ Biaya depresiasi: mesin jahit Rp100.000, mesin obras Rp50.000, bangunan pabrik Rp100.000
Selama bulan Februari dihasilkan 2.000 baju dan berhasil menjual 1.500 baju dengan harga jual Rp8.000 per baju.
MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI
Biaya Bahan Baku (Kain) 1.000 m @Rp8.000 Rp 8.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung:
Tukang potong Rp 300.000
Tukang jahit Rp 400.000
Tukang obras Rp 300.000
Tukang packing Rp 200.000
Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 1.200.000 Biaya Overhead Pabrik:
Bahan pembantu benang Rp 200.000 Bahan pembantu kancing Rp 100.000
Biaya listrik Rp 200.000
Peralatan produksi Rp 50.000
Biaya depresiasi mesin jahit Rp 100.000 Biaya depresiasi mesin obras Rp 50.000 Biaya depresiasi bangunan pabrik Rp 100.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik Rp 800.000
Jumlah Biaya Produksi Rp 10.000.000
HPPd per unit baju
= Rp10.000.000/2.000 unit
= Rp5.000 per baju
MENGHITUNG HARGA POKOK PENJUALAN
HPPj = Unit barang yang terjual x HPPd per unit
= 1.500 baju x Rp5.000
= Rp7.500.000
MENGHITUNG NILAI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN AKHIR PERIODE
500 baju x Rp5.000 = Rp2.500.000
MENENTUKAN HARGA JUAL PER UNIT
CV Sastro menginginkan laba Rp3.000 per baju, maka harga jual per baju:
HPPd + Laba = Rp5.000 + Rp3.000 = Rp8.000
Jika selama bulan Februari CV Sastro berhasil menjual 1.500 baju, maka nilai penjualannya:
Rp8.000 x 1.500 baju = Rp12.000.000