• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKURASI PENILAIAN SERANGAN Thrips sp. PADA DAUN CABAI BERDASARKAN PENGAMATAN VISUAL DAN PENGOLAHAN CITRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "AKURASI PENILAIAN SERANGAN Thrips sp. PADA DAUN CABAI BERDASARKAN PENGAMATAN VISUAL DAN PENGOLAHAN CITRA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DOI: http://dx.doi.org/10.56189/jagris.v3i2 Hal. 75

AKURASI PENILAIAN SERANGAN Thrips sp. PADA DAUN CABAI BERDASARKAN PENGAMATAN VISUAL DAN PENGOLAHAN CITRA Assessment accuracy of Thrips sp. attack on chili leaves based on visual observation and image processing

NOFI SUWETI, ASMAR HASAN*, RAHAYU MALLARANGENG, LA ODE SANTIAJI BANDE, WAODE SITI ANIMA HISEIN, dan TERRY PAKKI

Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo

*Penulis Korespondensi, E-mail: asmarhasan_faperta@uho.ac.id

ABSTRACT

Visual observation is a method of assessing the intensity of thrips infestation that assessors favor because it is relatively easy to apply. However, on the other hand, it has many limitations. Therefore, a more accurate alternative method, such as digital image processing, is needed. This study aims to evaluate the accuracy of visual observation and digital image processing used to assess the thrips attack on cayenne pepper leaves. This study was designed following a Randomized Group Design with four treatments, namely P1 (1), P2 (3), P3 (5), and P4 (7 thrips/container cup). Each treatment was repeated three times (12 experimental units), and each experimental unit used five test leaves. The variable observed was the accuracy of assessing thrips attack intensity on chili leaves based on visual observation and image processing. The results show that high thrips populations can cause high attack intensity on chili plants based on visual observation results, while based on image processing, it is known that high thrips populations do not necessarily cause high attack intensity. The assessment of attack intensity based on visual observation provides a lower accuracy level than image processing. The results of the assessment of attack intensity based on visual observations are less reliable because there is a bias of 0.67.

Keywords: assessors; bias; cayenne pepper; reliable

ABSTRAK

Pengamatan visual merupakan metode penilaian intensitas serangan hama thrips yang banyak digemari oleh para penilai karena relatif mudah diaplikasikan, namun di sisi lain memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, diperlukan metode alternatif yang lebih akurat, seperti pengolahan citra digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi pengamatan visual dan pengolahan citra digital yang digunakan untuk menilai serangan thrips pada daun cabai rawit. Penelitian ini dirancang mengikuti pola Rancangan Acak Kelompok dengan empat perlakuan, yaitu P1 (1), P2 (3), P3 (5), dan P4 (7 individu thrips/wadah).

Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali (12 unit percobaan), dan setiap unit percobaan menggunakan lima daun uji. Variabel yang diamati adalah akurasi penilaian serangan thrips pada daun cabai berdasarkan pengamatan visual dan pengolahan citra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi thrips yang tinggi dapat menyebabkan serangan yang tinggi pada tanaman cabai berdasarkan hasil pengamatan visual, sedangkan berdasarkan pengolahan citra diketahui bahwa populasi thrips yang tinggi belum tentu menyebabkan serangan yang tinggi. Penilaian serangan berdasarkan pengamatan visual memberikan tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pengolahan citra. Hasil penilaian serangan berdasarkan pengamatan visual kurang dapat diandalkan karena terdapat bias sebesar 0,67.

Kata Kunci: bias; cabai rawit; penilai; reliabell

Sitasi: Suweti, N., Hasan, A., Mallarangeng, R., Santiaji, L.O.S., Hisein, W.S.A., & Pakki, T. (2023). Akurasi Penilaian Serangan Thrips sp. pada Daun Cabai Berdasarkan Pengamatan Visual dan Pengolahan Citra Digital.

Berkala Ilmu-Ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, 3(2), 76-80.

(2)

Hal. 76 PENDAHULUAN

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang memiliki peranan penting di Indonesia. Umumnya tanaman ini ditanam secara musiman (seasonal), yang dilakukan pada awal musim hujan, yaitu pada bulan Oktober-November untuk lahan tadah hujan dan bulan Maret-April untuk lahan beririgasi teknis (Darmawan & Nyana, 2014).

Cabai rawit merupakan salah satu komoditas sayuran penting yang memiliki peluang bisnis prospektif. Buahnya memiliki rasa pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicinoids. Kandungan gizi dan vitamin pada buah cabai rawit antara lain adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C. Kebutuhan sayuran buah ini meningkat pesat di Indonesia karena banyak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri makanan, dan farmasi. Manfaat utama cabai bagi konsumen adalah sebagai bahan penyedap atau bumbu masakan yang dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan, cabai juga dibutuhkan sebagai bahan baku pewarna dan obat-obatan (Lelang et al., 2019).

Satu kendala yang dihadapi dalam budidaya cabai rawit yaitu adanya serangan hama thrips (Thrips sp.). Kerusakan tanaman cabai rawit yang ditimbulkan dari serangan hama thrips ini berkisar 20-80%. Kerusakan akibat serangannya bervariasi, dari kerusakan ringan hingga kerusakan berat. Tanaman cabai rawit dapat mengalami perubahan warna, bentuk dan ukuran daun maupun mengerdil akibat serangan thrips. Hama ini merusak bagian tanaman cabai, seperti daun, tunas, dan batang. Thrips termasuk dalam kelompok hama fitofag yang merusak tanaman dengan cara memarut-menghisap. Adanya bercak keperakan pada daun cabai adalah gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini.

Selain itu, thrips juga dapat menularkan virus yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman (Ngilamele & Pinaria, 2020; Prayudha, 2021; Sartiami et al., 2015).

Penentuan intensitas serangan hama melalui pengukuran tingkat kerusakan yang ditimbulkannya, umumnya masih menggunakan metode konvensional berdasarkan pengamatan visual dan penentuan kategori tingkat kerusakan. Metode ini relatif mudah untuk diterapkan, namun tantangannya adalah tidak mudah diterapkan pada sampel tanaman yang jumlahnya banyak, karena hasil pengukurannya akan relatif subyektif utamanya

dipengaruhi oleh kemampuan pengetahuan yang tidak sama pada setiap orang dalam mengenali gejala serta adanya faktor kelelahan mata saat melakukan pengukuran untuk durasi yang lama. Selain itu, kecenderungan mata manusia adalah peka terhadap perbedaan kecerahan warna (Hasan et al., 2022).

Saat ini, alternatif teknik pengukuran dan penilaian ketahanan tanaman berbasis teknologi pengolahan citra digital dalam menentukan tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan atau infeksi organisme pengganggu tanaman (OPT) terus dikembangkan. Dilaporkan bahwa pengolahan citra digital dapat digunakan untuk mengukur dan memprediksi tingkat ketahanan tanaman padi terhadap serangan wereng cokelat dengan tingkat kesalahan di bawah 20% (Nurfadhilah et al., 2015; Solikhah et al., 2020).

Minimnya informasi mengenai keakuratan kedua metode penilaian yang dijelaskan di atas untuk menilai intensitas serangan hama thrips pada tanaman cabai yang dipengaruhi oleh besar kecilnya populasi thrips menyebabkan perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat keakuratan pengamatan visual dan pengolahan citra digital yang digunakan sebagai metode penilaian intensitas serangan hama thrips pada daun cabai rawit.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari sampai April tahun 2023, di ruangan khusus di Kecamatan Kambu, Kota Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah daun tanaman cabai rawit, serangga Thrips sp., alkohol, air, dan agar cair 1,5%, sedangkan alat yang digunakan yaitu toples, kamera, scanner, alat tulis menulis, mistar, kuas, plastik sampel, kertas label, kain hitam dan Laptop dengan perangkat lunak (ImageJ Fiji dan Ilastik versi v1.1.3).

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang mengikuti pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan yaitu P1 (1 ekor thrips/cawan wadah), P2 (3 ekor thrips/cawan wadah), P3 (5 ekor thrips/cawan petri), dan P4 (7 ekor thrips/cawan wadah). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sebagai kelompok sehingga terdapat 12 unit percobaan. Setiap unit percobaan menggunakan lima helai daun uji (1

(3)

Hal. 77 helai daun dalam 1 wadah) sehingga secara

keseluruhan terdapat 60 helai daun cabai yang dicoba dalam penelitian. Secara terpisah disiapkan daun cabai tanpa infestasi thrips sebanyak 5 helai sebagai kontrol dalam mengoreksi penilaian berbasis pengolahan citra.

Prosedur Penelitian

Penyiapan Tanaman Uji. Diawali dengan menyiapkan media tanam berupa percampuran antara tanah dan pupuk kendang dengan perbandingan 1:1 yang dimasukkan dalam polybag berukuran 25Γ—25 cm. Tahapan selanjutnya adalah melakukan penanaman benih cabai rawit secara langsung dalam polybag yang telah berisi media tanam sebanyak 2 benih/polybag. Setelah berkecambah, tanaman cabai rawit dipelihara sampai menghasilkan beberapa helai daun yang akan digunakan sebagai pakan uji.

Pengambilan Thrips sp. di Lapangan dan Penyiapan 1,5% Agar Cair. Serangga uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Thrips sp. yang diambil dari lapangan pada tanaman tomat (instar 1 dan 2). Penyiapan larutan Agar cair 1,5% dilakukan dengan menambahkan 7,5 g Agar ke dalam 500 mL air dalam panci (Visschers et al., 2018), selanjutnya dipanaskan diatas kompor sampai larut.

Pengujian Thrips sp. pada Daun Cabai Rawit. Pengujian ini merujuk pada metode peneliti sebelumnya (Visschers et al., 2018) dengan sedikit modifikasi. Tahap awal pengujian adalah mengambil daun tanaman cabai rawit yang berada diantara 4 daun terbawah dan 4 daun teratas (dihindari menggunakan daun tertua dan termuda).

Selanjutnya, daun cabai digunting sisi atas, bawah, dan samping sehingga mendapatkan bentuk persegi yang berukuran Β± 2 cm2 sebagai pakan uji.

Tahapan berikutnya adalah menuangkan Agar cair pada wadah plastik yang berukuran 150 mL (diameter Β± 5 cm) dengan ketebalan Agar Β± 0,9 cm. Selanjutnya daun yang sebelumnya telah disiapkan, diletakkan pada Agar dengan sisi adaksial (atas) daun bersentuhan penuh dengan Agar. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa thrips hanya dapat memakan sisi abaksial (bawah) daun. Peletakan daun pada Agar dilakukan sebelum Agar menjadi padat.

Tahapan terakhir pengujian adalah menempatkan thrips (fase nimfa instar 1 dan 2) pada setiap daun cabai rawit dengan kuas kecil sesuai perlakuan. Sebelum dilakukan infestasi, thrips terlebih dahulu telah dipuasakan selama

24 jam dalam wadah yang berisi kertas saring lembab. Dipastikan larutan Agar sudah dalam keadaan padat sebelum thrips diletakkan pada daun. Selanjutnya wadah plastik dilapisi kertas tisu terlebih dahulu sebelum ditutup dan diberi beberapa lubang kecil dengan jarum pentul untuk sirkulasi udara, selanjutnya ditempatkan dalam suhu ruangan selama 24 jam. Setelah 24 jam, thrips dikeluarkan dari wadah dengan menggunakan kuas kecil dan dilanjutkan dengan penilaian intensitas serangan thrips berdasarkan kerusakan pada daun uji.

Perekaman dan Pengolahan Citra Digital.

Semua daun cabai dan tomat uji direkam citranya dalam format JPEG menggunakan scanner pada resolusi 600 dpi dengan menyertakan mistar pada setiap kegiatan perekaman dan menggunakan latar belakang berwarna hitam. Setelah itu, aplikasi Ilastik dilatih untuk mengenali gejala kerusakan daun akibat thrips menggunakan pendekatan pixel classification. Citra hasil proses dari aplikasi Ilastik tersebut selanjutnya diolah menggunakan aplikasi ImageJ untuk memperoleh luas area daun yang rusak dalam satuan mm2. Tahapan perekaman dan pengolahan citra digital ini merujuk kepada metode peneliti sebelumnya (Visschers et al., 2018) dengan sedikit modifikasi.

Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah akurasi penilaian intensitas serangan thrips pada daun cabai berdasarkan pengamatan visual dan pengolahan citra.

Intensitas serangan berdasarkan pengamatan visual dan skala kategori serangan (Musalamah et al., 2021). Penilaian dilakukan oleh dua orang penilai dengan mengamati gejala kerusakan yang terlihat pada daun cabai, kemudian setiap daun yang rusak tersebut dikategorikan ke dalam skala-skala tertentu dan dilanjutkan dengan menghitung persentase kerusakannya menggunakan rumus sebagai berikut.

𝑰𝑺 =βˆ‘π’Š=𝟏,𝟐,πŸ‘ (π’π’ŠΓ— π’—π’Š)

𝒁 Γ— 𝑡 Γ— 𝟏𝟎𝟎 Keterangan:

IS : Intensitas serangan (%)

ni : Jumlah daun dengan skala kategori kerusakan yang sama

vi : Skala kategori kerusakan daun Z : Skala kategori kerusakan tertinggi N : Jumlah semua daun yang diamati

(4)

Hal. 78 Skala kategori kerusakan daun yang

disebabkan oleh thrips merujuk pada (Maniania et al., 2003) sebagai berikut:

Tabel 1. Skala kategori kerusakan daun Kategori Besaran area daun yang rusak

1 Tidak ada kerusakan pada daun 2 1 – 25% area daun rusak 3 >25 – 50% area daun rusak 4 >50 – 75% area daun rusak 5 > 75% area daun rusak Intensitas serangan berdasarkan pengolahan citra digital gejala kerusakan daun. Luas serangan atau luas area daun rusak yang sebelumnya diperoleh dari tahapan perekaman dan pengolahan citra digital, terlebih dahulu dilakukan koreksi terhadap kesalahan pengolahan citra yang terjadi saat melatih aplikasi Ilastik untuk mengenali gejala kerusakan, setelah itu dilanjutkan pada tahapan konversi satuan luas area mm2 ke satuan persentase kemudian dilakukan analisis data.

Rumus koreksi kesalahan pengolahan citra digital adalah sebagai berikut (Visschers et al., 2018):

KT = A - B Keterangan:

KT : Kerusakan terkoreksi (mm2)

A : Area daun yang rusak pada perlakuan thrips

B : Rata-rata area daun yang rusak pada kontrol negatif (tanpa thrips)

Rumus konversi luas serangan dalam satuan mm2 ke satuan persen adalah sebagai berikut:

𝑰𝑺 =𝑨

𝑩× 𝟏𝟎𝟎 Keterangan:

IS : Intensitas serangan (%)

A : Luas area daun terserang/rusak terkoreksi (konversi satuan mm2 ke cm2)

B : Luas daun yang diamati (2 cm2) Analisis Data.

Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui rata-rata kerusakan pada daun cabai dan tomat menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excel.

Selain itu, dilakukan juga uji validasi tingkat akurasi dan presisi penilaian berbasis machine learning menggunakan pendekatan algoritma klasifikasi NaΓ―ve Bayes dengan bantuan aplikasi WEKA v3.8.5 (Frank et al., 2016), serta

Bland-Altman plot untuk menguji keandalan hasil penilaian berdasarkan pengamatan visual (Zaiontz, 2020).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cabai rawit adalah komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dibudidayakan oleh petani di dataran rendah sampai dataran tinggi (Haerul et al., 2021).

Produktivitas tanaman cabai dapat berkurang disebabkan oleh OPT salah satunya adalah hama thrips (Gambar 1a). Kerusakan yang disebabkan akibat serangan thrips sangat bervariasi, dari kerusakan ringan sampai kerusakan berat hingga dapat mengakibatkan kehilangan hasil panen yang sangat serius.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama thrips pada tanaman cabai berkisar dari 12,00- 74,00%, bahkan pada tanaman bawang putih dilaporkan dapat mencapai 80,00% (Rante, 2017).

Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan hama Thrips sp. pada daun cabai berdasarkan penilaian visual penilai I dan II, serta pengolahan citra

Perlakuan

Rata-rata Intensitas Serangan Thrips sp. (%) berdasarkan…

Penilai Visual 1

Penilai Visual 2

Pengolahan Citra

P1 40,00 40,00 17,05

P2 40,00 40,00 17,69

P3 44,00 42,67 8,03

P4 54,67 53,33 11,45

Akurasi (%) 25,00 16,67 41,67 Keterangan: P1 (1 Individu); P2 (3 Individu); P3 (5

Individu); P4 (7 Individu)

Gambar 1. Hama thrips (a); Gejala serangan pada cabai rawit (b)

Berdasarkan hasil pengamatan visual oleh penilai I dan II dalam penelitian ini diketahui bahwa intensitas serangan thrips akan

(5)

Hal. 79 mengalami peningkatan seiring dengan

meningkatnya populasi thrips (Tabel 2). Adanya bercak keperakan (Gambar 1b) pada daun adalah penanda terjadinya serangan thrips yang menyebabkan perubahan warna dan bentuk serta ukuran daun tanaman cabai.

Gambar 2. Plot reliabilitas antar penilai atau keandalan antar penilai

Disisi lain, penggunaan metode pengolahan citra untuk mengukur atau menilai intensitas serangan memberikan hasil yang fluktuatif seiring dengan meningkatnya populasi thrips (Tabel 2). Akurasi penilaian yang lebih baik pada metode pengolahan citra dibandingkan dengan pengamatan visual (Tabel 2) memberikan gambaran bahwa hasil penilaian intensitas serangan dengan metode pengolahan citra lebih mendekati nilai sebenarnya, sehingga dapat diindikasikan bahwa meningkatnya populasi thrips tidak akan selalu tegak lurus dengan peningkatan intensitas serangan pada daun cabai.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi intensitas serangan khususnya melalui perilaku makan dari thrips tersebut, diantaranya adalah 1) perbedaan jenis kelamin dapat memberikan strategi makan yang berbeda (Ziino et al., 2009) dimana thrips yang digunakan dalam penelitian ini tidak ada dikhususkan pada jenis kelamin tertentu; dan 2) sumber pakan yang berasal lebih dari satu tanaman, dimana setiap tanaman kemungkinan memiliki kandungan senyawa biokimia yang relatif berbeda. Terkait hal tersebut, dilaporkan bahwa tungau yang menyerang akan menyebabkan tanaman terinduksi ketahanannya dan memproduksi senyawa biokimia tertentu yang dapat mempengaruhi preferensi makan thrips (Agrawal et al., 1999). Lebih lanjut peneliti lainnya melaporkan bahwa komposisi capsaicinoid dan volatil dapat menentukan rasa dan bau cabai (Ziino et al., 2009) sehingga berpotensi mempengaruhi perilaku makan thrips.

Walaupun hasil penilaian berdasarkan pengamatan visual terlihat kurang akurat dibandingkan dengan pengolahan citra tetapi metode ini umumnya masih lebih disukai oleh para penilai, diantaranya karena a) Prosesnya penilaian dapat berlangsung lebih cepat; b) Relatif mudah untuk mengenali dan membedakan beberapa penyakit dengan beberapa pelatihan; d) Terdapat lebih dari satu teknik penilaian yang dapat digunakan, sesuai dengan kebutuhan (skala ordinal, skala interval, skala kategori, dan skala rasio); e) Tidak memerlukan peralatan (Bock et al., 2010).

Selain kurang akurat, metode penilaian berdasarkan pengamatan visual juga nampaknya kurang dapat diandalkan (reliabel) jika penilaian dilakukan oleh lebih dari satu orang seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa terjadi bias penilaian diantara kedua penilai sebesar 0,67 (Gambar 3). Hal ini membuktikan bahwa adanya variabilitas (subjektivitas) antar penilai yang substansial (Bock et al., 2010) dan diduga disebabkan oleh kemampuan penilai yang berbeda.

SIMPULAN

Populasi thrips yang tinggi dapat menyebabkan intensitas serangan yang tinggi pada tanaman cabai berdasarkan hasil pengamatan visual, sedangkan berdasarkan pengolahan citra diketahui bahwa populasi thrips yang tinggi belum tentu menyebabkan intensitas serangan yang tinggi. Penilaian intensitas serangan berdasarkan pengamatan visual memberikan tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pengolahan citra.

Hasil penilaian intensitas serangan berdasarkan pengamatan visual kurang dapat diandalkan (reliabel) karena terjadi bias sebesar 0,67.

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, A. A., Kobayashi, C., & Thaler, J. S.

(1999). Influence of prey availability and induced host-plant resistance on omnivory by western flower thrips. Ecology, 80(2), 518–523.

https://doi.org/10.1890/0012-

9658(1999)080[0518:IOPAAI]2.0.CO;2 Bock, C. H., Poole, G. H., Parker, P. E., &

Gottwald, T. R. (2010). Plant disease severity estimated visually, by digital photography and image analysis, and by hyperspectral imaging.

Critical Reviews in Plant Sciences, 29(2), 59–

107.

https://doi.org/10.1080/07352681003617285 Darmawan, I. G. P., & Nyana, I. D. N. (2014).

Pengaruh penggunaan mulsa plastik terhadap

(6)

Hal. 80 hasil tanaman cabai rawit (Capsicum

frutescens L.) di luar musim di Desa Kerta.

Jurnal Agroekoteknologi, 3(3), 148–157.

Frank, E., Hall, M. A., & Witten, I. H. (2016). The WEKA workbench. Online appendix for data mining: Practical machine learning tools and techniques. In Data Mining: Practical Machine Learning Tools and Techniques.

https://www.cs.waikato.ac.nz/ml/weka/citing.ht ml

Haerul, H., Idruz, M. I., & Djufri, N. A. (2021).

Kelimpahan hama thrips (Thysanoptera) pada cabai sistem tanam monokultur dan tumpang sari. J. Agrotan, 7(1), 25–32.

Hasan, A., Widodo, Mutaqin, K. H., Taufik, M., &

Hidayat, S. H. (2022). Characteristics of virus symptoms in chili plants (Capsicum frutescens) based on RGB image analysis. Agrivita, 44(3), 459–469.

https://doi.org/10.17503/agrivita.v41i0.3731 Lelang, M. A., Ceunfin, S., & Lelang, A. (2019).

Karakterisasi morfologi dan komponen hasil cabai rawit (Capsicum frutescens L.) asal Pulau Timor. Savana Cendana, 4(01), 17–20.

https://doi.org/10.32938/sc.v4i01.588

Maniania, N. K., Sithanantham, S., Ekesi, S., Ampong-Nyarko, K., BaumgΓ€rtner, J., LΓΆhr, B.,

& Matoka, C. M. (2003). A field trial of the entomogenous fungus Metarhizium anisopliae for control of onion thrips, Thrips tabaci. Crop Protection, 22(3), 553–559.

https://doi.org/10.1016/S0261- 2194(02)00221-1

Musalamah, Raharjo, I. B., Sanjaya, L., &

Soehendi, R. (2021). Seleksi ketahanan 12 genotipe krisan terhadap Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae). Jurnal Hortikultura

Indonesia, 12(1), 1–9.

https://doi.org/10.29244/jhi.12.1.1-9

Ngilamele, W., & Pinaria, A. G. (2020).

Pengendalian hama Thrips sp. menggunakan perangkap warna pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Jurnal

Agroekoteknologi Terapan, 1(2), 42–46.

Nurfadhilah, E., Herdiyeni, Y., & Rauf, A. (2015).

Computer vision for screening resistance level of rice varieties to brown planthopper.

International Journal of Advanced Computer Science and Applications, 6(8), 149–154.

Prayudha, M. (2021). Uji efektivitas BioRechipe Garco (BRG) terhadap pengendalian hama thrips (Thrips parvispinus Karny) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian [JIMTANI], 1(3), 1–12.

Rante, C. S. (2017). Preferensi hama Thrips sp . (Thysanopteraβ€―: Thripidae) terhadap perangkap berwarna pada tanaman cabai.

Jurnal Eugina, 23(3), 113–119.

Sartiami, D., Magdalena, M., & Nurmansyah, A.

(2015). Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae) pada tanaman cabai: Perbedaan karakter morfologi pada tiga ketinggian tempat. Jurnal Entomologi

Indonesia, 8(2), 85–95.

https://doi.org/10.5994/jei.8.2.85-95

Solikhah, F., Panggeso, J., Rosmini, R., &

Valentino, V. (2020). Respon ketahanan beberapa varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan jamur Collectothricum capsici. Agrotekbis: E-Jurnal Ilmu Pertanian, 8(6), 1283–1290.

Visschers, I. G. S., Van Dam, N. M., & Peters, J.

L. (2018). Quantification of thrips damage using Ilastik and ImageJ Fiji. Bio-Protocol, 8(8), 1–20.

Zaiontz, C. (2020). Real statistics using excel.

www.real-statistics.com

Ziino, M., Condurso, C., Romeo, V., Tripodi, G., &

Verzera, A. (2009). Volatile compounds and capsaicinoid content of fresh hot peppers (Capsicum annuum L.) of different Calabrian varieties. Journal of the Science of Food and Agriculture, 89(5), 774–780.

Referensi

Dokumen terkait