• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALINYEMEN HORIZONTAL DAN VERTIKAL JALAN

N/A
N/A
Bogi Antono

Academic year: 2023

Membagikan "ALINYEMEN HORIZONTAL DAN VERTIKAL JALAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ALINYEMEN HORIZONTAL DAN VERTIKAL JALAN Literatur :

Buku elemen geometrik Bahan ajar jalan dan jembatan

Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota

A. Alinyemen Horizontal (Buku Elemen Geometrik) 1. Pengertian

Alinyemen Horisontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal.

Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”.

Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus (biasa disebut “tangen”), yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung (tikungan). Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk mengimbangi gaya entrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan VR. Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas samping jalan harus diperhitungkan.

2. Panjang Bagian Lurus

Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR).

Tabel Panjang Bagian Lurus Maksimum

3. Tikungan

a. Ada tiga jenis tikungan yang digunakan, antara lain : 1) Lingkaran (Full Circle = FC)

2) Spiral – Lingkaran – Spiral (Spiral – Circle – Spiral = S-C-S ) 3) Spiral – Spiral (S-S)

b. Superelevasi

(2)

Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR. Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%.

c. Jari-jari Tikungan

1) Jari-jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut :

Dimana :

Rmin = Jari-jari tikungan minimum (m) VR = Kecepatan Rencana (km/jam) Emax = Superelevasi maximum (%)

F = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f=0, 14-0, 24 Tabel dapat dipakai untuk mendapatkan Rmin

d. Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R, berfungsi mengantisipasi perubahan alinyemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari-jari R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan. Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral (c;othoid). Dalam tata cara ini digunakan bentuk spiral.

Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan bahwa :

1) Lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi untuk menghindarkan kesan perubahan alinemen yang mendadak, ditetapkan 3 detik (pada kecepatan VR)

2) Gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi berangsur angsur pada lengkung peralihan dengan aman

(3)

3) Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (rc) dari bentuk kelandaian normal ke kelandaian superelevasi penuh tidak boleh meampaui re-max yang ditetapkan sebagai berikut :

Untuk VR ≤ 70 km/jam, re-max = 0,035 m/m/detik Untuk VR ≥ 80 km/jam, re-max = 0,025 m/m/detik

4) Ls ditentukan dari 3 rumus di bawah ini dan diambil nilai yang terbesar : a) Berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan

Dimana : T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik

VR = kecepatan rencana (km/jam) b) Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal

c) Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

Dimana : VR = kecepatan rencana (km/jam) em = superelevasi maximum en = superelevasi normal

re = tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang ja;an (m/m/detik)

5) Selain menggunakan rumus-rumus, untuk tujuan praktis Lz dapat ditetapkan dengan menggunakan tabel

Tabel Panjang Lengkung Peralihan (L) dan Panjang Pencapaian Superelevasi (Le) untuk jalan 1 jalur-2lajur-2 arah

(4)

Gambar : Tikungan Full Circel (FC) Sumber : Bahan ajar jalan jembatan

(5)

Gambar : Tikungan Spiral – Circle – Spiral = SCS Sumber : Bahan ajar jalan jembatan

Gambar : Tikungan Spiral – Spiral (SS) Sumber : Bahan ajar jalan jembatan

B. Alinyemen Vertikal (Buku Elemen Geometrik) 1. Pengertian

Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan, yang umumnya biasa disebut dengan profil/

(6)

penampang memanjang jalan. Perencanaan alinyemen vertikal terdapat kelandaian positif ( tanjakan ) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung. Disamping kedua lengkung tersebut terdapat pula kelandaian = 0 (datar).

2. Landai Maksimum

a. Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan kecepatan yang berarti

b. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah

c. Kelandaian maksimum untuk berbagi VR ditetapkan dapat dilihat dalam tabel Tabel Kelandaian Maksimum yang Diizinkan

d. Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga penurunan kecepatan tidak lebih dari sepenuh VR. Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak lebih dari satu menit.

e. Panjang kritis dapat ditetapkan dari tabel Tabel Panjang Kritis (m)

3. Lengkung Vertikal

a. Lengkung vertikal harus disedikan pada setiap lokasi yang mengalami perubahan kelandaian dengan tujuan :

1) Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian 2) Menyediakan jarak pandang henti

b. Lengkung vertikal dalam tata cara ini ditetapkan berbentuk parabola sederhana

(7)

1) Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal cembung, panjangnya ditetapkan dengan rumus :

2) Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung, panjangnya ditetapkan dengan rumus :

c. Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan dengan rumus :

Dimana :

L = panjang lengkung vertikal (m) A = Perbedaan grade (m)

Jh = Jarak pandangan henti (m)

Y = faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi obyek 10 cm dan tinggi mata 120 cm

d. Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari, kenyamanan, dan penampilan. Y ditentukan sesuai tabel

Tabel Penentuan Faktor Penampilan Kenyamanan, Y

e. Panjang lengkung vertikal bisa ditentukan langsung sesuai dengan tabel yang didasarkan pada penampilan, kenyamanan dan jarak pandang

Tabel Panjang Minimum Lengkung Vertikal

(8)

Gambar Lengkung Vertikal Cembung

Gambar Lengkung Vertikal Cekung

Perencanaan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

a. Kondisi tanah dasar b. Keadaan medan c. Fungsi jalan d. Muka air banjir e. Muka air tanah

f. Kelandaian yang masih memungkinkan

C. Potongan Melintang Jalan

Potongan melintang jalan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut : a. Jalur lalu-lintas

b. Bahu jalan

(9)

c. Saluran samping

d. Median, termasuk jalur tepian e. Trotoar / jalur pejalan kaki f. Jalur sepeda

g. Separator / jalur hijau h. Jalur lambat

i. Lereng / talud

Gambar : Tipikal penampang melintang jalan perkotaan 2-lajur-2-arah tak terbagi yang dilengkapi jalur pejalan kaki

Gambar : Tipikal potongan melintang jalan 2-lajur-2-arah tak terbagi, yang dilengkapi jalur hijau, jalur sepeda, trotoar dan saluran samping yang ditempatkan di bawah trotoar a. Jalur lalu-lintas kendaraan

Jalur lalu lintas kendaraan adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalu lintas dapat berupa :

1) Median jalan

(10)

2) Bahu jalan 3) Trotoar

4) Separator jalan Tabel Tipe-tipe jalan

Catatan : v = disarankan dilengkapi, tergantung kebutuhan vv = dilengkapi

Jalur lambat dapat digunakan untuk kendaraan tidak bermotor

Gambar : Lebar Jalur Perkerasan (Belum dikasih keterangan) b. Bahu jalan

1) Kemiringan melintang bahu jalan yang normal 3-5 % 2) Lebar minimal bahu jalan untuk bahu luar dan bahu dalam

3) Kemiringan melintang bahu jalan harus lebih besar dari kemiringan melintang lajur kendaraan

(11)

4) Ketinggian permukaan bahu jalan harus menerus dengan permukaan perkerasan jalan

Gambar : Tipikal Kemiringan Bahu Jalan c. Median jalan

1) Fungsi median jalan adalah untuk :

a) Memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah b) Mencegah kendaraan belok kanan

c) Lapak tunggu penyeberang jalan

d) Penempatan fasilitas untuk mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan

e) Penempatan fasilitas pendukung jalan f) Cadangan jalur (jika cukup luas) g) Tempat prasarana kerja sementara h) Dimanfaatkan untuk jalur hijau

2) Jalan dua arah dengan empat lajur atau lebih harus dilengkapi median

3) Jika lebar ruang yang tersedia untuk median < 2,5 m, median harus ditinggikan atau dilengkapi dengan pembatas fisik agar tidak dilanggar oleh kendaraan

4) Lebar minimum median, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur.

(12)

Gambar : Tipikal Median Jalan yang diturunkan

Gambar : Tipikal Median Jalan yang Ditinggikan d. Jalur pejalan kaki

1) Fasilitas pejalan kaki disediakan untuk pergerakan pejalan kaki. Semua jalan perkotaan harus dilengkapi jalur pejalan kaki di satu sisi atau di kedua sisi. Jalur pejalan kaki harus mempertimbangkan penyandang cacat, dan dapat berupa : a) Jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan, tetapi diperkeras permukaannya b) Trotoar

c) Penyeberangan sebidang

d) Penyeberangan tidak sebidang (jembatan penyeberangan atau terowongan penyeberangan)

e) Penyandang cacat

2) Jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan, harus ditempatkan di sebelah luar saluran samping. Lebar minimum jalur pejalan kaki yang tidak ditinggikan adalah 1,5 m

3) Khusus untuk jalan arteri dan kolektor di perkotaan sangat dianjurkan berupa trotoar

4) Lebar trotoar harus disesuaikan dengan jumlah pejalan kaki yang menggunakannya

Gambar : Tipikal Penempatan Trotoar di sebelah Luar Bahu

(13)

Gambar : Tipikal Penempatan Trotoar di sebelah Luar Jalur Parkir

e. Separator jalan

Separator jalan dibuat untuk memisahkan jalur lambat dengan jalur cepat. Separator terdiri atas bangunan fisik yang ditinggikan dengan kereb dan jalur tepian. Lebar minimum separator adalah 1,00 m.

f. Jalur lambat

Jalur lambat berfungsi untuk melayani kendaraan yang bergerak lebih lambat dan searah dengan jalur utamanya. Jalur ini dapat berfungsi sebagai jalur peralihan dari hirarki jalan yang ada ke hirarki jalan yang lebih rendah atau sebaliknya.

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan dan Waktu tempuh untuk Kelandaian Khusus • Untuk menghitung analisa kecepatan kelandaian khusus pada jalan bebas hambatan tak terbagi, langkah perhitungan sebagai berikut :