• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ALTERNATIVE DESPUTE RESOLUTION DALAM SENGKETA BISNIS ISLAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of ALTERNATIVE DESPUTE RESOLUTION DALAM SENGKETA BISNIS ISLAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BISNIS ISLAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Ahmad Hasan Basri [email protected]

Rozatul Muna [email protected] Mahrus Alwi Hasan Siregar [email protected]

Magister Ilmu Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstract

Sharia business dispute is a form of civil dispute. In the settlement of civil disputes, the settlement can be done through litigation and non-litigation. One form of non- litigation dispute resolution is the Alternative Despute Resolution. This research is a qualitative research and uses a normative juridical approach. In this study, the formulation of the problem is about how the Alternative Despute Resolution according to positive law and Islamic law. In positive law Alternative Despute Resolution is accommodated in Law Number 30 of 1999 concerning Arbitration and Alternative Dispute Resolution. In Alternative Despute Resolution, Islam is also familiar with islah. Etymologically, Islah means to decide disputes. The terminology can be interpreted as a contract agreement made to resolve a dispute. In resolving disputes in Indonesia in the field of sharia economics or sharia business, it can be done with Alternative Despute Resolution. Because almost all contracts contained in the MUI DSN Fatwa require that if one party does not fulfill its obligations or if there is a dispute between the two parties, then the settlement is carried out through the Sharia Arbitration Board after no agreement is reached through deliberation.

Keyword : Alternative Despute Resolution, Positive Law, Islamic Law Abstrak

Sengketa bisnis syariah merupakan salah satu bentuk persengketaan perdata. Dalam penyelesaian sengketa perdata penyelesaianya bisa dilakukan melalui litigasi dan non litigasi. Salah satu bentuk penyelesain sengketaa non litigasi adalah Alternative Despute Resolution. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan

(2)

pendekatan yuridis normatif. Pada penelitian ini mengemukakan rumusan masalah tentang bagaimana Alternative Despute Resolution menurut hukum positif dan hukum islam. Dalam hukum positif Alternative Despute Resolution diakomodasi dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam Alternative Despute Resolution Islam juga mengenal dengan islah. Secara etimologi Islah adalah memutusakan sebuah perselisihan.

Adapun secara terminologi dapat diartikan sebagai perikatan atau kontrak kesepakatan yang untuk menyelesaikan persengketaan. Dalam penyelesaian sengketa di Indonesia dalam bidang ekonomi syariah atau bisnis syariah dapat dilakukan dengan Alternative Despute Resolution. Karena hampir semua akad yang ada pada Fatwa DSN MUI memaparkan apabila terjadi sengketa anatara dua belah pihak yang bersangkutan maka hendaknya penyelesaian dilakukan dengan musyawarah atau menempuh jalur alternatif seperti badan Arbiterase.

Kata kunci : Alternative Despute Resolution,Hukum Positif,Hukum Islam

A. PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh arus global membuat laju ekonomi tumbuh pesat dan kompleks sehingga melahirkan berbagai macam bentuk kerjasama bisnis. Konsep dasar bisnis adalah ketika seseorang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maka orang lain bisa memenuhi kebuthanya dengan perdagangan (bisnis).203

Salah satu bisnis yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan adalalah dengan menjalankan bisnis yang berprinsipkan syariah. Mengingat kegiatan bisnis semakin meningkat dari hari kehari, maka tidak mungkin dihindari terjadi sengketa(dispute/

diference)diantara para pihak yang terlibat.Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan masalah yang melatarbelakanginya, terutamakarena adanya conflict of interest di antara para pihak. Sengketa yang terjadi antara pihaka yanga ada pada kegiatan perdagangan atau bisnis adalah sengketa bisnis.

Sebuah perikatan bisnis Tak jarang mengalami sengketa dan hal tersebut berlaku juga pada bisnis syariah. Pada dasarnya sengketa adalah ketimpangan atau ketidaksesuaian antara dua belah pihak yang terikat. Menurut kamus bahasa Indonesia sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat.204 Terdapat beberapa pilihan dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah baik melalui jalur litigasi atau jalur non litigasi. Dan disini penulis ingin memaparkan tentang penyelesaian sengketa bisnis syariah melalui jalur alternative atau disebut Alternative Dispute Resolution (ADR)

Sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa, ADR dijamin dalam hukum positif di indonesia. ranah yang di jangkau oleh ADR adalah ranah perdata, dimana hukum di indoesia juga memberikan rang terhadap ranah perdata. sedangkan islam sebagai agama dan sebagai norma hukum juga memberikan ruang terhadap ADR. Mengingat bahwa islam tidak hanya bersifat horizontal (ibadah) namun juga bersifat vertikal (muamalah). Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekataan yuridis normatif dan berangkat dari hal tersebut peneliti ingin memaparkan tentang ADR dalam perspektif hukum positif dan hukum islam.

203 Dr.Hamdi Agustin,S.E.,M.M.,”Studi Kelayakan Bisnis Syariah”.Jakarta,PT.Raja Grafindo,2017,Hlm.7

204 Kbbi.web

(3)

B. ALTERNATIVE DESPUTE RESOLUTION 1. Pengertian

Black’s Law Dictionary memberikan definisi tentang ADR : “Prosedur penyelesaian sengketa dengan cara selain litigasi, seperti arbitrase atau mediasi.”205 Sedangkan menurut Stanford M. Altschul medmiliki definisi bahwa ADR/APS itu adalah: “Persidangan suatu kasus di hadapan pengadilan swasta/alternatif yang disepakati oleh para pihak untuk menghemat biaya hukum, menghindari penundaan persidangan yang lama”206

Philip D. Bostwick juga memiliki definisi bahwa APS/ ADR yaitu: “Serangkaian praktik atau metode hukum yang bertujuan:

a. mengizinkan sengketa hukum diselesaikan di luar pengadilan untuk kepentingan semua pihak yang bersengketa;

b. untuk mengurangi biaya litigasi konvensional (pengadilan) dan penundaan yang biasa dikenakan;

c. untuk mencegah perselisihan hukum yang mungkin akan dibawa ke pengadilan.”207

Dalam Kamus Hukum dibedakan antara istilah alternatif penyelesaian sengketa dan ADR, seperti diterangkan di bawah ini:

Suatu pilihan penyelesaian sengketa yang dipilih melalui proses atau prosedur yang disepakati oleh pihak-pihak yang bersengketa, yaitu dengan sebuah penyelesaian di luar pengadilan dengan memggunakan metode negosiasi,konsultasi,mediasi atau dengan penilaian ahli.

Sedangkan untuk pengertian dari ADR adalah :

“suatu konsep yang meliputi beberapa bentuk dalam penyelesaian sengketa selaian dengan proses pengadilan yaitu melalui beberapa metode yang sah menurut hukum, baik pendekatan secara konsensus ataupun tidak”.208

2. Latar belakang terbentuknya

Sejarah awal akan adanya ADR dimulai di amerika serikat yaitu pada tahun 1976 yang dipelopori oleh Ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat pada suatu konferensi di Saint Paul, Minnesota yang bernama Warren Burger. Hal ini di awali karena adanya desakan dari berbagai pakar hukum untuk menuntut akan reformasi di bidang hukum yang dikira pada saat itu terdapat keprihatinan serius mengenai dampak negative ang semakin meningkat dari litigasi di pengadilan. Kemudian hal tersebut disetujui oleh American bar Assosiation dan terealisasikan dengan adanya penambahan komite ADR pada organisasi itu. Kurikulum ADR juga dimasukan pada sekolah hukum dan sekolah ekonomi di amerika serikat.

Secara umum yang mempengaruhi atau melatarbelakangi akan adanya ADR

205 Black’s Law Dictionary, Eight Edition, West Publishing Co., 2004. Hlm 86.

206 Stanford M. Altschul, The Most Important Legal Terms Yo’ll Ever Need to Know dalam, Priyatna Abdurrasyid, Arbritase & Alternatif Penyelesaian Sengketa- Suatu Pengantar, FikahatiAneska, Jakarta, 2002, Hlm. 18.

207 Phillip D. Bostwick, Going Private with the judicial System dalam, Priyatna Abdurrasyid, Ibid, Hlm.

86.

208 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013), hlm. 8.

(4)

adalah adanya kebutuhan sebagai berikut :

a. Meminimalisir kemacetan dalam pengadilan. Banyaknya kasus yang di limpahkan di pengadilan tidak jarang mengalami proses yang lama dan berkepanjangan. Hal tersebut menyebabkan pembengkakan biaya.

b. Meningkatkan ketertiban masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa.

c. Memperlancar serta memperluas akses ke pengadilan.

d. Memperlebar peluang dalam memberikan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak.209

Potensi penerapan ADR di Indonesia bisa berkembang sangat pesat dengan berbagain alasan-alasan yaitu :

a. Faktor Ekonomis

Dengan menggunakan metode ADR biaya yang dikeluarkan lebih murah dan dilihat dari sudut pandang waktu juga lebih singkat.

b. Faktor Ruang Lingkup yang Dibahas

Menggunakan metode ADR juga memberikan ruanglingkup yang jelas dalam pembahasanya. Yang dimaksud disini adalah agenda permasalahan di bahas lebih komperhensif,luas dan fleksible. Hal ini dikarenakan aturan yang berlaku sesuai dengan kepentingan kedua belah pihak..

c. Faktor Pembinaan Hubungan Baik

Penyelesaian dengan menggunakan ADR lebih kooperatif dan cocok untuk menjaga hubungan baik antar kedua belah pihak dalam kepentingan bisnis.210

Menurut Suyud margono pemilihan Alternative Dispute Resolution (ADR) oleh masyarakat memiliki kecenderungan dikarenakan beberapa alasan dan pertimbangan : Pertama, kepercaayaan terhadap sistem pengadilan cukup kurang dan mempertimbangkan bahwa menggunakan sistem diluar pengadilan lebih benyaak keuntunganya, sehingga banyak masyarakat terutama pelaku bisnis lebih memilih seperti Alternative Dispute Resolution (ADR) atau Arbiterase. Kedua, selain kepercayaan terhadap pengadilan yang menurun, kepercayaan terhadap lembaga arbiterase seperti BANI juga berkurang. Hal tersebut dikarenakan beberapa klausul dalam arbiterase memungkinkan pengajuan penyelesaian sengketa ke pengadilan. Dengan kata lain tidak sedikit beberapa kasus yang masuk kepengadilam merupakan kasus yang sudah di putus di lembaga arbiterase.211

3. Bentuk bentuk ADR

Ketentuan secara umum tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa diatur dalam pasa1 1 ayat 10 pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Altematif Penyelesaian Perkara terdapat empat jalur yaitu : konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli

a. Konsultasi

Yang dimaksud dengan konsultasi adalah permintan pendapat atau nasihat untuk menyelesaikan sengketa secara kooperatif dan kekeluargaan kepada pihak ketiga.212 Pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tidak dijelaskan atau

209 Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 10

210 Ibid.12

211 Sayud Margono, ADR dan Arbitrase, Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Yakarta, 2000, hal. 82.

212 Neni Sri Imaniyati, Perbankan Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi (Bandung: CV.

(5)

dirumuskan secara jelas mengenai konsultasi. Dalam Black’s Law Dictionary, disebutkan tentang konsultasi (consultation) adalah, “Act of consulting or conferring:

e.g. patient with doctor, client with lawyer. Deliberation of persons on some subject.”213 Dari pengartian dalam Black’s Law Dictionary tersebut dapat dipahami bahwa konsultasi merupakan kegiatan atau tindakan antara satu orang dengan orang lain yang sifatnya personal dengan melibatkan salah satu orang tersebut yang merupakan seorang ahli di bidangnya (profesional) seperti dokter atau pengacara dalam memecahkan sebuah masalah. jika ditarik dalam hal sengketa bisnis syariah maka masalah yang di bahas disini mengenai cideranya akad atau wanprestasi.

Kemungkina yang terjadi setelah adanya konsultasi tentang persengketaan yang dihadapi oleh suatu pihak adalah : pertama, pihak yang berkonsultasi akan mengikuti arahan dari konsultan atau kedua, pihak yang berkonsultasi akan merumuskan solusi tersendiri dengan pertimbangan dari konsultan.214

Bisa disimpulkan bahwa dari adanya konsultasi akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Namun, pihak yang berkonsultasi yang akan memutuskan sendiri solusinya. Dan konsultan disini sifatnya katalisator yang menyerap keluhan masalah dan memberikan opsi atau gambaran.

b. Mediasi

Mediasi merupakan keterlibatan pihak ketiga dalam penyelesaian masalah atar dua belah pihak yang bersengketa dan pihak ketiga disini disebut dengan mediator.

Dalam proses mediasi ini mediator diharuska bersifat netral dan tidak memihak.215 Dalam Kamus Hukum: (Dictionary of Law Complete Edition), didefinsikan tentantang Mediasi yang kurang lebih dapat diartikan sebuah proses penyelesaian sengketa dengan jalur damai serta melibatkan orang ketiga atau pihak ketiga dalam memberikan solusi untuk diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Lebih ringkasnya adalah pengikutsertaan pihak ketiga dalam menyelesaikan sengketa.216

Dalam kasus sengketa bisnis syariah keterlibatan mediator disini menjadi salah satu hal yang terpenting. Diharuskan bahwa mediator disini selain bersifat netral, harus memahami kontrak dalam bisnis syariah. Latar belakang mediator atau keahlian mediator dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah adalah keckapan terhadap kontrak bisnis syariah sepeerti pemahaman terhadap fiqih muamalah,etika bisnis syariah dan akad-akad dalam kontrak.

c. Negosiasi

Dalam bahasa sehari-hari istilah “negosiasi” sepadan dengan arti

“berunding,”“bermusyawarah” atau “bermufakat.”Dalam Bahasa Inggris

“negotitation” yang berarti perundingan. Orang yang melakukan perundingan dinamakan negosiator.217 Dalam Kamus Hukum: Dictionary of Law Complete

Mandar Maju, 2013), hlm. 177.

213 Nevey Varida Ariani, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis di Luar Pengadilan,” Jurnal Rechtsvinding (Vol. 1, No. 2, Agustus 2012): hlm.281.

214 Ibid.

215 Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 235.

216 .Marwan dan Jimmy P. Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Reality Publishhar, Surabaya, hlm. 426. Lihat juga: Annissa Rezki, RR. Dewi Anggraeni, Nur Rohim Yunus, “Application of Civil Law Theory In the Termination of Custody of Adopted Children in Indonesia,” Journal of Legal Research, Vol 1, No. 6 (2019).

217 Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan: Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi

(6)

Edition dinyatakan, negosiasi adalah proses perundingan dengan metode tawar menawar antara dua pihak yang bersengketa utik menemukan kesepakatan bersama.218

Perundingan atau negosiasi dalam sengketa bisnis syariah memang melibatkan kedua belah pihak langsung. Dalam negosiasi ini kedua belah pihak dapat mewakilkan kepada orang lain atau disebut dengan negosiator. Dan tentunya dalam konteks sengketa bisnis syariah setidaknya negosiator juga memiliki wawasan terkait ekonomi syariah atau etika bisnis syariah.

d. Konsiliasi

Dalam penyelesaiaan Sengketa Alternatif (ADR) terdapat salah satu bentuk metode yaitu konsiliasi, dimana para pihak yang berselisih menggunakan konsiliator yang bertemu dengan para pihak secara terpisah dan bersama- sama dalam upaya menyelesaikan perbedaan mereka. Mereka melakukan hal ini untuk meredakan ketegangan, meningkatkan komunikasi, menafsirkan masalah, mendorong para pihak untuk menemukan hasil yang dapat diterima.

Menurut Oppenheim, konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan mendelegasikan kepada suatu komisi atau beberapa orang untuk menjelaskan duduk perakara dan menyampaikan fakta dalam perselisihan lalu mengupayakan untuk adanya kesepakatan bersama dan menyarankan agar menyelesaikan sengketa tersebut, akan tetapi putusan disini sifatnya tidak mengikat.219

e. Pendapat atau Penilaian Ahli

Bentuk lainnya yang diperkenalkan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 adalah pendapat (penilaian) ahli. Dikutip dari Hukum online bahwa penfertian dari Penilaian ahli yaitu pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya. Dalam rumusan pasa1 52 Undang-undang ini dinyatakan bahwa para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat dari lembaga arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian.220

Dalam konteks sengketa bisnis syariah pendapat ahli atau penilaian ahli memang sangat spesifik. Pedapat ahli yang dimaksud disini pastinya seorang yang ahli dalam bidang ekonomi syariah atau bisnis syariah.

C. ADR dalam hukum positif di indonesia 1. Dasar hukum ADR di indonesia

Dalam hukum positif di indonesia teradapat beberapa peraturan yang mengakomodasi akan adaanya ADR antara lain :

a. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. mengatur mengenai pilihan dalam penyelesaian sengketa melalui cara

dan Arbitrase, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 144.

218 M.Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Reality Publisher, Surabaya, 2009, hlm. 450.

219 Huala Hadolf dan Chandrawulan, Masalah-Masalah Hukum dalam Perdagangan Internsional, PT Rjagrafindo Persada, Jakarta, hlm 186.

220 Nuril Hak, Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syari’ah, Mengupas Ekonomi Islam, Bank Islam,Bunga Uang dan Bagi Hasil, Wakaf Uang dan Sengketa Ekonomi Syariah, ( Yogyakarta : Teras, 2011), hlm. 180-181

(7)

musyawarah para pihak yang bersengketa, dibawah title A1ternatif Penyelesaian Sengketa”, yang merupakan terjemahan dari Alternative Dispute Resolution.221 b. Secara yuridis formal, pelembagaan arbitrase dan ADR ini dimungkinkan dalam

sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia. pelembagaan ini diatur dalam UU No.

14 Tahun 1970 tentang KetentuanKetentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yaitu sebagai berikut:

Penye1esaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase tetap diperbolehkan, tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutoria1 setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi dari pengadilan.”222 Di samping itu, ketentuan dalam Pasa1 14 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1970 menyatakan bahwa:

Ketentuan dalam ayat (1) tidak menutup kemungkinan untuk usaha penyelesaian perkara perdata secara perdamaian.”223

c. Dalam konteks sengketa bisnis syariah terdapat peraturan atau undang-undang yang mengakomodasi akan penyelesaian sengketa alternatif. Dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang menyebutkan bahwa “penyelesaian sengketa yang mungkin timbul pada perbankan syariah, akan dilakukan melalui pengadilan di lingkungan Peradilan Agama. Selain di pengadilan Agama, juga dibuka peluang utuk menyelesaikan sengketa secara musyawarah, lembaga arbiterase, mediasi perbankan atau dalam pengadilan yang disepakati kedua belah pihak yanga ada dalam Akad.”224

2. Mekanisme ADR

Dalam kasus perbankan terdapat peraturan yang memberikan kepastian hukum akan adanya proses mediasi. Peraturan Bank Indonesia menyebutkan mengenai syarat- syarat yang diajukan dalam penyelesaian sengketa perbankan antara lain :225

a. Menyerahkan dokumen tertulis disertai pendukung lainya yang memadai.

b. Nasabah pernah mengupayakan penyelesaian dengan pihak bank.

c. Belum pernah adanya putusan dari lembaga arbiterase atau pengadilan dalam sengketa yang diajukan atau belum ada kesepakan dari kedua belah pihak.

d. yang diajukan merupakan sengketa keperdataan.

e. Belum adanya mediasi perbankan yang difasilitasi oleh Bank Indonesia dalam sengketa tersebut.

f. Dalam pengajuan sengketa maksimal sengketa diajukan tidak melebihi 60 hari kerja sejak dikeluarkanya surat pengaduan oleh bank kepada nasabah.

jika beberapa persyaratan tersebut telah dipenuhi maka para piak dapat mengajukanya ke Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan, Bank Indonesia, Menara Pradius Prawito lantai 19. Jalan M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110.

Pemberlakuan Proses mediasia akan dilakukan apabila kedua belah pihak disini Bank dan nasabaha telah menandatangi perjanjian mediasi. Dalam kesepakatan tersebut

221 Ketentuan dalam Pasa1 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternative Penyelesaian Sengketa

222 Penjelasan atas Pasa1 3 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

223 Pasa1 14 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

224 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan

Syariah

225 Lihat Pasa1 15 PBI No, 8/5/PBI/2006

(8)

memuat tentang pemilihan proses mediasi sebagai alternatif dalam penyelesaian sengketa serta para piak diharuskan patuh akan peraturan mediasi yang ditetepakan Bank Indonesia.226

Penyelesaiaan sengketa alternative di atur dan sah menurut undang-undang.

Namun dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang arbiterase dan penyelesaiaan sengketa alternatif hanya mengatur secara umum atau normative tentang ADR dan tidak memberikan ketentuan secara spesifik tentang proses atau prosedur penyelesaian sengketa mealaui jalur ADR.

Khusus mediasi dijelasakan secara 1ebih lengkap dan terperinci pada Peraturan mahkamah agung no 1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan.227 Hal tersebut diatur pada bab delapan tentang perdamaian di luar pengadilan dalam pasal 36.

D. ADR MENURUT HUKUM ISLAM 1. ADR dalam islam

ADR atau Alternative Despute Resolutiondalam islam dikenal dengan sebutan Al- Islah atau As-Sulh. Kata islah dapat diartikan sebgai sebuah perbuatan terpuji atau baik yang berkaitan dengan perbuatan manusia.228 Sedangkan secara etimologi islah dapat diartikan sebagai pemutusan perselisihan. Dan secara terminologi diartikan sebagai kesepakatan bersama yang dibuat dalam penyelesaian sengketa229 dalam madzab hambali islah diartikan sebagai sebuah kesepakatan atau kontrak yang fungsinya sebagai wadah atau media untuk mencapai akan perdamaian anatara kelompok yang berselisih, hal ini akan terwujud apabila kedua beleh pihak bersikapa sopan sampai tujuan tersebut tercapai.230

Sedangakan beberapa ahli fiqih memberikan definisi dengan narasi yang hampir sama meskipun dengan beberapa narasi yang beda. Islah disini diartikan secara mudah mudah dipahami sebagai perbuatan dalam memutus suatu konflik atau persengketaan.

Atau dapat diartikan juga sebagai suatu akad untuk mengakhiri sebuah perselisihan atau sengketa antara dua pihak yang berselisih yang diakhiri dengan damai dan tidak ada yang dirugikana (win win solution).231

Islah dalam hukum Islam merupakan sebuah perbuatan yang disunnahkan.

Sebagaimana seorang hakim yang memberikan nasehat kepada dua pihak yang berselisih agar berdamai, namun nasihat atau anjuran tersebut bukan merupakan paksaan. Dan posisi seorang hakim juga tidak boleh mendesak sehingga seperti mengaharuskan.

Karena yang dimaksudkan islah disunnahkan disini apabila belum ditemukanya kebenaran dalam satu pihak. Apabila telah ditemukan kebenaran dalam dalam kedua pihak yang berseteru maka hukum memihak yang benar.

Islam yang berpedomoman kepada Al-Qur’an dan dijadikan sebagai sumber hukum islam memberikan petunjuk mengenai upaya perdamaian dalam menyelesaikan sengketa bisnis,keluarga dan peperangan. Dalam Surat al-Hujurat (49): 9 dan Surat al-Nisa’ (4): 35 secara eksplisit atau tersirat memberikan gambaran mengenaia bupaya damai bagi pihak yang bersengketa dengan cara yang adil dan benar.

226 Lihat Pasa1 9 PBI No, 8/5/PBI/2006

227 Perma no.1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan

228 E. van Donzel, B. Lewis, dkk (ed), Encyclopedia of Islam, (Leiden: E.J. Brill, 1990), Jil. IV, hlm. 141

229 Ibnu Hajar, (2008) Nataij Afkar fi takhriiji ahaaditsil adzkar, Daar Ibnu Katsir. Vol.7, hlm.23.

230 Al-Mughni jilid 4 hlm. 118

231 Abu Muhammad Mahmud Ibn Ahmad al-Aynayni, al-Bidãyah fi Syarh al-hidãyah,(Beirut: Dar al- Fikr, t,th), Jil. 9, hlm. 3

(9)

Ulama sepakat bahwa terkait islah dalam islam terahadap legalitasnya.karena di dalam islah terdapat Uqud (kontrak-Kontrak Perjanjian) yang membawa lebih banyak kemaslahatan dalam menyelesaikan konflik atau perselisiha. Akan tetapi disini islah juga bergantung pada kesadaran dari kedua belah pihak dan sikap kooperatif dalam melakukan kesepakatan damai hingga tujuan itu tercapai.

Jika dilihat dari manfaat dan tujuanya, DR. Wahbah Az-Zuhaili berpendapat bahwa keberhasilan islah yang terjadi pada masa Rasulullah terdapat beberapa faktor antara lain ; (1) adanya komitmen dari kedua belah pihak dalam mentaati peraturan yang ditetapkan selama perundingan damai (2) adanya niat baik dari kedua belah pihak dalam penyelesaian sengketa. (3) negosiasi di dilakukan dengan menyampaikan pendapat,bukti serta alasan sebagai pendukung argumentasi.(4) bagi pihak islam,kepentingan islam harus diutamakan.(5)fleksibilitas dalam menyampaikan pendapat dan mempersempit ruang perbedaan serta menerima keputusan serta kesepakatan terhadap konflik dan perselisihan yang berlangsung.232

Jadi yang perlu digarisbawahi bahwa keberhasilan akan penyelesaian sengketa alternatif tergantung pada kesadaran kedua belah pihak yanng berselisih untuk menyelesaikan masalah dengan mematuhi aturan selama proses berlangsung. Disisi lain pemilihan SDM dalam hal ini seperti mediator juga mempengaruhi proses penyelesaian.

2. Implementasi ADR dalam penyelesaian bisnis islam

ADR ini sifatnya lebih privat dan tertutup dan ADR disini hanya terbatas pada teknik penyelesaian sengketa yang bersifat koopetatif (negosiasi, mediasi, konsiliasi, seta teknik-teknik penyelesaian lainnya). Diantara bentuk-bentuk alternative penyelesaian sengketa (ADR), negosiasi dan mediasi lebih banyak digunakan oleh para usahawan (dunia bisnis) Indonesia untuk menyelesaiken petselisihan terutama dalam perjanjian kerjasama, karena yang dituntut oleh dunia bisnis adalah penyelesaian yang bersifat sedethana, cepat dan biaya ringan.233

Selaian sebagai metode alternatif akan penyelesaian sengketa yang murah, ADR memang lebih mengedepankan perdamaian sebagai Orientasi target dari sebuah sengketa yang terjadi. Pembentukan badan hukum yang mewadahi akan sengketa alternatif juga menunjang akan adanya eksistensi metode penyelesaian sengketa ini. Di indonesia sendiri pemeberlakuan tentang ADR di akomodasi oleh udang-undang nomor 30 Tahun 1999 tentang arbiterase dan penyelesaiaan sengketa alternatif. Sebagai sumber yuridis, undang-undang tersebut tidakk menjelaskan secara teknis dan spesifik.

Lebih lanjut lagi menegenai Penyelesaian sengketa ekonomi syariah non litigasi atau alternatif dapat melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). LAPS ini terdiri dari enam lembaga yakni Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI), Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI), serta Badan Mediasi Dana Pensiun (BMDP). Selain baberapa badan hukum yang ditnjuk OJK Tersebut, juga terdapat Basyarnas yang berafiliasi dengan Majelis Ulama Indonesia.

Yang menjadi Representasi hukum islam di indonesia adalah Majelis Ulama

232 Al-Zuhaili, W. (2003). Negotiation in Islam. The Process of International Negotiation Project Network Newsletter (PIN Points), 21: 1-4, dikutip dari Norhayati Rafida A.R.,Nurul Husna N. H.,Safiyyah A.S. (2012),Negotiation as a Foundation in Islamic Da’wah: Framework Analysis on the Memorandums held in the Era of Rasullullah (pbuh), Global Journal Al Thaqafah, VOL 2 ISSUE 1 hlm. 59

233 Garry Goodpastor, The Guide to negotiation and mediation (New York Transnational Publisher, Inc- 1997). Hlm. 15.

(10)

Indonesia yang merupakan otoritas islam yang dapat mengeluarkan produk hukum yaitu fatwa. Lebih spesifik lagi yang membahas tentang ekonomi syariah adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI. Pada Fatwa tersebut terlihat hampir Semua fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) perihal hubungan muamalah (perdata) senantiasa diakhiri dengan ketentuan: “Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perse1isihan diantara kedua belah pihak, maka penye1esaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melaiui musyawarah”. (dapat dilihat dari beberapa fatwa seperti Nomor 07 Tentang Pembiayaan Mudharabah, Fatwa Nomor 08 Tentang Pembiayaan Musyarakah dan lain sebagainya).234

Selaian dengan adanya Basyarnas yang di bentuk oleh Majelisa Ulama Indonesia, Masyarakat ekonomi Syariah (MES) juaga membenetuk sebuah badan mediasi Ekonomi Syariah (BAMES) lembaga ini berfungsi sebagai layanan dalam penyelesaian berbagai sengketa ekonomi syariah dengan memberikan berbagai konsultasi dan pendapat serta memediasi untuk membantu dalam memperoleh kesimpulan dalam penyelesaian sengketa dan kemudian dituangkan dalam dokumen kesepakatan damai.

Selaian beberapa hal tersebut BAMES juga memberikan edukasi,pelatihan,sosialisasi dan seminar nasional ataupun internasional tentang penyelesaian sengketa alternatif.

E. KESIMPULAN

Alternative Despute Resolution merupakan salah satu metode dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau disebut dengan non litigasi. Dalam kamus hukum menyebutkan bahwa yang disebut dengan Alternative Despute Resolution adalah suatu konsep yang terdiri dari beberapa bentuk dalam penyelesaian sengketa selaian dengan proses pengadilan yaitu melalui beberapa metode yang sah menurut hukum, baik pendekatan secara konsensus ataupun tidak.

Dalam hukum positif ADR di akomodasi dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam undang- undang tersebut mengatur mengenai pilihan dalam penyelesaian sengketa melalui cara musyawarah para pihak yang bersengketa. Selain itu beberapa peraturan lain yang mengakomodasi seperti pelembagaan arbitrase dan ADR ini dimungkinkan dalam sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia. pelembagaan ini diatur dalam UU No. 14 Tahun 1970 tentang KetentuanKetentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan Dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Dalam Alternative Despute Resolution Islam juga mengenal dengan islah. Secara etimologi Islah adalah memutusakan sebuah perselisihan. Adapun secara terminologi dapat diartikan sebagai perikatan atau kontrak kesepakatan yang untuk menyelesaikan persengketaan. Dalam penyelesaian sengketa di Indonesia dalam bidang ekonomi syariah atau bisnis syariah dapat dilakukan dengan Alternative Despute Resolution.

Karena hampir semua akad yang ada pada Fatwa DSN MUI memaparkan apabila terjadi sengketa anatara dua belah pihak yang bersangkutan maka hendaknya penyelesaian dilakukan dengan musyawarah atau menempuh jalur alternatif seperti badan Arbiterase.

.

234 Darwinsyah Minin, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Ekonomi Syariah Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam,(Kanun Jurnal Ilmu Hukum,(No.53, 2011). Hlm.19

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad Mahmud Ibn Ahmad al-Aynayni, al-Bidãyah fi Syarh al-hidãyah,(Beirut:

Dar al-Fikr, t,th), Jilid 9 Al-Mughni jilid 4

Al-Zuhaili, W. Negotiation in Islam. The Process of International Negotiation Project Network Newsletter . (2003) (PIN Points), 21: 1-4,

Norhayati Rafida A.R.,Nurul Husna N. H.,Safiyyah A.S. (2012),Negotiation as a Foundation in Islamic Da’wah: Framework Analysis on the Memorandums held in the Era of Rasullullah (pbuh), Global Journal Al Thaqafah, VOL 2 ISSUE 1

Black’s Law Dictionary, Eight Edition, 2004. West Publishing Co.,

Darwinsyah Minin, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Ekonomi Syariah Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam,Kanun Jurnal Ilmu Hukum,No.53, 2011.

E.van Donzel, B. Lewis, dkk (ed), Encyclopedia of Islam,Leiden: E.J. Brill, 1990,Jilid. IV.

Garry Goodpastor, The Guide to negotiation and mediation New York Transnational Publisher, Inc- 1997.

Hamdi Agustin,S.E.,M.M.,”Studi Kelayakan Bisnis Syariah”.Jakarta,PT.Raja Grafindo,2017.

Chandrawulan dan Huala Hadolf , Masalah-Masalah Hukum dalam Perdagangan Internsional, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm 186.

Ibnu Hajar, (2008) Nataij Afkar fi takhriiji ahaaditsil adzkar, Daar Ibnu Katsir. Vol.7, Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan: Negosiasi, Mediasi,

Konsiliasi dan Arbitrase, 2001 PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

Kamus Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Kebudayaan, Jakarta, 1988.

Kbbi.web

Ketentuan dalam Pasa1 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternative Penyelesaian Sengketa

Pasa1 15 PBI No, 8/5/PBI/2006 Pasa1 9 PBI No, 8/5/PBI/2006

M.Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Reality Publisher, Surabaya, 2009.

Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia ,Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Marwan dan Jimmy P. Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Reality Publishhar, Surabaya, hlm. 426. Lihat juga: Annissa Rezki, RR. Dewi Anggraeni, Nur Rohim Yunus,

Application of Civil Law Theory In the Termination of Custody of Adopted Children in Indonesia,” Journal of Legal Research, Vol 1, No. 6,2019.

Neni Sri Imaniyati, Perbankan Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi,Bandung: CV.

Mandar Maju, 2013.

Nevey Varida Ariani, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis di Luar Pengadilan,” Jurnal Rechtsvinding,Vol. 1, No. 2, Agustus 2012

Nuril Hak, Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syari’ah, Mengupas Ekonomi Islam, Bank Islam,Bunga Uang dan Bagi Hasil, Wakaf Uang dan Sengketa Ekonomi Syariah,Yogyakarta : Teras, Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan 2011

Kehakiman

Penjelasan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

(12)

Perbankan Syariah

Perma no.1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan,Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013.

M. Altschul, The Most Important Legal Terms Yo’ll Ever Need to Know dalam, Priyatna Abdurrasyid, Arbritase & Alternatif Penyelesaian Sengketa- Suatu Pengantar, FikahatiAneska, Jakarta, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Prostitusi dapat dilakukan dengan mudah karena banyaknya wadah yang dapat digunakan, dan dengan adanya mucikari yang menjadi perantara PSK dan pengguna jasa PSK.Sanksi