• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA ANTIFUNGAL EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISA ANTIFUNGAL EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR "

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak biji alpukat sebagai antijamur dan konsentrasi ekstrak biji alpukat yang optimal dalam menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum. Hasil ekstraksi dilanjutkan dengan uji daya hambat ekstrak etanol terhadap kapang Colletotrichum pada konsentrasi berbeda 100%. Hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol biji alpukat memberikan pengaruh nyata terhadap aktivitas jamur Colletotrichum dengan konsentrasi optimal 40%.

Judul yang dipilih untuk penelitian ini adalah “Analisis Antijamur Ekstrak Etanol Biji Alpukat Terhadap Pertumbuhan Jamur Colletotrichum sp.

PENDAHULUAN

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak etanol biji alpukat berpotensi sebagai antijamur dan berapa konsentrasi ekstrak biji alpukat yang optimal untuk menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum sp.

Tujuan

Manfaat

  • Morfologi Tumbuhan Alpukat
  • Kandungan Dari Biji Alpukat

Morfologi tanaman alpukat dimulai dari sistem perakarannya, alpukat merupakan tumbuhan dengan sistem perakaran tunggal yang panjang akarnya 5-10 m. Akar ini mempunyai fungsi seperti akar tanaman lainnya yaitu sebagai tempat penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah dan akar tersebut dapat berfungsi untuk menopang tubuh tanaman alpukat agar dapat berdiri (Flistiani, 2017). Batang tanaman alpukat berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 5-10 m. Batang tanaman ini tergolong kayu keras dan ditutupi kulit kayu yang keras. Abubakar, 2014).

Bunga terdapat pada ketiak daun atau pada ranting bagian dalam. Penyerbukan bunga dapat didukung oleh berbagai macam faktor, baik faktor biotik maupun abiotik, dimana faktor biotik pada proses penyerbukan bunga pada tanaman alpukat didukung oleh serangga atau hewan yang ada di sekitar bunga, adapun faktor abiotik yang dapat mendukung penyerbukan melalui angin. faktor (Felistiani, 2017). Alpukat sangat terkenal dengan buahnya yang mempunyai banyak manfaat, dimana buah dari tumbuhan ini mempunyai bentuk yang lonjong atau tidak beraturan dan berukuran mencapai 10-20 cm, buah alpukat mempunyai warna kehijauan hingga kuning kemerahan pada permukaannya. kulit luar buah alpukat berbintik ungu, buah alpukat mempunyai daging buah yang tebal berwarna kuning tua sampai hijau muda (Pradita, 2017). Biji alpukat berbiji tunggal umumnya berwarna putih, berbentuk bulat telur hingga lonjong, diameter 2,5-5 cm. Bibit alpukat merupakan kecambah dari tanaman alpukat dan apabila benih tersebut jatuh pada kondisi tanah yang baik dan subur maka benih tersebut akan tumbuh menjadi tanaman alpukat baru (Yachya & Sulistyowati, 2015).

Biji alpukat diketahui mengandung fitosterol, triterpenoid, asam lemak, asam absisat, asam furanoat, dimer flavonoid dan proanthocyanidins, menurut Yachya & Sulistyowati (2015), senyawa-senyawa berikut ini terbukti mempunyai potensi sebagai antijamur. Berdasarkan hasil penelitian Abubakar dkk (2014) yang mengisolasi senyawa aktif dari ekstrak etanol biji alpukat. Dilanjutkan dengan melakukan uji fitokimia untuk memperoleh hasil senyawa aktif pada ekstrak etanol biji alpukat yaitu dari golongan triterpenoid yang ditandai dengan uji warna dengan pereaksi Lieber-Buchard yang menunjukkan reaksi positif. menjadi terpenoid dengan warna ungu. .

Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

  • Morfologi Tanaman Cabai Rawit
  • Permasalahan Pada Tanaman Cabai

Cabai rawit memiliki rasa pedas yang dapat memicu reaksi saat disantap, sehingga buah ini sering dijadikan bahan pelengkap dalam masakan. Selain itu cabai rawit mengandung nutrisi yang cukup antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, B1, B2, C dan senyawa alkaloid (Sujitno & Dianawaty, 2015). Tanaman cabai merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena cabai merupakan tanaman rempah yang banyak digunakan sebagai bahan olahan yang dipadukan dalam beberapa masakan.

Morfologi tanaman cabai dimulai dari akarnya, dimana akar tanaman cabai rawit merupakan akar tunggang yang kuat dan cabangnya menjalar ke samping membentuk bulu-bulu akar (akar serabut), akar serabut ini mampu menembus ke dalam tanah hingga kedalaman 50 meter. cm dalam (Utami, 2018). Batang tanaman cabai rawit merupakan batang berkayu utama, pembentukan batang berkayu pada tanaman ini dimulai pada umur tanaman ke 30, tingginya mencapai 30-37,5 cm dengan diameter antara 1,5 – 3 cm. Secara umum suku Solanaseae berbentuk seperti terompet (Hypocrateriformis), meliputi bunga lengkap dengan kelopak (Calyx), mahkota (Corolla), benang sari (Stamen) atau untuk alat kelamin jantan pada tumbuhan, sedangkan dan putik (Pistilium) untuk alat kelamin jantan. alat kelamin betina pada tanaman cabai.dalam 1 putik terdiri dari 6 benang sari, benang sari berwarna putih dengan kepala sari berwarna ungu, pada saat buah cabai terbentuk mahkotanya rontok namun kelopaknya tetap tertinggal dan menempel pada buah cabai (Arifin, 2010).

Cabai merah merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak faktor penyebab kegagalan atau kerusakan pada saat pascapanen tanaman ini, beberapa faktor penyebab kegagalan pada masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini dapat dibedakan menjadi dua, faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor lingkungan biologi. Beberapa jenis jamur patogen penyebab penyakit pada tanaman cabai antara lain Colletotrichum capsici, Gloesporium piperatum. Beberapa jenis penyakit tanaman cabai yang terjadi antara lain bercak daun, antraknosa, embun tepung, busuk leher akar, layu fusarium dan penyakit busuk (Suwardani dkk, 2014).

Deskripsi Jamur Colletotrichum sp

  • Morfologi Jamur Colletotrichumm sp
  • Gejala Penyakit Akibat Serangan Jamur Colletotrichum sp

Morfologi Jamur Jamur Colletotrichum sp merupakan jamur uniseluler dengan ukuran 5-15 µm Jamur ini mempunyai spora berbentuk silinder dengan hifa berwarna gelap yang tidak terpisahkan, konidia pendek berbentuk bulan sabit hialin dan konidiofor tidak terpisahkan (Sulastri dkk., 2014) Jamur ini mempunyai appressorium yang berbentuk lonjong, dimana appressorium tersebut berfungsi membantu hifa untuk melakukan penetrasi pada jaringan tanaman yang terinfeksi. Enzim yang dihasilkan oleh jamur Colletotrichum sp dapat menyebabkan kerusakan pada struktur dinding sel tumbuhan. Genus Colletotrichum menyebabkan beberapa jenis penyakit seperti layu daun, antraknosa, busuk merah pada tebu, dan busuk pada stroberi, pisang dan juga pada buah kopi.

Siklus hidup jamur Colletotricum sp dapat menginfeksi tanaman cabai pada tahap awal, kondisi yang terdapat pada permukaan tanaman cabai rawit akan menghasilkan tabung germinal, setelah tabung germinal tersebut menembus lapisan epidermis kulit buah cabai maka akan terbentuk jaringan hifa, kemudian hifa intra dan antar sel masuk dan menyebar ke seluruh jaringan tanaman, penyebaran spora jamur Colletotrichum sp dapat terjadi melalui banyak faktor, salah satunya adalah faktor abiotik seperti air hujan, sehingga pada saat spora mencapai. Secara umum gejala yang terjadi akibat serangan jamur ini biasanya ditandai dengan bercak-bercak, jika pada buah baik yang masih muda maupun yang sudah tua, lama kelamaan bercak tersebut akan semakin melebar hingga akhirnya seluruh pangkalnya terisi. bintik-bintik tersebut dan lama kelamaan buah akan mengecil, mengering, warna buah menjadi hitam dan membusuk kemudian rontok dengan sendirinya dan menjadi kondisi yang sangat mengkhawatirkan (Setiadi, 1993). Apabila serangan pada saat tanam dilakukan oleh benih maka dapat menyebabkan kegagalan dan layu, serta serangan pada tanaman dewasa ditandai dengan gejala yang tampak berupa pucuk mati, busuk dan kekeringan pada daun dan batang tanaman.

Tingkat keparahan serangan antraknosa pada musim hujan, dimana kerusakan dapat mencapai 50-100%.

Antifungal dan Sejarah Pengendalian Hayati

Awal mula sejarah pengendalian hayati adalah ketika Atkinson menemukan keanekaragaman tingkat keparahan penyakit layu Fusarium pada tahun 1892, yang tingkat keparahannya diketahui dipengaruhi oleh tanah, dan kemudian dilanjutkan oleh Potter pada tahun 1908 ketika ia mengetahui adanya patogen penghambat pada tanaman. metabolitnya yang saat itu belum diketahui namanya, patogen tersebut, dan kemudian pada tahun 1926 Sanford menemukan bahwa pupuk hijau berpotensi mengobati penyakit hawar kentang.

Fungisida dan Jenis-Jenisnya

  • Fungisida Sintetis
  • Fungisida Alami

Fungisida berperan dalam meningkatkan kualitas produksi hasil pertanian, penggunaan pestisida pada lahan pertanian membawa manfaat bagi petani, terlihat dari peningkatan produksi tanaman, berkurangnya hama dan penyakit tanaman (OPT), serta berkurangnya hama dan penyakit tanaman (OPT). dapat menjamin tersedianya persediaan pangan akibat peningkatan hasil dan perbaikan mutu tanaman serta lingkungan. Fungisida jenis ini dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, berkurangnya populasi organisme yang berperan sebagai pengendali hayati alami yang terpadu, dan hilangnya keanekaragaman hayati, serta terciptanya hama baru yang mungkin resisten terhadap fungisida sintetik (Supriadi , 2013). . Senyawa ini mempunyai sifat toksik terhadap pertumbuhan tanaman dan hama, sehingga senyawa bioaktif pada tanaman tersebut dapat menghambat aktivitasnya.

Analisa Antifungal

Alat Dan Bahan Penelitian

Metode Penelitian

  • Prosedur Penelitian

Preparasi Sampel

Isolasi jamur Colletotrichum sp. 5) Melaksanakan proses pengujian ketahanan ekstrak etanol biji alpukat terhadap pertumbuhan jamur Colletotrichum sp.

Penyediaan Ekstrak Kasar Biji Alpukat

Pemberian ekstrak kasar biji alpukat dengan konsentrasi berbeda Hasil ekstraksi biji alpukat dengan konsentrasi berbeda selama perlakuan.

Penyediaan Ekstrak Kasar Biji Alpukat Dengan Berbagai Konsentrasi Hasil ekstraksi biji alpukat dalam berbagai konsentrasi pada perlakuan

Isolasi dan Identifikasi Jamur Colletotrichum sp

  • Analisis data
  • SARAN

Pembuatan ekstrak kasar biji alpukat dengan konsentrasi berbeda Hasil ekstraksi biji alpukat dengan konsentrasi berbeda diberi perlakuan dengan alkohol 70% untuk menghilangkan kontaminasi pada bagian luar, setelah itu dibilas dengan aquades sebanyak 3 kali. Uji aktivitas antijamur dengan ekstrak biji alpukat dilakukan dengan metode Poison food (Yulia dkk, 2016) untuk mengetahui diameter pertumbuhan koloni pada media uji. Data yang diperoleh diamati dengan menggunakan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) Faktorial dan akan dianalisis menggunakan Analisis Varians (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji alpukat terhadap pertumbuhan jamur. Colletotrichum sp.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ekstrak etanol biji alpukat menunjukkan hasil yang efektif dan nyata dalam menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum. Hal ini ditunjukkan dengan konsentrasi ekstrak etanol biji alpukat sebesar 40% merupakan konsentrasi perlakuan optimal yang memberikan efek antijamur terhadap aktivitas jamur Colletotrichum. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis antijamur ekstrak etanol biji alpukat dalam menghambat pertumbuhan berbagai jenis penyakit jamur pada cabai rawit (Capsicum frutescens).

Christoper, W., Natalia, D& Rahmayanti., S, 2017, Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Umbi Bawang Dayak (Eleutherine americana (Aubl.). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea Americana Hispathological Mill) Terhadap Karakteristik hati dan limpa mencit (Mus musculus) yang teridentifikasi Staphylococcus aureus Jalianto, 2015, Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Biji Buah Langsat (Lansium domesticum Corr.) Terhadap Jamur Intro Candida Albic ://jurnal.utan.ac.id , jilid.

Yulia, E., Widiantinni, F., Purnama, A dan Nurhelawati, I., 2016, Khasiat Ekstrak Air Daun Binahong (Anredra cordifolia (Ten) Steenis) dalam Menekan Pertumbuhan Koloni dan Perkecambahan Konidia Penyakit Jamur Antraknosa Colletotrichum capsici pada cabai, Lembaran Pertanian. Gambar Pengukuran diameter jamur Colletotrichum pada media uji PDA setiap perlakuan a) kontrol negatif (menggunakan Topsin M 70 WP 0,2%), b) kontrol positif (tanpa konsentrasi ekstrak), c) konsentrasi biji alpukat 20%. d) Konsentrasi ekstrak biji alpukat 40%.

Tabel 1.  Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Biji Alpukat Terhadap Colletotrichum.
Tabel 1. Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Biji Alpukat Terhadap Colletotrichum.

Gambar

Tabel 1.  Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Biji Alpukat Terhadap Colletotrichum.
Gambar .  a) Tabung reagen sebagai tempat perendaman sekaligus penyimpanan  ekstrak  biji  alpukat
Gambar .   Proses pembuatan seri konsentrasi ekstrak etanol biji alpukat.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

1. Education is not oriented to the integrity of the nation which is characterized by the absence of an effective impetus or step towards the significance of

Penelitian ini dimulai dengan persiapan alat dan bahan kemudian dilakukan pengujian terhadap bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat beton2. Setelah dilakukan