• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Cemaran Bakteri Jamu Beras Kencur Sediaan Cair dengan Metode Angka Lempeng Total

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analisa Cemaran Bakteri Jamu Beras Kencur Sediaan Cair dengan Metode Angka Lempeng Total "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Cemaran Bakteri Jamu Beras Kencur Sediaan Cair dengan Metode Angka Lempeng Total

Mubarokah Nuriaini Dewi1, Wigayanti2*, Putri Fatmawati3,Rinette Visca4, Junie Suriawati5, Siti Rahayu Rahmawati6

1,2,3,4Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Kimia, Universitas Jayabaya

5,6Program Studi D3 Analisa Farmasi dan Makanan, Poltekkes Kemenkes Jakarta II

*Koresponden email: wigayanti98@gmail.com

Diterima: 28 September 2022 Disetujui: 7 Oktober 2022

Abstract

In Indonesia, traditional medicines like saffron-colored rice are still in high demand. Microbial contamination might occur if the production process is not carried out in line with the procedure for creating and processing herbal medication. Herbal medicine formulation must adhere to the Total Plate Number criteria (ALT). The purpose of this study was to quantify the microbiological contamination levels in the liquid herbal rice kencur that the traveling herbal medicine vendor produces. Rice samples dyed saffron were employed in the study's experimental design (A, B, and C). The steps of microbial testing included homogenization, dilution, mixing with the medium, and incubation. By mixing 25 ml of material with 225 ml of 0.1% buffered peptoned water using a stomacher for two minutes, homogenization was started.

Suspension dilution was used to create colonies that grew apart so that they could be counted easily. The pour plate inoculation method is used for blending with the medium. Nutrient agar is the solid medium used for ALT. According to the study's findings, sample A had 2.2 x 104 colonies per milliliter, sample B had 2.6 x 104 colonies per milliliter, and sample C had 8.0 x 107 colonies per milliliter for ALT values. The outcomes do not meet the criteria outlined in the Head of Drug and Food Control Agency of the Republic of Indonesia Regulation No. 12 of 2014 on Quality Requirements for Traditional Medicines.

Keywords: saffron-colored rice, total plate quantity, herbal, agar blanks, microbes

Abstrak

Obat tradisional seperti jamu beras kencur masih digemari di Indonesia. Jika proses produksinya tidak dilakukan sesuai dengan standar cara pembuatan dan pengolahan jamu, maka dapat menyebabkan kontaminasi mikroba. Sediaan jamu harus memenuhi persyaratan Angka Lempeng Total (ALT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya cemaran mikroba pada cairan jamu beras kencur yang di produksi oleh penjual jamu gendong keliling. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan sampel jamu gendong beras kencur (A, B, dan C). Pengujian mikroba dengan melalui beberapa tahapan, antara lain homogenisasi, pengenceran, pencampuran dengan medium, inkubasi dan interpretasi hasil.

Homogenisasi sampel dimulai dengan mencampurkan 25 ml sampel dengan 225 ml Buffered Peptoned Water 0,1% dan dikocok dengan vortex selama 2 menit. Pengenceran suspensi dilakukan untuk memperoleh koloni yang tumbuh terpisah sehingga mudah dihitung. Pencampuran dengan medium dilakukan dengan metode inokulasi pour plat (dengan teknik tuang). Nutrient agar adalah media padat yang digunakan untuk ALT. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil ALT yaitu, sampel A=2,2 x 104 koloni/ml, sampel B=2,6 x 104 koloni/ml, dan sampel C=8,0 x 107 koloni/ml. Hasil tersebut tidak sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional.

Kata Kunci: beras kencur, angka lempeng total, obat tradisional, media agar, mikroba

1. Pendahuluan

Perkembangan jamu terus meningkat, hal ini dikarenakan masyarakat umum yang masih terus mengkonsumsi obat herbal yang terbuat dari bahan alam. Ketersediaan bahan baku yang melimpah dengan harga murah, proses pembuatan jamu yang cukup mudah dan efek samping jamu yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan obat dokter (obat-obatan berbahan kimia) [1,2]. Dulu orang rutin mengkonsumsi jamu karena alasan untuk kesehatan, namun sekarang banyak orang yang enggan melakukannya karena rasanya yang tidak enak. Saat ini jamu kemasan jamu memiliki rasa yang berbeda dengan minuman ringan lainnya. Untuk sekarang, jamu memiliki rasa yang enak misalnya jamu kemasan dengan rasa beras kencur.

Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, seseorang dapat mencegah pegal dan linu yang dapat

(2)

terjadi jika seseorang melakukan aktivitas fisik yang berat [3]. Selain itu, banyak juga yang berpendapat bahwa jamu beras kencur dapat menyebabkan nafsu makan meningkat, dan menyehatkan tubuh [4].

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Perindustrian dan Usaha Obat Tradisional, bahwa usaha jamu gendong adalah praktik yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional berupa cairan yang dibuat segar dengan maksud untuk dijual langsung ke konsumen [5]. Usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan tidak perlu mendapat izin edar dari kementerian. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Praktik Tenaga Kesehatan Jamu Tradisional dalam rangka melindungi masyarakat penerima pelayanan kesehatan, setiap tenaga kesehatan yang akan melaksanakan praktik profesinya wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penjual jamu wajib memiliki Surat Izin Praktik Jamu Tradisional (SIPTKT Jamu). SIPTKT Jamu adalah bukti tertulis pemberian wewenang untuk melaksanakan praktik profesi Tenaga Kesehatan Jamu Tradisional [6].

Pengolahan jamu sangat sederhana, yaitu dengan memanfaatkan bahan dan peralatan dapur yang mudah didapat. Jangan berasumsi bahwa setelah mengkonsumsi jamu, dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena disebabkan oleh adanya mikroba patogen. Perlu mempertimbangkan beberapa faktor seperti sanitasi dan higiene (baik bahan baku, peralatan, maupun produsen jamu) dalam pengolahan jamu untuk memperoleh jamu yang memenuhi syarat kesehatan. Sediaan jamu cair dibuat dengan aman untuk konsumsi umum. Oleh karena itu, sediaan jamu tersebut harus dilindungi dari cemaran mikroba patogen.

Mikroba memiliki berbagai habitat yang berbeda-beda, tetapi yang paling menonjol adalah di dalam media air. Dalam pembuatan sediaan jamu beras kencur, air yang digunakan sebagai pelarut perlu diwaspadai adanya mikroba patogen pada air. Selain adanya mikroba patogen, jamu juga harus memenuhi syarat Angka Lempeng Total (ALT). ALT adalah jumlah mikroba mesofilik aerobik per ml sampel yang ditentukan dengan metode standar. ALT mencantumkan jumlah mikroba dalam produk tertentu. Di beberapa negara dinyatakan sebagai Aerobic Plate Count (APC) atau Standard Plate Count (SPC) atau Aerobic Microbial Count (AMC). ALT merupakan perhitungan untuk jumlah mikroba secara keseluruhan, bukan berdasarkan jenis mikroba tertentu [7]. Menguji jumlah keberadaan mikroba biasanya dilakukan dengan metode mikrobiologi dengan media yang sesuai untuk pertumbuhan mikrobanya. Jamu yang sudah terkontaminasi juga dapat dikenali dari perubahan rasa, warna dan tekstur.

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa berdasarkan hasil percobaan ALT kemungkinan diperoleh cemaran 106cfu/ml untuk jamu tidak memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) [8, 9, 10, 11]. Faktor higiene yang yang dapat diterapkan pada semua aspek penjualan jamu, mulai dari pengadaan bahan baku hingga penyajian jamu yang menyebabkan adanya cemaran mikroba. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana cemaran mikroba pada jamu beras kencur dalam sedian cair yang dibuat oleh penjual jamu gendong keliling.

2. Metode Penelitian Peralatan dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Plate Count Agar (PCA) (Himedia), Triphenyltetrazolium Chloride (TTC), Buffered Peptoned Water 0,1% (BPW), Lactose Broth, Potato Dextrose Agar (PDA) (Scharlau), dan pereaksi pewarnaan Gram bakteri (termasuk kristal violet, yodium, dan alkohol 96%), minyak imersi, air suling (yang disterilkan). Termasuk sampel berupa jamu gendong beras kencur sediaan cair yang didapat dari tiga orang penjual jamu gendong di Cempaka Putih.

Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, diambil 500 ml dan disimpan dalam botol media tertutup dan langsung dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi-Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk diuji. Adapun alat yang digunakan adalah penghitung koloni (colony counter), autoclave merk Hirayama Passed, incubator merk Memmert, Bio Safety Cabinet (BSC) 1300 series A2, oven, vortex mixer merk IKA, fine pipet dan Blue Tips, pembakar bunsen, korek gas, cawan petri, rak tabung reaksi, tabung reaksi, erlenmeyer.

Metode Pengujian

Metode ALT melalui beberapa langkah penelitian [12] sebagai berikut:

1) Langkah pertama dalam proses homogenisasi adalah mencampurkan masing-masing 25 ml sampel (A, B dan C) dengan 225 ml BPW 0,1% dan dikocok sampai benar-benar homogen dengan vortex selama 2 menit. Ini adalah larutan dengan pengenceran 10-1

2) Langkah kedua, pengenceran adalah menyiapkan 15 tabung reaksi (masing-masing sampel A, B, dan C menggunakan 5 tabung reaksi) dan diisi dengan 9 mL BPW. Tuangkan 1 ml suspensi pengenceran 10-1 dengan pipet steril ke dalam larutan 9 mL BPW untuk memperoleh pengeceran 10-2. Suspensi dari masing-masing pengenceran dipipet 1 mL ke dalam cawan Petri dan dibuat duplo.

(3)

3) Langkah ketiga, pencampuran dengan media dilakukan dengan metode inokulasi pour plate (dengan cara tuang). Tambahkan 12-15 ml PCA yang telah dibuat pada suhu 45° ± 1° C dalam setiap cawan didiamkan selama 15 menit sejak pengenceran pertama. Cawan diputar membentuk angka delapan hingga menjadi padat agar tercampur dengan baik. Semua cawan petri diinkubasi pada suhu 35 ± 1° C selama 24-48 jam dengan posisi tegak lurus terhadap inkubator.

4) Langkah keempat, setiap cawan dengan kapasitas 25-250 koloni dilakukan perhitungan setelah 48 jam menggunakan alat colony counter. Jika sebuah cawan adalah duplo dari pengenceran terendah, pada koloni kurang dari 25, maka jumlah rata-rata koloni per cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran untuk menentukan nilai ALT.

Pembuatan Blangko

Menggunakan cawan petri steril, dibuat blanko agar dan blanko pengencer. Untuk blanko agar, hanya berisi media PCA yang telah ditambahkan 0,5% TTC tanpa sampel. Media PCA yang sebelumnya telah dicairkan pada suhu 45 ± 1° C dituang ke dalam cawan sebanyak 12-15 mL. Lalu, cawan diputar membentuk angka delapan hingga menjadi padat. Sebaliknya, saat membuat blanko pengencer, tambahkan 1 mL larutan pengencer BPW ke dalan cawan Petri yang sudah sterilkan. Blanko pengencer dan blanko agar dibiarkan membeku dan diletakkan semua cawan Petri posisi terbalik ke dalam inkubator dan diinkubasi pada suhu 35 ± 1° C selama 48 jam. Setiap cawan yang berisi 25-250 koloni setelah 48 jam dilakukan perhitungan koloni menggunakan alat colony counter. Jika jumlah cawan duplo dari pengenceran terendah kurang dari 25 koloni, maka jumlah rata-rata koloni per cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran untuk menentukan nilai ALT. Rumus perhitungan koloni [12, 9] yaitu

Koloni per ml = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑥

𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

3. Hasil dan Pembahasan

Angka Lempeng Total (ALT) merupakan ukuran jumlah total mikroba, bukan berdasarkan pada jenis mikroba tertentu [13, 14]. Prinsip ALT adalah menanamkan mikroba aerobik mesofil dalam media yang sesuai selama 24-48 jam pada suhu 35±1° C, sehingga mikroba dapat diamati tanpa memerlukan mikroskop. Pada ALT hasil koloni yang dapat dihitung antara 25-250 [12]. Pengujian dilakukan terhadap 3 sampel jamu beras kencur sediaan cair yang didapat dari pedagang jamu gendong keliling. Sterilisasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian. Sterilisasi mikrobiologi adalah proses menghilangkan semua jenis mikroba hidup yang ada dalam suatu benda [15].

Media disterilkan selama 15-20 menit, dilanjutkan ketika termometer di dalam autoklaf menunjukkan suhu 121° C. Peralatan gelas yang akan digunakan untuk pengujian harus disterilisasi tetapi tidak di dalam autoklaf, selain media dan pengencer. Alat gelas disterilisasi menggunakan oven kering selama 2-3 jam pada temperatur 160-170° C; bergantung banyak sedikitnya alat yang dimasukkan [16].

Selain mensterilkan alat, proses pengambilan sampel dari wadah pengemasan harus dilakukan secara aseptik (hati-hati) untuk mencegah kontaminasi dari luar [17]. Tabel 1-2 merupakan hasil perhitungan jumlah koloni pada sampel.

Tabel 1. Hasil perhitungan jumlah koloni pada sampel

Contoh Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Rata- rata ALT Contoh

10-1 TBUD TBUD TBUD

10-2 232 212 222

10-3 69 33 51

Sampel 1 10-4 5 2 3,5 2,2 x 104

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

10-1 TBUD TBUD TBUD

10-2 226 296 261

Sampel 2 10-3 100 96 98 2,6 x 104 ≤104

10-4 76 72 74

10-5 31 35 33

10-6 14 12 13

10-1 TBUD TBUD TBUD

10-2 TBUD TBUD TBUD

(4)

Contoh Pengenceran Cawan 1 Cawan 2 Rata- rata ALT Contoh

Sampel 3 10-3 TBUD TBUD TBUD 8,0 x 107

10-4 TBUD TBUD TBUD

10-5 TBUD TBUD TBUD

10-6 78 82 80

Sumber : Data penelitian (2022)

Tabel 2. Hasil jumlah koloni blangko agar dan blangko pengencer Keterangan Blangko Agar Blangko Pengencer

Cawan 1 0 0

Cawan 2 0 0

X 0 0

Sumber : Data penelitian (2022)

Sebelum melakukan pengujian wadah sampel dibuka, sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70% untuk menghindari adanya cemaran mikroba dari luar sampel. Sehingga jika ada mikroba, murninya berasal dari sampel. Untuk mengurangi kontaminasi, homogenisasi dilakukan dengan teknik aseptik di dekat api bunsen[8], dengan menambahkan sampel sebanyak 10 mL yang telah diaduk dengan tujuan untuk cairan dan endapan dalam sampel dapat tercampur. Kemudian campuran tersebut, ditambahkan ke dalam erlenmeyer yang telah disterilkan, ditambahkan larutan pengencer yaitu BPW sebanyak 90 mL dan dihomogenkan hingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 1:10 atau 10-1.

Bahan utama larutan pengencer BPW adalah 10,0 g pepton atau protein yang berguna sebagai nutrisi.

Nitrogen (N2) merupakan komponen utama protein yang dibutuhkan mikroba untuk menyusun protein.

Komponen lainnya adalah 5,0 mL sodium klorida, 3,5 mL disodium fosfat dan 1,5 mL potasium dihidrogen fosfat yang berfungsi sebagai mineral yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan mikroba. Selain itu, BPW bekerja untuk menjaga pH optimum pH 7,2 ± 0,2 bagi pertumbuhan mikroba [9].

Menentukan jumlah pengenceran tergantung pada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.

Menggunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama (BPW), sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroba dari pengenceran sebelumnya. Agar diperoleh pengenceran 10-2 yang dihomogenkan dengan bantuan vortex mixer. Pengenceran selanjutnya 10-3, 10-4, 10-5, hingga 10-6 dibuat dengan metode yang sama seperti proses sebelumnya. Setiap pengenceran dibuat duplo dengan tujuan untuk meningkatkan perhitungan yang akurat. Tujuan pengenceran bertingkat adalah untuk mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Jika tidak dilakukan pengenceran maka koloni yang tumbuh akan sangat pekat dan saling tumpang tindih sehingga menghambat proses pengamatan dan perhitungan koloni.

Pengujian dilakukan di ruang yang aseptic, yaitu Bio Safety Cabinet (BSC) atau bisa juga disebut juga Laminar Air Flow (LAF) merupakan alat yang berguna untuk bekerja secara aseptik karena BSC memiliki pengaturan dan aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan. Setelah sampel diencerkan, cawan Petri diisi dengan media PCA dengan penambahan TTC 0,5%. Pemilihan media PCA karena media ini sering disarankan untuk metode Angka Lempeng Total.

Dalam media ini terdapat 5,0 g tripton, 1,5 g ekstrak ragi, 1 g dekstrosa, 1000 mL akuades, dan 15 g agar- agar yang cocok untuk mikroba mesofil aerobik. Selain itu, kasein yang mengalami hidroksilasi menghasilkan asam amino dan zat kompleks lainnya yang penting untuk pertumbuhan mikroba, ekstrak ragi sebagai sumber utama vitamin B-kompleks, dan dekstrosa merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan mikroba. Selama penuangan media, tutup cawan tidak boleh dibuka terlalu lebar untuk mencegah kontaminasi dari luar.

Penambahan TTC 0,5% juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba di media PCA. TTC merupakan pewarna yang sering digunakan untuk perhitungan koloni mikroba pada media kultur padat. TTC tidak berwarna jika direduksi. TTC direduksi menjadi formazan yang tidak larut dalam sel mikroba sehingga menghasilkan koloni berwarna merah. Konsentrasi TTC ditambahkan ke media kultur sangat penting karena pada tingkat tinggi dapat memiliki efek merusak. Konsentrasi TTC yang digunakan dalam media kultur harus cukup rendah untuk menghambat pertumbuhan [11].

Setelah semua sampel terisi media, cawan Petri harus diputar membentuk angka delapan, agar campuran dalam media tercampur. Kemudian, media didiamkan hingga padat yang menunjukkan bahwa kadar air dalam media stabil. Lalu, inkubasi dilakukan selama 24-48 jam pada suhu 35 ± 1° C. Cawan Petri harus diletakkan dalam posisi terbalik saat dimasukkan ke dalam inkubator. Hal ini dilakukan agar tidak

(5)

ada tetesan air yang jatuh mengenai media. Jika ada air yang jatuh, akan merusak pembacaan ALT sampel yang diuji [1, 9].

Selain sampel juga dibuat blanko agar dan blanko pengencer yang bertujuan untuk melihat sterilitas pengencer dan media yang digunakan. Setelah selesai masa inkubasi 48 jam untuk blanko agar dan blanko pengencer tidak ada koloni yang tumbuh atau jumlahnya nol, hal ini menunjukkan bahwa media dan pengencer yang digunakan bersih dan tidak terkontaminasi oleh apapun. Setelah masa inkubasi selesai, koloni yang terbentuk dihitung. Setiap koloni dapat dianggap berasal dari satu sel yang tersusun dari beberapa sel lainnya, namun tidak menutup kemungkinan juga berasal dari satu sel yang letaknya berdekatan. Hitung jumlah koloni yang tumbuh antara 25-250 masing-masing cawannya.

Berdasarkan temuan penelitian didapatkan hasil ALT yaitu sampel A=2,2 x 104 koloni/ml, sampel B

=2,6 x 104 koloni/ml, dan sampel C=8,0 x 107 koloni/ml. Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional ketiga sampel tersebut tidak sesuai dengan persyaratan yang tercantum [18]. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian jamu beras kencur [11] dengan memperoleh ALT rata-rata 4,7 x 105 ± 6,15 x 105 lebih dari standar yang ditetapkan.

Tingginya tingkat cemaran mikrobiologi pada jamu terkait dengan sanitasi dan higiene bahan baku, proses pengolahan, dan proses penyajian [5]. Bahan baku yang digunakan dalam proses penyimpanan tidak sesuai, serta proses pencucian dan pengupasan bahan baku yang tidak benar sehingga menyebabkan mikroba tetap menempel pada rimpang jamu. Selain itu, pencucian peralatan yang tidak benar akan mengakibatkan kotoran masih tertinggal. Penggunakan peralatan seadanya dan tanpa pendingin saat melakukan pendistribusian jamu menghasilkan aktivitas mikroba tumbuh yang lebih cepat [16].

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran Angka Lempeng Total (ALT) dari Jamu Beras Kencur Sediaan Cair diperoleh hasil yaitu sampel A=2,2 x 104 koloni/ml, sampel B=2,6 x 104 koloni/ml, dan sampel C=8,0 x 107 koloni/ml. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, ketiga sampel tersebut tidak sesuai dengan persyaratan yang tercantum. Sebagian besar jamu tersebut tercemar oleh mikroba. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional jumlah batas maksimum mutu jamu yang diklasifikasikan cairan obat dalam pada cemaran mikroba. Uji Angka Lempeng Total untuk ketiga sampel tidak memenuhi syarat.

5. Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada FakultasTeknologi Industri Universitas Jayabaya dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II yang mendukung proses dan penyusunan artikel penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada penjual jamu gendong di Cempaka Putih yang bersedia membantu penelitian ini.

6. Singkatan

BSC Bio Safety Cabinet

LAF Laminar Air Flow

PCA Plate Count Agar

TTC Triphenyltetrazolium Chloride BPW Buffered Peptoned Water 0,1%

PDA Potato Dextrose Agar TBUD Tidak Bisa Untuk Dihitung

7. Referensi

[1] Hadijah, S. “Deteksi Cemaran Bakteri pada Jamu Tradisional yang Dijajakan di Kelurahan Banta- Bantaeng,” Jurnal Biotek, 3(1), 107-114. 2015.

[2] C. Afifi dan L. Sugiarti, "Analisis Mikrobiologis Jamu Tujuh Angin dan Sari Asih PT. Jamu Air Mancur Surakarta dengan Metode ALT dan AKK," European Journal of Pharmaceutical Sciences, vol. 48, no. 1, pp. 628–635, 2013.

(6)

[3] D. Kusuma, "Uji Angka Lempeng Total (ALT) dalam Jamu Gendong Beras Kencur yang Beredar di Tiga Pasar di Kotamadya Yogyakarta," Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2008.

[4] H. Sholehah, "Uji Total Plate Count dan Uji Total Plate Count dan Cemaran Escherichia Coli pada Jamu Gendong Temulawak di Pasar Tradisional," Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Yogyakarta, pp. 1-92, 2019.

[5] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang industri dan usaha obat tradisional

[6] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang izin dan penyelenggaraan praktik tenaga kesehatan tradisional jamu

[7] Maghfiroh, A. T. Estoepangestie, T. Nurhajati, N. Harijani, M.H. Effendi dan D. Handijatno, "Total Plate Count of Commercial Pasteurized Milk Sold by Street Vendors in Mulyorejo Sub-District Surabaya," Journal of Halal Product and Research (JHPR), vol. 4, no. 2, 2021.

[8] N. A. Purlianto, "Uji Angka Lempeng Total dan Identifikasi Escherichia coli pada Jamu Pahitan Brotowali yang Diproduksi oleh Penjual Jamu Gendong Keliling di Wilayah Tonggalan Klaten Tengah," Skripsi, pp. 1-94, 2015.

[9] F. Hamida, Herdini dan R. Oktaviani, "Cemaran Mikrob pada Jamu Gendong Kunyit Asam di Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat," Sainstech Farma, vol. 15, no. 2, pp. 50–56, 2022.

[10] S. Hadijah, "Deteksi Cemaran Bakteri pada Jamu Tradisional yang Dijajakan di Kelurahan Bata- Bantaeng," Jurnal Biotek, vol. 3, no. 1, pp. 107-114, 2015.

[11] M. C. Nuria, Septaningsih, D. R. Dewi dan Sumantri, "Pemeriksaan angka Kuman dan Jamur serta Identifikasinya pada Jamu Gendong Beras Kencur dan Temu lawak di Kabupaten Semarang Bagian Selatan," Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, vol. 5, no. 2, pp. 32-36, 2008.

[12] SNI No. 2897:2008,”Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam Daging, Telur dan Susu, serta Hasil Olahannya,” 2008.

[13] A. D. Hardinanta, "Uji Angka Kapang dan Angka Lempeng Total (ALT) pada Jamu Gendong Beras Kencur di Pasar Tradisional yang Berada di Kabupaten Y," Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, pp. 1-92, 2021.

[14] A. Ameri, M. Ekhtelat and S. Shamsaei, "Microbial Indices of Industrial and Traditional Medicinal Herbs in Ahvaz, Iran," Food and Raw Materials, vol. 8, no. 1, pp. 134–139, 2020.

[15] M. Zainuri, H. Endrawati, S. Winarni, F. Arifan, A Setyawan and H. P. Hapsari, "Analysis Total Plate Count (TPC) and Organoleptic Test on Seaweed Chips," Journal of Physics: Conference Series ISNPINSA 2019, pp. 1-5 2020.

[16] F. Arifan, I. Pudjihastuti, S. Winarni, R. T. D Broto and Wahyuningsih, "Total Plate Count (TPC) Analysis of Processed Ginger on Tlogowungu Tourism Village," Advances in Engineering Research, vol. 167, pp. 377-379, 2018.

[17] C. F. Saweng, L. M. Sudimartini dan I. N. Suartha, " Uji Cemaran Mikroba pada Daun Mimba (Azadiractha Indica A. Juss) Sebagai Standarisasi Bahan Obat Herbal," Indonesia Medicus Veterinus, vol. 9, no. 2, pp. 270-280, 2020.

[18] Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu penulis menganggap perlu untuk meneliti secara mendalam mengenai bagaimana sanksi pidana pelaku penjual jamu tanpa izin ditinjau dari hukum pidana Islam dan

Jadi strategi perusahaan sangat penting bagi perusahaan karena menentukan tujuan serta sasaran yang akan ditujuan oleh perusahaan.14 Sedangkan Menurut Arminsyurita strategi pemasaran