• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ageisme dalam Kajian Mise-en-scene pada Film Ziarah

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Ageisme dalam Kajian Mise-en-scene pada Film Ziarah"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

Saya Shierly Merlita Luthfyaningtyas Jennifer NIM dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Ageisme Dalam Kajian Mise En Scene Dalam Film Ziarah” adalah benar-benar karya saya, kecuali jika disebutkan sumbernya dalam pernyataan isi dan belum pernah diajukan kepada lembaga manapun. dan bukan plagiat. Analisis Ageisme dalam Kajian Mise En Scene pada Film Ziarah, Shierly Merlita Luthfyaningtyas Jennifer Page, Prodi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Terdapat tanda-tanda penuaan pada film Ziarah, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menganalisa film ini melalui kajian mise-en-scène.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana ageism dianalisis dalam film Ziarah dengan menggunakan kajian mise-en-scene. Mise-en-scene memainkan peran penting dalam pengembangan adegan, dan membantu menganalisis letak usia dalam film. Keempat unsur mise-en-scene yaitu setting, kostum dan tata rias, lighting, serta para aktor dan geraknya (akting), saling mendukung dan membantu menganalisis ageism.

There are signs of ageism found in the film Pilgrimage, which made researchers decide to analyze this film using mise-en-scene studies. Mise-en-scene plays an important role in scene-building, helping to analyze where ageism lies in the film. The four mise-en-scene elements, namely setting, costumes and make-up (make-up), lighting (illumination), and the performers and movements (acting), support each other and help analyze ageism.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ageisme Dalam Kajian Mise En Scene Dalam Film Ziarah”.

Tabel 3.1 Unsur Mise en scene  20
Tabel 3.1 Unsur Mise en scene 20

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
    • Bagi Peneliti
    • Bagi Akademisi

Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam bagaimana mise en scene dapat membangun ageisme dalam film Ziarah. Dalam sebuah film, unsur mise en scene tentu tidak berdiri sendiri dan berkaitan erat dengan unsur naratif. Seluruh adegan yang ditampilkan dalam film Ziarah merupakan adegan-adegan terpilih yang menggambarkan ageism kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan mise en scene.

Judul yang tepat untuk penelitian ini adalah “Analisis Ageisme dalam Kajian Mise en Scene dalam Film Ziarah”. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana diskriminasi usia dalam film Ziarah karya BW Purba Negara dianalisis dengan menggunakan mise en scene. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan peneliti tentang ageism dan mise-en-scene.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk kajian mise en scene dan ageism. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi lebih lanjut, khususnya dalam kajian tentang ageism dan mise-en-scene.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Objek penelitian ini adalah film Grave Torture, dan subjek penelitiannya adalah mise en scene dalam membangun dramatisasi dalam film Grave Torture, sedangkan objek penelitian peneliti adalah film Ziarah, dan subjek penelitiannya adalah mise en scene dalam menganalisis. usia. dalam film Ziarah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dias menunjukkan bahwa 6 informan memiliki perspektif yang berbeda tentang ageism yang terjadi dan interpretasi mereka terhadap adegan yang merepresentasikan ageism dibagi menjadi tiga posisi yaitu hegemoni dominan, dimana opini setuju dan sadar akan ageism, negosiasi yaitu pendapat dari informan yang menyatakan ada usia lanjut tetapi memberikan jawaban yang berbeda, dan resistensi yaitu pendapat informan yang menyatakan bahwa adegan yang hadir bukan merupakan tindakan usia tua. Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada tujuan penelitiannya, yaitu untuk menyelidiki ageism melalui analisis mise en scene.

Penelitian yang dilakukan oleh Dias menggunakan teori encoding/decoding Stuart Hall dan juga film yang diteliti berjudul The Young Student, sedangkan peneliti menggunakan teori mise en scène dan juga menggunakan film Ziarah sebagai objek penelitian.

Kerangka Teori

  • Ageisme
  • Mise en Scene

Orang yang lebih tua disebut "kotor" karena mereka menunjukkan perasaan atau kasih sayang seksual terhadap salah satu jenis kelamin. Orang yang lebih tua disebut "mewah" ketika mereka mengungkapkan ketidaksukaan yang sah terhadap kehidupan seperti yang dilakukan oleh banyak orang muda. Mise en scene merupakan unsur sinematik yang mudah kita kenali karena hampir semua citra yang kita lihat dalam film merupakan bagian dari unsur ini (Pratista, 2008:61).

Didukung oleh pandangan Brodwell bahwa dari semua teknik sinema, mise en scene adalah salah satu teknik yang paling familiar kita gunakan. Singkatnya, kebanyakan dari kita yang terukir dari sinema berpusat pada mise en scene (Brodwell dan Thompson, 2010:118). Atmosfir merupakan salah satu unsur inheren yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang muncul dengan sendirinya seiring dengan cerita.

Tangkapan layar di atas adalah salah satu adegan dengan setting dimana Mbah Sri berada di rumah salah satu saksi sejarah yang membantu Mbah Sri menemukan arah makam suaminya. Lingkungan yang cenderung terang dan hangat mendukung suasana akrab berbagai adegan saat berbincang dengan tokoh sejarah yang menjadi peran pendukung penting dalam film tersebut. Terlihat riasan yang digunakan sebagaimana mestinya dipakai sehari-hari tidak terlihat berlebihan, namun dalam adegan ini Mbah Sri dibuat terlihat lelah.

Pencahayaan dalam film secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat unsur, yaitu kualitas cahaya, arah, sumber dan warna. Pencahayaan pada film Ziarah kebanyakan menggunakan cahaya putih yang berasal dari sinar matahari dan menggunakan kualitas cahaya yang lembut, namun ada juga yang menggunakan cahaya kekuningan dari lampu rumah seperti yang terlihat dari adegan di atas. Lighting adalah salah satu mood creator, begitu juga dalam film Ziarah, cahaya, namun redup memberikan kesan sedih.

Adegan di atas adalah salah satu adegan dimana Mbah Sri menyapu makam suaminya dan makam Mbah Sutarmi, istri suaminya. Adegan ini memperlihatkan Mbah Sri jujur ​​dengan keadaan suaminya dan menerima keadaan meski sulit. Awalnya terlihat bingung tapi akhirnya tulus, lakon Mbah Sri adalah lakon yang memotong sekaligus menggerakkan.

Gambar 2.1 Mbah Sri sedang mencari petunjuk
Gambar 2.1 Mbah Sri sedang mencari petunjuk

Kerangka Berpikir

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Subjek dan Objek Penelitian
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Sumber Data
    • Data Primer
    • Data Sekunder
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Observasi
    • Dokumentasi
    • Studi Pustaka
  • Teknik Analisis Data
    • Reduksi data
    • Sajian data
    • Penarikan simpulan

Ada dua jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian penuaan pada film Ziarah, yang dianalisis dengan menggunakan mise en scène, yaitu data primer dan data sekunder. Data penelitian berasal dari film Ziarah BW Purba Negara berdurasi 87 menit yang tayang di bioskop pada tahun 2017. Data sekunder berupa data yang sudah tersedia dan dapat peneliti peroleh dengan cara membaca , melihat atau mendengar (Sarwono, 2006:209).

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah tesis, artikel ilmiah, dan jurnal yang berkaitan dengan mise en scène dan aging atau yang relevan dengan penelitian. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan apabila objek penelitiannya adalah perilaku manusia, proses kerja, fenomena alam dan responden kecil (Sugiyono, 2013: 121). Pengamatan dilakukan dengan mengamati dan menonton film Ziarah secara berulang-ulang terutama pada adegan-adegan yang mengandung unsur usia.

Selain itu, dengan melakukan hal-hal di atas, peneliti dapat menemukan peran mise en scene dalam menganalisis diskriminasi usia dalam film tersebut. Teknik yang digunakan peneliti adalah mengambil beberapa shot pada film Ziarah yang menampilkan adegan-adegan yang mengandung diskriminasi usia. Penelusuran literatur dalam penelitian ini dilakukan dengan membaca dan memahami buku, tesis, artikel ilmiah, literatur dan majalah yang berkaitan dengan mise en scene, struktur naratif dan ageism.

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan jelas, yaitu bertujuan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal (Sugiyono, 2013:243). Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan sumber data yang diambil dari beberapa adegan dalam film Ziarah yang mengandung unsur usia. Data tersebut akan dideskripsikan berdasarkan proses reduksi data pertama dalam penelitian ini, yaitu mengamati hasil ageism kemudian menganalisisnya dalam bentuk mise-en-scène.

Tangkapan layar diurutkan dan diberi nomor untuk memudahkan menghubungkannya dan perannya dalam analisis mise en scene, misalnya untuk data gambar 1, adegan 5 menit 20 detik 32 disebut kode waktu 00:20:32. Unsur mise en scene pada setiap adegan nantinya akan disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan hubungan antara kedua aspek tersebut dan ageism pada setiap adegan. Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh dari data yang telah diolah dan dianalisis pada tahap sebelumnya.

Tabel 3.1 Unsur Mise en scene  Setting  Setting Tempat
Tabel 3.1 Unsur Mise en scene Setting Setting Tempat

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Film Ziarah

  • Film Ziarah
  • Sinopsis Film Ziarah

Ageisme dalam analisis Mise En Scene pada Film Ziarah

  • Ageisme
  • Counterstereotype

Suasana ini membuat proses bertapa dan pulang ke rumah Mbah Sri yang ditopang cucunya terasa begitu cair. Situasi ini membuat Mbah Sri dan keponakannya tenggelam dalam pikirannya, bahkan sebaliknya. Adegan dalam adegan ini memperlihatkan Mbah Sri disandarkan pada bantal yang ditumpuk di kepala tempat tidur.

Pada bagian ide lingkungan, pesan yang ingin disampaikan oleh lingkungan adalah informasi tentang kondisi dan bentuk kamar Mbah Sri. Pemilik rumah di perlintasan tersebut mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Mbah Tresno dan menunjukkan arah yang salah kepada Mbah Sri. Mbah Sri yang tidak tahu telah ditipu, mengucapkan terima kasih dan berjalan ke arah yang ditunjukkan.

Tindakan Mbah Tresno itu dilakukan karena ia menilai Mbah Sri tidak akan kuat menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Setting adegan ini berada di pemakaman Muktilaya tempat suami Mbah Sri dimakamkan. Mbah Sri dalam adegan ini juga memakai batik jarik berwarna coklat tua dan sedikit putih.

Suasana dalam setting menggambarkan suasana saat Mbah Sri berada di makam suami dan istri suaminya. Adegan pada adegan selanjutnya terlihat oleh Mbah Sri yang telah membersihkan dan menaburkan bunga di makam Mbah Sutarmi. Terlihat Mbah Sri yang syahdu duduk di bangku kayu menemani Mbah Tresno menggali kuburan.

Kiprah Mbah Sri dalam adegan ini terlihat dengan tenangnya membimbing Mbah Tresno saat menggali dua buah makam di areal pemakaman Muktiyala. Adegan ini bisa ditutup saat Mbah Sri memilih tempat pemakamannya dengan meminta bantuan Mbah Tresno untuk menggali kuburnya. Suasana yang digambarkan oleh kostum dan rias wajah adalah suasana sehari-hari Mbah Sri dan Mbah Tresno sebagai orang desa.

Suasana yang digambarkan melalui akting dan gerak para pemainnya adalah suasana saat Mbah Tresno menggali kubur bersama Mbah Sri. Dari adegan tersebut dapat disimpulkan bahwa Mbah Sri telah memilih di mana ia akan dimakamkan dan meminta Mbah Tresno untuk menggali kuburan untuknya.

Gambar 4.1 Mbah Sri diajak pulang tanpa persetujuan  (sumber: film Ziarah, timecode 00:34:45-00:35:45 Shierly Merlita  Luthfyaningtyas Jennifer, Screen capture, 01 September 2022, pukul 01:05)
Gambar 4.1 Mbah Sri diajak pulang tanpa persetujuan (sumber: film Ziarah, timecode 00:34:45-00:35:45 Shierly Merlita Luthfyaningtyas Jennifer, Screen capture, 01 September 2022, pukul 01:05)

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Gambar

Tabel 3.1 Unsur Mise en scene  20
Gambar 2.1 Mbah Sri sedang mencari petunjuk
Gambar 2.2 Mbah Sri bercerita tentang suaminya
Gambar 2.3 Mbah Sri menunjukkan kerisnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

in postmenopausal women < 65 years of age, who had estradiol levels of > 10 pg/ml and higher BMD values in all skeletal sites examined, in comparison with women whose estradiol levels