Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mediasi keterbukaan perdagangan dan keterbukaan keuangan terhadap nilai tukar, inflasi dan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di 7 negara ASEAN periode 2005-2020. Hasil estimasi pada persamaan 2 menunjukkan bahwa nilai tukar, inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh terhadap keterbukaan keuangan. Hasil estimasi pada persamaan 3 menunjukkan bahwa trade openness dan financial openness berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari kedua variabel mediasi yaitu open trade and financial openness yang bisa mediasi perawakan nilai tukar dan inflasi ke futsang ekonomiya adalah trade openness. This study aims to analyze the intermediation effect of trade openness and financial openness on exchange rates, inflation and interest rates on economic growth in 7 ASEAN countries in 2005-2020. The estimation results in equation 2 show that the exchange rate, inflation and interest rates have no effect on financial openness.
The estimation results in equation 3 show that trade openness and financial openness influence economic growth.
Latar Belakang
Hal inilah yang menyebabkan keterbukaan perdagangan seringkali menjadi prioritas suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Keterbukaan perdagangan dianggap sebagai faktor penting yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Di sisi lain, Muhammad (2016), Lukas, dalam Nguyen (2021), Kim & Lin, dalam Nguyen (2021) dan Herzer, dalam Nguyen (2021) berpendapat bahwa keterbukaan perdagangan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang ketika pengelolaan ekonomi kebijakan tidak efektif, yang ditunjukkan di negara-negara berkembang.
Sementara itu, penelitian Rani (2018) menemukan bahwa investasi asing langsung (FDI) memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara BRICS. Selain itu, penelitian sebelumnya hanya terfokus untuk melihat pengaruh keterbukaan perdagangan dan keterbukaan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, masih terdapat perdebatan pada penelitian sebelumnya tentang pengaruh keterbukaan ekonomi baik keterbukaan perdagangan maupun keterbukaan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun dalam penelitian ini kita akan melihat bagaimana keterbukaan perdagangan dan keterbukaan keuangan ketika dipengaruhi oleh nilai tukar, inflasi dan suku bunga dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Pemilihan negara pada studi kasus ASEAN hanya pada tujuh negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam dan Myanmar dikarenakan keterbatasan data pada keempat negara ASEAN lainnya yaitu untuk beberapa variabel yang digunakan. dalam penelitian ini. .
Kemudian terdapat perbedaan periode, dimana dalam penelitian ini adalah pada periode 2005-2020 dimana terjadi krisis ekonomi, ketegangan geopolitik yang terjadi dan juga pandemi Covid-19 yang tentunya berdampak pada perekonomian negara-negara ASEAN. . Apakah ada pengaruh mediasi keterbukaan perdagangan terhadap nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN tahun 2005-2020. Apakah terdapat efek mediasi keterbukaan perdagangan terhadap suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN tahun 2005-2020.
Apakah ada pengaruh mediasi keterbukaan keuangan terhadap nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN tahun 2005-2020. Apakah terdapat efek mediasi keterbukaan keuangan terhadap suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN tahun 2005-2020.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh intermediasi keterbukaan perdagangan terhadap suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN tahun 2005-2020. Untuk mengetahui pengaruh intermediasi keterbukaan keuangan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN tahun 2005-2020.
Manfaat penelitian
Landasan Teori
- Pertumbuhan Ekonomi
- Trade Openness
- Financial Openness
- Nilai Tukar
- Inflasi
- Suku Bunga
Mankiw (2006) menjelaskan bahwa nilai tukar antara dua negara adalah tingkat harga mata uang yang digunakan oleh penduduk dua negara yang saling berdagang. Demikian pula, nilai tukar adalah ketika satu mata uang dibandingkan dengan yang lain. Adanya nilai tukar diawali dengan jual beli barang dan jasa antara penduduk negara lain dengan menggunakan mata uang yang berbeda dalam sistem ekonomi terbuka.
Eiterman et al (2003), nilai tukar adalah harga satu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai tukar atau exchange rate adalah suatu nilai tukar yang menunjukkan banyaknya satuan mata uang tertentu yang dapat ditukarkan dengan mata uang lainnya. Mata uang asing digunakan ketika penduduk suatu negara membeli barang atau jasa dari negara lain.
Perubahan dan perubahan harga barang yang diperdagangkan dari waktu ke waktu yang dihitung berdasarkan mata uang asing akan dapat menentukan perubahan nilai tukar antar negara (Syarifuddin, 2015). Dolar Amerika Serikat (USD), yang merupakan mata uang Amerika Serikat, adalah salah satu mata uang terkuat di dunia. Dalam perdagangan, mata uang USD digunakan sebagai ukuran standar nilai yang digunakan oleh banyak negara.
Oleh karena itu, dunia mengenal hard currency dan soft currency (Rinaldy, 2018). Mata uang dolar AS digunakan dalam melakukan transaksi perdagangan di berbagai negara, termasuk ASEAN. Menurut Mankiw (2007), nilai tukar mata uang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Nilai tukar nominal adalah nilai tukar yang digunakan ketika mata uang suatu negara dipertukarkan terhadap mata uang negara lain.
Dalam sistem ini, bank sentral dapat mengontrol intervensi pasar untuk menentukan arah nilai tukar. Intervensi ini seringkali disebabkan oleh fakta bahwa perubahan nilai tukar tidak menguntungkan bagi perekonomian negara.
Hubungan Antar Variabel
- Hubungan Nilai Tukar Terhadap Trade Openness
- Hubungan Inflasi Terhadap Trade Openness
- Hubungan Suku Bunga Terhadap Trade Openness
- Hubungan Nilai Tukar Terhadap Financial Openness
- Hubungan Inflasi Terhadap Financial Openness
- Hubungan Suku Bunga Terhadap Financial Openness
Pengaruh ekspektasi inflasi terhadap suku bunga nominal sering disebut dengan efek Fisher, dan hubungan antara inflasi dan suku bunga ditunjukkan dengan persamaan Fisher. Perbedaan antara suku bunga nominal dan inflasi merupakan ukuran yang sangat penting dari beban sebenarnya dari biaya suku bunga yang dihadapi oleh individu dan perusahaan. Suku bunga dapat mempengaruhi kegiatan ekspor dari sisi produksi, yaitu dengan suku bunga pinjaman yang lebih tinggi akan menyebabkan pengusaha atau eksportir mengurangi jumlah pinjamannya, sehingga mempengaruhi jumlah penawaran yang dapat dilakukan oleh eksportir.
Suku bunga adalah biaya yang harus dibayar peminjam untuk pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga merupakan salah satu faktor penting bagi investor untuk berinvestasi di suatu negara. Menurut Ahmed (2012), suku bunga berpengaruh positif terhadap keterbukaan keuangan yang diukur dengan menggunakan investasi asing langsung, karena investor asing akan berinvestasi di negara yang akan menawarkan pengembalian yang lebih tinggi atas modal yang dikeluarkan.
Suku bunga merupakan tingkat pengembalian investasi, dimana para investor akan menyalurkan investasinya dari negara yang memiliki suku bunga rendah ke negara yang memiliki suku bunga tinggi, karena akan memberikan imbal hasil kepada investor asing yang menginginkan imbal hasil yang lebih tinggi, sehingga suku bunga yang tinggi dapat mengakibatkan untuk peningkatan di negara selama periode, semuanya bergerak dari satu negara ke negara lain investasi asing langsung. Mapita i Aulia (2020) menyatakan bahwa ketika bank domestik menaikkan BI rate, selisih suku bunga domestik dan asing akan melebar. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan selisih antara suku bunga dalam negeri dan suku bunga luar negeri.
Sebaliknya, penurunan suku bunga menyebabkan spread suku bunga domestik terhadap suku bunga luar negeri menurun. Spread suku bunga adalah alasan mengapa beberapa investor asing berinvestasi di pasar negara berkembang. Ketika suku bunga mendekati nol di Amerika, negara berkembang akan menawarkan suku bunga yang lebih tinggi.
Hasil penelitian dan Studi Empiris
Nory Prastity dan Malik Cahyadin (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh investasi asing langsung dan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), dimana penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan Trade Openness (TO) terhadap pertumbuhan ekonomi di 22 negara anggota OKI terpilih dari tahun 2000 hingga 2013. Selain itu, keterbukaan perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di 22 negara anggota OKI dari tahun 2000 hingga 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keterbukaan perdagangan dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi 9 negara Afrika Barat tahun 1998–2017.
Penelitian ini memiliki 4 variabel independen yaitu keterbukaan perdagangan (TO), inflasi (INF), nilai tukar riil (REER) dan investasi (INV) dengan variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TO berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan pooled OLS dan tidak berpengaruh signifikan dengan menggunakan model fixed effect dan model random. Nilai tukar riil menunjukkan pengaruh positif signifikan pada semua pengujian, sedangkan investasi menunjukkan pengaruh tidak signifikan pada semua pengujian.
Dalam penelitian ini digunakan 4 variabel independen yaitu pembukaan perdagangan, FDI, pengeluaran pemerintah dan inflasi dengan variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trade openness dan foreign direct investment sebagai variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Lebih lanjut, belanja publik tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi di era keterbukaan karena ditengarai alokasi belanja publik di ASEAN belum efisien.
Kemudian variabel independen keempat yaitu inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Penelitian ini mengkaji dampak investasi asing langsung dan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di 34 negara sub-Sahara Afrika. Studi ini diharapkan dapat membantu pembuat kebijakan untuk meningkatkan upaya menciptakan iklim bisnis yang menguntungkan yang akan menarik lebih banyak investasi asing langsung ke SSA dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Kerangka Pikir Penelitian
Sehingga dengan peningkatan ekspor akan memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Nilai tukar dapat merangsang arus masuk investasi ke dalam negeri, karena apresiasi mata uang domestik akan meningkatkan pengembalian investor. Hal ini terjadi ketika tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan harga barang dan jasa dalam negeri naik sehingga meningkatkan biaya produksi saat menjual barang ekspor.
Inflasi yang tinggi menyebabkan harga barang dan jasa menjadi lebih mahal, sehingga daya beli masyarakat rendah, permintaan barang dan jasa akan menurun dan hal ini akan memperlambat perdagangan dan investor. Sehingga dapat menyebabkan kurangnya daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di dalam negeri dan akan menurunkan tingkat FDI yang masuk ke dalam negeri. Hal ini karena ketika suku bunga kredit meningkat, berarti modal kerja menurun.
Hal ini akan menyebabkan perusahaan mengurangi jumlah produksinya, yang pada gilirannya akan menurunkan volume ekspor, sehingga secara otomatis berdampak pada nilai ekspor yang berkurang. Hal ini dikarenakan kenaikan suku bunga akan menyebabkan peningkatan selisih antara suku bunga domestik dan suku bunga luar negeri, yang akan mendorong investor asing untuk berinvestasi di negara tujuan karena investor akan memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi, sehingga investasi asing langsung meningkat. . masuk arus internal.
Hipotesis Penelitian