• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Analisis Efektivitas Arus Kas Sebagai Upaya Mengelola Piutang Tak Tertagih Dan Likuiditas Pada PT. Federal International Finance Kota Metro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Analisis Efektivitas Arus Kas Sebagai Upaya Mengelola Piutang Tak Tertagih Dan Likuiditas Pada PT. Federal International Finance Kota Metro"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

898 Analisis Efektivitas Arus Kas Sebagai Upaya Mengelola Piutang Tak Tertagih Dan

Likuiditas Pada PT. Federal International Finance Kota Metro

Yulita Zanaria1, Elmira Febri Darmayanti2, Masdar Helmi3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Muhammadiyah Metro Email: masdarhelmi609@gmail.com

Abstrak

Arus kas, merupakan kegiatan ekonomi yang dibedakan dengan laporan arus kas, yang dilaporkan di dalam neraca tiggi, arus kas biasanya tidak digunakan untuk meningkatkan akun kas, melainkan digunakan untuk membayar deviden, menambah persediaan, mendanai piutang usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengelolaan piutang kas,mengetahui kebijakan efektivitas arus kas dan kebijakan NPL dalam mengelola piutang tak tertagih. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, dan data perusahaan. Melakukan pengelolaan piutang dengan rasio aktiva dan rasio profitabilitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa, penumpukan pada piutang usaha perusahaan menunjukan kurangnya keefektivan dalam pengelolaan piutang usaha dan pada akhirnya pada akhirnya penumpukan piutang usaha dapat menghambat perolehan dari rasio profitabilitas dan perputaran piutang yang tinggi dapat diterima dari sudut pandang likuiditas dan dapat menyebabkan pengembalian atas aktiva yang lebih tinggi.

Kata Kunci: Arus Kas, Piutang Tak Tertagih, Likuiditas Abstract

Cash flow, is an economic activity that is differentiated from the cash flow statement, which is reported in the high balance sheet. Cash flow is usually not used to increase the cash account, but is used to pay dividends, increase inventory, fund trade receivables. This research aims to determine the effectiveness of managing cash receivables, determine the effectiveness of cash flow policies and NPL policies in managing bad debts. The method used is a quantitative method. Data collection techniques consist of observation, interviews and company data. Manage receivables with asset ratios and profitability ratios. The results of the research show that, the accumulation of the company's trade receivables indicates a lack of effectiveness in managing trade receivables and in the end the buildup of trade receivables can hinder the acquisition of profitability ratios and high receivable turnover is acceptable from a liquidity perspective and can lead to higher returns on assets. tall.

Keywords: Cash Flow, Bad Debts, Liquidity

I. PENDAHULUAN

Perkembangan usaha beberapa waktu yang lalu menunjukkan pada trend peningkatan dari waktu ke waktu, dengan cakupan dibidang usaha yang semakin luas maka penjualan barang atau jasa banyak dilakukan secara tunai atau kredit sebagai sumber pendapatan perusahaan. Perusahaan adalah suatu wadah yang terdiri dari sekumpulan manusia yang bekerja secara bersama-sama untuk menjalankan fungsi manajemen, yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen produksi operasi, dan manajemen pemasaran. Salah satu tujuan utama didirikannya

(2)

899 perusahaan yakni untuk memperoleh keuntungan namun ada pula perusahaan yang didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan (tidak mengejar keuntungan).

Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan baik dalam bentuk barang maupun jasa. Perusahaan yang kegiatan bisnisnya dalam bentuk barang biasa disebut perusahaan dagang yang melakukan kegiatan menjual barang-barang dagang tanpa harus terlibat dalam kegiatan produksi dan perusahaan manufaktur memproduksi barang-barang secara langsung yang kemudian dijual pada konsumen, (Raden, 2013:16). Pada saat perusahaan melakukan sistem penjualannya secara kredit maka akan timbul piutang, dimana hal ini akan berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan terutama berdampak pada arus kas. Arus Kas merupakan aktiva yang paling likuid, media pertukaran standar dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk pos-pos lainnya. Pada umumnya kas diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, yang mana kas ini terdiri dari berbagai uang logam, uang kertas dan dana yang tersedia pada deposito di bank (Darmanto, 2013:34).

PT. Federal International Financemerupakan perusahaan dalam bidang pembiayaan yang sebagian besar aktivitas bisnis atau penjualannya dilakukan secara tunai maupun kredit. Namun pada aktivitas penjualannya ini didominasi oleh penjualan secara kredit. Perusahaan ini melakukan kegiatan penjualan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yakni kebijakan kredit. Sebagaimana arus kas mencerminkan kas yang dihasilkan oleh suatu usaha dalam usaha dalam bulan tertentu.

Namun, fakta bahwa suatu perusahaan menghasilkan arus kas yang tinggi tidak selalu berarti kas yang dilaporkan di dalam neraca juga tinggi. Arus kas biasanya tidak digunakan untuk meningkatkan akun kas, melainkan digunakan untuk membayar deviden, menambah persediaan, mendanai piutang usaha, berinvestasi pada pada aset tetap, melunasi utang, dan membeli kembali saham biasa.

Arus kas merupakan suatu hal yang dipakai dalam setiap kegiatan ekonomi.

Akuntansi arus kas harus dibedakan dengan laporan arus kas, laporan arus kas yang dibahas adalah laporan yang diolah dari akuntansi akrual yang memiliki dasar-dasar yang berbeda dengan akuntansi arus kas, (Harahap, 2015). Sedangkan dalam PSAK No. 2 tahun 2009 Tujuan Pernyataan ini adalah mensyaratkan ketentuan atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu periode.

Entitas menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian takterpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.Secara umum arus kas timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Di tengah persaingan bisnis yang ketat perusahaan dituntut untuk mampu meraih posisi pasar, sehingga perusahaan perlu melakukan strategi penjualan secara kredit agar jumlah penjualan akan meningkat.

Namun konsekuensi dari kebijakan tersebut dapat menimbulkan penurunan jumlah arus kas, dan biaya lainnya Laporan keuangan di persiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen. Jadi sebuah laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh yang diperoleh dari data-data fakta yang telah dicatat, sesuai prinsip-prinsip akuntansi dan pendapat pribadi. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna di dalam pembuatan keputusan investasi dan pemikiran pinjaman agar dapat digunakan dalam pembuatan keputusan informasi tersebut haruslah relevan, dapat diandalkan, dan dapat diperbandingkan.

PT. Federal International Finance adalah perusahaan pembiayaan yang tidak hanya sekedar memberikan kredit tetapi juga memberikan produk dan layanan kepada

(3)

900 konsumen. PT. Federal International Finance berdiri pada tahun 1996an sebagai perusahaan pembiayaan dan penjualan motor dan mobil yang independen. Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997, perusahaan merubah fokus usahanya ke pembiayaan dan penjualan sepeda motor.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada karyawan dan HRD PT. Federal International FinanceKota Metro masih terdapat utang buruk setiap tahun. Informasi di bawah ini berkaitan dengan PT. Hutang buruk Federal International Finance Metro City.

Tabel 1 Data Piutang tak tertagih konsumen PT. Federal International Finance Kota Metro periode 2018-2020

Tahun Piutang (Rp) Piutang Tak tertagih (Rp)

Persentase (%)

2018 166.740.781 163.902.982 60%

2019 130.839.850 145.997.251 46%

2020 143.331.419 158.000.900 58%

Sumber: PT. FIF Kota Metro, 2020

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2018 piutang Rp.

166.740.781, dengan piutang tak tertagih sebesar Rp. 163.902.982, sedangkan pada tahun 2019 piutang mengalami penurunan dengan kisaran Rp. 130.839.850, dengan piutang tak tertagih sebesar Rp. 145.997.251. Dan pada tahun 2020 piutang naik menjadi Rp.

143.331.419, begitu juga dengan piutang tak tertagihnya sebesar Rp. 158.000.900. Risiko tersebut berupa tanda-tanda kredit kurang lancar, diragukan, dan macet, yang menjadi pertimbangan dalam menilai NPL, jika penyaluran kredit yang diberikan melebihi limit (Non Performing Loan). munculnya tanda-tanda kredit buruk, meragukan, dan negatif akibat ketidakmampuan masyarakat dalam mengembalikan pinjaman tepat waktu. Hal ini dapat mengakibatkan PT. Kinerja operasional dan likuiditas FIF terganggu. Jadi, untuk meningkatkan likuiditas—yang diharapkan terjadi karena tingkat likuiditas yang tinggi menandakan kinerja perusahaan yang sukses—diperlukan pengelolaan kredit yang profesional dan baik.

Piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit.

Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar mendapatkan lebih banyak produk atau jasa. istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya (Wicaksana, 2011:98).

Para manajer maupun pemakai eksternal laporan keuangan perlu mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan menggunakan aktiva usaha, atau aktiva operasi, terutama elemen-elemen modal kerja tertentu. Dimana ini seperti piutang, persediaan, dan utang usaha. Hubungan yang paling umum digunakan pada saat mengawasi piutang adalah periode penagihan rata-rata (Khasanah, 2011). Peningkatan jumlah piutang yang diiringi dengan meningkatnya piutang tak tertagih perlu mendapatkan perhatian khusus dari perusahaan. Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan penjualan kredit maka harus diperhitungkan dan diperhatikan pengendalian piutang perusahaan yaitu mengenai jumlah dana yang akan diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kerugian pada piutang (piutang tak tertagih) dan biaya-biaya yang akan timbul dalam menangani piutang (Hiliyana, 2011).

Likuiditas dan manajemen kredit memiliki link yang digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan. Likuiditas suatu perusahaan menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi kewajibankewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perbankan untuk memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu pada saat

(4)

901 ditagih (Febriyanto, Japlani : 2022). Dalam rangka pemantauan kualitas kredit dari segi kredit bermasalah, penilaian likuiditas ini ditentukan oleh Quick Ratio, Bangking Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio, dan Cash Ratio (NPL). Perhitungan likuiditas ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mendistribusikan kas dan likuiditasnya dengan cara yang memungkinkan PT. FIF untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya. Setelah PT. Likuiditas PT. FIF akan terganggu jika kuantitas dana kredit yang diberikan oleh FIF begitu besar bahkan melebihi 80% dari total aset yang dimiliki.

Hal ini terjadi karena sumber dana yang disimpan dari masyarakat dimanfaatkan dalam penggunaan kredit.

Indikasi kredit macet, diragukan, dan macet yang diperhitungkan dalam penilaian NPL akan muncul jika penyaluran kredit yang diberikan melebihi limit sehingga menimbulkan risiko (Non Performing Loan). munculnya tanda-tanda kredit buruk, meragukan, dan negatif karena masyarakat tidak mampu mengembalikan pinjaman tepat waktu. Hal ini dapat menyebabkan PT. Efisiensi operasional dan likuiditas FIF terganggu. Oleh karena itu, pengelolaan kredit yang terampil dan efektif diperlukan untuk meningkatkan likuiditas, karena tingkat likuiditas yang tinggi menandakan kinerja perusahaan yang kuat (Wicaksana, 2011:101).

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi identifikasi sejumlah permasalahan penelitian ini di PT. Federal International Finance Kota Metro pengaruhi oleh banyak faktor sebagai berikut:

1. Karena ketidakmampuan peminjam untuk melakukan pembayaran tepat waktu atas uang pinjaman, terdapat situasi kredit yang buruk, meragukan, dan buruk.

2. Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang, yang akan berdampak pada laporan keuangan perusahaan khususnya pada PT. Arus kas FIF Kota Metro.

3. Pinjaman yang terlalu besar akan membahayakan NPL (Non Performing Loan) Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kebijakan Kredit Pengelolaan Arus Kas yang di terapkan pada PT.

Federal International Financeuntuk mengelola piutang tak tertagih dan Likuiditas yang baik?

2. Bagaimana kebijakan perputaran piutang yang dapat mengelola piutang tak tertagih dan Likuiditas pada PT. Federal International Finance Kota Metro?

3. Bagaimana Kebijakan NPL (Non Perorming Loan) dalam mengelola piutang tak tertagih pada PT. Federal International Finance Kota Metro?

Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Efektivitas Pengelolaan Arus Kas yang di terapkan pada PT.

Federal International Financeuntuk mengelola piutang tak tertagih dan Likuiditas yang baik.Untuk mengetahui kebijakan Efektivitas arus kas yang dapat mengelola piutang tak tertagih dan Likuiditas pada PT. Federal International Finance Kota Metro.

2. Untuk mengetahui Kebijakan NPL (Non Perorming Loan) dalam mengelola piutang tak tertagih pada PT. Federal International Finance Kota Metro.

II. KAJIAN PUSTAKA

Menurut Dwi Martani, (2012: 180), Pengertian kas adalah aset keuangan yang paling likuid yang dipergunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dan membayar kewajiban perusahaan. Menurut Thomas Sumarsan (2013: 1), Kas adalah aset lancar yang sifatnya sangat likuid dan dapat digunakan secara langsung untuk keperluan operasional perusahaan.Sedangkan menurut Rudianto (2012:188) kas adalah suatu alat

(5)

902 pertukaran yang dimiliki oleh perusahaan dan siap untuk digunakan dalam transaksi perusahaan setiap kali diperlukan.

Menurut Setiawan, (2010:19) Piutang mencakup semua jenis klaim yang mungkin dimiliki perusahaan terhadap pihak ketiga dan yang mungkin dipenuhi dengan uang, komoditas, atau layanan. Piutang adalah utang yang berutang uang, komoditas, atau jasa kepada klien atau pihak lain (Munawir, 2012:111). Klaim terhadap sejumlah uang yang diantisipasi akan diperoleh di masa depan dikenal sebagai piutang. Wibowo (2012: 19).

Sistem pengendalian piutang, menurut Pratiwi (2009: 19), adalah struktur organisasi, prosedur, dan tindakan yang dikoordinasikan untuk melestarikan kekayaan organisasi dan memverifikasi kebenaran dan keandalan data akuntansi.

Hasibuan (2011: 78) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan perusahaan keuangan untuk melunasi utang jangka pendeknya dengan aset likuid yang dikuasainya.

Salah satu ukuran kekuatan kualitas aset bank adalah NPL. NPL yang disesuaikan, yang sering disebut dengan NPL bersih, adalah NPL yang digunakan. Kondisi aset perusahaan dan efektivitas pengelolaan kredit keduanya dievaluasi sebagai bagian dari evaluasi kualitas aset.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu jenis organisasi dan dilakukan secara mendalam. Lokasi penelitian dalam penelitian ini yaitu PT. Federal International Finance Kota Metro.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

PT. FIF adalah perusahaan milik yang bergerak di bidang pembiayaan. Fenomena yang terjadi dalam perusahaan yakni adanya peningkatan piutang usaha. Sedangkan penjualan kredit menurun. Hal ini dapat disajikan perbandingan piutang usaha dengan penjualan kredit selama tahun 2018 s/d 2020 yaitu:

Table 1

Data penjualan kredit dan piutang usaha PT. FIF Tahun 2018 s/d 2020 Tahun Penjualan Kredit Piutang Awal Piutang Akhir Rata-rata 2018 Rp

80.111.404.45 0

Rp

2.500.098.81 1

Rp

2.999.898.09 9

Rp

2.749.998.45 5

2019 Rp

78.444.509.90 0

Rp

2.999.898.09 9

Rp

3.677.555.40 0

Rp

3.338.726.75 0

2020 Rp

75.666.890.99 0

Rp

3.677.555.40 0

Rp

3.202.158.91 7

Rp

3.439.857.15 9

Sumber: PT. FIF, 2021-06-29

Tabel 1 menyebutkan bahwa rata-rata piutang nampak mengalami peningkatan, sedangkan penjualan kredit menurun sehingga hal ini menjadi fenomena dalam penelitian ini guna dilakukan pengujian pengaruh perputaran piutang usaha dengan profitabilitas.

Perputaran piutang dianggap memiliki hubungan relatif dengan syarat penjualan perusahaan. Perputaran piutang yang tinggi dapat menyebabkan rasio lancar yang cukup rendah yang dapat diterima dari sudut pandang likuiditas dan dapat menyebabkan

(6)

903 pengembalian atas aktiva yang lebih tinggi. Di sisi lain, perputaran yang tinggi menunjukkan adanya syarat penjualan yang terlalu ketat, menyebabkan turunnya penjualan dan laba. Sehingga perputaran piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Rata-rata Piutang

Adapun hasil perhitungan perputaran piutang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2 Hasil perhitungan perputaran piutang pada PT. FIF pada tahun 2018 s/d 2020

Tahun Penjualan Kredit

Piutang Awal Piutang Akhir Rata-rata Perputara n Piutan

g 2018 Rp

80.111.404.45 0

Rp

2.500.098.81 1

Rp

2.999.898.09 9

Rp 2.749.998.455 29,13

2019 Rp

78.444.509.90 0

Rp

2.999.898.09 9

Rp

3.677.555.40 0

Rp 3.338.726.750 23,50

2020 Rp

75.666.890.99 0

Rp

3.677.555.40 0

Rp

3.202.158.91 7

Rp 3.439.857.159 22,00

Sumber: FIF, dan data dioalah, 2021

Hasil analisis mengenai perputaran piutang pada PT. FIF selama tahun 2018 s/d tahun 2020 dapat diartikan bahwa dalam 1 tahun piutang usaha untuk tahun 2018 berputar sebesar 29,13 x, tahun 2016 berputar sebesar 30,22 x, tahun 2020 berputar sebesar 22 x. Selanjutnya akan disajikan hasil perhitungan rata-rata perputaran piutang pada perusahaan PT. FIF selama tahun 2018 s/d tahun 2020 yang dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 3 Hasil perhitungan perputaran piutang pada PT. FIF pada tahun 2018 s/d 2020

Tahun Perputaran Piutang (%) Perkembangan (kali)

2018 29,13 -

2019 23,50 5,64

2020 22,00 1,50

Rata-rata peningkatan (%) 3,57

Sumber: PT. FIF dan Sumber data diolah, 2021

Tabel yakni hasil perhitungan perputaran piutang selama 3 tahun terakhir, dimana dalam tahun 2018 – 2020 yang menunjukkan bahwa perputaran piutang mengalami penurunan karena adanya kenaikan rata-rata piutang yang terjadi selama 3 tahun terakhir.

Perhitungan rasio keuangan di atas menggambarkan rasio perputaran piutang PT. FIF Kota Metro dalam dari tahun 2018 s/d 2020, pada tahun 2018 jumlah perputan piutang sebanyak 14,085 kali dalam periode tersebut, pada tahun 2019 perputaran piutang sebanyak 12,059 kali, pada tahun 2020 perputaran piutang sebanyak 10,474, Berdasarkan rata-rata perusahaan pembiayaan untuk perputaran piutang yang dikemukakan oleh Kasmir (2014) dalam Tambunan (2015:411) adalah 15 kali, maka pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2019 penagihan piutang dianggap tidak berhasil karena perputaran piutang sangat kecil dan masih kurang dari rata-rata industri yang sudah ditetapkan.

Selama 3 tahun berjalan perputaran piutang semakin lama semakin menurun, hal ini

(7)

904 disebabkan oleh pelunasan kredit yang tidak tepat waktu yang ditentukan sehingga kas piutang yang tertunggak tidak mampun membiayai piutang untuk dipinjmakan kembali kepada anggota atau nasabah umum.

Umur rata-rata piutang koperasi menurun diikuti juga dengan umur ratarata pengumpulan piutang menjadi peningkatan atau kelonggaran dalam pengumpulan piutang. PT. FIF Kota Metro menetapkan jangka waktu kredit yang diberikan kepada nasabah paling lama 60 hari. Pada Tahun 2018 umur rata-rata pengumpulan piutang memperoleh 25,559 hari, tahun 2019 meningkat menjadi 29,853 hari, tahun 2020 meningkat kembali sebesar 34,37 hari. Umur rata-rata piutang dari tahun 2018 s/d 2020 berfluktuasi, hal ini dinyatakan bahwa nasabah/anggota telah membayar angsuran kreditnya dengan tepat waktu. Berdasarkan rata-rata periode rata-rata penagihan piutang yang dikemukakan oleh Kasmir (2014) dalam Suryana dkk (2015:7) adalah 60 hari, artinya bahwa pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 dapat dikatakan PT. FIF Kota Metro mampu melakukan penagihan secara cepat atau tepat waktu. Kemudian rasio tunggakan pinjaman tahun 2018 s/d 2020 tunggakan pinjaman untuk tahun 2018 sebesar 1,32% dengan jumlah nominal Rp. 900.000.000, untuk tahun 2019 tunggakan sebesar 0,66% dengan jumlah nominal Rp. 1.600.000.000, tahun 2020 tunggakan sebesar 0,78%

dengan jumlah nominal Rp. 1.500.000.000,. Pada kondisi seperti ini, PT. FIF Kota Metro mengalami peningkatan tunggakan dari tahun ketahun.

Pada ratio likuiditas terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu Loan Asset Ratio dan juga Loan Deposit Ratio. Digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kerdit dengan total asset yang dimiliki.

Loan to Aset Ratio = Total Aset Ratio Total loans

(Sumber data dilampiran) Tahun 2018

Loan to Asset Ratio = 123.995.665.561 38.496.261.622 = 3.22

Tahun 2019

Loan to Asset Ratio = 114.637.686.272 8.849.986.332

= 12.95 Tahun 2020

Loan to Asset Ratio = 113.179.438.273 2.619.152.073

= 43.37

Berdasarkan perhitungan diatas dari tahun 2018-2020, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah harta yang dimiliki pada tahun 2018 yaitu sebesar 3,22 dan pada tahun 2019 yaitu sebesar 12,39 kemudian pada tahun 2020 meningkat menjadi 43,37. Dengan menggunakan dana yang dihimpun dari para nasabah/pihak ketiga.

Bangking Ratio ini mempunyai nama istilah lain yaitu Loan to Deposit Ratio adalah tolak ukur kemampuan perusahaan perbankan dalam membiayai kembali dana yang ditarik oleh nasabah atau deposan, dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditas

Banking Ratio (LDR) = Total Deposit Banking Ratio Total Loans

(8)

905 (sumber data ada di lampiran)

Tahun 2018

Banking Ratio (LDR) = 12.500.678.988 8.496.261.622 = 1.47

Tahun 2019

Banking Ratio (LDR) = 18.999.099.777 8.849.986.322

= 2.14

Tahun 2020

Banking Ratio (LDR) = 29.898.098.767 2.619.512.073

= 11.41

LDR merupakan salah satu indikator kesehatan likuiditas perusahaan. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. LDR paling sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja perusahaan pembiayaan terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh perusahaan dengan dana yang diterima oleh bank. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tingkat Likuiditas perusahaan di anggap sehat apabila LDRnya antara 85% - 100%.

Berdasarkan perhitungan diatas, dari tahun 2018-2020, menunjukan kemampuan perusahaan untuk membiayai pemberian pinjaman dengan menggunakan dana yang dihimpun dari para nasabah/pihak ketiga.

Cash Ratio adalah ratio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar dengan alat-alat likuid yang dimilikinya.

Cash Ratio = Short term borrowing Liquidity Assets

(sumber data ada dilampiran) Tahun 2018

Cash Ratio = 30.999.087.000 7.913.334.619 = 3.91

Tahun 2019

Cash Ratio = 50.098.877.000 5.227.522.614 = 9.5

Tahun 2020

Cash Ratio = 40.450.555.000 3.670.015.240 = 11

Berdasarkan perhitungan diatas, dari tahun 2018-2020, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar dengan alat- alat likuid yang dimilikinya. Dari perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa dari tahun

(9)

906 2018 s/d 2020 tunggakan pinjaman untuk tahun 2018 sebesar 1,32% dengan jumlah nominal Rp. 900.000.000, untuk tahun 2019 tunggakan sebesar 0,66% dengan jumlah nominal Rp. 1.600.000.000, tahun 2020 tunggakan sebesar 0,78% dengan jumlah nominal Rp. 1.500.000.000,. Pada kondisi seperti ini, PT. FIF Kota Metro mengalami peningkatan tunggakan dari tahun ketahun, disebabkan oleh sistem penagihan pinjaman yang belum berjalan secara efektif dan efisien.

Pengelolaan piutang pada FIF Kota Metro telah melalui tahapan dari standar pemberian kredit, persyaratan pemberian kredit dan kebijakan pengumpulan piutang.

Persyaratan yang diterapkan di FIF Kota Metro telah dilakukan dengan baik. Efektivitas pengelolaan piutang menggambarkan rasio perputaran piutang FIF Kota Metro mengalami penurunan. Berdasarkan perhitungan dari rasio perputaran piutang FIF Kota Metro dari tahun 2018 s/d 2020, pada tahun 2018 jumlah perputan piutang sebanyak 14,085 kali dalam periode tersebut, pada tahun 2019 perputaran piutang sebanyak 12,059 kali, pada tahun 2020 perputaran piutang sebanyak 10,474, Berdasarkan rata-rata industri untuk perputaran piutang yang dikemukakan oleh Kasmir (2014) dalam Tambunan (2015:411) adalah 15 kali, maka pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2019 penagihan piutang dianggap tidak berhasil karena perputaran piutang sangat kecil dan masih kurang dari rata-rata industri yang sudah ditetapkan.

Kemudian sistem pengendalian piutang pada PT. FIF Kota Metro. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap prosedur kerja, mulai dari mendapatkan calon debitur sampai pelunasan piutang diketahui bahwa manajemen perusahaan memberikan perhatian yang cukup baik terhadap pengendalian piutang, baik dari segi pengelolaan hingga pengawasan piutang tersebut. Lingkungan pengendalian terhadap piutang PT. FIF Kota Metro telah berjalan dengan baik. PT. FIF Kota Metro merupakan badan usaha yang produknya adalah jasa pemberian kredit dengan sistem keanggotaan.

Dalam menyalurkan jasa kredit adalah dengan prinsip kehati-hatian. Hal ini terlihat dengan adanya surveyor yang ditugaskan untuk mendapat informasi sebanyak mungkin mengenai calon nasabah terutama masalah kemampuan financial calon nasabah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pengelolaan piutang yang efektif sebagai upaya meningkatkan profitabilitas pada perusahaan PT. FIF Cabang Kota Metro periode 2018-2020 dapat ditarik kesimpulan dalam pelaksanaan penelitian yaitu:

1. Persyaratan kredit yang diberikan kepada pelanggan yaitu 0/0, n/10, tidak memberikan keuntungan bagi pelanggan sehingga calon pelanggan cenderung memanfaatkan waktu pembayaran tepat pada waktu jatuh tempo atau lebih yang telah ditentukan perusahaan. Disamping itu, penagihan piutang kepada pelanggan dilakukan ketika jatuh tempo.

2. Penjualan secara kredit setiap tahun perusahaan PT. Federal International Finance selama periode 2018 sampai dengan periode 2020 diikuti juga penumpukan piutang usaha. Penumpukan pada piutang usaha perusahaan ini menunjukkan kurangnya keefektifan dalam pengelolaan piutang usaha dan pada akhirnya penumpukan piutang usaha dapat menghambat perolehan dari rasio profitabilitas perusahaan.

3. Perputaran piutang yang tinggi dapat menyebabkan rasio lancar yang cukup rendah yang dapat diterima dari sudut pandang likuiditas dan dapat menyebabkan pengembalian atas aktiva yang lebih tinggi.

(10)

907 B. Saran

Saran yang diberikan kepada perusahaan untuk dijadikan perbaikan yaitu :

1. Perusahaan PT. Federal International Finance perlu memperbaiki standar kredit yang digunakan untuk menyeleksi calon pelanggan. Pelanggan lama tetap diseleksi kembali untuk mengetahui latar belakang calon pelanggan dimana digunakan untuk mengetahui kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya kelak apabila diberikan kredit.

2. Memperbarui persyaratan kredit yang lama 0/0 n/10 diganti dengan kebijakan baru seperti 2/5, n/10 tujuannya untuk menarik perhatian para pelanggan segera melunsai pembayaran kurang dari 5 hari dan dapat memanfaatkan diskon sebesar 2%.

Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang mampu mempengaruhi pembelian impulsif. Guna memperkaya dan memperluas wawasan mengenai pembelian impulsif seperti persepsi nilai, persepsi harga, persepsi merk, dll.

2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan objek lainnya diluar produk yang telah dikaji pada penelitian ini sehingga akan lebih mengambarkan secara luas mengenai pembelian impulsif.

3. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah menggunakan responden dengan skala kecil yaitu sebanyak 75 responden. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan skala responden yang lebih luas dan tidak hanya pada pengunjung Miniso Bandar Lampung saja tetapi di berbagai daerah lainnya sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F., Febriyanto, F., & Japlani, A. (2022, October). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Bumn Dan Bank Umum Swasta Syariah Di Indonesia:(Studi pada Perbankan Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia Tahun 2018-2020).

In Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPM) Universitas Muhammadiyah Metro (Vol. 4, No. 1, pp. 33-42).

Bagus Aditya, Ardhi Surono, 2015. ―Pengelolaan Piutang yang efektif sebagai upaya meningkatkan profitabilitas studi pada CV Walet Sumber Barokah Malang.

Daryanto, 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo.

Earl K. Stice.2014.Intermediate Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Dasar – Dasar Perbankan. Jakarta: PT. BumiAksara.

Hastuti, Endah Tri. 2006. Analisis Efektivitas Pengendalian Intern Kas dan Pengaruhnya terhadap Likuiditas pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kabupaten Kudus. Skripsi. Semarang: UniversitasNegeri Semarang.

Hendrojogi, 2014. Koperasi, asas-asas, teori, dan praktik, Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Pers.

Hery, Pengendalian Akuntansi dan Manajemen, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014.

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015.

(11)

908 Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Indra Astuti, 2017. ―Analisis Pengelolaan piutang dalam upaya meningkatkan likuiditas dan arus kas pada BPR Jawa Tengah.

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara. 2006.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Gp Press, 2009.

Iwan Setiawan, Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate accounting), Bandung: Refika Aditama, Jilid: 1, 2010.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005 Pengantar Akuntansi Syariah, Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat, 2005.

Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, Jakarta: Persada, 2011.

Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2009.

Muyangtias,2017. ―Analisis efektivitas pengelolaan piutang pembiyaan konsumen pada perusahaan pembiayaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007 Setiawan Iwan, 2010. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediateaccounting), Bandung:

Refika Aditama.

Soemarso. (2017). Akuntansi Suatu Pengantar (5th ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Terry .D. Warfiel dkk. Akuntansi Intermediate, Jakarta: Erlangga, 2002.

Wibowo, Penganatar Akuntansi I, Jakarta: PT. Grasindo, 2012.

Willi Koen dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2012.

Wicaksana, I. (2011). Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap efektivitas Arus Kas ( Studi Kasus Pada. Z ). Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait