• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efesiensi Teknis Usaha Olahan Makanan UMKM Cap "Keripik Asahan" Menggunakan Metode Sthocastic Frontier Analysis (SFA)

N/A
N/A
antonius sianturi

Academic year: 2024

Membagikan "Analisis Efesiensi Teknis Usaha Olahan Makanan UMKM Cap "Keripik Asahan" Menggunakan Metode Sthocastic Frontier Analysis (SFA)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHA OLAHAN MAKANAN UMKM CAP “KERIPIK ASAHAN” DENGAN MENGGUNAKAN

METODE STHOCASTIC FRONTIER ANALYSIS

PROPOSAL SKRIPSI OLEH :

LEONARDO SIANTURI 01021382025127

EKONOMI PEMBANGUNAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI U N I V E R S I T A S S R I W I J A Y A

FAKULTAS EKONOMI 2024

(2)

I. Judul

Analisis Efisiensi Teknis Usaha Olahan Makanan UMKM Cap “Keripik Asahan” dengan Menggunakan Metode Sthocastic Frontier Analysis (SFA) II. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan bisnis yang dilakukan oleh individu, kelompok, badan usaha kecil, maupun rumah tangga.

(Idris, 2023). Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Di Indonesia jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,07% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. UMKM juga memiliki kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun hingga 60,4% dari total investasi (Limanseto, 2021).

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Asahan, pada tahun 2023 memiliki Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar Rp.51.282 Miliar dan merupakan Kabupaten dengan PDRB terbesar ke-5 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar kedua pada PDRB Kabupaten Asahan dengan persentase 22,37% dari total PDRB Kabupaten Asahan.

Berdasarkan data BPS Sumatera Utara pada tahun 2022 di Kabupaten Asahan terdapat 8.216 pelaku UKM yang bergerak di bidang industri pengolahan makanan dan minuman salah satunya adalah UMKM pembuatan produk olahan keripik dengan merk “Keripik Asahan”.

(3)

Produktivitas merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kesejahteraan UMKM. Tingkat produktivitas UMKM dapat diukur dari seberapa efisien UMKM tersebut dalam mengkombinasikan sumber daya yang dimiliki saat ini dalam menghasilkan produknya. Efisiensi produksi adalah titik dimana produksi mencapai tingkat produksi yang paling efisien yang memungkinkan suatu usaha memproduksi barang dengan biaya terendah dengan menggunakan semua sumber daya yang dimiliki (Priharto, 2022).

Wahyono (2012) mengatakan produktivitas merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan suatu UMKM dalam bersaing.

Efisiensi dapat diukur dengan metode frontier yang bersifat parametrik yaitu dengan metode SFA. Metode SFA merupakan salah satu metode yang digunakan dalam mengestimasi batas produksi (frontier) dan juga mengukur tingkat efisiensi produksi dengan nilai efisiensi yang dihasilkan berupa skor dari 0 (nol) sampai dengan 1 (satu) (Coelli, 2005).

Mohd Fahmy-Abdullah, dkk (2018) dalam penelitian yang berjudul Technical Efficiency In Malaysian Textile Manufacturing Industry : A Stochastic Frontier Analysis (SFA) Approach menunjukan bahwa SFA dapat mengukur efisiensi teknis pada perusahaan pengolahan tekstil dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknis keseluruhan perusahaan tinggi.

Luxy Lutfiana Rachmawati (2018), dalam penelitian yang berjudul “Analisa Efisiensi Usaha Ternak Sapi Perah Menggunakan Stochastic Frontier Analysis”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan SFA memberikan hasil pengukuran tingkat efisiensi teknis dari usaha ternak sapi

(4)

perah di Pulau Jawa sebesar 83,56%. Faktor yang mempengaruhi inefisiensi adalah umur peternak, pendidikan terakhir, keikutsertaan dalam koperasi dan kelompok peternak.

Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis efisiensi teknis usaha olahan makanan UMKM cap “Keripik Asahan” dengan menggunakan metode SFA dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan inefisiensi teknis produksi olahan keripik. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pelaku usaha dalam menilai tingkat efisiensi teknis produksi usaha.

III. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi pada uraian di atas, permasalahan utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat efisiensi teknis usaha olahan makanan UMKM cap “Keripik Asahan” dengan menggunakan metode SFA

IV. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi teknis usaha olahan makanan UMKM cap “Keripik Asahan” dengan menggunakan metode SFA.

V. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

(5)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman serta menambah khasanah kajian keilmuan mengenai analisis efisiensi teknis produksi yang dipengaruh faktor produksi (jumlah tenaga kerja dan modal) dalam industri pengolahan makanan khususnya untuk skala UMKM.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini berperan sebagai alat untuk memberikan gambaran umum mengenai tingkat efisiensi teknis produksi pada usaha yang berskala UMKM. Lebih lanjut, penelitian ini dimaksudkan untuk membantu UMKM Cap “Keripik Asahan” dalam mengukur efisiensi teknis produksi dari usahanya dan menjadi tolak ukur untuk peningkatan produktifitas di masa yang akan datang.

VI. Tinjauan Pustaka VI.1. Landasan Teori VI.1.1. Organisasi Industri

Muhammad Teguh (2010), Perbedaan antara ilmu ekonomi industri dan ilmu ekonomi mikro, yaitu pada ilmu ekonomi mikro kajian mengenai struktur pasar biasanya dibahas secara sederhana, di mana argumentasinya bersifat langsung dan hasilnya lebih mudah diketahui. Sebaliknya, pada ilmu ekonomi industri kajian mengenai perusahaan dan pasar dapat ditelusuri pada kejadian sehari-hari. Tekanan kajian ilmu ekonomi industri tetap bertumpu kepada mempelajari mengenai perilaku perusahaan industri. Dalam kajian yang spesifik tekanan pembahasan ditujukan kepada aspek ketidaksempurnaan pasar. Keadaan ketidaksempurnaan pasar menimbulkan persoalan-persoalan,

(6)

baik dalam hal penguasaan pasar, maupun sampai kepada persoalaan distribusi sumber-sumber dan kinerja perekonomian secara umum. Hal ini memerlukan kajian tersendiri sehingga perilaku mengenai perusahaan-perusahaan industri dalam bersaing dapat dipelajari secara khusus.

Di dalam prakteknya setiap tindakan perusahaan dalam industri adalah bersifat kompleks. Tindakan tersebut berhubungan erat dengan lingkungan ekonomi di mana perusahaan-perusahaan industri tersebut berada. Keadaan tingkah laku perekonomian makro sering mempengaruhi pimpinan perusahaan di dalam mengambil setiap keputusan ekonominya. Begitu juga halnya suasana kehidupan perekonomian global, hal tersebut turut pula menentukan perilaku pimpinan perusahaan-perusahaan industri guna mengambil setiap keputusan bisnis yang mereka jalankan. Hubungan-hubungan demikian dibahas dalam ilmu ekonomi industri sehingga keterkaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu ekonomi lainnya semakin terlihat jelas. Bahkan adakalanya kajian industri meluas sampai kepada bidang ilmu-ilmu lainnya sejalan dengan perubahan gejala-gejala ekonomi yang terjadi.

Pemisahan ilmu ekonomi industri dengan induknya ilmu Ekonomi adalah semata mata dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian pengetahuan dan mempermudah pembaca menggali pengetahuan yang lebih dalam mengenai perilaku perusahaan perusahaan industri dalam dunia bisnis. Kajian perilaku perusahaan-perusahaan industri adalah bersifat kompleks. Organisasi industri yang dibahas tidak hanya dilihat dari sudut pandang kacamata teori ekonomi mikro, melainkan pula perilaku perekonomian secara keseluruhan

(7)

yang berhubungan dengan keputusan perusahaan-perusahan industri di dalam persaingan pasar. Oleh karena itu, dia memerlukan wadah tersendiri untuk penyajiannya.

Ilmu ekonomi industri merupakan ilmu ekonomi terapan. Ilmu ekonomi industri menyajikan bahasan-bahasan sebagai gabungan antara teori-teori ekonomi, peralatan statistik dan fakta-fakta empiris yang berlaku di sekitar objek yang diamati. Di samping itu, pembahasan di dalam ilmu ekonomi industri disajikan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan, baik kualitatif maupun kuantitatif.

Studi tentang organisasi industri dibangun di atas teori perusahaan, seperangkat teori ekonomi yang menggambarkan, menjelaskan dan mencoba untuk memprediksi sifat perusahaan dalam hal keberadaannya, perilaku, struktur dan hubungannya dengan pasar.

VI.1.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Tambunan (2022) menerangkan, Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) memainkan peran penting dalam perekonomian suatu negara, tidak hanya di negara yang sedang berkembang, melainkan juga pada negara maju.

UMKM berkontribusi di dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga dalam angka penyerapan tenaga kerja. UMKM memiliki karakteristik utama diantaranya :

1. Jumlah yang Banyak dan Menyebar

Berdasarkan data dari Kementerian Bidang Perekonomian Republik Indonesia, pada tahun 2021 jumlah UMKM di Indonesia telah mencapai

(8)

64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai Rp.8.573,89 Triliun (Limanseto, 2021).

2. Padat Karya

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat, tenaga kerja UMKM sebanyak 119,6 juta orang pada 2019. Jumlah tersebut meningkat 2,21% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 117 juta orang (Jayani, D.H, 2021)

3. Resiliensi (Ketahanan)

Studi World Bank menyebut, 80 persen UMKM di ekosistem digital memiliki resiliensi lebih baik di masa pandemi. (Wisnubroto, 2022). Bahkan banyak UMKM bisa bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda krisis besar tahun 1997/1998.

Menyadari pentingnya kehadiran UMKM dalam perekonomian suatu negara, maka pemerintah di hampir semua negara (termasuk Indonesia) mempunyai berbagai macam program dengan skim-skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM. Tidak hanya itu, lembaga-lembaga internasional pun seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Organisasi Dunia untuk Industri dan Pembangunan (United Nation Industry and Development Organisation/UNIDO) dan banyak negara donor melalui kerjasama bilateral juga sangat aktif dalam upaya pengembangan (capacity building) UMKM di negara sedang berkembang.

(9)

Beberapa studi terdahulu menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan UMKM dalam bersaing dan berkompetisi ditingkat global adalah sebagai berikut:

1. Nicolescu (2009) menunjukkan kemampuan UMKM untuk dapat bertahan dan tumbuh tergantung dari faktor internal yang mempengaruhi produktivitas dan inovasi perusahaan serta faktor eksternal.

2. Harvie, Nardjoko & Oum (2010) menyebutkan yang dapat meningkatkan partisipasi dalam GVC adalah skala dan kematangan usaha, foreign linkage, produktivitas, inovasi dan akses pembiayaan.

Secara spesifik, beberapa hal yang perlu dibenahi untuk meningkatkan daya saing UMKM adalah (Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia, 2016):

1. Produktivitas dan Inovasi

Peningkatan produktivitas dilakukan dengan perbaikan tingkat pendidikan dan keahlian manajerial.

2. Kemudahan Berusaha (Ease of Doing Business)

Pemerintah telah memberikan kemudahan pengurusan perizinan bagi UMKM dan pembebasan biaya. Usaha lainnya adalah pembebasan UMKM dari pajak penghasilan selama 2 tahun pertama dan memberikan fasilitasi akses terhadap jasa konsultan pajak murah.

3. Akses Permodalan (Access to Finance)

Pemerintah mempunyai program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendorong penyaluran kredit UMKM yang dijamin tanpa

(10)

mempersyaratkan agunan tambahan dengan tingkat bunga disubsidi sebesar 12% per tahun. Selain itu, pemerintah melalui LPEI memberikan kredit ekspor bagi UMKM dengan persyaratan minimal 50 tenaga kerja.

4. Akses Pasar

Dengan melakukan program yang mendukung aspek pemasaran UMKM di pasar domestik dan program promosi ekspor dengan cara pandang yang lebih berorientasi pada pasar global.

5. Dukungan Infrastruktur.

Perbaikan dan pembangunan infrastruktur baru saat ini telah menjadi fokus pemerintah Indonesia,dan diperkirakan akan berdampak positif terhadap pertumbuhan bisnis di Indonesia.

6. Siklus Bisnis

Dampak krisis finansial menyebabkan turunnya permintaan global idealnya dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan keahlian pelaku UMKM sehingga pada saat permintaan mulai naik, UMKM Indonesia telah memiliki daya saing yang lebih baik.

VI.1.3. Produksi

Produksi adalah suatu aktivitas untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.

Produksi juga dapat dikatakan suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output (Sutanto & Imaningati, 2014). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003) yang dimaksud dengan produksi adalah hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dari berbagai pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kegiatan produksi merupakan suatu

(11)

kegiatan yang mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan suatu output.

Hubungan antara faktor produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan dinamakan fungsi produksi. Faktor produksi dapat dikategorikan sebagai masukan atau input. Contoh dari faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan baku dan mesin. Coelli (2005), menyebutkan fungsi produksi sebagai berikut :

q = f(x)

Dimana, q adalah output dan x = ( x1 , x2 ,…, xN ) adalah jumlah N input.

VI.1.4. Produktivitas

Sriwana, I.K (2019) menyebutkan Definisi produktivitas terus berkembang sejalan dengan perkembangan manusia. Istilah produktivitas sangat berkaitan dengan produksi,sehingga seringkali produktivitas hanya dilihat sebelah mata saja yaitu pada jumlah produksi. Produksi adalah suatu aktivitas untuk menghasilkan barang dan/atau jasa. Sedangkan produktivitas adalah rasio antara output hasil produksi dibanding dengan input produksi. Produksi tidak dapat dipisahkan dengan efektivitas dan efisiensi.

Efisiensi diukur sebagai rasio output dan input. Dengan kata lain, pengukuran efesiensi menghendaki outcome, dan penentuan jumlah sumber daya yang dipakai untuk menghasilkan outcome tersebut. Dengan demikian, pengertian produktivitas dapat didefinisikan sebagai rasio antara efektivitas pencapaian tujuan pada tingkat kualitas tertentu (output) dan efisiensi penggunaan sumber daya (input). Produktivitas merupakan suatu kombinasi

(12)

dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat dirumuskan (Gaspersz, 1998):

Produktivitas = Output yang dihasilkan = Efektivitas Input yang digunakan Efisiensi

Faktor produktivitas adalah kunci untuk menetapkan kombinasi, atau proporsi input (variable proportion) yang optimal, yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion. Faktor produktivitas memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi. Pengembangan output di mana terdapat sekurang-kurangnya satu faktor produksi yang konstan dijelaskan oleh the law of deminishing returns dari faktor berubah. The law of deminishing returns menyatakan bahwa sementara jumlah satu input variabel meningkat, dengan jumlah semua faktor lainnya dinyatakan konstan, kenaikan yang dihasilkan dalam output pada akhirnya akan menurun (Pappas dan Hirschey, 1993 dan Soekartawi, dkk, 1986).

Pengukuran tingkat produktivitas merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan. Beberapa manfaat utama dari pengukuran produktivitas (Gaspersz, 1998) adalah sebagai berikut :

1. Sebagai indikator yang menilai kemampuan suatu sistem dalam mencapai tujuan perusahaan.

2. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang berkaitan dengan usaha peningkatan performansi perusahaan.

(13)

3. Sebagai bahan pembanding suatu perusahaan/sistem dengan perusahaan/sistem lain.

4. Sebagai dasar untuk meramalkan kondisi perusahaan/sistem pada masa yang akan datang termasuk merumuskan target-target yang ingin dicapai.

5. Untuk meningkatkan kesadaran suatu perusahaan/sistem akan pentingnya usaha-usaha peningkatan produktivitas

VI.1.5. Sthocastic Frontier Analysis (SFA)

Pada literatur ekonomi pendidikan, terdapat dua metode yang sering digunakan untuk mengukur efisiensi, yaitu data envelopment analysis (DEA) dan SFA. Menurut Coelli (2005) SFA mempunyai kelebihan dibanding dengan metode lain, yaitu (1) melibatkan disturbance term yang mewakili gangguan, kesalahan pengukuran dan kejutan eksogen yang berada di luar kontrol (variabel z). (2) variabel lingkungan lebih mudah diperlakukan. (3) memungkinkan uji hipotesis menggunakan statistik. (4) lebih mudah mengidentifikasi outlliers. (5) Cost frontier dan distance function dapat digunakan untuk mengukur efisiensi usaha yang memiliki banyak output. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan antara lain: (1) teknologi yang dianalisis harus digambarkan oleh struktur yang cukup rumit atau besar, (2) distribusi dari simpangan satu-sisi harus dispesifikasi sebelum mengestimasi model, (3) struktur tambahan harus dikenakan terhadap distribusi in-efisiensi teknis, dan (4) sulit diterapkan untuk usaha yang memiliki lebih dari satu produk (khususnya yang menggunakan pendekatan output). Model tersebut dapat dituangkan dalam bentuk persamaan umum sebagai berikut :

(14)

Y = f(X, β) exp {V-U}

Jika menggunakan model stochastic frontier Cobb-Douglas, maka dapat dituliskan sebagai:

ln Y = β0 + βi ln Xi + Vi - Ui

dimana Y adalah output, X adalah input, dan β adalah parameter yang akan diestimasi. Komponen error yang pertama, yaitu V adalah bentuk akomodasi terhadap statistical noise dengan asumsi distribusi yang terbentuk adalah normal ; N(0, σV2 ). Sementara itu, komponen error yang kedua yaitu U adalah bentuk akomodasi dari technical inefficiency dengan asumsi nilai U ≥ 0 dan terdistribusi normal N+(0, σU2 ). Notasi N+ menandakan bahwa untuk model distribusi setengah normal dan truncated normal, distribusi error terkonsentrasi pada setengah interval [0,∞]. Diasumsikan bahwa V terdistribusi secara independen terhadap U. Dengan demikian produsen atau perusahaan akan beroperasi di atas atau di bawah production frontier, dengan berdasarkan asumsi U ≥ 0. Meeusen dan van den Broeck menggunakan distribusi eksponesial untuk U dalam modelnya, Battese dan Corra menggunakan distribusi setengah normal, sementara Aigner, Lovell, dan Schmidt menggunakan distribusi ekpsonensial dan setengah normal. Paramater yang akan diestimasi meliputi β, σV2 , dan σU2 ). Setelah proses estimasi selesai dilakukan, nilai rerata dari technical inefficiency akan didapatkan dari (Kumbhakar dan Lovell, 2004):

TE = exp(-U) = -( 2 n¿

1

2 σu

(15)

jika digunakan distribusi setengah normal, dan TE = exp(-U) = σu

jika digunakan distribusi eksponensial. Jika nilai U = 0, maka nilai efisiensi yang dicapai oleh produsen atau perusahaan adalah 100%, dan jika nilai U > 0, maka jelas terdapat inefficiency.

Technical inefficiency (TE) merupakan fungsi dari faktor-faktor yang memengaruhinya, dan dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut:

U = Z δ

dimana Z adalah vektor variabel-variabel yang memengaruhi inefficiency yang terjadi, dan δ merupakan vektor paramater-parameter yang akan diestimasi.

Secara lebih spesifik untuk model stochastic frontier persamaan di atas dapat dituliskansebagai berikut:

U = Z δ + W

dimana W adalah variabel acak, mengikut kepada distribusi truncated normal dengan rerata nol dan variansi σ2. Dengan demikian Technical Efficiency (TE) dapat ditulis ulang ke dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

TE = exp(-U) = exp (-Z δ - W) VI.2. Penelitian Terdahulu

Terdapat berbagai penelitian terdahulu yang mengukur dan menganalisa tingkat efisiensi teknis pada berbagai macam bidang usaha termasuk pada usaha mikro kecil dan menengah. Penelitian tersebut menggunakan model dan pendekatan Sthocastic Frontier Analysis.

(16)

Dolly Alfonso B. (2014), melalui penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Garam Di Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Penelitian ini menggunakan metode analisis efisiensi produksi dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan bantuan program Frontier 4.1c, uji Return to Scale, dan analisis pendapatan Usaha (R/C Ratio). Pada penelitian ini luas lahan,jumlah bahan bakar, jumlah tenaga kerja, pengalaman petani menjadi variabel yang mempengaruhi kegiatan produksi garam. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa efisiensi teknik produksi garam rata-rata mencapai 0,9421, efisiensi harga produksi garam rata-rata mencapai 7,8112, dan efisiensi ekonomi produksi garam rata-rata mencapai 7,3535. Efisiensi ekonomi ini nilainya lebih besar dari 1, oleh karena itu disimpulkan bahwa pertanian garam di Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang belum efisien, sehingga untuk mencapai efisien secara keseluruhan perlu adanya penambahan input.

Yot Amornkitvikai, Charles Harvie (2011), melalui penelitian yang berjudul Finance, Ownership, Executive Remuneration and Technical Efficiency A Stochastic Frontier Analysis (SFA) of Thai Listed Manufacturing Enterprises. Penelitian ini menggunakan stochastic frontier analysis (SFA) untuk memprediksi efisiensi teknis perusahaan manufaktur yang terdaftar di Thailand, menggunakan data panel yang tidak seimbang untuk 178 perusahaan meliputi tahun 2000 hingga 2008. Variabel yang digunakan adalah Manajerial, Pengendali usaha, jenis kepemilikan perusahaan, eksekutif remunerasi, ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, dan pembiayaan eksternal. Hasil penelitian

(17)

menunjukan Bukti empiris dari SFA menunjukan bahwa kinerja efisiensi teknis perusahaan relatif tinggi, dengan Skor efisiensi teknis rata-rata 0,79 (atau 79%)

Luxy Lutfiana & Rachmawati Fitria Kartiasih (2018), melalui penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Usaha Ternak Sapi Perah Menggunakan Stochastic Frontier Analysis. Penelitian ini melakukan pengukuran efisiensi teknis usaha ternak sapi pera berskala rumah tangga di Pulau Jawa. Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan analisis inferensia dengan menggunakan stochastic frontier analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel input pakan/ekor/hari berpengaruh positif terhadap Rata-rata produksi susu per ekor per hari. Sedangkan luas kendang per ekor berpengaruh negatif. Rata-rata tingkat efisiensi usaha ternak sapi perah di Pulau Jawa sebesar 83,56 persen, namun secara statistik terdapat efek inefisiensi pada usaha ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi usaha ternak adalah umur perternak, Pendidikan terakhir, keikutsertaan dalam koperasi dan kelompok-kelompok peternak.

Rosihan Asmara , Nuhfil Hanani , Niken Irawati (2011), melalui penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Teknis Dengan Pendekatan Frontier Pada Usaha Pembuatan Chips Mocaf (Modified Cassava Flour). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi frontier pada usaha pembuatan Chips Mocaf, Menganalisis efisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha pembuatan chips Mocaf dan Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis pada usaha pembuatan chips Mocaf. Metode penelitian ini adalah menggunakan

(18)

analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi. Hasil dari penelitian ini adalah faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi frontier dalam usaha pembuatan chips MOCAF adalah jumlah ubi kayu yang merupakan bahan baku utama dari chips. Sedangkan tenaga kerja dan volume bak perendaman dalam analisis ini tidak tampak pengaruhnya. Efisiensi teknis dari usaha pembuatan chips ini sudah cukup tinggi dimana 60% dari responden sudah berada pada tingkat efisiensi teknis lebih dari 0,92.

M. Farid Wajdi (2012), melalui penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Industri Kecil Berdasarkan Analisis Stochastic Frontier. Penelitian ini dilaksanakan di propinsi Jawa Tengah. Penelitian menganalisis pencapaian efisiensi teknikal usaha kecil. Faktor input yang dianalisis adalah modal dan pekerja, sedangkan sebagai faktor output adalah produk yang dihasilkan perusahaan. Hasil perhitungan efisiensi teknikal menunjukkan bahwa secara umumnya pencapaian efisiensi teknikal usaha dari sampel kajian tergolong dalam kategori cukup bagus. Peranan aspek modal dan pekerja memiliki efek yang kecil sekali terhadap peningkatan produksi perusahaan pada keseluruhan sampel penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi teknikal dari stochastic frontier masing-masing subsektor dapat dipahami bahwa subsektor kerajinan tangan efisiensinya paling tinggi.

Nunung Kusnadi , Netti Tinaprilla , Sri Hery Susilowati , dan Adreng Purwoto (2011), melalui penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Usaha Tani Padi Di Beberapa Sentra Produksi Di INDONESIA. Penelitian ini bertujuan

(19)

menjelaskan secara singkat yaitu tingkat efisiensi teknis produksi padi di beberapa privinsi yang ada di Indonesia. Efisiensi produksi pada peneliitan ini menggunakan fungsi produksi stochastic frontier karena dianggap lebih baik dari deterministic frontier. Pada fungsi produksi awal terdapat delapan variabel yaitu lahan, bibit, pupuk, obat, input lain, tenaga kerja, persil garapan, dan luas garapan. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi di lima provinsi sentra di Indonesia telah efisien dengan rata-rata efisiensi 91,86 persen. Luas lahan menjadi faktor paling responsif dalam upaya peningkatan produksi.

Faktor yang berpengaruh nyata terhadap inefisiensi yaitu umur petani, pendidikan petani, dummy musim, dummy kelompok tani, dummy status kepemilikan lahan, kepemilikan persil, dan dummy lokasi Jawa dan luar Jawa.

Ainun Mardhiah , Atik Mar’atis Suhartini (2017, melaluipenelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Teknis Produksi Ubi Kayu Di Provinsi Lampung Tahun 2017dengan Pendekatan Stochastic Frontier Analysis. Penelitian bertujuan untuk menganalisis efisiensi teknis di Provinsi Lampung beserta variabel karakteristik petani yang mempengaruhi inefsiensi teknis produksinya.

Varibael yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan variabel dependen produksi ubi kayu dan variabel independen luas panen, tenaga kerja, jumlah bibit, dan pupuk urea. Variabel independennya antara lain usia, pendidikan, jenis kelamin, jumlah anggota rumah tangga, keanggotaan kelompok tani, keikutsertaan penyuluhan usaha tani, dan status kepemilikan lahan petani ubi kayu. Hasil analisis dengan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) menunjukkan bahwa Provinsi Lampung memiliki efisiensi

(20)

teknis sedang. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap inefsiensi produksi ubi kayu di Provinsi Lampung adalah jenis kelamin petani, usia, tingkat pendidikan, keikutsertaan penyuluhan, dan kelompok tani.

Hendrick Aristar Manurung, Rosihan Asmara, Nidamulyawaty Maarthen (2018) melalui penelitian yang berjudul Analysis Efisiensi Teknis Usahatani Jagung Di Desa Maindu Kecamatan Montong,Kabupaten Tuban Menggunakan Pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA). Penelitian ini bertujuan untuk memberi masukan untuk petani jagung yang ada di desa tersebut, pengalokasian penggunaan faktor-faktor produksi dapat berjalan efisien, dan tujuan untuk mendapat produksi dan produktivitas tanaman jagung yang lebih tinggi dapat tercapai sehingga pendapatan petani jagung di daerah penelitian terlaksana dengan maksimal. Penelitian ini menggunakan persamaan fungsi Cobb-Douglas stochastic frontier analysis (SFA) dengan metode OLS dan MLE untuk mencari tujuan pertama dan kedua dari penelitian ini. Hasil dari penelitian ini yang pertama diketahui bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani jagung yang ada di daerah penelitian secara nyata adalah faktor benih, pupuk kimia dan tenaga kerja. Hasil tujuan kedua yaitu tingkat efisiensi teknis yang ada di daerah penelitian diperoleh nilai rata-ratanya adalah sebesar 0,77 atau sebesar 77%. Hasil tujuan ketiga yaitu faktor sosial yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani jagung yang ada di daerah penelitian adalah tingkat pendidikan, dan juga luas lahan.

Rizal Rahmat Darmawan (2016), melalui penelitian yang berjudul Analysis OF The Total Value Of Productivity Factors In The Manufacturing

(21)

Industry In East Java. Pada penelitian ini bertujuan mendekomposisikan pertumbuhan TFP menjadi tiga komponen produktivitas. Penelitian ini menggunakan metode SFA. Pendekatan SFA ini merupakan salah satu metode pengukuran efisiensi teknis dengan mengestimasi fungsi produksi. Variabel terikat yang digunakan dalam model fungsi produksi produksi adalah variabel output industri yang dihasilkan oleh industri pengolahan di Jawa Timur.

Variabel bebas yang digunakan dalam model fungsi produksi adalah tenaga kerja dan modal serta trend (waktu). Hasil dari penelitian ini adalah memperoleh hasil perubahan skala dan efisiensi teknologi fungsi produksi Cob-Douglas untuk industri manufaktur di Jawa Timur masing-masing sebesar 10,13 persen dan 3,24 persen.

Nurul Agustin, Alpon Satrianto (2023), melalui penelitian yang berjudul The Production Efficiency of Small Medium Enterprises in West Sumatera Province. Penelitian ini melakukan analisis untuk mengukur efisiensi teknis produksi IKM di setiap kabupaten kota di Provinsi Sumatera Barat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji data panel dan analisis produksi menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA). Dalam penelitian ini menggunakan variabel modal, sumber daya dan tenaga kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor produksi modal dan sumber daya berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi UKM di Sumatera Barat, sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap produksi UKM di Sumatera Barat. Hasil perhitungan efisiensi teknis menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi teknis produksi UKM di

(22)

Sumbar pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 sebesar 0,543 atau 54,3 persen yang berarti produksi pada UKM tidak efisien secara teknis.

Teerawat Charoenrat, Charles Harvie (2013), melalui penelitian yang berjudul Technical Efficiency of Thai Manufacturing SMEs A Stochastic Frontier Analysis. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan efisiensi teknis UKM manufaktur di wilayah Timur Laut Thailand pada tahun 2007, dengan menggunakan analisis stokastik frontier (SFA) dan model efek inefisiensi teknis. Penelitian ini menggunakan variabel tenaga kerja terampil, wilayah kota, dan karakteristik kepemilikan. Hasil dari penelitian yaitu Hasil empiris dari model efek inefisiensi teknis menunjukkan bahwa tenaga kerja terampil, wilayah kota dan karakteristik kepemilikan merupakan faktor spesifik perusahaan yang penting yang mempengaruhi efisiensi teknis. Makalah ini berpendapat bahwa pemerintah harus memainkan peran yang lebih besar dalam mengembangkan UKM manufaktur di provinsi-provinsi Timur Laut melalui:

menyediakan program pelatihan bagi pekerja dan pengusaha; mendorong penggunaan modal dan teknologi yang lebih besar dalam proses produksi UKM; meningkatkan efisiensi badan usaha milik negara; mendorong beragam bentuk kepemilikan; dan meningkatkan infrastruktur informasi dan komunikasi.

Dede Ruslan (2016), melalui penelitian yang berjudul Analysis Efficiency Production and Strategies of Small-Medium Scale Enterprises. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha kecil dan

(23)

menengah (UKM), serta mengidentifikasi faktor internal dan eksternal untuk menemukan alternatif model strategis yang dapat diterapkan oleh perusahaan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mengembangkan usahanya. Penelitian ini menggunakan variabel rasio pengeluaran penelitian, rasio belanja teknologi informasi dan komunikasi, rasio biaya pelatihan, rasio pegawai, tenaga kerja dan nilai aset tetap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar variabel, mempunyai tanda-tanda sesuai yang diharapkan dan paling signifikan.

Rata-rata tingkat efisiensi teknis (TE) UKM sebesar 0,7832. Beberapa faktor ekonomi yang secara signifikan mempengaruhi inefisiensi teknis antara lain adalah kuantitas tenaga kerja, nilai aset tetap, dan untuk TE adalah rasio pengeluaran penelitian dan pengembangan terhadap total pengeluaran perusahaan; rasio belanja teknologi informasi dan komunikasi dan telekomunikasi; rasio biaya pelatihan, namun rasio pegawai dengan tingkat pendidikan tidak signifikan. Untuk strategi dengan pendekatan analisis SWOT, hasilnya menunjukkan bahwa UKM yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan adalah strategi ST. Menurut strategi ini, UKM sebaiknya melakukan diversifikasi produk dengan menggunakan teknologi, meningkatkan kualitas produk, dan bekerja sama dengan pemasok untuk mendapatkan pasokan bahan baku.

Saul Basurto Hernandez, Gabriela Sanchez Trujillo (2022), melalui penelitian yang berjudul Technical Efficiency In Small And Medium Sized Firms In Mexico A Stochastic Frontier Analysis. Penelitian bertujujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan efisiensi teknis (TE) pada

(24)

usaha kecil dan menengah (UKM) yang dimiliki oleh sektor manufaktur, perdagangan, atau jasa di Meksiko. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan dari SFA untuk menyelidiki pengaruh berbagai jenis pengetahuan pada TE. Hasil utama dari penelitian ini, UKM kemungkinan besar akan menggunakan lebih sedikit input untuk menghasilkan output yang sama, bahkan lebih sedikit, dibandingkan sebelum pandemi. Untuk pemulihan ekonomi, UKM harus menggunakan masukan yang tersedia secara lebih efisien, dan hal ini dapat dilakukan dengan melakukan investasi pada sumber daya manusia dan inovasi yang meningkatkan proses produksi. Hal ini sangat relevan karena UKM mempekerjakan sekitar 3,2 juta karyawan di Meksiko.

Kallika Taraka, Ismail Abd. Latif, Mad Nasir Shamsudin, Shaufique bin Ahmad Sidique (2021), melalui penelitian yang berjudul Estimation of Technical Efficiency for Rice Farms in Central Thailand Using Stochastic Frontier Approach. Penelitian ini mengukur efisiensi teknis pertanian padi dan dikaji faktor penyebab inefisiensi teknis, terutama dalam hal penyuluhan pertanian dan lingkungan hidup. Penelitian ini menerapkan produksi translog dalam analisis karena mempunyai fleksibilitas bentuk fungsional (Coelli, Rao, dan Battese 1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi teknis berkisar antara 49,69 hingga 97,17 persen, dengan rata-rata 85,35 persen.

Gender, pengalaman bertani, praktik pertanian yang baik (GAP), dan intensitas tanam menjadi faktor penentu terbukti berkontribusi positif terhadap efisiensi teknis pertanian. Petani harus dibekali ilmu GAP dan harus mengadopsi GAP dalam aktivitas pertanian mereka.

(25)

Gh. R. Zamanian, V. Shahabinejad , M. Yaghoubi (2012, melalui penelitian yang berjudul Application of DEA and SFA on the Measurement of Agricultural Technical Efficiency in MENA Countries. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan efisiensi teknis pertanian di negara-negara MENA dengan menerapkan dua metode frontier yang berbeda, DEA dan SFA. Secara internasional, perbandingan hasil model stochastic frontier dengan skor efisiensi DEA akan berkontribusi pada berkembangnya literatur mengenai perbandingan metodologi DEA dan SFA. Dalam penelitian ini, yang dipilih hanya lima variabel input. Variabel ini meliputi lahan garapan, traktor, tenaga kerja, ternak, dan pupuk. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa rata-rata total efisiensi teknis adalah sebagai berikut:

DEABCC(0,770)>DEACCR(0,744)>SFA(0,479), dan di antara semua negara MENA, kinerja terbaik pada kedua model ada di Qatar. Lebih jauh lagi, hasil empiris menunjukkan bahwa metode parametrik dan non-parametrik memberikan peringkat negara yang sama. Namun dalam semua kasus hasil SFA lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan DEA, yang menunjukkan tingginya tingkat kesalahan acak dalam data.

Nguyen Bich Hong & Mitsuyasu Yabe (2015), melalui penelitian yang berjudul Resource Use Efficiency of Tea Production in Vietnam: Using Translog SFA Model. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan efisiensi penggunaan sumber daya dan mengidentifikasi faktor-faktor penentu produksi teh Vietnam menggunakan pendekatan stokastik frontier dan teknik efisiensi teknis. Hasil dari penelitian ini adalah Berdasarkan jumlah rata-rata elastisitas

(26)

keluaran terhadap masukan (0,323), pemanfaatan sumber daya di lokasi penelitian tidak tepat. Studi ini juga mengungkapkan bahwa rata-rata TE yang berorientasi pada input pada perkebunan teh lebih rendah dibandingkan dengan TE yang berorientasi pada output, yaitu 82,21% berbanding 92,29%, hal ini menunjukkan bahwa petani memiliki kemampuan lebih untuk mengurangi penggunaan sumber daya dibandingkan meningkatkan tingkat output saat ini.

Hasilnya menunjukkan bahwa petani teh dapat menggunakan sumber daya secara lebih efisien dengan mengurangi 17,79% dari tingkat penggunaan saat ini tanpa mengurangi outputnya. ini juga menunjukkan bahwa upaya terpadu pemerintah untuk meningkatkan akses petani terhadap layanan penyuluhan, memperluas praktik konservasi tanah dan air, dan menyebarkan kesadaran petani tentang kelangkaan air adalah kunci untuk meningkatkan efisiensi.

VI.3. Kerangka Pemikiran

Gambar 6.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini dibuat berdasarkan teori Coelli (2005) untuk mengukur efisiensi teknis suatu perusahaan. Langkah pertama dilakukan dengan mendefinisikan faktor produksi (variabel input) yang

(27)

mempengaruhi suatu usaha dalam menghasilkan produknya (variabel output).

Setelah itu dilakukan pengukuran tingkat efisiensi teknis produksi menggunakan metode SFA dengan bantuan software Frontier 4.1. Selain faktor yang mempengaruhi efisiensi, pada penelitian ini juga didefenisikan faktor yang menyebabkan inefisiensi teknis produksi. Terhadap faktor inefisiensi ini juga dilakukan pengukuran pengaruhnya terhadap produksi dengan menggunakan metode Sthocastic Frontier Analysis.

Faktor yang mempengaruhi produksi atau input terdiri dari modal dan jumlah tenaga kerja. Faktor yang dianggap dapat menyebabkan inefficiency adalah pengalaman usaha/lama berusaha.

VI.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituangkan dan kerangka konseptual yang telah digambarkan di bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Teknis Usaha olahan makanan UMKM Cap “Keripik Asahan” tidak efisien

H1 : Teknis Usaha olahan makanan UMKM Cap “Keripik Asahan” efisien VII. Metode Penelitian

VII.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada salah satu UMKM di wilayah Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yaitu UMKM yang memproduksi olahan keripik dengan cap “Keripik Asahan”. Penelitian ini termasuk ke dalam

(28)

penelitian kuantitatif yang menganalisa data-data yang terkait dengan teknis produksi dan faktor produksi. Penelitian ini dilakukan dari 01 Mei 2024 sampai dengan 30 Juni 2024 untuk melakukan observasi proses-proses pembuatan produk di UMKM keripik Asahan, pengolahan data, analisis dan pembahasan, pengambilan kesimpulan serta pembuatan laporan.

VII.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data primer yang digunakan adalah data produksi produk keripik singkong pedas, keripik opak pedas, keripik emping pedas, dan Pokar (keripik pisang cokelat) dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2024. Selain data produksi, penelitian juga menggunakan data yang mempengaruhi faktor produksi seperti jumlah tenaga kerja dan modal.

VII.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data produksi yang ada pada arsip perusahaan. Selama pengamatan langsung di workshop produksi Keripik Asahan, peneliti juga melihat secara langsung proses pembuatan masing- masing produk.

VII.4. Populasi dan Sampel

Data yang digunakan adalah data populasi produksi atas 4 produk dari Keripik Asahan selama 5 tahun (2019-2023). Total populasi sebanyak 20 data

(29)

yang terdiri dari data produksi dan data faktor produksi. Keseluruhan data masuk menjadi sampel dalam penelitian ini (Total Sampling).

Tabel 7.1. Ketersediaan Data Observasi

Nama Produk Kode Produk

Periode Waktu

Y X1 X2 Z1

Produksi Keripik

(Kg)

Jlh Tenaga

Kerja (Org)

Modal (Rp.) Lama Usaha (Tahun) Keripik Singkong Pedas KA01 2019 8,291 4 128,510,500 5

Keripik Opak Pedas KA02 2019 6,592 4 148,320,000 4

Keripik Emping Pedas KA03 2019 11,554 4 450,606,000 5

Pokar (pisang coklat) PO 2019 812 4 37,352,000 1

Keripik Singkong Pedas KA01 2020 5,002 4 87,535,000 6

Keripik Opak Pedas KA02 2020 3,977 4 97,436,500 5

Keripik Emping Pedas KA03 2020 6,971 4 299,753,000 6

Pokar PO 2020 615 4 30,135,000 2

Keripik Singkong Pedas KA01 2021 6,579 4 111,843,000 7

Keripik Opak Pedas KA02 2021 5,231 4 125,544,000 6

Keripik Emping Pedas KA03 2021 9,168 4 375,888,000 7

Pokar PO 2021 809 4 38,832,000 3

Keripik Singkong Pedas KA01 2022 10,609 5 164,439,500 8

Keripik Opak Pedas KA02 2022 7,856 5 176,760,000 7

Keripik Emping Pedas KA03 2022 14,540 5 574,330,000 8

Pokar PO 2022 1,454 5 69,065,000 4

Keripik Singkong Pedas KA01 2023 10,721 5 171,536,000 9

Keripik Opak Pedas KA02 2023 7,939 5 182,597,000 8

Keripik Emping Pedas KA03 2023 14,250 5 570,000,000 9

Pokar PO 2023 1,425 5 66,975,000 5

Sumber : data diolah

VII.5. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Berikut ini adalah defenisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Efisiensi Teknis, merupakan rasio antara tingkat produksi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi dan faktor inefficiency dengan bantuan perangkat lunak Frontier 4.1

2. Produksi (Y), dalam penelitian ini merupakan jumlah produksi dari masing-masing produk yang dihasilkan UMKM Keripik Asahan

(30)

3. Modal ( X1 ), merupakan Modal yang digunakan untuk memproduksi produk tertentu pada UMKM Keripik Asahan

4. Jumlah tenaga kerja ( X2 ), merupakan jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam memproduksi produk tertentu pada UMKM Keripik Asahan 5. Lama Usaha ( Z1 ), merupakan variabel penjelas dalam penelitian ini yang menjelaskan nilai inefficiency pada produksi produk pada UMKM Keripik Asahan.

VII.7. Teknik Analisis

Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan model produksi Stochastic Frontier Analisis dengan menggunakan aplikasi Frontier version 4.1. Dalam fungsi produksi ini akan mengetahui variabel tenaga kerja dan modal sebagai variabel X, apakah berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi di UMKM Cap “Keripik Asahan.

VII.7.1. Fungsi Produksi Translog Stochastic Frontier

Menguji faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi olahan keripik, yang mana analisis yang digunakan berupa fungsi produksi translog stochastic frontier. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam analisis ini adalah modal dan tenaga kerja. Adapun fungsi produksi translog stochastic frontier secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3Z1 (vi – ui) Dimana :

Y = Jumlah Produksi

(31)

X1 = Modal (Rp.)

X2 = Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Z1 = Lama Usaha (Tahun)

β0 = Intercept ( vi – ui ) = Error usaha n

Untuk analisis mengenai tingkat efisiensi teknis penggunaan input produksi dalam UMKM Keripik Asahan akan terlihat secara otomatis dalam hasil output sofware Frontier version 4.1.

VII.7.1. Pengujian Hipotesis VII.7.1.1 Uji-T

Pada penelitian ini dirumuskan sebelas hipotesis sebagaimana tertera dalam sub bab Rumusan Masalah. Uji-t akan digunakan dalam penelitian ini sebagai alat untuk menguji hipotesis-hipotesis tersebut. Berdasarkan kepada rumusan masalah maka pengujian hipotesis tersebut yaitu Uji hipotesis β

H0i : βi = 0; i= 1,2 dimana βi adalah parameter-parameter dari input (total deposit, biaya pegawai, dan aset tetap) pada persamaan frontier untuk Produksi olahan keripik cap “Keripik Asahan”. βi = 0 memberi arti tidak terdapat pengaruh dari suatu variabel input tertentu terhadap output (prduksi).

a) Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak b) Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima

VII.7.1.2 Likelihood Ratio test

(32)

Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan statistik rasio likelihood (Likelihood Ratio test) yang digeneralisir untuk memutuskan menerima atau menolak hipotesis tersebut (Asmara, 2016). Adapun rumus LR test sebagai berikut:

LR = -2 [ln (Lr) – ln (Lu)]

Keterangan :

LR = Likelihood Ratio

Lr = nilai LR pada pendekatan OLS Lu = nilai LR pada pendekatan MLE

Kemudian nilai LR akan dibandingkan dengan nilai kritis χ2 (Kodde dan Palm, 1986).

LR galat satu sisi > χ2 (Tabel Kodde dan Palm) maka tolak H0 LR galat satu sisi > χ2 (Tabel Kodde dan Palm) maka terima H0

Menurut Asmara (2011), hipotesis nol menyatakan bahwa tidak ada efek inefisiensi terhadap ragam dari kesalahan pengganggu dan sebaliknya dengan hipotesis satu berarti terdapat efek inefisiensi terhadap ragam dari kesalahan pengganggu.

(33)

VIII. Daftar Pustaka

Cooper, W. W., Seiford, L. M., & Tone, K. (2006). Introduction to data envelopment analysis and its uses: with DEA-solver software and references. Springer Science & Business Media.

Departemen Pengembangan UMKM Bank Indosnesia (2016) Pemetaan-dan- Strategi-peningkatan-Daya-Saing-UMKM-Dalam-Menghadapi-

masyarakat-Ekonomi-ASEAN-(2015)-dan-Pasca-mea-2025 &nbsp; // , Pemetaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (2015) dan Pasca MEA 2025.

Diambil dari: https://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/Pages/Pemetaan- dan-Strategi-Peningkatan-Daya-Saing-UMKM-dalam-Menghadapi-

Masyarakat-Ekonomi-ASEAN-(2015)-dan-Pasca-MEA-

2025.aspx#:~:text=Secara%20spesifik%2C%20beberapa%20hal%20yang

%20perlu%20dibenahi%20untuk,5.%20Dukungan%20Infrastruktur.

%20...%206%206.%20Siklus%20Bisnis (Diakses pada: 19 May 2024).

Gasperzs, Vincent. 1998. “ Manajemen Produktivitas Total. Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global”. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Hirschey M, Pappas JL.1993. “ Managerial Economics 7thed”. New York.

Harcourt Brace and Company International Edition.

Idris, M. (2023) Pengertian UMKM, Kriteria, Ciri Dan Contohnya,

KOMPAS.com. Diambil dari :

https://money.kompas.com/read/2022/01/19/051518426/pengertian- umkm-kriteria-ciri-dan-contohnya (Diakses pada : 18 May 2024).

Jayani, D.H. (2021) 96,92% tenaga Kerja Berasal Dari UMKM: Databoks, Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Diambil dari:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/12/9692-tenaga-kerja- berasal-dari-umkm (Diakses pada: 19 May 2024).

J.Coelli, T. (2005) An introduction to efficiency and productivity analysis. 2nd edn. New York, USA: Springer.

KADIN (2024) UMKM Indonesia, KADIN Indonesia. Diambil dari:

https://kadin.id/data-dan-statistik/umkm-indonesia/#:~:text=Pada

%20tahun%202023%20pelaku%20usaha%20 UMKM%20mencapai

%20sekitar,pada%20dasarnya%20berdasarkan%20besarnya%20modal

%20usaha%20saat%20pendirian. (Diakses pada: 18 May 2024).

(34)

Limanseto, H. (2021) UMKM Menjadi Pilar Penting dalam Perekonomian Indonesia, UMKM Menjadi Pilar penting Dalam Perekonomian Indonesia - kementerian Koordinator Bidang perekonomian Republik Indonesia.

Diambil dari: https://ekon.go.id/publikasi/detail/2969/umkm-menjadi- pilar-penting-dalam-perekonomian-indonesia (Diakses pada: 18 May 2024).

Limanseto, H. (2022) Perkembangan UMKM sebagai Critical Engine Perekonomian Nasional Terus Mendapatkan Dukungan Pemerintah, Perkembangan UMKM sebagai critical engine perekonomian nasional terus Mendapatkan Dukungan pemerintah - kementerian Koordinator Bidang perekonomian Republik Indonesia. Diambil dari:

https://ekon.go.id/publikasi/detail/4593/perkembangan-umkm-sebagai- critical-engine-perekonomian-nasional-terus-mendapatkan-dukungan- pemerintah (Diakses pada: 18 May 2024).

NARJOKO, D. (2010) Firm characteristic determinants of SME participation in production ..., www.eria.org. Diambil dari: https://www.eria.org/ERIA- DP-2010-11.pdf (Diakses pada: 19 May 2024).

Nicolescu, O. (2009). Main features of SMEs organization system. Review of International Comparative Mana-gement, 10(3), 405-413. Diambil dari http://rmci.ase.ro/ro/no10vol3/ Vol10_No3_Article1.pdf

Permono , Iswardono S, 2000, Analisis Efisiensi Industri Perbankan di Indonesia (Studi Kasus Bank-bank Devisa di Indonesia tahun 1991-1996), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vo1.15, No.1, 1-3

Priharto, sugi (2022) Rumus Efisiensi Produksi: Pengertian Dan Cara

Menggunakannya, Aksaragama. Diambil dari:

https://aksaragama.com/rumus-efisiensi-produksi/ (Diakses pada: 18 May 2024).

Silkman Richard H. ed. (1986). Measuring Efficiency: An Assesment of Data Envelopment Analysis. Jossey-Bass Inc., Publishers.

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J.L., Hardaker, J.B. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta.

Sriwana, I.K. (2019) Analisa Pengukuran Produktivitas Cobb Douglass. Modul rekayasa Produktivitas. Universitas Esa Unggul. 2019

Tambunan, T. (2012) Usaha Mikro Kecil Dan Menengah di Indonesia: ISU- ISU Penting. Jakarta: LP3ES.

(35)

Teguh, Muhammad. (2010). Ekonomi Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wahyono, B. (2012) Produktivitas Usaha Kecil Dan Menengah (UKM), Produktivitas Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Available at:

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/produktivitas-usaha-kecil- mikro-ukm.html (Diakses pada: 18 May 2024).

Wisnubroto, K. (2022) Umkm Terbukti tangguh di Masa Pandemi, Indonesia.go.id. Diambil dari: https://indonesia.go.id/kategori/kabar- g20/5504/umkm-terbukti-tangguh-di-masa-pandemi?lang=1%3Flang (Diakses pada: 19 May 2024).

Gambar

Gambar 6.1. Kerangka Konseptual
Tabel 7.1. Ketersediaan Data Observasi

Referensi

Dokumen terkait