• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

TAHUN 2007-2013

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Trio Ardianto 125020100111001

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2016

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN KEBUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

2007-2013

Yang disusun oleh :

Nama : Trio Ardianto

NIM : 125020100111001

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 08 Agustus 2016

Malang, 08Agustus 2016 Dosen Pembimbing,

Dr.rer.pol. Wildan Syafitri, SE., ME.

NIP. 19691210 199703 1 003

(3)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013

Trio Ardianto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya trioardianto071@gmail.com

ABSTRAK

Kemiskinan adalah salah satu persoalan ekonomi makro yang dihadapi oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Provinsi Jawa Timur sebagai bagian dari Negara Indonesia, juga mengahadapi masalah yang sama. Tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dari tahun ketahun selalu mengalami penurunan. Dibandingkan dengan nasional, tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dari setiap tahun selalu berada diatas tingkat kemiskinan nasional. Keberhasilan pertumbuhan ekonomi selama ini belum mampu mengurangi secara signifikan jumlah penduduk miskin. Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang strategis dan komprehensif, guna mengatasi kemiskinan. Salah satu kebijakan pemerintah yang bisa dilakukan yaitu melalui kebijakan fiskal. Oleh karenanya studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan, dan anggaran belanja kesehatan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data panel, yakni data series tahun 2007-2013, serta data cross section sebanyak 38 kabupaten/kota dengan pendekatan Fix Effect Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan, dan anggaran belanja kesehatan berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Kata kunci: Tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan, anggaran belanja kesehatan.

A. PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan persoalan krusial bagi setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok selama ini tetap terjadi di negara berkembang (Todaro dan Smith, 2011: 250). Persoalan kemiskinan di negara berkembang menjadi salah satu persoalan utama yang harus ditangani oleh pemerintah. Tingginya jumlah penduduk miskin dinegara berkembang, memunculkan berbagai dampak yang ditimbulkan, baik dampak sosial maupun ekonomi. Tidak mudah untuk menanggulangi kemiskinan di negara berkembang, berbagai program- program penanggulangan kemiskinan harus selalu intensif dilakukan, guna menanganinya.

Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara, diperlukan langkah¬-langkah strategis dan komprehensif.

Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha (sektor swata) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan (TNP2K, 2015).

Sebagai pusat pemerintahan Indonesia, Pulau Jawa merupakan wilayah yang selama ini pembangunannya relatif lebih cepat dibandingkan dengan pulau yang lainnya. Dibalik pembangunan yang cepat tersebut, tingkat kemiskinan di Pulau Jawa juga lebih tinggi dibandingkan pulau lainnya.

Berdasarkan data BPS jumlah penduduk miskin di Pulau Jawa pada tahun 2014 sebesar 15.143.780 jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 27.727.780 jiwa, sehingga 54,61%

penduduk miskin berada di Pulau Jawa. Jumlah penduduk miskin tiap Provinsi di Pulau Jawa bisa dilihat dari tabel 1 berikut :

(4)

Tabel 1 :Jumlah Penduduk Miskin dan Prosentase Penduduk Miskin Provinsi di Pulau Jawa

Provinsi 2007 2014 Pengurangan

% Kemiskinan (000 orang) P0 (%) (000 orang) P0 (%)

DKI Jakarta 405.70 4.61 412.9 4.09 0.52

Jawa Barat 5457.90 13.55 4238.96 9.18 4.37

Jawa Tengah 6557.2 20.43 4561.83 13.58 6.85

DIY 633.50 18.99 532.59 14.55 4.44

Jawa Timur 7155.3 19.98 4748.42 12.28 7.70

Banten 886.20 9.07 649 5.51 3.56

Sumber : BPS 2009 dan 2014 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki penduduk miskin terbesar di tahun 2007 yakni sebanyak 7.155.300 jiwa dan ditahun 2014 sebanyak 4.748.420 orang, dengan persentase penduduk miskin (P0) yakni 19.98 persen di tahun 2007 dan 12,28 persen di tahun 2014, dan persentase ini masih diatas persentase penduduk miskin nasional yang berada pada 14,35 persen di tahun 2007 dan 10,96 persen di tahun 2014. Laju pengurangan persentase penduduk miskin dari tahun 2007 sampai dengan 2014, Provinsi Jawa Timur berada pada urutan pertama yaitu sebesar 7.70 persen.

Persoalan kemiskinan merupakan masalah pokok dari proses pembangunan di Negara Indonesia.

Pembangunan yang dilakukan oleh Indonesia selama ini memang menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, namun hasil dari pertumbuhan ekonomi ini kebanyakan dinikmati oleh sebagian masyarakat saja. Banyak masyarakat miskin yang berada di negara berkembang kurang menikmati manfaat dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Keadaan ini akan berdampak pada semakin sulitnya penduduk miskin untuk bisa keluar dari jerat kemiskinan itu sendiri.

Disisi lain kemiskinan sebagai persoalan yang bersifat multidimensial, tentunya juga diperlukan indikator-indikator tertentu untuk mengukurnya. Indikator kemiskinan penting selain pendapatan penduduk, yaitu tingkat kesehatan dan pendidikan penduduk. kesehatan dan pendidikan merupakan aspek penting dalam kemiskinan, kondisi kemiskinan secara tidak langsung akan berdampak pada sulitnya penduduk miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan dan pendidikan yang layak bagi dirinya.

Menurunkan tingkat kemiskinan yang terjadi dimasyarakat merupakan salah satu tujuan utama dari kebijakan publik yang dilakukan setiap daerah maupun nasional. Kebijakan publik pemerintah yang penting dalam mengatasi kemiskinan, yaitu kebijakan fiskal atau anggaran. Salah satu aspek kebijakan anggaran adalah aspek keberpihakan, yaitu berpihak pada setiap lapisan masyarakat, termasuk pada masyarakat miskin. Anggaran pemerintah yang pro-poor budget , merupakan instrumen penting bagi pengambil kebijakan untuk mengatasi masalah kemiskinan.(Maipita 2014:178)

Penelitian Zakaria (2014) tentang analisis spasial kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah menggunakan alat analisis spasial (gis dan autokorelasi spasial), tipologi wilayah dan regresi panel (fixed effect model dengan metode gls dan white period standard error and covariance). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah kabupaten yang memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi cenderung mengelompok di sebelah selatan jawa tengah bagian barat (Kabupaten Cilacap dan sekitarnya), sedangkan kabupaten demak merupakan spatial outlier. indikator kemiskinan moneter, kesehatan dan pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sehingga menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan di jawa tengah sudah pro poor growth dan pro poor budgeting.

Penelitian Putri (2013) tentang analisis faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Penelitian ini dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali, dengan menggunakan data sekunder, metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi non perilaku. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah minimum, tingkat pendidikan dan tingkat pengangguran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan tingkat pendidikan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan

(5)

tingkat pengangguran secara parsial berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan dan anggaran belanja kesehatan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur selama tujuh tahun terakhir dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007-2013. Berdasarkan uraian maka yang menjadi pokok permasalahan yaitu apakah pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan, dan anggaran belanja kesehatan berpengaru terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2007-2013 ?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahi pengaruh pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan, anggaran belanja kesehatan terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2007-2013.

B. KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori

Kemiskinan

Bank Dunia (dalam BPS:2015) mendefinisikan kemiskinan sebagai “Poverty is lack of shelter. Poverty is being sick and not being able to see doctor. Poverty is being able to go to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job, is fear of the future, living one day at a time.

Poverty is losing a child to illeness brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of representation and freedom”. Kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan tidak mampu untuk baca tulis. Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap masa depan, tidak memiliki akses akan sumber air bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, kekurangan representasi dan kebebasan.

Spicker (dalam Maipita 2014:60), berpendapat bahwa penyebab kemiskinan dapat dibagi dalam empat mazhab, yaitu :

1. Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderung diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud seperti malas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja.

2. Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan..

3. Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat istiadat, atau akibat karakteristik perilaku lingkungan.

4. Structural explnations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul akibat dari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat, kebijakan, dan aturan lain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan hak terbatas.

Pertumbuhan Ekonomi

Dalam proses pembangunan yang dilakukan oleh setiap negara baik negara berkembang maupun maju, tentunya diperlukan indikator kusus untuk mengatuhi kinerja dari pembangunan yang sedang dilakukan. Salah satu indikator yang sering digunakan oleh setiap negara untuk mengetahui kinerja perekonomiannya yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana pertumbuhan ekonomi bisa diartikan sebagai peningkatan pendapatan nasional rill yang ada disuatu negara.

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada Kuznets (dalam Todaro, 2011).

Indeks Pembangunan Manusia

Seiring perkembangan zaman, maka kebutuhan setiap orang akan meningkat, baik kebutuhan pokoknya maupun kebutuan yang bersifat sekunder. Pada saat ini kebutuhan pokok seseorang bukan saja berupa sandang, pangan, dan papan, numun pada saat ini tingkat pendidikan, kesehatan, dan keehidupan layak merupakan kebutuhan pokok setiap penduduk yang harus terpenuhi. Tidak setiap

(6)

penduduk bisa memenuhi kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, dan kehidupan yang layak, akibat dari keterbatasan yang dimiliki, yaitu pendapatan .Dibutuhkan peran pemerintah guna memenuhi perkembangan kebutuhan pokok masyarakat yang berupa pendidikan, kesehatan, dan kehidupan yang layak. Pemerintah melalui program-programnya dapat melakukan pembangunan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat yang dirasa sangat penting. Pemerintah saat ini juga telah menetapkan, bahwa pendidikan dan kesehatan merupakan aspek penting dalam agenda pembangunan.

Mengingat pentingnya pendidikan, kesehatan, dan kehidupan layak masyarakat dalam pembangunan, maka diperlukan ukuran kusus guna mengetahui tingkat perkembangan pembangunan di ketiga aspek kebutuhan masyarakt tersebut. Alat ukur yang selama ini digunakan yaitu Indek Pembangunan Manusia (IPM). Menurut BPS (2015) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak.

Pengeluaran Pemerintah

Dalam konteks negara, maka aspek keuangan akan sangat terkait dengan adanya anggaran (budget). Didalamnya mengandung implikasi akan adanya penerimaan dan pengeluaran yang terkait dengan aktivitas negara dalam rangka mencapai target dan sasaran pembangunannya. Dalam hal ini keuangan negara merupakan keseluruhan tatanan, perangkat, kelembagaan dan kebijaksanaan penganggaran negara yang meliputi pendapatan dan belanja negara. Sumber-sumber pendapatan negara dibedakan atas penerimaan dalam negeri dan penerimaan pembangunan yang merupakan pinjaman dan bantuan luar negeri.

Menurut Musgrave (dalam Simanjutak, 2012:194)) fungsi pemerintah ada tiga; yakni fungsi penyediaan barang publik, fungsi redistribusi pendapatan dan fungsi stabilisasi ekonomi. Fungsi pemerintah dalam menyediakan barang publik mendapat kritikan mengenai dalam hal efisiensi.

Sehingga menjadi perdebatan, apakah sistem sentralistik lebih baik, atau sistem desentralisasi lebih baik Pada desentralisasi, penyediaan barang publik oleh pemerintahan daerah awalnya dianggap sebagai jalan keluar terbaik dari permasalahan terkait penyediaan barang publik. Namun pada kenyataan di lapangan, pemerintahan daerah tidak semuanya mampu melaksanakan desentralisasi. Hal ini dikarenakan keterbatasan yang dimiliki pemerintah daerah atas beban tanggung jawab penyediaan barang publik.

Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Kemiskinan

Berdasarkan teori trickle down effect bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan menetes dari atas ke bawah, atau dalam arti tingkat kenaikan pendapatan rill akan mengalir dari kelompok golongan kaya ke kelompok golongan miskin. Pertumbuhan ekonomi akan lebih bermanfaat, apabila pertumbuhan itu bisa dinikmati oleh masing-masing kelompok masyarakat. Di negara maju tingkat pertumbuhan ekonomi lebih terdistribusi secara merata, sehingga tingkat kemiskinan lebih sedikit bila dibandingkan dengan negara berekembang.

Bagaimana pertumbuhan dapat mengurangi kemiskinan, secara sederhan dapat diperlihatkan pada Gambar 1 pertumbuhan ekonomi akan menaikkan permintaan terhadap output, menaikkan kapasitas produksi para pekerja dan membuka lapangan kerja baru. Semua akan bermuara pada peningkatan pendapatan para pekerja. Pendapatan yang meningkat akan berdampak pada peningkatan pengeluaran, seperti pengeluaran terhadap pendidikan, kesehatan, dan pengembangan keahlian (pengurangan kemiskinan). Kondisi ini menciptakan kemungkinan kenaikan lebih lanjut dalam produktivitas dan tingkat lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (Maipita 2014;64)

(7)

Gambar 1 :Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan

Sumber : Maipita 2014

Hubungan Indeks Pembangunan Manusia dengan Kemiskinan

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan penduduk mencerminkan bahwa penduduk tersebut telah mampu memenuhu kebutuhan hidupnya, sehingga dengan kesejahteraan yang tinggi maka penduduk tersebut termasuk kategori penduduk yang tidak miskin. Kesejahteraan penduduk bisa diukur oleh beberapa aspek, diantaranya yaitu aspek pendidikan, kesehatan, dan pendapatan dari masing-masing individu. Dimana masing-masing aspek ini telah termuat dalam angka indeks pembangunan manusia.

Menurut Mahmudi (dalam Widodo:2011), dalam suatu lingkaran setan kemiskinan terdapat tiga poros utama yang menyebabkan seseorang menjadi miskin yaitu 1) rendahnya tingkat kesehatan, 2) rendahnya pendapatan, dan 3) rendahnya tingkat pendidikan. Rendahnya tingkat kesehatan merupakan salah satu pemicu terjadinya kemiskinan karena tingkat kesehatan masyarakat yang rendah akan menyebabkan tingkat produktivitas menjadi rendah. Tingkat produktivitas yang rendah lebih lanjut menyebabkan pendapatan rendah, dan pendapatan yang rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan.

Kemiskinan itu selanjutnya menyebabkan seseorang tidak dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas serta membayar biaya pemeliharaan dan perawatan kesehatan.

Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Kemiskinan

Salah satu kebijakan yang terkait dengan distribusi pendapatan dan kemiskinan adalah kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran. Wujud dari kebijakan ini dapat dilihat dari perkembangan pendapatan dan belanja negara (APBN). Disamping itu, anggaran publik yang menegaskan prinsip pro-poor juga memiliki landasan konstitusional yang kuat. Landasan filosofi keuangan publik yang dianut oleh Republik Indonesia adalah kedaulatan rakyat dan bukan hanya perwujudan pengelolaan keuangan negara. Oleh karenanya pengalokasian anggaran harus didasarkan pada prinsip keberpihakan, yaitu keberpihakan pada masyarakat yang terpinggirkan secara social, ekonomi, politik, maupun budaya.

Jika proses penganggaran negara dan daerah bervisi pro-poor, maka angaran publik yang berpihak pada kaum miskin (pro-poor budget) menjadi instrumen politik terpenting dalam pengurangan kemiskinan. Disinilah politik anggaran menempati posisi penting dalam mensejahterakan rakyat.

Pertumbuhan ekonomi

kapasitas produktif

Peningkatan produktivitas tenaga kerja

peningkatan pendapatan orang miskin Peningkatan pengeluaran

pendidikan, kesehatan, dan pengembangan keahlian

peningkatan kapasitas produksi

Mengurangi Kemiskinan

(8)

Gambar 2 Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Kemiskinan

Sumber : Mipita, 2014

Gambar diatas bisa dijelaskan bahwa dari sisi penerimaan, anggaran pemerintah untuk pembiayaan publik dapat dihasilkan dari dua sumber yaitu, Domestik dan pinjaman luar negeri.

Penerimaan dalam negeri, dapat diperoleh dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan pajak produksi, sedangkan dari luar negeri, pinjaman dapat dari berbagai bentuk seperti pinjaman luar negeri untuk publik.

Dari sisi pengeluaran, penurunan kemiskinan dan redistibusi pendapatan diimplementasikan melalui tiga instrument alokasi anggaran pemerintah, yaitu (1) subsidi langsung atau subsidi individu yang ditargetkan pada rumah tangga berpendapatan rendah, (2) subsidi harga, subsidi yang dialokasikan untuk komoditi yang digunakan oleh rumah tangga menjadi lebih murah terutama untuk kebutuhan pokok , dan (3) pengeluaran langsung pemerintah terhadap pelayanan publik dan infrastruktur terutama dalam meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan, yang diutamakan bagi kelompok rumahtangga yang berpendapatan rendah.

Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya (Sugiyono, 2012). Berdasarkan latar belakang, landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya maka penulis menentukan hipotesis awal sebagai berikut :

1. Diduga variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur.

2. Diduga variabel Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur.

3. Diduga variabel anggaran belanja pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur

4. Diduga variabel anggaran belanja kesehatan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur

Government

Budget

Production Tax Income Tax

Work-Leisure Preference switch, my result in smaller tax revenue

Sales Tax

Slowler Growth : many result in the adjustment in the labour market

External

Pressure for inflation Transfer to

Household

Comodity Subsides Income Price Adjustment

Adjustment in HH Income and Axpenditure Development and infrastructure spending,

especially on walfare infrastructures -Poverty

- IncomeDistribution

(9)

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012).Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2013, sedangkan tempat penelitian adalah Provinsi Jawa Timur. Alasan peneliti mengambil Provinsi Jawa Timur sebagai objek penelitian, karena tingkat kemiskinan di Jawa Timur lebih tinggi bila diabandingkan provinsi lain di Indonesia.

Variabel dependen dalam penelitian ini tingkat kemiskinan kabupaten/koa di Provinsi Jawa Timur.

Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan, dan anggaran belanja kesehatan. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik analisis yaitu regresi data panel dengan pendekatan fixed effect yang menggunakan program EViews 7.0.

Penelitian ini bertujuan untuk mengistimasi pengaruh pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Anggaran Belanja Pendidikan, Anggaran Belanja Kesehatan, dan Anggaran Belanja Infrastrutur dasar terhadap tingkat kemiskinan tiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data time series selama periode tahun 2007 sampai 2013 dan data cross section sebanyak 35 kabupaten/kota di Jawa Timur. Hasil dari kombinasi data time series dan cross section menghasilkan 190 observasi. Fungsi persamaan model regresi data panel dapat ditulis sebagai berikut :

= +

+

+

+

+

…..1

KM = Tingkat kemiskinan tiap kabupaten/kota di Jawa Timur PE = Pertumbuhan ekonomi tiap kabupaten/kota di Jawa Timur IPM = Indeks pembangunan manusia kabupaten/kota di Jawa Timur ABP = Anggaran belanja pendidikan kabupaten/kota di Jawa Timur ABK = Anggaran belanja kesehatan kabupaten/kota di Jawa Timur β0 = intersept

β1- β5 = koefisien regresi variabel independen μit = Error Term (Standard Error)

i = cross-section t = time series

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis

Analisis data pada bagian ini ditujukan untuk menjawab permasalahan dan hipotesis penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, IPM, pengeluaran di bidang pendidikan dan kesehatan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur.

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan, dan anggaran belanja kesehatan terhadap tingkat kemiskinan kebupaten/kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007-2013, dengan menggunakan metode Fixed Effect Model (FEM) diperoleh nilai koefisien regresi untuk setiap variabel dalam penelitian ini seperti yang dituangkan pada tabel 2.

(10)

Tabel 2 Hasil Regresi

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 149.0315 4.922896 30.27314 0.0000

PE? 0.236983 0.096533 2.454939 0.0149

IPM? -1.655732 0.096122 -17.22532 0.0000

ABP? -0.820149 0.196638 -4.170861 0.0000

ABK? -0.667966 0.190881 -3.499374 0.0006

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.973953 Mean dependent var 19.81329

Adjusted R-squared 0.969186 S.D. dependent var 10.27259

S.E. of regression 1.382436 Sum squared resid 428.0927

F-statistic 204.2903 Durbin-Watson stat 1.052319

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.964695 Mean dependent var 15.40316

Sum squared resid 434.0966 Durbin-Watson stat 1.071171

Sumber : Eviews 7, data diolah

Hasil penelitian yang didapat dari persamaan regresi yang dapat menjelaskan bagaimana bentuk pengaruh dari masing-masing variabel bebas(independent variable) pada variabel terikat (dependent variable). Persamaan regresi yang diperoleh sebagai berikut :

Tingkat Kemiskinan = 149,0315(Cons) + 0,236983 (PE) – 1,655732 (IPM) – 0,820149 Log(ABP) – 0,667966 Log(ABK) + e

Variabel pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini memiliki koefisien positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut berarti apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka akan meningkatkan tingkat kemiskinan Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.236983%, ceteris paribus (dengan menganggap konstan variable diluar pertumbuhan ekonomi).

Variabel Indeks Pembangunan Manusia dalam penelitian ini memiliki koefisien negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut berarti apabila terjadi kenaikan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat kemiskinan Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,655732%, ceteris paribus (dengan menganggap konstan variable diluar Indeks Pembangunan Manusia).

Variabel Anggaran Belanja Pendidikan dalam penelitian ini memiliki koefisien negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut berarti apabila terjadi kenaikan Anggaran Belanja Pendidikan sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat kemiskinan Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.820149%, ceteris paribus (dengan menganggap konstan variable diluar Anggaran Belanja Pendidikan).

(11)

Variabel Anggaran Belanja Kesehatan dalam penelitian ini memiliki koefisien negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut berarti apabila terjadi kenaikan Anggaran Belanja Kesehatan sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat kemiskinan Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur sebesar 0.667966%, ceteris paribus (dengan menganggap konstan variable diluar Anggaran Belanja Kesehatan).

Pembahasan

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari pertumbuhan ekonomi bertanda positif dan signifikan secara statistik terhadap tingat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi, maka tingkat kemiskinan di Jawa Timur juga turut meningkat, begitu pula sebaliknya. Hasil ini tidak sesuai dengan teori trikle down yang berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi kemiskinan, dimana ada bagian dari pertumbuhan ekonomi yang menetes kebawah dari kelompok kaya ke kelompok miskin.

Berdasarkan teori trickle down effect Pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam suatu wilayah, akan menghasilkan dua kemungkinan. Yang pertama, ketika pertumbuhan ekonomi mempersempit perbedaan antara daerah kaya dengan daerah miskin, berarti terjadi efek tetes ke bawah (trickle down effects). Yang kedua, ketika pertumbuhan ekonomi semakin memperlebar perbedaan antara daerah kaya dengan daerah miskin berarti terjadi sebuah proses pengkutuban (polarization effects).

Proses pengkutuban akan terjadi ketika masing-masing sektor yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi tidak memiliki keterkaitan yang kuat. Sektor-sektor industri perkotaan mengalami kemajuan yang cukup pesat, dan berhasil menyumbang pertumbuhan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Sektor pertanian sebagai penunjang kehidupan masyarakat desa, mengalami pertumbuhan yang relatif lambat dibandingkan dengan sektor lainnya.

Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah hanya akan dinikmati oleh kelompok-kelompok masyarakat kaya perkotaan, yang perekonomiannya ditunjang leh sektor industri.

Masyarakat desa yang secara ekonomi ditunjang oleh sektor pertanian, masih banyak terdapat kantong- kantong kemiskinan, akibat kurang berkembangnya sektor pertanian tersebut.

Menurut teori kausasi kumulatif, pembangunan di daerah-daerah yang lebih maju akan menyebabkan keadaan yang dapat menimbulkan hambatan yang lebih besar bagi daerah-daerah yang terbelakang untuk dapat maju dan berkembang. Keadaan yang menghambat pembangunan ini disebut sebagai backwash effects. Menurut Myrdal, ada tiga faktor yang menyebabkan munculnya backwash effects, yaitu pola perpindahan penduduk (migrasi) dari negara miskin ke negara yang lebih maju, pola aliran modal yang terjadi, dan jaringan transportasi yang lebih baik di negara-negara yang lebih maju.

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari Indeks Pembangunan Manusia bertanda negatif dan signifikan secara statistik terhadap tingat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kenaikan Indeks Pembangunan Manusia, maka tingkat kemiskinan di Jawa Timur akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya.

Kemiskinan sebagai persoalan yang bersifat multidimensional, tentunya juga melihat aspek sosial yang terkait dengan masalah pendidikan dan kesehatan. Sehingga 2 aspek ini (pendidikan dan kesehatan) merupakan salah satu dari indikator kemiskinan. Semakin baiknya kualitas pendidikan dan kesehatan ini akan menunjukkan semakin rendahnya tingkat kemiskinan dalam suatu daerah. Salah satu alat ukur yang digunakanuntuk melihat kualitas pendidikan dan kesehatan yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelelektualitas dan standar hidup layak.

Indeks Pembangunan Manusia terdiri dari tiga penyusun yang pertama ialah Angka Harapan Hidup (AHH). AHH merupakan indikator yang menggambarkan tingkat kemajuan kesehatan suatu wilayah., yang kedua adalah Angka Melek Huruf (AMH), merupakan indikator pendidikan suatu daerah, yang ketiga adalah rata-rata lama sekolah penduduk yang juga mengukur kualitas pendidikan yang ada dalam suatu daerah, dan yang terkahir yaitu pengeluaran riil per kapita, merupakan indikator ekonomi yang digunakan untuk melakukan perbandingan harga-harga riil antar wilayah.

(12)

Menurut penelitian (Widodo;2011) Untuk mengatasi masalah kemiskinan, peranan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pembangunan manusia sangat besar diharapkan. Investasi pemerintah untuk pembangunan manusia, baik itu di bidang pendidikan dan kesehatan ataupun bidang lainnya yang berkaitan dengan pelayanan publik, merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Meningkatnya kesehatan dan pendidikan akan mendorong peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan anggota masyarakat. Dengan demikian, semakin besar investasi pembangunan manusia akan berdampak pada semakin tinggi produktivitas dan pendapatan individual, regional dan nasional serta merupakan aspek pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh Anggaran Belanja Pendidikan terhadap Kemiskinan

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari Anggaran Belanja Pendidikan bertanda negatif dan signifikan secara statistik terhadap tingat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kenaikan Anggaran Belanja Pendidikan, maka tingkat kemiskinan di Jawa Timur akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya.

Tujuan utama kebijakan publik yang dilakukan pemerintah salah satunya yaitu menurunkan tingkat kemiskinan. Menurut (Maipita;2014) suatu kebijakan yang sangat terkait dengan dengan distribusi pendapatan dan kemiskinan adalah kebijakan fiskal. Anggaran publik yang menegaskanprisnsip pro- poor juga memiliki landasan konstitusional yang kuat. Oleh karenanya, pengalokasian anggaran harus didasarkan pada aspek keberpihakan pada kelompok masyarakat miskin. Jika proses penganggaran negara dan daerah bervisi pro-poor, maka anggaran publik yang berpihak pada kaum miskin (pro-poor budget) menjadi instrument politik terpenting dalam pengurangan kemiskinan. Disinilah politik anggaran menempati posisi penting dalam mensejahterakan rakyat.

Besarnya usaha pemerintah dalam meningkatkan pembangunan manusia dapat dilihat dari proporsi pengeluaran pemerintah, dalam hal ini realisasi belanja daerah dalam bidang pendidikan. Anggaran Belanja Pemerintah bidang pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan yang ada dalam masyarakat. Mengingat pendidikan merupakan salah satu aspek untuk mengukur kualitas sumber daya manusia, maka semakin tinggi tingkat pendidikan membuat lebih cepatnya perkembangan pembangunan yang ada dalam suatu wilayah.

Perlu diketahui, selama ini penduduk miskin yang umumnya berpendidikan rendah harus bekerja apa saja untuk mempertahankan hidupnya. Kondisi tersebut menyebabkan lemahnya posisi tawar masyarakat miskin, dan tingginya kerentanan terhadap perlakuan yang merugikan. Sehingga dibutuhkan peran pemerintah, dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan, utamanya bagi masyarakat miskin.

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa dengan intrumen kebijakan fiskal bidang pendidikan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, telah mampu menurunkan angka tingkat kemiskinan yang ada dalam masyarakat. Kebijakan Anggaran Pendidikan tersebut tentunya tertuju pada kelompok masyarakat miskin atau berpendapatan rendah, diantaranya dengan memberikan pelayanan pendidikan gratis bagi masyarakat miskin dan beasiswa pendidikan, serta biaya pendidikan kepada anak-anak dari keluarga miskin yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Penyiapan alokasi dana pembiayaan pendidikan gratis bagi anak dari keluarga miskin yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Timur diantaranya dengan melalui sharing APBN, APBD Propinsi, dan APBD kabupaten/kota.

Pengaruh Anggaran Belanja Kesehatan terhadap Kemiskinan

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari Anggaran Belanja Kesehatan bertanda negatif dan signifikan secara statistik terhadap tingat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kenaikan Anggaran Belanja Kesehatan, maka tingkat kemiskinan di Jawa Timur akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya.

Salah satu standar hidup minimum yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat yaitu mengenai kesehatan. Menurut (Arsyad;2010) intervensi pemerintah dibidang kesehatan masyarakat juga merupakan salah satu alat kebijakan yang penting untuk mengurangi kemiskinan. Ada beberapa faktor yang mendasari kebijakan pemerintah dibidang kesehatan bagi masyarakat miskin, diantaranya yaitu:

Pertama, berkurangnya beban penderitaan secara langsung dapat memuaskan kebutuhan atas konsumsi

(13)

barang-barang pokok yang juga merupakan tujuan kebijakan sosial yang sangat penting. Kedua, perbaikan kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin, kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan meningkatkan output energi. Ketiga, penurunan tingkat kematian bayi dan anak-anak secara tidak langsung juga berperan dalam mengurangi kemiskinan yaitu menurunkan tingkat kesuburan, tingkat kematian yang semakin rendah tidak saja membantu para orang tua untuk mencapai jumlah keluarga yang mereka inginkan, namun juga membantu mereka menginginkan keluarga yang lebih kecil.

Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam pelayanan masyarakat, tentuya juga memiliki tanggungjawab dalam penyediaan pelayanan akses kesehatan bagi setiap masyarakatnya, terutama akses kesehatan bagi masyarakat miskin. Melalui kebijakan anggaran di bidang kesehatan yang pro- poor, pemerintah bisa meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarakat, utamanya untuk masyarakat miskin. Karena dengan Kesehatan masyarakat yang cenderung baik akan berdampak pada produktivitas dan etos kerja yang meningkat pula, alhasil pendapatan yang dihasilkan meningkat seiring dengan perbaikan kesehatan di masyarakat. Pendapatan baik secara individu maupun aggregat akan bertambah. Pendapatan yang meningkat akan mengangkat derajat seseorang untuk keluar dari kemiskinan.

E.KESIMPULANDANSARAN Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil analisis maka penelitian ini menyimpulkan bahwa dari variabel- variabel bebas yang digunakan, yaitu pertumbuhan eknomi, indeks pembangunan manusia, anggaran belanja pendidikan, dan anggaran belanja kesehatan, telah terbukti dapat mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan:

1. Tingkat pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini menjelaskan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur juga meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi selama periode penelitian tidak berperan terhadap penurunan kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

2. Tingkat Indeks pembangunan manusia (IPM) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini menjelaskan bahwa apabila tingkat indeks pembangunan manusia (IPM) meningkat maka akan menurunkan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

3. Alokasi anggaran untuk bidang pendidikan memiliki pengaruh yang baik terhadap masyarakat miskin, yaitu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini membuktikan bahwa subsidi bidang pendidikan dapat menurunkan tingkat kemiskinan karena memiliki dampak yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

4. Alokasi anggaran untuk bidang kesehatan memiliki pengaruh yang baik terhadap masyarakat miskin, yaitu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini membuktikan bahwa subsidi bidang kesehatan dapat menurunkan tingkat kemiskinan karena memiliki dampak yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat miskin di Provinsi Jawa Timur.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dapat disampaikan untuk mengurangi kemiskinan kebijakan yang dapat Pemerintah lakukan adalah sebagai berikut :

1. Perlu upaya kusus dari pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada pemerataan pendapatan dan pemerataan hasil-hasil dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat terutama masyarakat miskin dengan melibatkan masyarakat miskin dalam kegiatan ekonomi sehingga kesejahteraannya semakin membaik, keterlibatan masyarakat bisa sebagai tenaga kerja atau pelaku ekonomi dari kegiatan penunjangnya sehingga akan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.

(14)

2. Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa indeks pembangunan manusia mempunyai pengaruh negatif dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hasil ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia merupakan aspek penting dalam pengentasan kemiskinan, sehingga pemerintah harus memperhatikan pengeluarannya pada bidang-bidang yang memberikan pengaruh terhadap pembangunan manusia bagi masyarakat, dalam hal ini terutama pada bidang pendidikan dan kesehatan. Dalam upaya peningkatan pembangunan manusia, alokasi pengeluaran pemerintah harus responsif terhadap upaya pembangunan manusia.

3. Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa anggaran belanja pendidikan mempunyai pengaruh negatif terhadapi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah yaitu dengan mengoptimalkan alokasi APBD bidang Pendidikan dan mengevaluasi kembali realisasi belanja bidang pendidikan agar lebih tepat sasaran dan mampu mengurangi kemiskinan. Program-program pendidikan untuk masyarakat miskin yang tepat, dapat membantu meningkatkan potensi bagi masyarakat miskin guna meningkatkan daya tawar masyarakat miskin untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga pada akhirnya pendapatan masyarakat miskin juga meningkat dan rantai kemiskinan bisa diatasi.

4. Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa anggaran belanja kesehatan mempunyai pengaruh negatif terhadapi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Alokasi anggaran bidang kesehatan perlu ditingkatkan khususnya untuk peningkatan kualitas layanan kesehatan, kususnya untuk masyarakat miskin. Peningkatan kualitas layanan kesehatan antara lain subsidi kesehatan untuk penyakit berat, penyakit yang membutuhkan tindakan operasi, persalinan baik normal maupun yang memerlukan tindakan lain, serta pengoptimalan waktu layanan di puskesmas sampai dengan sore atau malam hari. Serta diperlukan peningkatan kegiatan terkait penambahan wawasan kesehatan bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat menjaga kesehatan secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik. 2015. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2015. BPS. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2015. Tingkat kemiskinan dan Prosentase penduduk Miskin. BPS.

Jawa Timur.

Maipita, Indra. 2014.Mengukur Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan, Yogyakarta. UPP STIM YKPN.

Putri, I.A Septyana Mega ∗Ni Nyoman Yuliarm.2013. Beberapa Faktor Yang Memengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud, 2 [10] : 441-448. ISSN: 2303-0178

Simanjutak, Timbul Hamonang dan Imam Muklis. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta. Rais Aksa Sukses

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2011. Pembangunan Ekonomi Jilid 1 Edisi 11. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Widodo, Adi dan Waridin dan Johanna Maria K. 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, Juli 2011, Volume 1, Nomor 1

Zakaria, Kholid. 2014. Analisis Spasial Kemiskinan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2012. Yogyakarta. ETD UGM

Referensi

Dokumen terkait