2869 ANALISIS FAKTOR UNTUK MENGETAHUI PENGARUH DISPOSISI MATEMATIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP
Mila Lestari1, Ihsanudin, M.Si.2
1,2Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa [email protected], 2[email protected],
ABSTRACT
The low mathematics learning outcomes of class IX students are because students consider mathematics to be a difficult subject. Lack of sense of responsibility, self-confidence and enthusiasm in carrying out assignments, this relates to students' mathematical disposition. This research aims to determine the mathematical disposition indicators that most influence the learning outcomes of SMP 1 Saketi students. This research uses quantitative methods. The instruments used in this research were questionnaires and interviews. The questionnaire was distributed to 59 students in class IX B and IX F. The data analysis used is descriptive analysis and factor analysis. The results of the descriptive analysis show that the percentage results for each indicator fall within the criteria of 25% <
P < 50%, which means that almost all students have mathematical disposition indicators. Meanwhile, the flexibility indicator is only 24%, including the criteria 0%
< P < 25%, which means that a small percentage of students have the flexibility indicator. The results of factor analysis obtained 7 factors which are indicators of mathematical disposition, namely 1) persistence, 2) flexibility, 3) self-confidence 4) interest and curiosity, 5) appreciation of the role of mathematics, 6) reflective, and 7) assessing the role mathematics. Of the seven indicators formed, the persistence indicator is the indicator that has the most influence on student learning outcomes at SMP Negeri 1 Saketi with a percentage of variance of 25.799%
Keywords: Mathematical Disposition, Learning Outcomes, Mathematics
ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IX, karena siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Kurangnya rasa tanggung jawab, percaya diri, dan antusias dalam mengerjakan tugas, hal ini berkenaan dengan disposisi matematis yang dimiliki siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indikator disposisi matematis yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa smpn 1 saketi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yakni angket dan wawancara, angket disebarkan kepada siswa kelas IX B dan IX F sejumlah 59 siswa. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis faktor. Hasil dari analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil persentase tiap indikator termasuk dalam kriteria 25% < P < 50% yang artinya hampir sebagian siswa memiliki indikator disposisi matematis. Sedangkan pada indikator fleksibilitas hanya 24%, termasuk kriteria 0% < P < 25% yang artinya sebagian kecil siswa memiliki indikator fleksibilitas. Hasil dari analisis faktor diperoleh 7 faktor yang merupakan indikator dari disposisi matematis, yaitu 1) ketekunan, 2) fleksibilitas, 3) kepercayaan diri 4) ketertarikan dan rasa ingin tahu, 5) apresiasi peran matematika, 6) reflektif, dan 7)
2870 menilai peran matematika. Dari tujuh indikator yang terbentuk, indikator ketekunan merupakan indikator yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Saketi dengan percentage of variance sebesar 25,799%.
Kata Kunci: Disposisi Matematis, Hasil Belajar, Matematika
A. Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari di semua jenjang pendidikan.
Matematika merupakan ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai
kemampuan yang dapat
mengabstraksikan masalah-masalah dalam matematika itu sendiri maupun dalam kehidupan sehari-hari sehingga masalah dapat diselesaikan secara tepat dan cepat (Widyawati, 2016). Matematika merupakan ilmu yang sama pentingnya yang harus dipelajari oleh setiap individu.
Sebagian siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit karena matematika selalu tentang angka, rumus dan perhitungan. Berdasarkan survei terdapat sebanyak 45% dari siswa menganggap mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang cukup sulit (Siregar, 2017).
Anggapan ini berasal dari ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika, kurangnya rasa ingin tahu siswa, dan
kurangnya rasa percaya diri saat belajar matematika. Ketika siswa menganggap matematika sulit, itu berarti menunjukkan mereka memiliki disposisi matematis yang rendah (Wanabuliandari, 2016).
Disposisi matematis merupakan cara padang siswa ketika memandang matematika dan memecahkan masalah, akankah mereka percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir kritis untuk mencari alternatif pemecahan masalah (Trisnowali, 2015). National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa disposisi matematika berhubungan dengan penilaian matematika, yaitu cenderung berpikir dan bertindak positif (Izzati, 2017). Disposisi Matematis menurut Wardani dalam, adalah minat dan apresiasi terhadap matematika. Ini cenderung ke arah perilaku positif seperti kepercayaan diri, rasa ingin tahu, ketekunan, keinginan untuk belajar, keuletan dalam menghadapi masalah, fleksibilitas, berbagi dengan orang lain, dan kegiatan reflektif dalam
2871 matematika (Izzati, 2017). Siswa
memiliki disposisi matematis yang tinggi mempunyai sikap yang baik terhadap pembelajaran matematika, memiliki rasa ingin tahu, mempunyai kemampuan memecahkan masalah yang menantang dan berpartisipasi langsung dalam mencari dan menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa dapat memperoleh kemampuan matematis yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarmo yang menyatakan bahwa siswa perlu memiliki disposisi matematis yang tinggi agar dapat mencapai kemampuan matematis yang diharapkan (Izzah et al., 2022).
Ada beberapa indikator disposisi matematis yang dapat mengukur apakah seorang siswa memiliki disposisi matematis rendah atau tinggi, antara lain: rasa percaya diri, fleksibilitas, tekun, minat, refleksi, nilai aplikasi matematika, dan apresiasi peran matematika.
Kemampuan disposisi matematis juga penting bagi siswa untuk memecahkan masalah, memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar, dan mengembangkan kebiasaan belajar matematika dengan baik. Menurut Rafianti, menjelaskan pentingnya
mengembangkan disposisi matematis karena dapat membantu siswa dalam keberhasilan belajar matematika (Sari
& Sutirna, 2021).
Keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki dan dicapai siswa setelah proses pembelajaran Sudjana (2014).
Sedangkan Suharso & Sarbini berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal (Dewi et al., 2020). Faktor internal tersebut antara lain kecerdasan, minat, motivasi belajar, sikap, bakat, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari beberapa faktor internal, indikator disposisi matematis termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Ayu Lestari, et al (2016), bahwa disposisi matematis berpengaruh positif terhadap hasil belajar integral tak tentu siswa. Dan menurut Izzati (2017), terdapat pengaruh yang signifikan antara disposisi matematis
2872 dengan hasil belajar geometri bidang
datar.
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas IX SMP Negeri 1 Saketi pada tanggal 3 Januari 2023, hasil belajar siswa kelas IX masih rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Kesulitan muncul karena matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit karena ilmu yang dipelajari bersifat abstrak dan sulit dipahami. Rasa tanggung jawab siswa terhadap tugasnya pun masih kurang. Pada saat kerja kelompok, beberapa siswa tidak berpartisipasi dalam mengerjakan tetapi hanya mengandalkan anggota kelompoknya yang lebih pintar atau lebih cepat memahami pelajaran. Beberapa siswa masih melihat tugas temannya saat mengerjakan pekerjaan rumah dan kurang percaya diri untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Selain itu, hanya sedikit siswa yang percaya diri, tekun, dan antusias dalam belajar sehingga diduga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan dengan hal di atas, pentingnya disposisi matematis siswa terhadap belajar matematika
mempengaruhi hasil belajar matematikanya. Hal itu karena disposisi matematis adalah sikap atau persepsi siswa ketika mempelajari matematika. Oleh karena itu, jika siswa memiliki disposisi matematis yang tinggi maka hasil belajarnya akan meningkat.
Dengan demikian, disposisi matematis akan memberikan dampak pada hasil belajar matematika. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indikator disposisi matematis yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Saketi.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan pada penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui indikator disposisi matematis apa yang paling mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IX SMP Negeri 1 Saketi yang berjumlah 199 siswa. Karena jumlah populasi lebih dari 100 maka sampel dapat diambil 10%-15% atau 20%-25%
atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti dan besarnya
2873 resiko yang diambil peneliti (Arikunto,
2011). Pengambilan sampel dalam penelitian ini sebanyak 30% dari jumlah populai sehingga sampel untuk penelitian ini yaitu 30% x 199 = 59 responden. Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel adalah random sampling.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angket dan wawancara. Variabel yang digunakan untuk mengetahui indikator disposisi matematis yang paling memepengaruhi hasil belajar matematika siswa, peneliti menggunakan variabel dari indikator- indikator dipsoisis matematis yang meliput: kepercayaan diri, ketertarikan dan keingintahuan yang tinggi, fleksibilitas, ketekunan, reflektif, menilai aplikasi matematika, dan apresiasi peran matematika.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif untuk memperoleh persentase pada setiap pernyataan dan analisis faktor digunakan untuk memperoleh indikator disposisi matematis yang paling mempengaruhi hasil belajar matematika. Berikut rumus untuk memperoleh persentase pada setiap indaktor:
𝑃𝑇 =∑ 𝑃𝑖
𝐾 × 100%
Keterangan:
𝑃𝑇 = persentase rata-rata jawaban siswa setiap indikator
𝑃𝑖 = persentase rata-rata jawaban siswa pada item pernyataan ke-i 𝐾 = banyaknya item pernyataan Persentase yang telah diperoleh pada setiap indikator akan dikategorikan menggunakan tingkat kriteria presentase (Sari & Sutirna, 2021).
Tabel 1 Kriteria Hasil Jawaban Kriteria Penafsiran
0% Tidak seorang pun
0% < P < 25% Sebagian kecil 25% < P < 50% Hampir sebagian
P = 50% Sebagian
50% < P < 75% Sebagian besar 75% < P < 100% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
C.Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh hasil dari persentase tiap indikator sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Persentase Tiap Indikator
No Indikator Persentase 1. Kepercayaan diri 29%
2.
Ketertarikan dan keingintahuan yang tinggi
26%
3. Fleksibilitas 24%
4. Ketekunan 32%
5. Reflektif 28%
2874
6. Menilai aplikasi
matematika 26%
7. Apresiasi 26%
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil dari tiap indikator tersebut termasuk dalam kriteria 25% < P < 50% yang artinya hampir sebagian siswa memiliki indikator disposisi matematis tersebut. Sedangkan pada indikator fleksibilitas hanya 24%, termasuk kriteria 0% < P < 25% yang artinya sebagian kecil siswa memiliki indikator fleksibilitas.
Hasil dari 28 item pernyataan angket yang telah valid dan reliabel, perhitungan analisisi faktor dengan SPSS dilakukan 2 tahap perhitungan, hingga tidak ada lagi item pernyataan yang harus dikeluarkan. Setelah semua memenuhi syarat dan dianalisis dengan analisis faktor ditemukan 22 item pernyataan dengan nilai Kaiser Meyer Olkin (KMO) sebesar 702,6, nilai Bartlett's Test dengan melihat nilai signifikan 0,000 < 0,5 dan nilai Measure Of Sampling Adequacy (MSA) tiap item pernyataan di atas 0,5 sehingga memenuhi syarat untuk diekstrak dan dirotasi dengan analisis faktor. Hasil ektraksi dan rotasi faktor diperoleh 7 faktor (indikator) disposisi matematis yang mempengaruhi hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Saketi. Ketujuh
faktor (indikator) tersebut sebagai berikut:
1. Indikator ketekunan
Hasil ekstraksi dan rotasi faktor dengan analisis faktor, menunjukkan bahwa indikator ketekunan memiliki nilai eigenvalue sebesar 5,715 dengan precentage of variance sebesar 25,799%. Indikator ketekunan merupakan indikator disposisi pertama yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Indikator ketekunan tersebut antara lain adalah bersungguh-sungguh dalam belajar dan mampu menyelesaikan atau memecahkan permasalahan dengan menggunakan berbagai alternatif dalam matematika.
Berdasarkan kriteria persentase indikator ketekunan tersebut diperoleh sebesar 32%, yang artinya berdasarkan kriteria hasil jawaban angket bahwa hampir sebagian siswa tekun dalam belajar matematika. Pada saat pembelajaran matematika, siswa memperhatikan guru yang menjelaskan materi sehingga siswa memahami materi yang dipelajari. Dan siswa tetap berusaha mengerjakan tugas meskipun menemui kesulitan dan dapat menggunakan cara atau rumus
2875 lain ketika tidak menemukan
jawabamnya serta optimis dalam menyelesaikan masalah matematika.
Hal ini sesuai dengan teori Polya yaitu teori belajar pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah, siswa harus berusaha mencari jalan keluar dari kesulitan atau harus menyelesaikan masalah yang ada untuk mencapai tujuannya (Purba et al., 2021).
Namun, ada pula siswa yang mudah menyerah ketika mengerjakan soal matematika yang dirasa sulit dan tidak bisa bertahan ketika tidak menemukan solusi untuk menyelesaikan soal matematika. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Yulianti et al., 2013) ketika siswa memecahkan matematika yang rumit, siswa cenderung pesimis dan menyerah dalam mencoba menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh guru. Beberapa siswa juga sering mengantuk ketika berlangsungnya pembelajaran matematika, karena waktu berlangsungnya pembelajaran matematika pada siang hari. Ini sesuai dengan pandangan (Itsar et al., 2023) bahwa kemampuan konsentrasi siswa dalam belajar cenderung menurun ketika kelas
panas, menyebabkan siswa merasa pengap dan kegerahan dan siswa sering kali tidak memperhatikan materi ajar yang diberikan guru, sehingga dapat menurunkan pemahaman siswa terhadap apa yang dipelajari dan dapat menghambat keberhasilan proses pembelajaran.
2. Indikator fleksibilitas
Hasil ekstraksi dan rotasi faktor dengan analisis faktor menunjukkan bahwa indikator fleksibilitas mempunyai nilai eigenvalue sebesar 2,944 dan percentage of variance sebesar 13,381%. Indikator fleksibilitas merupakan indikator disposisi
matematis kedua yang
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Indikator fleksibilitas dalam disposisi matematis untuk mencoba berbagai metode/cara alternatif dalam pemecahan masalah yang berbeda.
Berdasarkan persentase kriteria indikator fleksibilitas tersebut diperoleh sebesar 24%, yang artinya berdasarkan kriteria hasil jawaban angket bahwa sebagian kecil siswa mempunyai fleksibilitas dalam belajar matematika. Beberapa siswa merasa senang dan terus berusaha
2876 menyelesaikan soal matematika
ketika tidak dapat menemukan jawabannya dan mencari dari berbagai sumber belajar lain untuk menyelesaikan soal matematika, mulai dari buku pelajaran, internet, dan aplikasi youtube. Kemudian, beberapa siswa lainnya mudah menyerah ketika tidak dapat menemukan jawaban dari soal yang dikerjakannya dan masih terpaku pada sumber belajar yang hanya mengandalkan informasi yang diberikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan (Suraji et al., 2018) yang menjelaskan bahwa siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal yang berbeda dengan contoh soal yang diberikan guru, kebanyakan siswa hanya menghafalkan rumus tanpa memahami proses mendapatkan rumusnya, dan hanya memngunakan informasi yang diberikan guru sehingga siswa kurang memahami permasalahan yang baru.
3. Indikator kepercayaan diri
Hasil ekstraksi dan rotasi faktor dengan analisis faktor menunjukkan bahwa indikator kepercayaan diri mempunyai nilai eigenvalue sebesar 1,931 dan percentage of variance sebesar 8,777%. Indikator kepercayaan diri
merupakan indikator disposisi
matematis ketiga yang
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Percaya diri saat mengerjakan matematika matematika dan mampu memberikan alasan yang logis untuk mengkomunikasikan ide berarti siswa memiliki rasa percaya diri. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berani mengemukakan gagasannya dan bertanya, siswa dapat mengembangkan rasa percaya diri.
Berdasarkan persentase kriteria indikator kepercayaan diri tersebut diperoleh sebesar 29%, artinya berdasarkan kriteria hasil jawaban angket bahwa hampir sebagian siswa percaya diri dengan kemampuannya dalam memecahkan dan berpikir sendiri ketika mengerjakan soal matematika serta percaya diri mengungkapkan pendapat saat diskusi. Kemudian, siswa lain yang lain merasa takut ketika gurunya meminta siswa untuk bertanya dan menyelesaikan apa yang telah dipelajarinya, serta tidak yakin apakah siswa akan mendapat nilai tinggi dalam ulangan matematika atau tidak, karena siswa selalu menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Hal ini
2877 sesuai dengan hasil penelitian
(Agustyaningrum & Suryantini, 2017) yang mengatakan bahwa kebiasaan belajar siswa masih kurang baik dan kurang percaya diri terhadap
kemampuannya sehingga
mempengaruhi hasil belajarnya.
4. Indikator keterkaitan dan keingintahuan yang tinggi
Hasil ekstraksi dan rotasi faktor menggunakan analisis faktor menunjukkan bahwa indikator ketertarikan dan rasa ingin tahu memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,589 dan percentage of variance sebesar 7,225%. Indikator ketertarikan dan rasa ingin tahu merupakan indikator disposisi matematis keempat yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Seseorang akan termotivasi untuk belajar karena adanya rasa ingin tahu yang timbul dari perasaan penasaran. Oleh karena itu, siswa akan sering bertanya ketika belajar matematika, antusias dalam menemukan jawaban permasalahan matematika, dan semangat dalam mengeksplorasi ide- ide matematika.
Berdasarkan persentase kriteria indikator keterkaitan dan rasa ingin tahu diperoleh sebesar 26%,
yang artinya berdasarkan kriteria hasil jawaban angket bahwa hampir sebagian siswa memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap pembelajaran matematika. Siswa yang tertarik dan ingin tahu selalu bertanya ketika ada materi yang belum dipahami, aktif saat pembelajaran, dan senang saat pelajaran matematika. Sementara itu, sebagian siswa masih belum memiliki rasa ingin tahu untuk mempelajari matematika. Siswa menganggap matematika itu sulit sehingga siswa hanya menunggu jawaban dari teman yang mereka anggap pintar. Oleh karena itu, siswa tersebut merasa tidak senang dalam pembelajaran matematika dan merasa malu untuk bertanya padahal belum memahami materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Nasution, 2018) menunjukkan bahwa siswa kurang percaya diri atau takut mengemukakan pendapat di kelas, siswa kurang konsentrasi dan kurang bekerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok.
5. Indikator apresiasi
Hasil ekstraksi dan rotasi faktor dengan analisis faktor menunjukkan bahwa indikator apresiasi memiliki nilai eigenvalue
2878 sebesar 1,447 dan percentage of
variance sebesar 6,578%. Indikator apresiasi merupakan indikator disposisi matematis kelima yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Indikator apresiasi dalam disposisi matematis untuk mengapresiasi peran matematika dalam kehidupan.
Berdasarkan persentase kriteria indikator apresiasi diperoleh sebesar 26%, yang artinya berdasarkan kriteria hasil jawaban angket bahwa hampir sebagian siswa mengetahui manfaat dan pentingnya pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa siswa juga rutin berlatih memecahkan masalah matematika karena siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam kegiatan lain. Namun, sebagian siswa belum menyadari manfaat dan pentingnya belajar matematika dan menganggap bahwa berlatih memecahkan masalah matematika tidak berguna dalam kegiatan lain. Hal ini sejalan dengan (Sari & Sutirna, 2021) dimana sebagian siswa lainnya masih berganggapan bahwa matematika tidak menjamin kesuksesan di masa depan.
6. Indikator reflektif
Hasil ekstraksi dan rotasi faktor dengan analisis faktor menunjukkan bahwa indikator reflektif memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,140 dan percentage of variance sebesar 5,182%. Indikator reflektif merupakan indikator disposisi
matematis keenam yang
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Indikator reflektif dalam disposisi matematis untuk merefleksikan hasil belajarnya.
Berdasarkan persentase kriteria indikator keterkaitan dan rasa ingin tahu diperoleh sebesar 28%, yang artinya berdasarkan kriteria hasil jawaban angket bahwa hampir sebagian siswa belajar matematika ketika tidak hanya saat ulangan saja dan senang ketika mengerjakan soal matematika sesuai nomor urut.
Sebagian siswa juga merasa puas ketika mampu menjawab soal matematika dengan benar dan mereka juga memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Namun, ada pula siswa yang hanya belajar matematika ketika saat ulangan saja dan kurang senang mengerjakan soal sesuai nomor urut. Sebagian siswa juga merasa tidak puas ketika mampu menjawab soal matematika dengan benar dan mereka malas untuk
2879 memeriksa kembali hasil
pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Oktavianti &
Munandar, 2023) bahwa siswa tidak memeriksa kembali hasil pekerjaannya dan kurangnya rasa memotivasi diri ketika temannya mendapat nilai yang lebih tinggi darinya.
7. Indikator menilai aplikasi matematika
Hasil ekstraksi dan rotasi faktor menggunakan analisis faktor menunjukkan bahwa indikator menilai aplikasi matematika memiliki nilai eigenvalue sebesar 1,095 dan percentage of variance sebesar 4,978%. Indikator menilai aplikasi matematika merupakan indikator disposisi matematis ketujuh atau yang terakhir yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
Indikator menilai aplikasi matematika dalam disposisi matematis untuk menilai aplikasi matematika dalam bidang lain dalam kehidupan sehari- hari.
Berdasarkan persentase kriteria indikator menilai aplikasi matematika diperoleh sebesar 26%, yang artinya berdasarkan kriteria hasil jawaban angket bahwa hampir sebagian siswa mengaplikasikan dan
menghubungkan matematika pada kehidupan sehari-hari dan materi yang berhubungan dengan matematika. Sedangkan, sebagian siswa belum bisa mengaplikasikan dan menghubungkan matematika pada kehidupan sehari-hari dan mengabaikan hubungan materi matematika dengan materi yang lain.
Hal ini sejalan dengan (Nurul et al., 2019) kesulitan yang dihadapi siswa yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dari ketujuh indikator disposisi matematis yang mempengaruhi hasil belajar matematika, indikator ketekunan merupakan indikator yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa, dengan percentage of variance sebesar 25,799% dengan variabel indikator yaitu bersungguh-sungguh dalam belajar dan mampu menyelesaikan masalah atau memecahkan permasalahan dengan berbagai alternatif dalam matematika.
DAFTAR PUSTAKA
2880 Agustyaningrum, N., & Suryantini, S.
(2017). HUBUNGAN
KEBIASAAN BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 27 BATAM. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 1(2), 158–164.
Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Ayu Lestari, L., Suharto, S., &
Fatahillah, A. (2016). Analisis Pengaruh Disposisi Matematis terhadap Hasil Belajar Materi Integral Tak Tentu Siswa Kelas XII IPA 2 SMAN 4 Jember.
Jurnal Edukasi, 3(1), 40–43.
Dewi, N., Asifa, S. N., & Zanthy, L. S.
(2020). Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Pythagoras, 9(1), 48–54.
Itsar, P. A., Afifah, N. R., & Purrani, M. R. (2023). Analisis Konsentrasi Belajar Siswa dalam
Proses Pembelajaran
Matematika. 58, 261–266.
Izzah, A., Maghfiroh Az Zahra, S., &
Ibrahim, I. (2022). Hubungan Antara Kemandirian Belajar dengan Disposisi Matematis Peserta Didik Kelas X Sekolah Menengah Atas ( SMA ).
Polynom: Journal in Mathematics Education, 2(1), 1–7.
Izzati, N. (2017). Pengaruh Kemampuan Koneksi Dan Disposisi Matematis Terhadap Hasil Belajar Geometri Bidang Datar Mahasiswa Iain Syekh Nurjati Cirebon. Eduma : Mathematics Education Learning and Teaching, 6(2), 33–40.
Nasution, E. Y. P. (2018). Analisis Terhadap Disposisi Berpikir
Kreatif Siswa Pada
Pembelajaran Matematika.
Edumatika : Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(1), 44–55.
Nurul, N., Octaviani, A., & Zanthy, L.
S. (2019). Analisis kemampuan koneksi matematis dan komunikasi matematis ditinjau dari kepercayaan diri siswa SMP.
JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 2(2), 57–
64.
Oktavianti, M., & Munandar, D. R.
(2023). Analisis Disposisi Matematis Siswa Kelas IX SMP Islam Al - Falah Bantargebang Kota Bekasi. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika (Sesiomadika) 2022, 180–190.
Purba, D., Zulfadli, & Lubis, R.
(2021). Pemikiran George Polya Tentang Pemecahan Masalah.
Jurnal MathEdu (Mathematic Education Journal), 4(1), 25–31.
Sari, J., & Sutirna, S. (2021). Analisis disposisi matematis siswa kelas VIII SMP negeri 3 karawang barat. MAJU: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 8(1), 266–272.
Siregar, N. R. (2017). Persepsi Siswa Pada Pelajaran Matematika:
Studi Pendahuluan Pada Siswa yang Menyenangi Game.
Prosiding Temu Ilmiah X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia, 224–232.
Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT.
Remaja Rosdakarya.
Suraji, Maimunah, & Saragih, S.
2881 (2018). Analisis Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
Suska Journal of Mathematics Education, 4(1), 9–16.
Trisnowali, A. (2015). Profil Disposisi Matematis Siswa Pemenang Olimpiade Pada Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of Educational Science and Technology (EST), 1(3), 47–57.
Wanabuliandari, S. (2016).
Peningkatan Disposisi Matematis
Dengan Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Model Thinking Aloud Pairs Problem Solving (Tapps) Berbasis Multimedia. Refleksi Edukatika, 6(2), 138–144.
Widyawati, S. (2016). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika (IAIM NU) Metro. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 107–114.
Yulianti, D. E., Wuryanto, & Darmo.
(2013). Keefektifan Model- Eliciting Activities Pada Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa. In Unnes Journal of Mathematics Education. (Vol. 1, Issue 1, pp.
17–23).