Kata Kunci: Fraud Hexagon, Tekanan Eksternal, Pergantian Auditor, Kolusi, Koneksi Politik, Stabilitas Keuangan, Pengawasan Tidak Efektif, Pergantian Direktur, Seringnya Foto CEO, Kecurangan Laporan Keuangan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan peneliti karena banyaknya kasus kecurangan laporan keuangan di Indonesia, khususnya pada perusahaan pertambangan.
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menggunakan teori Fraud Hexagon, peneliti menggunakan teori ini karena teori Fraud Hexagon merupakan teori yang paling baru dan juga teori Fraud Hexagon memiliki faktor yang lebih lengkap. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti bertujuan untuk melakukan investigasi mendalam tentang Fraud Hexagon, dan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai Fraud Hexagon yang dapat membantu mendeteksi kecurangan laporan keuangan khususnya pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan
Sistematika Penelitian
KAJIAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Agency Theory
Teori yang dikemukakan oleh Jensen dan Mackling dalam teori ini menjelaskan bahwa hubungan keagenan merupakan suatu kontrak yang mengikat prinsipal (pemegang saham) dan agen. Dalam hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, terdapat potensi konflik jika agen atau manajer perusahaan melakukan kecurangan untuk memaksimalkan keuntungan.
Laporan Keuangan
Kecurangan atau fraud sendiri merupakan perbuatan melawan hukum yang biasa dilakukan oleh seseorang di dalam atau di luar organisasi, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok yang dapat merugikan pihak lain. Pada dasarnya fraud dalam suatu perusahaan merupakan ketidakjujuran yang dapat dilakukan oleh karyawan atau manajer perusahaan, hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan, baik secara finansial maupun non finansial (Putri, 2012).
Fraudulent Financial Statement (Kecurangan Laporan Keuangan) ACFE (2014) menyatakan kecurangan pada financial statement merupakan
Manipulasi, pemalsuan dan pengubahan dokumen akuntansi dan surat pendukung informasi keuangan lainnya yang dimuat dalam laporan keuangan. Penerapan standar akuntansi yang salah secara sengaja terkait dengan penjumlahan, penyusunan, penyajian, dan penyajian laporan keuangan.
Fraud Triangle Theory (Teori Segitiga Kecurangan)
Peluang dapat tercipta sebagai akibat dari kekurangan dalam pengendalian internal, tidak adanya pengawasan manajemen yang kuat, atau penyalahgunaan wewenang, peluang dapat dianggap sebagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kecurangan sehingga diperlukan pengawasan dari organisasi atas struktur. (Rachmania, 2017). Rasionalisasi merupakan faktor penting penyebab terjadinya kecurangan, hal ini terjadi karena pelaku kecurangan akan mencari pembenaran atas perbuatannya.
Fraud Diamond
Rasionalisasi merupakan faktor kecurangan yang paling sulit diukur, karena akan lebih mudah bagi seseorang yang terbiasa melakukan kecurangan atau tidak jujur untuk merasionalkan kecurangan. Setiap penipu akan mencari pembenaran dan merasionalisasi setiap tindakannya (Diaz, 2013). kompetensi) karena seseorang tanpa kompetensi tidak dapat melakukan penipuan.
Fraud Pentagon
Arogansi adalah sikap penipu yang menunjukkan bahwa dia akan merasa bebas dari kontrol, kebijakan, dan peraturan internal perusahaan. Pelaku akan merasa bahwa peraturan, kebijakan atau pengendalian internal perusahaan tidak berlaku bagi dirinya, sehingga pelaku fraud akan merasa tidak melakukan kesalahan atas fraud yang dilakukannya (Bawekes et al., 2018b). .
Fraud Hexagon
Pelaku merasa bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah hal yang benar dan patut, biasanya pelaku menggunakan rasionalisasi atau pembenaran atas perbuatannya untuk menutupi kecurangannya. Kolusi dapat terjadi antar karyawan, tetapi biasanya terjadi antara karyawan dan pihak luar organisasi (Vousinas, 2019).
Penelitian Terdahulu
- Pengaruh Financial Stability (Stabilitas Keuangan) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh External Pressure Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Ineffective Monitoring (Ketidakefektifan Pengawasan) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Change In Auditor (Pergantian Auditor) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Change in Director (Pergantian Direksi) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Political Connection (Hubungan Politik) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Collusion (Kolusi) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
Analisis kecurangan laporan keuangan menggunakan Fraud Hexagon (studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2017-2020). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kecurangan heksagonal sebagai pendeteksi potensi kecurangan laporan keuangan. Dalam Bawekes et al. penelitian, (2018) menyatakan bahwa Financial Stability berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement.
Dengan uraian tersebut, ilmuwan berhipotesis: H5: Perubahan direktur berpengaruh positif terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Penelitian Matangkin et al., (2019) yang menemukan bahwa koneksi politik berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Syifani (2021) menemukan bahwa kolusi atau kolusi berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.
Variabel Penelitian
- Variabel Dependen
- Variabel Independen
- Ineffective Monitoring
- Change in auditor
- Change in Directors
- Frequent Number of CEO’s Picture
- Collusion
- Statistik deskriptif
- Uji Asumsi Klasik
- Uji Multikolinearitas
- Uji Heteroskedastisitas
- Analisis Regresi Linear berganda
- Uji Kelayakan Model Regresi (Uji F)
- Uji T
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020. Perubahan variabel dummy auditor kode 1 jika perusahaan melakukan pergantian KAP selama periode tahun pengamatan, jika perusahaan tidak melakukan perubahan KAP selama periode tahun pengamatan dengan kode 0. Variabel dummy pergantian direksi kode 1 jika perusahaan melakukan pergantian direksi selama periode tahun pengamatan dan kode 0 apabila perusahaan tidak melakukan pergantian direksi selama tahun pengamatan.
Variabel Dummy Koneksi Politik, kode 1 jika perusahaan memiliki afiliasi politik selama periode tahun pengamatan dan kode 0 jika perusahaan tidak memiliki afiliasi politik selama periode tahun pengamatan. Variabel Dummy Kolusi apabila perusahaan melakukan kerjasama dengan pemerintah selama periode tahun pengamatan diberi kode 1, apabila perusahaan tidak melakukan kerjasama dengan pemerintah selama periode tahun pengamatan diberi kode 0. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020.
Analisis Statistik Deskriptif
Mendiskontokan perusahaan yang tidak memenuhi kriteria pencarian, 21 perusahaan masuk dalam kriteria pencarian. Sedangkan nilai maksimum 1.151175 dimiliki oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk, dengan standar deviasi 0.206257. Dengan nilai minimum 0.088040 yang dimiliki oleh Harum Energy Tbk sedangkan nilai maksimum 1.291966 yang dimiliki oleh Apexindo Pratama Duta Tbk memiliki standar deviasi 0.260237.
Dengan nilai minimal 0,2 dimiliki oleh Timah Tbk sedangkan nilai maksimal 0,667 dimiliki oleh TBS Energi Utama Tbk, dengan standar deviasi 0,102225. Sedangkan nilai maksimal 3 dimiliki oleh Samindo Resources Tbk, Medco Energi Internasional Tbk, Timah Tbk, TBS Energi Utama Tbk, Astrindo Nusantara Infrastructure Tbk, Astrindo Nusantara Infrastructure Tbk, Petrosa Tbk, Mitrabara Adiperdana Tbk, Mitrabara Adiperdana Tb, Tbk, dengan standar deviasi 0,655504. Berdasarkan 63 sampel data, 42 data tidak melakukan kerjasama dengan pemerintah, dihitung dengan rate 66,7%, sedangkan 21 data melakukan kerjasama dengan pemerintah, atau dihitung dengan rate 33,3%.
Uji Asumsi Klasik .1 Uji Normalitas
- Uji Multikolinearitas
- Uji Heteroskedastisitas
Jika kodenya 0, perusahaan tidak memiliki koneksi politik, dan jika kodenya 1, perusahaan tersebut memiliki koneksi politik. Data dengan kode 0 berarti perusahaan tidak memiliki proyek dengan pemerintah, sedangkan dengan kode 1 berarti perusahaan bekerja sama dengan pemerintah. Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk mengetahui apakah model regresi memiliki korelasi antar variabel independen dalam penelitian yang dilakukan.Pada saat melakukan uji multikolinearitas hal ini dapat diselesaikan dengan pemeriksaan VIF.
Jika nilai VIF < 10, data pengujian tidak memiliki hubungan yang kuat dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah informasi sampel yang digunakan dalam model regresi memiliki ketidakseimbangan fluktuasi mulai dari satu konsentrasi ke konsentrasi lainnya. Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser.
Uji Regresi Linear Berganda
Tanda positif pada koefisien menunjukkan bahwa hubungannya searah, yaitu dengan asumsi LEV meningkat sebesar satu satuan maka F-Score akan meningkat sebesar 0,351. Artinya jika BDOUT berubah sebesar satu satuan maka F-Score akan berubah sebesar 0,094 dengan asumsi semua variabel bebas konstan. F-Score menurun sebesar 0,094. Hasil yang diperoleh berarti bahwa CPA berubah sebesar satu satuan, maka pada saat itu F-Score akan berubah sebesar 0,404 dengan asumsi semua faktor independen konstan.
Hasil ini benar-benar berarti bahwa jika DCANGE berubah satu satuan, F-score akan berubah sebesar 0,154, dengan asumsi semua faktor independen stabil. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa CEOPICT berubah sebesar satu satuan, maka pada saat itu F-score akan berubah sebesar 0,272 dengan asumsi semua faktor independen konsisten. Hasil ini berarti bahwa jika POLITIK diasumsikan berubah satu satuan, F-score akan berubah sebesar 0,363 dengan asumsi semua faktor independen stabil.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted 𝑹 𝟐 )
Tanda negatif pada koefisien menunjukkan bahwa hubungannya tidak searah, atau paling tidak jika koefisien POLITIK meningkat maka F-Score menurun sebesar 0,363. Hasil yang diperoleh berarti KOL berubah sebesar satu satuan, maka pada saat itu F-Score akan berubah sebesar 0,475 dengan harapan semua faktor otonom stabil. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil 2 (koefisien determinasi) sebesar 0,381, hal ini berarti bahwa variabel dependen atau F-Score dijelaskan oleh variabel independen yaitu stabilitas keuangan (ACHANGE), tekanan eksternal (LEV), pemantauan tidak efektif (BDOUT), pergantian auditor (CPA), pergantian direksi (DCHANGE), seringnya foto CEO (CEOPICT), koneksi politik (POLITIKE), kolusi (KOL) sebesar 38,1%, sedangkan sisanya 61,9%.
Uji Kelayakan Model Regresi (Uji F)
Uji T
Pembahasan
- Pengaruh Financial Stability (Stabilitas Keuangan) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh External Pressure Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Ineffective Monitoring (Ketidakefektifan Pengawasan) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Change In Auditor (Pergantian Auditor) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Change in Director (Pergantian Direksi) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Frequent Number of CEO’s Picture (Banyaknya foto CEO yang terpampang) Picture Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan
- Pengaruh Political Connection (Hubungan Politik) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
- Pengaruh Collusion (Kolusi) Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Kecurangan Laporan Keuangan)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tessa dan Raharje (2016) dan Pratama (2018) yang menyatakan bahwa tekanan eksternal yang dimediasi Leverage berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Nilai ini berarti pergantian auditor berpengaruh positif terhadap laporan keuangan palsu atau kecurangan laporan keuangan. Nilai ini berarti bahwa nomor citra CEO umum tidak mempengaruhi kecurangan laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2017) yang berpendapat bahwa frekuensi foto CEO yang sering tidak berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi. Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian Matangkin et al., (2019) yang menyatakan bahwa koneksi politik berpengaruh negatif terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Sehingga dengan adanya hubungan kerjasama dengan pemerintah maka potensi terjadinya kecurangan akuntansi di perusahaan akan meningkat.
Keterbatasan dan Saran
Dengan hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi para pengguna laporan keuangan khususnya bagi pihak manajemen sehingga menjadi suatu permasalahan karena aspek tersebut merupakan daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. PENGUJIAN TEORI PENTAGON FRAUDENT OF FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015). MENILAI POTENSI PENIPUAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN HEXAGON FRAUD ANALYSIS (studi empiris pada perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019).
IDENTIFIKASI FRAUD PADA LAPORAN KEUANGAN MENGGUNAKAN PENTAGON FRAUD ANALYSIS (perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2015-2017). Analisis pengaruh segitiga kecurangan terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Fraud diamond analysis dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012.
PENCEGAHAN SISTEM DETEKSI FRAUD PADA PELAPORAN KEUANGAN BERBASIS HEXAGON FRAUD ANALYSIS (Studi Empiris Pada Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019).