Journal homepage : http://ojs.uho.ac.id/index.php/stabilita_jtsuho
10
ANALISIS KEBUTUHAN DEBIT AIR PADA DAERAH IRIGASI SADDANG DI PEKKABATA KABUPATEN PINRANG
1Rahmawati, 2Andi Bustan Didi, 3Ismayani Reski Aulia
1,2,3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Parepare, Indonesia Koresponden Author : rahmawatiramli09@gmail.com
Info Artikel ABSTRAK
Diajukan : 30 Desember 2022 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pendistribusian air yang mengalami kendala selama musim kemarau yang secara langsung mempengaruhi tingkat penggunaan air pada tanaman padi. Pekkabata dapat memenuhi kebutuhan air irigasi di areal persawahan pada daerah irigasi Saddang di Pekkabata.
Penelitian ini untuk mengetahui debit tersedia sungai Saddang di Bendung Benteng. Untuk mengetahui kebutuhan debit air yang ada pada daerah irigasi Pekkabata. Untuk mengetahui keseimbangan debit pada daerah irigasi Pekkabata. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data dianalisis dengan menggunakan metode neraca air (water balanced). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kondisi water balanced pada daerah irigasi Sungai Saddang di Pekkabata kabupaten Pinrang mengalami surflus dimana kondisi ketersediaan debit air melebihi jumlah kebutuhan debit air yang dibutuhkan dengan selisih terbesar berada pada bulan April dimana ketersediaan debit air sebesar 622 m3/detik, kebutuhan debit air sebanyak 4,56 m3/detik dengan selisih sebesar 617,44 m3/detik dan selisih terkecil berada pada bulan September dengan ketersediaan debit air sebesar 166 m3/detik dan kebutuhan debit air sebanyak 4,01 m3/detik dengan selisih 161,99 m3/detik.
Kata Kunci : Distribusi, Irigasi, Keseimbangan Air, Surflus
Diperbaiki : Disetujui :
ABSTRACT
This research is motivated by the distribution of water which experiences problems during the dry season which directly affects the level of water use in rice plants. The objectives of this study are to determine the available discharge of the Saddang river at Bendung Benteng. To determine the need for water discharge in the Pekkabata irrigation area. To determine the balance of discharge in the Pekkabata irrigation area. The method used is a descriptive research method with a quantitative approach. Data were analyzed using the (water balance) method. The results of the study show that the water balanced conditions in the Saddang River irrigation area in Pekkabata, Pinrang district experienced a surflus where the availability of water discharge exceeds the required amount of water discharge required with the largest difference being in April where the availability of water discharge is 622 m3/second, the need for discharge water as much as 4.56 m3/second with a difference of 617.44 m3/second and the smallest difference is in September with the availability of water discharge of 166 m3/second and the need for water discharge of 4.01 m3/second with a difference of 161.99 m3/second.
Keywords : Distribution, Irrigation, Water balanced, Surflus
PENDAHULUAN
Saluran induk Pekkabata adalah saluran induk yang mengambil air di sebelah kanan dari Bendung Benteng dan mulai berfungsi pada tahun 1983 dengan panjang 16 Km (DISIMP
2007). Hulunya berada di wilayah kecamatan Patampanua dan kecamatan Batulappa kabupaten Pinrang sedangkan hilirnya berada di kecamatan Duampanua kabupaten Pinrang.
Saluran induk Pekkabata mengairi sawah dengan luas fungsional: 4545 Ha (DISIMP 2007). Saat
musim tanam bulan Oktober - Maret berlangsung, pengambilan air pada saluran induk Pekkabata mampu mengairi semua areal yang ada karena dibantu dengan datangnya musim hujan sedangkan pada musim tanam bulan April – September, pendistribusian air mengalami kendala karena pada musim tanam tersebut bertepatan dengan datangnya musim kemarau yang secara langsung mempengaruhi tingkat penggunaan air pada tanaman padi dan ditambah dengan kondisi saluran yang tidak maksimal berfungsi karena kondisi bangunan yang pada umumnya sudah tidak berfungsi dengan baik. Saluran induk Pekkabata mempunyai bangunan ukur Bendung Crump sebanyak 1 (satu) buah dengan pintu sorong sebagai pintu pengatur sebanyak 1 (satu) buah dengan dinding saluran rata-rata masih terbuat dari tanggul tanah yang sangat rawan pengambilan air secara ilegal dan dampaknya dapat merugikan para petani yang ada di ujung saluran.
Untuk mencegah hal ini, perlu adanya pembagian air yang adil dan merata dengan cara pengoperasian yang baik pada jaringan irigasi, yang harus ditunjang dengan usaha operasi dan pemeliharaan yang teratur dan berkesinambungan. Disamping itu, perlu juga ditinjau kembali apakah debit yang dialirkan di saluran induk Pekkabata dapat memenuhi kebutuhan air irigasi di areal persawahan di daerah irigasi Saddang Pekkabata. Untuk itulah peneliti merumuskan suatu judul berdasarkan latar belakang yang ada yaitu “Analisis kebutuhan debit air pada daerah irigasi Sadang di Pekkabata kabupaten Pinrang “.
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan cara mengumpulkan data-data primer dan sekunder yang diambil di lapangan dan pada UPTD PSDA Wilayah Sungai Saddang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Data dianalisis dengan
menggunakan metode Neraca Air (Water Balance).
2.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Rencana pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu selama bulan November 2020 sampai dengan bulan Januari 2021.
Penelitian ini dilaksanakan di UPTD PSDA Wilayah Sungai Saddang di Kecamatan Patampanua dan kecamatan Duampanua serta kecamatan Batulappa Kabupaten Pinrang.
Pertimbangan memilih UPTD PSDA Wilayah Sungai Saddang karena merupakan daerah penelitian dimana dapat ditemukan data-data yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan debit saluran induk Pekkabata.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
2.3. Pengelolaan Peran Peneliti
Peran peneliti dalam penelitian ini merupakan pelaku utama penelitian sedangkan instrument yang lain merupakan pendukung subjek peneliti, dalam mengelola data-data dan fakta-fakta di lapangan, peneliti terjun langsung ke lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara serta menemukan informasi- informasi lain dalam bentuk tulisan-tulisan maupun laporan-laporan yang berada di tempat penelitian.
2.4. Sumber Data
Sumber data akan lebih mudah diidentifikasikan dengan cara melakukan pengklasifikasian data menjadi dua jenis data.
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, adapun sumber perolehannya adalah sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data-data asli yang berhubungan langsung di lapangan yaitu : a) Data Curah hujan
b) Data Klimatologi
c) Data debit saluran induk Pekkabata
12
d) Data bangunan ukur di intake utama saluran induk Pekkabata
e) Data dimensi saluran induk Pekkabata
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang memberikan gambaran secara umum tentang hal-hal mengenai objek dari penelitian. Data sekunder ini berupa :
a) Data luas sawah yang dilayani dari Bendung Benteng.
b) Data teknis Bendung Benteng.
c) Data rekapitulasi lahan potensial di jaringan irigasi Saddang
d) Data rekapitulasi debit saluran induk Pekkabata.
2.5. Pengelolaan Data 1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu kegiatan penelitian dengan melakukan inventarisasi dan validasi data pada dinas atau instansi terkait sesuai data yang dibutuhkan pada judul penelitian.
2. Data Curah Hujan dan Klimatologi
Salah satu data yang ada dan diolah dengan mengambil data curah hujan maximun dari tiga stasiun kemudian diambil rata-ratanya untuk dihitung berdasarkan curah hujan efektif dan untuk klimatologi dihitung untuk mendapatkan Eto dan Etc.
3. Data Debit Sungai
Data debit harian yang dianalisis untuk mengetahui debit tersedia dan debit 80%
dengan menggunakan metode rata-rata aljabar dan metode Peman modifikasi untuk menentukan Probilitas.
4. Data Teknis Bendung
Data pendukung yang di dapat langsung dari instansi terkait.
5. Debit Kebutuhan Air Irigasi
Data debit yang didapat dari hasil analisa debit saluran, evapotransfirasi dan curah hujan efektif.
6. Debit yang masuk di saluran induk pekkabata adalah Volume air yang masuk pada saluran.
7. Keseimbangan Air
Selisih antara debit tersedia (Q 80% untuk irigasi) dengan debit kebutuhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis Debit Tersedia
Debit tersedia adalah jumlah debit air yang mengalir di sungai. Untuk menentukan jumlah debit tersedia yang mengalir pada sungai Saddang di Bendung Benteng peneliti menggunakan data debit sungai Saddang yang ada di kantor UPT PSDA Wilayah Sungai Saddang. Karena debit sungai Saddang adalah sumber air pada daerah irigasi Pekkabata di Kabupaten Pinrang dan mengambil air pada intake kanan Bendung Benteng. Data debit yang di analisa merupakan data debit harian sungai Saddang yang dicatat di Bendung Benteng setiap hari oleh petugas operasi Bendung Benteng dan petugas intake Pekkabata berdasarkan hasil pengukuran/pencatatan debit Sungai Saddang pada bangunan ukur dan pintu ukur dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 selama 10 tahun. Dari data harian debit sungai Saddang tersebut ditabulasi berdasarkan metode rata-rata aljabar untuk mengetahui rata-rata bulanan, setelah debit rata-rata bulanan diketahui selanjutnya data debit rata-rata bulanan direkapitulasi selama 10 tahun.
Tabel 1. Pencatatan Debit Sungai Normal Bulan Januari-Juni
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni
I II I II I II I II I II I II
2009 267 222 181 199 290 299 438 405 480 688 305 130
2010 212 168 298 397 588 772 662 519 1007 571 443 284
2011 391 341 185 258 519 222 850 205 415 610 147 343
2012 166 214 557 246 181 656 824 571 457 716 279 379
2013 191 292 239 338 209 192 819 704 692 538 333 836
2014 640 132 94 71 75 121 151 178 241 279 346 523
2015 175 243 692 473 258 623 799 967 691 287 368 432
2016 146 308 647 621 793 738 1070 1065 575 552 573 312
2017 173 511 241 491 575 499 385 582 558 524 598 331
2018 486 217 178 337 700 310 249 607 401 302 202 261
Tabel 2. Pencatatan Debit Sungai Normal Bulan Juli-Desember
Tahun Jul Agt Sep Okt Nov Des
I II I II I II I I II I II I
2009 123 273 102 92 69 70 2009 123 273 102 92 69
2010 269 299 647 414 130 599 2010 269 299 647 414 130
2011 140 121 67 85 76 105 2011 140 121 67 85 76
2012 386 283 139 198 113 111 2012 386 283 139 198 113
2013 614 364 478 279 92 150 2013 614 364 478 279 92
2014 714 514 360 326 296 443 2014 714 514 360 326 296
2015 143 100 79 58 39 32 2015 143 100 79 58 39
2016 344 295 277 336 380 234 2016 344 295 277 336 380
2017 318 251 241 321 232 356 2017 318 251 241 321 232
2018 331 169 112 156 109 101 2018 331 169 112 156 109
Analisa debit rata-rata tersedia sungai Saddang di Bendung Benteng dengan metode rata-rata Aljabar pada data 10 Tahun (2009- 2018) dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 3. Debit Rata-Rata Tersedia Sungai Saddang di Bendung Benteng Bulan Januari-Juni
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2009 245 190 295 422 584 218
2010 190 348 680 591 789 364
2011 366 222 371 528 513 245
2012 190 402 419 698 587 329
2013 242 289 201 762 615 585
2014 402 172 254 370 343 614
2015 209 583 441 883 489 400
2016 227 634 766 1068 564 443
2017 342 366 537 474 556 465
2018 352 258 505 428 352 232
Total 2764 3461 4466 6220 5390 3892 Debit
tersedia 276 346 447 622 539 389
Tabel 4. Debit Rata-rata Tersedia Sungai Saddang di Bendung Benteng Bulan Juli-Desember
Tahun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2009 198 97 70 65 76 188
2010 284 531 365 548 961 641
2011 131 76 91 115 423 488
2012 335 169 112 110 191 299
2013 489 379 121 103 298 667
2014 435 260 165 98 83 386
2015 122 69 36 32 52 155
2016 315 307 307 783 622 431
2017 285 281 294 219 583 336
2018 250 134 105 88 112 375
Total 2842 2301 1664 2159 3398 3964 Debit
tersedia 284 230 166 216 340 396
3.2. Analisa Debit Andalan 80%
Debit andalan adalah debit yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tertentu.
Besarnya debit andalan atau debit efektif untuk irigasi dapat dihitung berdasarkan Q_80 yang berarti Debit 80% disamai ataupun dilampaui.
Dengan menggunakan teori probabilitas maka peluang keberhasilan diatas 80% dapat diketahui. Untuk menghitung debit andalan pada penelitian ini digunakan hasil analisa debit
tersedia yang telah direkap berdasarkan data debit harian sungai Saddang di Bendung Benteng.
Analisa debit andalan adalah analisa debit yang diperoleh dari hasil analisa debit tersedia seperti pada (tabel 4.1 dan tabel 4.2) kemudian diurut dari nilai terbesar ke nilai terkecil dengan format excel (menu data ascending)
Analisa debit andalan sungai Saddang di Bendung Benteng dengan format excel yang diascending pada data 10 Tahun (2009 s/d 2018) dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 5. Debit Rata-rata Tersedia Sungai Saddang di Bendung Benteng yang di Urut dari Terbesar ke yang Terkecil Bulan Januari- Juni
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2009 402 634 766 1068 789 614
2010 366 583 680 883 615 585
2011 352 402 537 762 587 465
2012 342 366 505 698 584 443
2013 245 348 441 591 564 400
2014 242 289 419 528 556 364
2015 227 258 371 474 513 329
2016 209 222 295 428 489 245
2017 190 190 254 422 352 232
2018 190 172 201 370 343 218
Tabel 6. Debit rata-rata tersedia Sungai Saddang di Bendung Benteng yang di Urut Dari Terbesar ke yang Terkecil bulan Juli- DesembeR
Tahun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2009 489 531 365 783 961 667
2010 435 379 307 548 622 641
2011 335 307 294 219 583 488
2012 315 281 165 115 423 431
2013 285 260 121 110 298 386
2014 284 169 112 103 191 375
2015 250 134 105 98 112 336
2016 198 97 91 88 83 299
2017 131 76 70 65 76 188
2018 122 69 36 32 52 155
Dari data debit tersedia yang telah di ascending selanjutnya di rangking berdasarkan persentase sedangkan persentase ditentukan
14
berdasarkan propabilitas dengan metode Penman modifikasi.
3.3. Analisis Debit Kebutuhan
Dalam menentukan debit kebutuhan di daerah irigasi Pekkabata atau yang lasim disebut daerah irigasi Saddang Utara pada kajian ini peneliti hanya menggunakan beberapa variabel rumus yang berpengaruh lebih dominan kerena mengingat daerah irigasi Pekkabata adalah bagian dari daerah irigasi Saddang yang begitu luas sedangkan waktu untuk mengkaji secara sistimatis tidak memungkinkan. Olehnya itu peneliti hanya mengkaji pada analisa sebagai berikut:
1. Evapotranspirasi (Eto)
Evapotranspirasi adalah faktor utama yang mempengaruhi produksi, karena itu
merupakan salah satu penentu sehingga tafsiran mengenai evapotranspirasi yang mendekati kenyataan sangat penting di dalam menentukan kebutuhan air untuk tanaman.
Pada kajian ini dalam menetukan nilai suatu variabel yang di analisis perlu adanya data-data pendukung yang dibutuhkan untuk menganalisis kebutuhan air pada daerah irigasi Pekkabata.
Data yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan air diperoleh dari 4 (empat) stasiun yaitu stasiun curah hujan Bendung Benteng, stasiun curah hujan Kaballangan dan stasiun curah hujan Kaliang sedangkan data klimatologi diambil dari stasiun klimatologi Banga Banga kabupaten Pinrang dengan letak geografis seperti pada tabel berikut.
Tabel 7. Letak Geografis Curah Hujan dan Klimatologi pada Daerah Irigasi Sadang Utara (Pekkabata)
No. Nama Stasiun Hidroklimatologi Posisi Koordinat Kabupaten Tahun Pencatat 1 Stasiun CH. Bendung Bentang 03°41'17,8"LS, 119°40'38,2"BT Pinrang 2009-2018 2 Stasiun CH. Kaballangan 03°41'21"LS, 119°35'42"BT Pinrang 2009-2018 3 Stasiun CH. Kaliang 03°42'19,8"LS, 119°30'47,6"BT Pinrang 2009-2018 4 Klimatologi Banga Banga 3°49'16,4" LS /119°35'16,8"BT Pinrang 2009-2018 Sumber : UPT PSDA Wilayah Sungai Sadang
2. Perkolasi
Seperti telah diuraikan pada beberapa literatur bahwa angka perkolasi dipengaruhi oleh tekstur tanah dan kemampuan mengikat air dari butir-butir tanah serta kedalaman dan permukaan lapisan air tanah. Nilai perkolasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 1 mm/hari untuk kabupaten Pinrang berdasarkan Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP) yang melakukan Study pada daerah irigasi Saddang pada bulan Pebruari 2007.
3. Curah Hujan
a) Curah Hujan Rata-rata
Dalam perhitungan analisa curah hujan dipakai data curah hujan dari stasiun curah hujan Bendung Benteng, Kaballangan dan Kaliang mulai dari tahun 2009 - 2018 dari data curah hujan tersebut kemudian diturunkan data hujan 1 (satu) harian maksimum. Data hujan 1 (satu) harian maksimum ditentukan dengan mengambil nilai terbesar dari 1 (satu) harian yang terjadi dalam waktu 1 (satu) bulan untuk stasiun yang bersangkutan, ini dapat dilihat pada table dibawah ini. Untuk analisa data curah hujan yang digunakan pada perhitungan ini, dipakai metode Rata-rata Aljabar dan
Metode Curah hujan Efektif, dari ketiga stasiun curah hujan yaitu Bendung Benteng, Kaliang.
dan Kaballangan.
b) Curah Hujan 80 %
Curah hujan 80% adalah curah hujan bulanan yang terlampaui 80% dari waktu dalam periode tersebut. Tahun pengamatan curah hujan diambil 10 tahun mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2018.
c) Curah Hujan Efektif
Analisis curah hujan efektif untuk tanaman padi pada bulan Januari sampai bulan
d) Pengganti Lapisan Air (WLR)
Penggantian lapisan air setinggi 50 mm satu atau 2 (dua) bulan setelah transplantasi.
Lapisan air setinggi 50 mm diberikan dengan jangka waktu satu setengah bulan, jadi kebutuhan air tambahan adalah 3,3 mm/hari.
e) Koefisien Tanaman
Besaran koefisien tanaman padi tergantung dari jenis dan varietas yang digunakan.
f) Perhitungan Kebutuhan Air Selama Pengolahan Lahan
Sebagaimana telah diuraikan pada bab- bab terdahulu bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk penyediaan lahan adalah 6 (enam) minggu atau 1,5 bulan sedangkan untuk daerah irigasi yang menggunakan peralatan mesin secara luas untuk jangka waktu penyiapan lahan dapat diambil satu bulan.
Mengingat bahwa untuk daerah irigasi Saddang belum menggunakan peralatan mesin secara menyeluruh untuk mengelolah tanah dan luasnya areal persawahan yang ada, maka diambil (T)=1,5 bulan serta air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan diambil 250 mm termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah setelah transplantasi, maka ditambah 50
mm, sehingga secara keseluruhan air yang diperlukan (S)=300 mm.
3. Perhitungan Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk tanaman padi selama pertumbuhan biasanya lebih besar.
Besarnya angka kebutuhan air dapat diperoleh dari musim tanam, baik musim tanam hujan maupun untuk musim tanam kemarau.
Perhitungan debit yang di butuhkan untuk mengairi areal persawahan
Untuk mengetahui debit yang dibutuhkan digunakan rumus perhitungan debit berdasarkan areal layanan pada intake pintu pengambilan yang ada pada Daerah Irigasi Pekkabata yaitu : 4. Intake Pekkabata pada Bulan April
Tabel 8. Debit Kebutuhan pada Intek Pekkabata
Bulan NFR IR DR Efesiensi
Saluran
Luas Areal Debit
mm/hari l/dt/ha l/dt/ha Ha m3/dtk
JAN 6,63 0,77 1,18 0,65 4.545 4,64
PEB 4,62 0,53 0,82 0,65 4.545 3,23
MAR 3,81 0,44 0,68 4.545 2,66
APR 6,52 0,75 1,16 0,65 4.545 4,64
Mei 12,82 1,48 2,28 0,65 4.545 8,96
JUN 6,45 0,75 1,15 0,65 4.545 4,51
JUL 5,05 0,58 0,90 0,65 4.545 3,53
AGT 3,04 0,35 0,54 0,65 4.545 2,13
SEP 5,73 0,66 1,02 0,65 4.545 4,01
OKT 16,27 1,88 2,90 0,65 4.545 11,38
NOP 15,47 1,79 2,75 0,65 4.545 10,82
DES 7,16 0,83 1,27 0,65 4.545 5,01
Gambar 2. Grafik Ketersediaan Debit Air
16
KESIMPULAN
Hasil analisis dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa kondisi water balanced pada Sungai Saddang di Bendung Benteng dengan rekap data tahun 2009-2018 adalah surflus dimana jumlah ketersediaan debit air Sungai Saddang melebihi jumlah kebutuhan debit air yang dibutuhkan dimana pada bulan Januari ketersediaan debit air Sungai Saddang sebesar 276 m3/detik dan kebutuhan debit air hanya 4,64 m3/detik dengan selisih (water balanced) 271,36. Pada bulan Pebruari ketersediaan debit air sungai sebesar 346 m3/detik dan kebutuhan debit air 3,23 m3/detik dengan selisih 342,77 m3/detik. Bulan Maret jumlah ketersediaan debit air sebesar 447 m3/detik, kebutuhan debit air 2,66 m3/detik dengan selisih 444,34 m3/detik. Bulan April ketersediaan debit air sebesar 622 m3/detik dan kebutuhan debit hanya sebesar 4,56 m3/detik dengan selisih 617,44 m3/detik. Pada bulan Mei ketersediaan debit air sebanyak 539 m3/detik dan kebutuhan debit sebanyak 8,96 m3/detik dengan selisih 530,04 m3/detik. Kemudian pada bulan Juni ketersediaan debit air sebanyak 389 m3/detik dan kebutuhan debit air hanya 4,51 m3/detik dengan selisih 384,49 m3/detik. Bulan Juli ketersediaan debit air sebesar 284 m3/detik dan kebutuhan debit air sebanyak 3,53 m3/detik dengan selisih sebesar 280,47 m3/detik. Pada bulan Agustus ketersediaan debit air sebesar 230 m3/detik sedangkan kebutuhan debit air sebanyak 2,13 m3/detik dengan selisih 227,87 m3/detik, bulan September ketersediaan debit air sebesar 166 m3/detik dan banyaknya kebutuhan air sebesar 4,01 m3/detik dengan selisih 161,99 m3/detik, kemudian bulan Oktober besar ketersediaan air yaitu 216 m3/detik kebutuhan air sebanyak 11,38 m3/detik dengan selisih 204,62 m3/detik, pada bulan November ketersediaan debit air sebesar 340 m3/detik dan kebutuhan debit air sebanyaj 10,82 m3/detik dengan selisih 329,18 m3/detik dan pada bulan Desember ketersediaan debit air sebesar 396 m3/detik, kebutuhan debit sebanyak 5,01 m3/detik dengan selisih 390,99 m3/detik.
SARAN
Untuk memaksimalkan pola tanam pada daerah irigasi Pekkabata berdasarkan hasil analisis pada kajian ini maka perlu dilakukan rekayasa pola tanam dari 2 (dua) musim tanam
menjadi 3 (tiga) musim tanam dengan tetap memperhitungkan pengambilan air pada intake kiri sungai Saddang karena seperti peneliti kemukakan pada halaman terdahulu bahwa daerah Irigasi Pekkabata adalah satu dari tiga pengambilan pada daerah irigasi Saddang yang sumber airnya dari sungai Saddang di Bendung Benteng.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Agus Maryono, 2002. River Development Impact and River Restoration. Gadja Mada University.
Indonesia
[2] Busro, 2004. Konstruksi Pintu Dan Alat Ukur Debit Pada Bangunan Sumber Daya Air, Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Dirjen Sumber Daya Air. Makassar.
[3] Bambang Triatmodjo, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset Yogyakarta Maret [4] Bambang Triatmodjo, 2018 Bangunan
Tenaga Air, Yogyakarta Oktober
[5] Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
Standar Perencanaan irigasi, KP01 CV.
Galang Persada, Bandung.
[6] Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
Standar Perencanaan Irigasi, KP-02 CV.
Galang Persada, Bandung.
[7] Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
Standar Perencanaan irigasi, KP-03 CV.
Galang Persada, Bandung.
[8] Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
Standar Perencanaan Irigasi, KP-04 CV.
Galang Persada, Bandung.
[9] Dapartemen Pekerjaan Umum. 2007.
(DISIMP) decentralized irrigation system improvement project.
[10] Dapartemen Pekerjaan Umum. 2017.
Modul perhitungan hidrologi, pelatihan perencanaan bendungan tingkat dasar, Modul 07. Bandung.
[11] DISMP 2007, Pedoman Operasi dan pemeliharaan Bendung Benteng, Sumber Daya Air, Edisi Ketiga, Jilid I, Erlangga, Jakarta
[12] Iman Subarkah, 1992, Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Penerbit Idea Dharma Bandung
[13] Joyce Martha W, Wanny Adidarma, 1983, Mengenal Dasar — dasar Hidrologi, Penerbit Nova, Bandung
[14] Nippon Koei Co., Ltd
[15] Purwanto, 2016, Analisis Kebutuhan Air Irigasi pada Irigasi Bendung Mricani [16] Safira Ramadani 2019. Kajian Kebutuhan
Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Tawang Sari
[17] Sharirudin, 2015. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Untuk Daerah Irigasi Cimanuk Kab. Garut
[18] Sudjana, 1975, Metode Statistik, Tarsito, Bandung
[19] Sunggono kh Nova Ban, 1984, Perhitungan Teknik sipil, Nova Bandung [20] Soemarto, 1987, Hidrologi, Teknik,
Penerbit Usaha Nasional, Surabaya [21] Soewamo, 1992, Pengaruh lama
Pencatatan Debit Terhadap Perkiraan Banjir
[22] Soewarno, 1991, Ketelitian Pengukuran Debit Metode Alat Ukur Arus di Pos Duga Air Sungai Atau Saluran Irigasi, [23] Soewamo, 1994, Pengukuran Kehilangan
Air di Saluran lrigasi,
[24] Soewamo, 1995, Hidrologi Aplikasi Statistik Untuk Analisa Data Jilid 1, Nova, Bandung
[25] Soewarno, 1991, Hidrologi, Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai, Hidrometrik, Nova, Bandung
[26] Sriharto BR 1986, Analisis Hidrologi