• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA LELE FERMENTASI (BULETASI) DI PETERNAKAN LELE BAPAK TUGIRIN DI DESA SRIMULYO, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA LELE FERMENTASI (BULETASI) DI PETERNAKAN LELE BAPAK TUGIRIN DI DESA SRIMULYO, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 67

JURNAL ILMIAH AGRITAS VOL 6 NO 2 67-83

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA LELE FERMENTASI (BULETASI) DI PETERNAKAN LELE BAPAK

TUGIRIN DI DESA SRIMULYO, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF FERMENTED CATFISH FARM (BULETASI) AT MR TUGIRIN'S CATFISH FARM IN SRIMULYO VILLAGE, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Nina Fitrianingsih1*, Suprih Sudrajat2, Wahyu Setia Ratri 3

1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.

Email korespondensi: Ninafitrianingsiheun@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan finansial budidaya lele fermentasi (BULETASI) di peternakan lele Bapak Tugirin, di Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta melalui implementasi analisis kelayakan finansial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah metode survey. Penentuan daerah penelitian secara purposive (sengaja). Di mana jumlah data sampel selama 3 periode, dalam 1 periode budidaya selama 3 bulan sampai panen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan finansial yang diuji menggunakan uji t. Hasil penelitian menyatakan bahwa kelayakan finansial budidaya lele fermentasi (BULETASI) di peternakan lele Bapak Tugirin di Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta layak untuk diusahakan berdasarkan nilai B/C Ratio > 0 dan R/C Ratio > 1

Kata kunci: pendapatan, analisis kelayakan finansial, budidaya ikan lele fermentasi.

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the income and financial feasibility of the fermented catfish farm of Mr. Tugirin, in Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta through the implementation of financial feasiblity analysis. The method used in this study is a descriptive method with a quantitative approach. Whereas the research techniques used are survey methods. The research area was purposively (intentionally), in which the number of data samples was 3 periods, and each period was 3 months until harvest. The data used in

(2)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 68 this study are primary and secondary data. The analysis used is for financial feasibility that has been tested using t tests. Based on the study, the fermented catfish farm of Mr. Tugirin, in Srimulyong, Piyungan, Bantul, Yogyakarta has financial value as per B/R ratio > 0 and R/C ratios > 1

Keywords: income, financial feasibility analysis, fermented catfish cultivation.

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki potensi hasil usaha perikanan yang berlimpah. Kegiatan budidaya terdiri dari budidaya air laut, air tawar, dan air payau. Kegiatan budidaya air tawar merupakan kegiatan yang dilakukan di daratan dan ikan yang biasa dibudidayakan adalah ikan lele dumbo, patin, nila, bawal, dan gurami.

Salah satu komoditi air tawar yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi adalah ikan lele (Khairuman dan Amri, 2018). Kebutuhan ikan bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika usaha perikanan air tawar harus dipacu untuk dikembangkan. Usahatani di bidang perikanan air tawar memiliki prospek yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi, baik berupa ikan segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen (Ayatullah, 2018).

Permasalahan yang sering menjadi kendala terhadap para petani lele yaitu penyediaan pakan buatan pelet ini memerlukan biaya yang relatif tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari komponen biaya produksi (Emma, 2016). Umumnya harga pakan ikan yang terdapat di pasaran relatif mahal. Alternatif pemecahan yang dapat diupayakan adalah membuat fermentasi pakan lele dengan memanfaatkan campuran rempah dan tetes tebu yang relatif murah. Tentu saja hasil fermentasi yang digunakan harus memiliki kandungan nilai gizi yang baik.

Menurut Husen (2015) ikan lele fermentasi adalah ikan lele yang dibudidayakan dengan pemberian pakan fermentasi. Dengan menerapkan buletasi, tidak hanya menghemat pakan, tetapi air kolam ikan lele pun tidak menimbulkan bau busuk. Komposisi pakan fermentasi terdiri dari bakatul, kotoran sapi atau kambing kering, ditambah kotoran puyuh atau kotoran ayam, ditambah cacahan pohon pisang, jerami, eceng gondok, daun mindi, dan daun pepaya.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pendapatan usaha BULETASI pada usahatani milik Bapak Tugirin di Srimulyo, Kabupaten Bantul. Bagaimana kelayakan usaha BULETASI pada usahatani milik Bapak Tugirin di Srimulyo, Kabupaten Bantul.

(3)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 69 METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang merupakan penelitian yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, dijelaskan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya, didasarkan pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis (Mulyadi. 2016). Sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner dan wawancara sebagai alat untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2016).

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2021 di Usahatani BULETASI milik Bapak Tugirin di Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha pembesaran ikan lele BULETASI milik Bapak Tugirin merupakan usaha budidaya ikan lele fermentasi terbesar di Kabupaten Bantul. Seperti yang disebutkan di berita portal piyungan (Web Piyungan, 2018) bahwa pengembangan budidaya ikan lele fermentasi sudah banyak diupayakan di Yogyakarta, khususnya Kabupaten Bantul.

Tugirin merupakan salah satu petani lele dengan lahan budidaya terbesar serta produsen terbesar ikan lele fermentasi di Kecamatan Piyungan, Desa Srimulyo bahkan di Kabupaten Bantul.

B. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yakni pemilik, pengelola, dan pekerja BULETASI Bapak Tugirin serta dengan pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka hasil riset terdahulu dan berbagai literatur seperti buku, internet yang berkaitan, dan instansi-instansi yang terkait seperti Kelurahan Srimulyo

(4)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 70 Kecamatan Piyungan, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantul, Balai Riset Penelitian Budidaya Ikan Air Tawar, artikel, hasil riset, dan bahan pustaka yang lain.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di BULETASI Tugirin Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul dan instansi pemerintah yakni Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bantul. Teknik pengumpulan data (data kualitatif dan kuantitatif) dengan metode wawancara dengan pemilik dan pengelola BULETASI Tugirin. Wawancara yakni pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti dalam penelitian ini ialah pemilik dan pengelola BULETASI Tugirin.

D. Metode Analisis Data 1. Biaya Usaha

Menurut Rahim dan Hastuti (2017) menjelaskan bahwa total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap atau fixed cost (FC) dan biaya tidak tetap atau variable cost (VC). Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut

TC = FC + VC Di mana:

TC : total biaya (total cost) FC : biaya tetap (fixed cost)

VC : biaya tidak tetap (variable cost) 2. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Rahim dan Hastuti, 2017). Hal tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

TR = P x Q Di mana:

TR : total penerimaan (total revenue)

Q : produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani P : harga

3. Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (2006) pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya. Hal tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

π= TR –TC

(5)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 71 Di mana:

Π : pendapatan usahatani

TR : total penerimaan (total revenue) TC : total biaya (total cost)

Menurut Soekartawi (2006) dalam banyak hal jumlah TC atau total biaya ini selalu lebih besar bila analisis ekonomi yang dipakai dan selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai.

4. Kelayakan Usahatani a. R/C Ratio

Menurut Rahim (2017) analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio) merupakan perbandingan (rasio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha, dengan kriteria hasil :

a) R/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan.

b) R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas.

c) R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.

Secara sistematis R/C rasio dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑅

𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

Analisis ini digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari usaha. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh.

b. B/C Ratio

Menurut Rahardi (2013) analisis keuntungan dan biaya (B/C rasio) adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C rasio lebih besar dari nol. Semakin besar nilai B/C rasio maka semakin besar nilai manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐵

𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

c. BEP

Analisis Break Even Point (BEP) atau titik impas atau sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan

(6)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 72 volume penjualan atau produksi. Hubungan tersebut juga dikenal dengan analisis C.B.V.

(Cost-Profit-Volume) untuk mengetahui tingkat kegiatan minimal yang harus dicapai, di mana pada tingkat tersebut perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Harmaizar dan Rosidayanti, 2013). Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume dan BEP harga produksi yang dirumuskan sebagai berikut :

d. Payback Period

Menurut Lukman (2014) payback period (PP) adalah perhitungan atau penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali nilai investasi suatu proyek dengan menggunakan aliran kas yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Perhitungan payback period untuk suatu proyek yang mempunyai pola aliran kas yang sama dari tahun ke tahun dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

PP = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

E. Metode Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis kelayakan usaha budidaya lele fermentasi milik Bapak Tugirin digunakan metode uji rerata menggunakan t hitung. Adapun rumus uji t menurut Arikunto (2010) adalah sebagai berikut :

thitung = − µ𝑆

√𝑛

Keterangan:

: rata-rata sampel

µ : rata-rata spesifik (yang menjadi perbandingan) s : standart deviasi sampel

n : jumlah sampel.

dan rumus standar deviasinya adalah sebagai berikut :

𝑠 =√∑ (Xi − )2 n − 1

Di mana :

n : Ukuran sampel s : Standar deviasi

: Rata-rata x Xi : Nilai X ke-i

(7)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 73 1. Uji R/C rasio.

Ho : R/C ≤ 1 Ha : R/C ˃ 1

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis :

Ho diterima apabila t hitung < t tabel artinya usaha budidaya lele fermentasi (BULETASI) milik bapak Tugirin tidak layak untuk diusahakan.

Ho ditolak apabila apabila t hitung > t tabel artinya usaha budidaya lele fermentasi (BULETASI) milik bapak Tugirin layak untuk diusahakan.

2. Uji B/C rasio.

Ho : B/C ≤ 0 Ha : B/C ˃ 0

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis:

Ho diterima apabila t hitung < t tabel artinya usaha budidaya lele fermentasi (BULETASI) milik bapak Tugirin tidak layak untuk diusahakan.

Ho ditolak apabilia t hitung > t tabel artinya usaha budidaya lele fermentasi (BULETASI) milik bapak Tugirin layak untuk diusahakan.

B/C Ratio menunjukkan t hitung 13,249 dan R/C Ratio menunjukkan t hitung 14,837 sedangkan untuk t tabel 3,183 dengan demikian t hitung > t tabel artinya ketiga uji tersebut Ho ditolak Ha diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Pendapatan yang diperoleh BULETASI Tugirin selama 3 periode dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Total Pendapatan Selama 3 Periode di Usaha Petrnakan Lele Fermentasi Milik Bapak Tugirin

NO PERIODE TOTAL PENDAPATAN PER PERIODE BUDIDAYA TOTAL PENDAPATAN (RP) Total Penerimaan (Rp) Total Biayan (Rp)

1 Periode 1 (Jan – Maret 2020) 27.000.000 19.470.756 7.529.244

2 Periode 2 (Mei – Juli 2020

30.000.000 19.454.813 10.545.813

3 Periode 3 (Sep – Nov 2020) 28.500.000 20.280.213 8.219.787

TOTAL PENDAPATAN SELAMA 3 PERIODE 26.294.844

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021.

Berdasarkan Tabel 1 total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh BULETASI Tugirin pada periode pertama sebesar Rp. 7.529.244, periode ke-2 Rp. 10.545.813, dan periode ke-3 sebesar Rp. 8.219.787 dengan total pendapatan pertahunnya sebesar Rp.

(8)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 74 26.294.844. Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan dan total biaya usaha pembesaran ikan lele selama 3 periode. Hal ini berarti usaha pembesaran ikan lele cukup baik untuk diusahakan. Namun untuk mengetahui usaha BULETASI milik Bapak Tugirin layak atau tidak layak diusahakan perlu dilakukan analisis kelayakan finansilnya. Dapat diketahui sebgai berikut :

a) Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele di BULETASI Tugirin

Usaha lele yang dilakukan oleh seorang pembudidaya atau pengusaha harus menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan, pengembalian investasi, maupun titik impas dari suatu usaha sehingga analisis kelayakan usaha dapat melihat sejauh mana suatu kegiatan usaha dapat dikatakan memiliki manfaat dan layak untuk dikembangkan. Terdapat empat cara untuk melakukan suatu analisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele di BULETASI Tugirin yaitu, analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C Rasio), analisis keuntungan atas biaya (B/C Rasio), break event point (BEP) dan payback period (PP).

b) B/C Ratio Pembesaran Ikan Lele di BULETASI Tugirin

Berdasarkan data Tabel 1 diketahui bahwa pendapatan yang diperoeh BULETASI Tugirin pada periode pertama sebesar Rp. 7.529.244, periode ke-2 Rp. 10.545.813 dan periode ke-3 sebesar Rp.8.219.787 dengan total pendapatan pertahunnya sebesar Rp.

26.294.844. Sedangkan biaya total yang dikeluarkan BULETASI Tugirin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Total Biaya Produksi Selama 3 Periode di Peternakan Lele Fermentasi Milik Bapak Tugirin

No Biaya Tetap Biaya Variabel Per Periode Budidaya Total Biaya Produksi (Rp)

Periode 1 Periode 2

Periode 3

1 Penyusutan Peralatan Total 1.999.813 1.999.813 1.999.813 5.999.439

2 PBB 25.000 25.000 25.000 75.000

3

Pakan 7.860.543 7.981.600 8.655.000 24.497.143

4

Bibit

2.700.000 2.700.000 2.700.000 8.100.000

5

Listrik

750.000 750.000 750.000 2.250.000

6

Obat Obatan & Vitamin 524.000 387.000 524.000 1.429.000 7

Garam Krosok (Awal Persiapan Kolam)

26.400 26.400 26.400 79.200

8

Transportasi 300.000 300.000 300.000 900.000

9

Tenaga Kerja 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000 10

Kemasan Plastik

135.000 150.000 150.000 435.000

11

Perawatan

150.000 150.000 150.000 360.000

(9)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 75

Total Biaya Produksi Per Periode 19.470.756 19.454.813 20.280.213

TOTAL BIAYA PRODUKSI SELAMA 3 PERIODE 59.124.782

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021.

Berdasarkan Tabel 2 total biaya produksi di peternakan lele Bapak Tugirin pada periode pertama sebesar Rp. 19.470.756, periode ke-2 sebesar Rp. 19.454.813, dan periode ke-3 sebesar Rp. 20.280.213 dengan total pengeluaran selama 3 periode sebesar Rp.

59.124.782. Dengan demikian R/C Ratio dapat dihitung secara matematik berdasarkan perhitungan dalam setiap periodenya (3 Periode) sebagai berikut :

 Periode pertama

𝐵

𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

=

7.529.244

19.470.756

= 0,38

 Periode ke-2

𝐵

𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

=

10.545.813

19.454.813

= 0,54

 Periode ke-3

𝐵

𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

=

20.280.2138.219.787

= 0,40

Dapat dilihat nilai Benefit Cost Ratio (B/C-ratio) yang diperoleh BULETASI Tugirin dalam 3 periode di mana pada periode pertama sebesar 0,38, periode ke-2 sebesar 0,54, dan periode ke-3 sebear 0,40 menunjukkan bahwa B/C > 0 pada setiap periodenya, maka usaha pembesaran ikan lele yang dilaksanakan oleh BULETASI Tugirin layak diusahakan berdasarkan nilai B/C Rationya.

c) R/C Ratio Pembesaran Ikan Lele di BULETASI Tugirin

Berdasarkan data Tabel 1 diketahui penerimaan yang diperoeh BULETASI Tugirin dalam periode pertama sebesar Rp. 27.000.000, periode ke-2 sebesar Rp. 30.000.000, dan periode ke-3 Rp. 28.500.000 sedangkan total biaya yang dikeluarkan BULETASI Tugirin pada periode pertama sebesar Rp. 19.470.756, periode ke-2 sebesar Rp. 19.454.813, dan periode ke-3 sebesar Rp. 20.280.213 Dengan demikian R/C Ratio dapat dihitung secara matematik berdasar perhitungan dalam setiap periodenya (3 periode) sebagai berikut :

Periode pertama

𝑅

𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 27.000.000

19.470.756= 1,38

(10)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 76

Periode ke-2

𝑅

𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 30.000.000

19.454.813 = 1,54

Periode ke-3

𝑅

𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 28.500.000

20.280.213 = 1,40

Dapat dilihat nilai Revenue Cost Ratio (R/C-ratio) yang diperoleh BULETASI Tugirin dalam 3 periode di mana pada periode pertama sebesar 1,38, periode ke-2 sebesar 1,54, dan periode ke-3 sebesar 1,40 menunjukkan bahwa R/C > 1 pada setiap periodenya, maka usaha pembesaran ikan lele yang dilaksanakan oleh BULETASI Tugirin layak diusahakan dilihat dari nilai R/C Rationya.

d) Break Event Point (BEP) Pembesaran Ikan Lele di BULETASI Tugirin

Dari nilai BEP diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian. Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume dan BEP harga produksi. Dirumuskan sebagai berikut :

a. BEP Volume

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan BULETASI Tugirin pada periode pertama sebesar Rp. 19.470.756, periode ke-2 sebesar Rp.

19.454.813, dan periode ke-3 sebesar Rp. 20.280.213 serta harga penjualan yang diperoleh BULETASI Tugirin pada setiap periodenya sama yaitu sebesar Rp.

22.000/kg. Dengan demikin BEP Volume dapat dihitung secara matematik sebagai berikut:

 Periode pertama

𝐵𝐸𝑃 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐾𝑔) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 19.470.756

20.000 = 973,53 𝐾𝑔

 Periode ke-2

𝐵𝐸𝑃 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐾𝑔) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 19.454.813

20.000 = 972,74 𝐾𝑔

 Periode ke-3

𝐵𝐸𝑃 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐾𝑔) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 20.280.213

20.000 = 1.014 𝐾𝑔

Berdasarkan hasil analisis BEP Volume di atas dapat diketahui bahwa usaha

(11)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 77 ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi lele pada periode pertama mencapai 973,53 kg ikan lele, periode ke-2 mencapai 972,74 kg ikan lele, dan pada periode ke-3 mencapai 1.014 kg ikan lele. Apabila jumlah produksi kurang dari 973,53 kg, 972,74 kg dan 1.014 kg dalam 3 periode maka usaha akan mengalami kerugian, sedangkan apabila usaha memproduksi lebih dari 973,53 kg, 972,74 kg, dan 1.014 kg dalam 3 periode maka akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

b. BEP Harga

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan BULETASI Tugirin selama 3 periode, pada periode pertama sebesar Rp. 19.470.756, periode ke-2 sebesar Rp. 19.454.813 dan periode ke-3 sebesar Rp. 20.280.213 dan total produksi yang diperoeh BULETASI pada periode pertama sebesar 1.350 kg, pada periode ke-2 sebesar 1.500 kg, dan pada periode ke-3 sebesar 1.425 kg. Dengan demikian BEP harga dapat dihitung sebagai berikut :

 Periode Ke-1

𝐵𝐸𝑃 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 19.470.756

1.350 = 14.422

 Periode Ke-2

𝐵𝐸𝑃 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 19.454.813

1.500 = 12.969

 Periode Ke-3

𝐵𝐸𝑃 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑙𝑒 𝐹𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖

= 20.280.213

1.425 = 14.231

Berdasarkan hasil analisis BEP Harga diketahui bahwa nilai BEP Harga yang diperoleh pada periode pertama sebesar Rp. 14.422, periode ke-2 sebesar Rp. 12.969 dan periode ke-3 sebesar Rp. 14.231 yang artinya BULETASI Tugirin memperoleh pulang pokok jika hanya menjual ikan lele sebesar Rp. 14.422/kg, 12.969/kg dan 14.231/kg Apabila BULETASI Tugirin menjual ikan lele dibawah harga tersebut maka usaha akan mengalami kerugian dan apabila usaha pembesaran ikan lele BULETASI Tugirin menjual ikan lele siap diatas harga tersebut maka akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

e) Payback Period Usaha Pembesaran Ikan Lele di BULETASI Tugirin

Analisis Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui jangka waktu

(12)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 78 pengembalian modal yang telah dikeluarkan oleh BULETASI Tugirin selama produksi yang diperoleh dari perbandingan nilai investasi dengan nilai pendapatan. Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut (Ahmad, 2017). Nilai investasi pada penelitian ini dihasilkan dari total biaya dari mesin dan alat yang digunakan oleh BULETASI Tugirin sebagai sarana pendukung untuk melakukan kegiatan usaha pembesaran ikan lele fermentasi.

Berikut tabel investasi pembesaran ikan lele milik Bapak Tugirin.

Tabel 3. Rincian Investasi Pembesar Ikan Lele Fermentasi Milik Bapak Tugirin

No Uraian Jm

l

Satua n

Harga Satuan (Rp)

Jumlah Investasi (Rp)

1 Kolam terpal rangka Baja Ringan 2 x 4 28 Buah 800.000 22.400.000

2 Kolam Penampungan 5 Buah 500.000 2.500.000

3 Renovasi Bangunan 1 Unit 5.000.000 5.000.000

4 Serokan Besar 3 Buah 25.000 75.000

5 Serokan Kecil 1 Buah 10.000 10.000

6 Pompa Air 1 Unit 350.000 350.000

7 Mesin Sedot Air 1 Unit 500.000 500.000

8 Saringan Air 1 Buah 5.000 5.000

9 Semprotan Air 1 Buah 15.000 15.000

10 Ember Kecil 4 Buah 15.000 60.000

11 Ember Besar 5 Buah 30.000 150.000

12 Bak Sortir 5 Buah 25.000 125.000

13 Baskom Untuk Pakan 1 Buah 30.000 30.000

14 Timbangan 1 Unit 350.000 350.000

15 Sepatu Bot 2 Unit 100.000 200.000

16 Lampu Neon Untuk penerangan 4 Buah 40.000 160.000

17 Blender 1 Unit 200.000 200.000

18 Motor Yamaha Vega 1 Unit 14.000.000 14.000.000

19 Box Motor 1 Buah 200.000 200.000

20 Paralon untuk Sifon 1,5 inch 13 Buah 37.500 487.500

21 Paralon untuk Selang Air 1,5 inch 2 Buah 37.500 75.000

22 Drum Plastik 150 L 2 Buah 150.000 300.000

23 Golok 1 Buah 70.000 70.000

24 Kabel Rol 2 Buah 30.000 60.000

25 Tupperware Untuk Obat-obatan 1 Buah 70.000 70.000

26 Tupperware Untuk Garam 1 Buah 50.000 50.000

27 Cangkul 1 Buah 50.000 50.000

28 Cangkul Blencong 1 Buah 50.000 50.000

29 Drum Plastik 25 L 4 Buah 35.000 140.000

30 Filter Air Untuk Sistembioflok 1 Buah 650.000 650.000

31 Pengisi Oksigen Untuk Sistembioflok 1 Buah 400.000 400.000

32 Selang 50 Meter 5.000 250.000

TO TAL 48.982.500

Sumber : Data Primer Setelah Diolah.2021

Berdasarkan Tabel 3 investasi awal pembesaran ikan lele fermentasi milik Bapak Tugirin sebesar Rp. 48.982.500 dengan jumlah pendapatan selama 3 periode sebesar Rp.

26.294.844 didapat berdasarkan pada Tabel 2, dengan demikian nilai Payback Period (PP) dapat dihitung sebagai berikut:

𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑋 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛

(13)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 79

= 48.982.500

26.294.844 = 1,86

Berdasarkan perhitungan di atas nilai Payback Period (PP) pada usaha pembesaran ikan lele di BULETASI Tugirin sebesar 2,56. Nilai Payback Period (PP) tersebut menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan lele di BULETASI Tugirin akan mengalami pengembalian modal selama 1 tahun 10 bulan.

Berikut ini tabel analisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele di BULETASI Tugirin dengan melihat R/C Rasio, B/C Rasio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP) selama 3 Periode.

Tabel 4. Analisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele di BULETASI Tugirin dengan melihat R/C Rasio, B/C Rasio, Break Even Point (BEP) dan Payback Pe riod (PP) selama 3 Periode

No Uraian Per periode

(3 Bulan)

Periode 1 Periode 1 Periode 1 1 Total Penerimaan 27.000.000 30.000.000 28.500.000 2 Total Biaya 19.470.756 19.454.813 20.280.213 3 Pendapatan 7.529.244 10.545.813 8.219.787

4 B/C Ratio 0,38 0,54 0,40

5 R/C Ratio 1,38 1,54 1,40

6 BEP Volume 973,55 972,74 1.014

7 BEP Harga 14.422 12.969 14.231

8 Payabck Periode (3 Periode)

1,86

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021.

PEMBAHASAN

Pada awalnya usaha pembesaran ikan lele fermentasi ini membudidayakan lele non fermentasi, namun keuntungan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya yang dikeluarkan selama budidaya. Akhirnya Bapak Tugirin mulai mempelajari budidaya lele dengan memanfaatkan pakan buatan sendiri yang sudah melalui fermentasi dan hasil yang diperoleh cukup menguntungkan, hingga saat ini peternakan lele Bapak Tugirin disebut budidaya lele fermentasi (BULETASI). Budidaya lele fermentasi pada dasarnya menggunakan pakan fermentasi yang bertujuan untuk menekan biaya produksi di mana pakan fermentasi sendiri merupakan pakan buatan yang terdiri dari komposisi bahan-bahan alami seperti bakatul, kotoran sapi atau kambing kering, ditambah kotoran puyuh atau kotoran ayam, ditambah cacahan pohon pisang, jerami, eceng gondok, daun mindi, dan daun pepaya. Meskipun usaha ini banyak memperoleh keuntungan namun perlu diadakannya analisis lebih lanjut.

Analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan finansial apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk diusahakan.

(14)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 80 Setelah melakukan analisis kelayakan finansial usaha budidaya ikan lele fermentasi di peternakan lele milik Bapak Tugirirn di Desa Srimulyo, Piyungan, Bantul dengan menggunakan pakan fermentasi dapat menghemat biaya produksi sehingga dapat memperoleh keuntungan yang cukup besar. Berdasarkan aspek biaya usaha pembesaran ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) fermentasi yang dilakukan oleh BULETASI Tugirin pada periode pertama sebesar Rp. 19.470.756, periode ke-2 sebesar Rp. 19.454.813, dan periode ke-3 sebesar Rp. 20.280.213. Perbedaan biaya dari setiap periode dikarenakan oleh beberapa faktor mulai dari pakan, pembelian bibit, biaya listrik selama budidaya, biaya obat-obatan dan vitamin, persiapan kolam, biaya transportasi, tenaga kerja, kemasan plastik, dan perawatan. Perbedaan musim dan cuaca di setiap periodenya juga mempengaruhi perbedaan biaya ini, di mana pada periode pertama Bapak Tugirin membudidayakan lele fermentasinya pada musim penghujan, periode kedua dilakukan pada musim kemarau, dan periode ketiga pada musim pancaroba, karena hal tersebut Bapak Tugirin harus melakukan perawatan ekstra dalam mengatasi lele yang mudah stres dan mati karena perubahan suhu dan cuaca dapat menyebabkan lele mudah terserang penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut Bapak Tugirin banyak membeli obat-obatan dan vitamin untuk pencegahan, karena itulah biaya yang dikeluarkan Bapak Tugirin berbeda-beda di setiap periodenya.

Berdasarkan aspek pendapatan di setiap periodenya usaha pembesaran ikan lele fermentasi memperoleh keuntungan pada periode pertama sebesar Rp. 7.529.244, periode ke-2 sebesar Rp.10.545.813, dan periode ke-3 sebesar Rp.8.219.787. Dilihat dari keuntungan yang diperoleh Bapak Tugirin cukup tinggi hal ini dikarenakan harga lele di atas rata-rata harga pasar, harga yang cukup tinggi ini disebabkan kualitas dari ikan lele fermentasi yang sangat bagus, kandungan gizi yang sangat tinggi, dan sedikit mengandung kolestrol sehingga banyak yang meminati hasil dari lele fermentasi ini dan hasil produksi yang diperoleh cukup banyak dari 15.000 bibit yang ditebar/dibudidayakan tingkat angka kematian lele dikarenakan perubahan suhu maupun cuaca hanya sekitaran 10%-15%

dibandingkan lele non fermentasi tingkat kematiannya cukup tinggi sekitaran 20%-25%.

Sedangkan metode analisis kelayakan yang digunakan untuk mengetahui layak tidaknya usaha milik Bapak Tugirin menggunakan B/C Ratio dan R/C Ratio, analisis kelayakan itu sendiri merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya suatu usaha yang sedang dijalankan saat ini. Berdasarkan hasil nilai B/C Rasio pada periode pertama sebesar 0,38, periode ke-2 sebesar 0,54, dan periode ke-3 sebesar 0,40 dilihat dari hasil analisis tersebut bahwa budidaya lele fermentasi milik Bapak Tugirin layak untuk

(15)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 81 diusahakan, hal ini dikarenakan budidaya lele fermentasi ini cukup memberikan manfaat dalam segi finansial bagi Bapak Tugirin karena banyaknya orang yang lebih memilih mengkonsumsi lele fermentasi dibandingkan lele non fermentasi sehingga keuntungan yang diperoleh cukup tinggi.

Berdasarkan dari nilai R/C Rasio pada periode pertama sebesar 1,38, periode ke-2 sebesar 1,54, dan periode ke-3 sebesar 1,40. Berdasarkan hasil analisis tersebut budidaya lele fermentasi Bapak Tugirin layak untuk diusahakan karena dengan menggunakan fermentasi pakan Bapak Tugirin dapat menghemat pembelian pakan yang ada di pasaran, selama budidaya kurang lebih 3 bulan sampai panen Bapak Tugirin tidak perlu lagi mengganti air kolam sampai panen, lele yang dibudidayakan memiliki ukuran yang seragam sehingga dapat memudahkan Bapak Tugirin menyortir lele fermentasi ini, air kolam sisa budidaya tadi biasanya akan digunakan lagi oleh Bapak Tugirin pada periode budidaya selanjutnya selain itu air sisa kolam budidaya ini dapat dijadikan pupuk organik untuk menyiram tanaman, dari beberapa hal ini Bapak Tugirin dapat menekan biaya selama membudidayakan lele fermentasi ini serta pemanenan tidak menunggu lama hanya sekitaran 3 bulan sehingga Bapak Tugirin dapat memperoleh pendapatan lebih cepat dibandingkan lele non fermentasi yang harus menunggu 4-5 bulan panen. Dengan adanya analisis kelayakan finansial ini dapat diketahui kelayakan dan nilai kelayakan dari usaha pembesaran ikan lele fermentasi di peternakan lele milik Bapak Tugirirn.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendapatan usaha pembesaran ikan lele fermentasi pada periode pertama sebesar Rp.

7.529.244, periode ke-2 sebesar Rp.10.545.813, dan periode ke-3 sebesar Rp.8.219.787, dengan total perndapatan per tahunnya sebesar Rp. 26.294.844.

2. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha peternakan lele milik Bapak Tugirin layak untuk diusahakan berdasarkan nilai R/C Rasio (nilai rata-rata pertahun 1,44263) dan nilai B/C Rasio (nilai rata-rata pertahun 0,654).

DAFTAR PUSTAKA

Abd, Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2017. Ekonomika Pertanian, Pengantar Teori dan Kasus. Penebar Swadaya. Jakarta.

(16)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 82 Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Jakarta.

Ayatullah, I. 2018. Studi Kelayakan Investasi Bisnis dan Proyek. PPM. Jakarta.

BPS Bantul. 2019. Data Produksi Lele Fermentasi di Kabupaten Bantul 2018-20l9. Badan Pusat Statistika. Bantul.

BPS Bantul. 2019. Data Data Produksi Lele Fermentasi di Yogyakarta 2016-2019. Badan Pusat Statistik. Bantul.

Burhan, Bungin. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Dewi, Wiwit. 2016. Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) pada Kolam Air Deras di Kecamatan Polanharjo, Kabuapten Klaten. Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian 07(01). Jurusan Penyuluhan Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang. Yogyakarta.

Emma, Siti. 2018. Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Dumbo Secara Intensif di Kolam Terpal. Jurnal Agribisnis 04(01). Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Gittinger, J. P. 2018. Analisa Ekonomi Proyek– Proyek Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Husen, Dwi. 2016. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal di Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah. Skripsi Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung. Bangka Belitung.

Kasmir dan Jakfar. 2017. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2018. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Khairuman, Khairul Amri. 2018. Peluang Usaha dan Teknik Budi Daya Lele Sangkuriang.

PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Khairuman, Khairul Amri. 2016. Panen Rupiah dari Budidaya Lele. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Lestari, Dewi. 2017. Kelayakan Usaha Pembenihan pada Komoditi Ikan Lele Sangkuriang di Usaha Bapak Endang, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Lukito A. M. 2016. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta.

(17)

Analisis Kelayakan Finansial Budidaya (Fitrianingsih, Sudrajat, Ratri) 83 Lukito, Harmaizar. 2017. Pendirian dan Pengembangan Usaha. CV Dian Anugerah Prakasa.

Jakarta.

Mosher dan Wilaga Suliyanto. 2017. Studi Kelayakan Bisnis. Pendekatan Praktis. ANDI Yogyakarta. Yogyakarta.

Mubyarto, Lukman. 2017. Manajemen Keuangan. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mudjiman, R. 2017. Kupas Tuntas Budi Daya Bisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purba, Agusti. 2016. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Rahayu, Indah. 2018. Analisis Kelayakan Usahatani Ikan Sistim Karamba di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT Alfabet. Bandung.

Suhendra, Ruwadi. 2018. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Shinta, Indriani. 2016. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Suprihatin, Iban. 2016. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutrisno, Andika Yulio. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Studi Kasus: Perusahaan Parakbada, Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Guna menambah ilmu dan wawasan bagi mahasiswa Program Studi Magister Psikologi Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dalam menyelesaikan Tesis, maka