• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis kepatuhan pajak bendahara desa di kecamatan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis kepatuhan pajak bendahara desa di kecamatan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEPATUHAN PAJAK BENDAHARA DESA DI KECAMATAN TIRTOYUDO KABUPATEN MALANG

Oleh:

Sindi Pramurti

Dosen Pembimbing:

Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui secara mendalam bagaimana kepatuhan pajak Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Kepatuhan pajak yang diteliti adalah berkaitan dengan Dana Desa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan wawancara. Studi kepustakaan yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wawancara ditujukan kepada masing-masing Bendahara Desa di 13 desa dan 2 informan dari KPP Pratama Kepanjen yaitu 1 orang Account Representative Kecamatan Tirtoyudo dan satu orang Account Reprentative Kecamatan Bantur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan pajak Bendahara Desa Kecamatan Tirtoyudo masih rendah karena belum memenuhi 4 kriteria kepatuhan pajak yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2018 Pasal 3 ayat (2).

Kata kunci: Bendahara Desa, kepatuhan pajak, Dana Desa, Account Representative

(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF VILLAGE TREASURERS’ TAX COMPLIANCE IN DISTRICT OF TIRTOYUDO MALANG REGENCY

By : Sindi Pramurti

Supervision : Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.

This research is aimed to find out about village treasurers’ tax compliance in district of Tirtiyudo Malang Regency in depth. The tax compliance examined is related to village funds. This research uses qualitative approach with descriptive method analysis. The data collection techniques used are literature review and interview. Literature reviews which are used by the applicable laws and regulation. The interview is addressed to each village treasure in 13 villages and two informants from KPP Pratama Kepanjen, one from Account Representative district of Tirtoyudo and the other from Accont Representative district of Bantur.

The result shows that village treasurers’ tax compliance in district of Tirtoyudo is still poor since it has not fulfilled the 4 criterias of tax compliance which are regulated in Minister of Finance Regulation of Republic of Indonesia Number 39 of 2018 Article 3 paragraph (2).

Keywords : village treasurers, tax compliance, village funds, Account Representative

(3)

PENDAHULUAN

Pajak mempunyai kontribusi yang tinggi dalam penerimaan negara. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 target penerimaan negara sebesar 1.894,7 trilliun, dimana 85,4% nya merupakan target penerimaan dari perpajakan. Sehingga berbagai cara dilakukan pemerintah untuk mencapai target penerimaannya seperti Automatic Exchange of Informations (AEoI), Insentif perpajakan, SDM dan regulasi, data dan sistem informasi perpajakan, serta kepatuhan Wajib Pajak (Kemenkeu 2018). Kepatuhan pajak memang masih menjadi fokus pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajaknya. Menurut Sidik, M dalam Rahayu (2010:19) menyatakan bahwa kepatuhan terhadap pemenuhan kewajiban pajak sendiri merupakan kunci penting suksesnya sistem Self Assesment. Sistem Self Assesment adalah Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya. Namun tidak hanya itu saja sistem Perpajakan Indonesia juga menganut Withholding Tax dimana memberikan wewenang kepada pihak ketiga (Bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak salah satunya Bendahara Pemerintah sebagai pemungut atau pemotong pajak (Resmi, 2017:iii).

Sehingga peningkatan kepatuhan pajak seluruh Wajib Pajak termasuk Bendahara Desa sebagai Bendahara Pemerintah sangatlah diperlukan.

Kepatuhan pajak Bendahara Desa menjadi penting sekarang ini mengingat banyaknya dana yang diterima desa dari pemerintah pusat melalui Dana Desa yang mulai diberikan pada tahun 2015. Untuk Tahun Anggaran 2018 ini saja telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati Malang Nomor 7 Tahun 2018 tentang Besaran dan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun Anggaran 2018, dimana secara rata- rata untuk masing-masing desa di Kabupaten Malang mendapatkan dana sebesar Rp 831.257.429 (Bangsaonline.com, 2018) sedangkan untuk Kecamatan Tirtoyudo sendiri Dana Desa yang diterima pada tahun 2018 sebesar Rp.10.359.076.000. Jika diupayakan secara maksimal kepatuhan pajak tiap Bendahara Desa potensi pajaknya juga sangatlah besar (Radar Malang, 2018). Berdasarkan informasi dari Kepala Subbagian Umum Kantor Pelayananan Pajak (KPP) Pratama Kepanjen pada tahun 2016 terdapat 120 Bendahara Desa yang dipanggil kejaksaan terkait tidak dibayarkannya pungutan pajak Dana Desa tahun 2015. Dari 120 Desa yang paling banyak adalah Kecamatan Tirtoyudo yaitu berjumlah 10 Desa sedangkan kecamatan lainnya rata-rata 2-5 desa.

Pajak yang terkandung dalam Dana Desa terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2), serta Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2018. Seluruh transaksi Bendahara Desa yang terkandung pajak tersebut wajib dipungut/dipotong sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Pasal 31 Permendagri 113 tahun

(4)

2014). Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh penelitian Isnawati (2016) tentang analisis pemotongan dan pemungutan pajak Bendaharawan Pemerintah yang menunjukkan bahwa mekanisme pemungutan PPN di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) X masih belum sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 563/KMK.03/2003, pelaporannya pun belum sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Hasil penelitian Fadhil (2016) menunjukkan Bendahara Desa di Kabupaten Ponorogo juga belum ada yang melaporkan pajaknya. Begitu juga dengan Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo, kepatuhan untuk memenuhi kewajiban pajaknya masih sangatlah rendah. Wawancara awal yang dilakukan peneliti terhadap 13 Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo 12 diantaranya sama sekali tidak pernah melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa baik PPN, PPh 21, PPh 22, PPh 23, maupun PPh pasal 4 ayat 2. Untuk pembayaran pajaknya pun seringkali dibayarkan 6 bulan sekali atau setelah proyek selesai. Padahal seharusnya ada batas waktu penyetoran pajak ke kas negara sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 242 tahun 2014, jika melebihi maka akan dikenai sanksi berupa bunga sebesar 2% per bulan. Namun nampaknya belum dimaksimalkan oleh otoritas pajak tentang potensi penerimaan tersebut.

Penelititian Isnawati (2016) menyebutkan bahwa otoritas pajak belum memberikan pengawasan yang tegas terhadap Bendahara Pemerintah terkait pemenuhan kewajiban perpajakannya, sosialisasi yang diberikan otoritas pajak kepada Bendahara Desa terkait pajak

seringkali belum sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku sehingga dapat menjadi penghambat Bendahara Desa untuk patuh pajak.

Dari pemaparan tersebut menurut peneliti diperlukan penggalian informasi untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Otoritas Pajak yang diberikan wewenang untuk mengawasi dan memberikan pelayanan terhadap Bendahara Desa untuk memenuhi kewajiban pajaknya adalah Account Representative (AR) sesuai dengan PMK Nomor 79/PMK.01/2015 Tentang AR pada KPP. Bukan hanya pengawasan yang menjadi fokus AR tetapi juga penggalian potensi penerimaan pajak dari Wajib Pajak.

diperlukan upaya-upaya strategis dari setiap AR untuk memaksimalkan penerimaannya.

Pada tanggal 1 Juli 2018 juga mulai berlaku PP nomor 23 tahun 2018 tentang PPh atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Dalam peraturan tersebut dijelaskan apabila Wajib Pajak yang termasuk dalam peraturan ini bertransaksi dengan Bendahara Pemerintah sebagai pemungut/pemotong pajak maka pajak atas penjualannya dikenai tarif sesuai dengan peraturan ini yaitu 0,5% sehingga Bendahara Pemerintah tidak perlu lagi memungut PPh pasal 22 khusus untuk Wajib Pajak yang dapat menunjukkan dokumen bahwa dia dikenai PP nomor 23 tahun 2018 (PMK 99 tahun 2018). Bendahara Desa sebagai Bendahara Pemerintah juga diharapkan mengetahui adanya pembaruan aturan pajak ini. Untuk

(5)

itu peneliti juga menjadikan PP 23 tahun 2018 sebagai kewajiban perpajakan Bendahara Desa.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan desa, Kepala Desa menguasakannya kepada perangkat desa selaku Pejabat pengelola Keuangan Daerah (PPKD). PPKD yang dimaksud terdiri atas Sekretaris Desa, Kepala Urusan (Kaur) dan Kepala Seksi (Kasi), serta Kaur Keuangan. Sesuai dengan peraturan tersebut yang menjabat sebagai Bendahara Desa adalah staf Kaur Keuangan. Untuk itu peran perangkat desa dalam suksesnya pengelolaan keuangan desa sangatlah penting. Dari pemaparan di atas peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kepatuhan Pajak Bendahara Desa Di Kecamatan Tirtoyudo”.

KAJIAN PUSTAKA Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Purwono (2010:12), sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia terdiri dari tiga sistem, yaitu:

1. Official Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak pemerintah untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pada penerapan Official Assesment System, peran pemerintah (dalam hal ini adalah fiskus) lebih berperan aktif daripada Wajib

Pajak. Pajak terutang apabila ada surat ketetapan dari fiskus.

2. Self Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak

untuk menghitung,

memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang.

3. Witholding System

Suatu sistem pemungutan dan pemotongan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak.

Mekanisme Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Sesuai Pasal 35 Permendagri nomor 113 tahun 2014, Bendahara

Desa wajib

mempertanggungjawabkan uang

melalui laporan

pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban ini disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya kepada Kepala Desa.

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa setiap akhir tahun anggaran disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan yang telah ditetapkan dengan Peraturan Desa. Setelah Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) telah sepakat terhadap Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa dalam bentuk Peraturan Desa, maka Peraturan Desa ini disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagai bagian tidak terpisahkan dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa

(6)

sebagaimana tercantum dalam pada pasal 41 Permendagri 113/2014, disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berkenaan. Dari Laporan Pertanggungjawaban yang ada di Pemerintah Kabupaten inilah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kepanjen memeriksa pemenuhan kewajiban pajak Bendahara Desa.

Bendahara Desa

Menurut Permendagri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Bendahara Desa sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Bendahara Desa merupakan salah satu unsur dari Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yang dijabat oleh kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu Sekretaris Desa.

Bendahara Desa mengelola keuangan desa yang meliputi penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

Penatausahaan dilakukan dengan menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank. Penatausahaan yang dilakukan antara lain meliputi:

1. Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar;

2. Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya;

3. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib;

4. Mempertanggungjawabkan uang

melalui laporan

pertanggungjawaban.

Kepatuhan Pajak

Menurut Nurmantu, Safri dalam Rahayu (2010:138) menyatakan bahwa Kepatuhan Perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Berdasarkan PMK nomor 39 tahun 2018 Tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, kriteria Kepatuhan Wajib Pajak adalah:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT;

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

c. Laporan keungan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tahun berturut-turut;

d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka 5 tahun terakhir.

Account Representative

Berdasarkan PMK Nomor 79/PMK.01/2015 Tentang Account Representative (AR) pada KPP, AR terdiri dari:

a. AR yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak; dan

(7)

b. AR yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi Wajib Pajak.

AR yang menjalankan fungsi pelayanan dan konsultasi Wajib Pajak mempunyai tugas:

a. Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak;

b. Melakukan proses penyelesaian usulan pembetulan ketetapan pajak;

c. Melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak; dan d. Melakukan proses

penyelesaian usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

AR yang menjalankan fungsi pengawasan dan penggalian potensi Wajib Pajak mempunyai tugas:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

b. Menyusun profil Wajib Pajak;

c. Analisis kinerja Wajib Pajak;

dan

d. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah pertama, pendekatan kualitatif lebih mudah menyesuaikan kebutuhan apabila menghadapi kenyataan ganda (Ambigu); kedua,

menyajikan hakikat hubungan peneliti dan responden secara langsung; ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi (Moleong, 1991:5)

Jenis penelitian ini merupakan analisis deskriptif.

Alasan peneliti memilih penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah peneliti ingin memahami fenomena banyaknya Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo yang dipanggil Kejaksaan pada tahun 2016, sehingga mendapatkan gambaran kepatuhan pajak yang jelas untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan penelitian sesuai dengan tujuan dari penelitian yaitu mengenai kepatuhan Bendahara Desa Kecamatan Tirtoyudo dalam memenuhi 4 kriteria kepatuhan pajak dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2018.

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer.

data primer adalah data langsung diperoleh peneliti dari sumber informan dengan cara wawancara dan pengamatan langsung dengan pihak yang terkait. Sumber data yang peneliti peroleh dari jenis ini yaitu dari pihak Bendahara Desa dan pihak KPP Pratama Kepanjen. Alasan peneliti menjadikan Bendahara Desa sebagai subjek penelitian karena pihak yang menjadi pelaksana pengelolaan keuangan desa adalah Bendahara Desa. Sedangkan alasan peneliti menjadikan Account Representative (AR) dari KPP Pratama Kepanjen sebagai subjek penelitian adalah sebagai data pembanding.

(8)

Metode dan strategi penggalian informasi yang digunakan dalam penelitian ini melalui studi kepustakaan dan wawancara.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah perundang-undangan, buku-buku teks dan juga jurnal yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.

Wawancara yang dilakukan dengan narasumber yang berhubungan dengan Kepatuhan Pajak Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo untuk mendapatkan data atau informasi secara langsung dari objek penelitian. Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur tujuannya agar menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak narasumber diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2017:115).

Dalam wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara yang digunakan sebagai pegangan agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian, namun pertanyaan juga dapat berkembang sesuai dengan jawaban dari narasumber. Untuk mendeskripsikan permasalahan penelitian hasil studi kepustakaan, dan wawancara harus disistemasikan.

Kemudian menganalisis data tersebut dengan metode narrative yaitu merubah hasil penelitian ke dalam bentuk deskriptif untuk menceritakan secara rinci agar meningkatkan pemahaman terhadap fenomena yang terjadi dibandingkan dengan teori yang ada (Lawrence N, dikutip oleh Parwanto, 2008).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis dengan model interaktif. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2017:132), berpendapat bahwa analisis terdiri

dari empat alur kegiatan, yaitu meliputi: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Melaporkan Surat Pemberitahuan Tepat Waktu

Kewajiban Bendahara Desa dalam pelaporan pajak tercantum dalam Pengumuman Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor PENG-05/PJ.09/2010 Tentang Kewajiban Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Melakukan

Pemotongan/Pemungutan Pajak, dalam aturan tersebut disebutkan bahwa Bendahara Pemerintah dalam hal ini Bendahara Desa wajib melakukan pelaporan ke KPP sesuai batas waktu yang ditentukan.

Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti, 12 Bendahara Desa tidak melakukan pelaporan pajak kepada KPP setempat sampai saat ini. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti bahwa mereka menjawab sendiri tidak pernah melaporkan SPT Masa sama sekali.

Sedangkan untuk 1 desa yaitu Desa Purwodadi menyebutkan bahwa mereka secara rutin melaporkan, hal ini dibenarkan oleh pihak AR Tirtoyudo memang hanya 1 Desa yang meminta bantuan untuk melaporkan SPT Masa nya, itu saja dilakukan satu tahun sekali.

Padahal sesuai dengan PMK Nomor 243 Tahun 2014 yang terakhir kali diubah dengan PMK nomor 9 tahun 2018 untuk PPh 21, PPh 22, PPh 23 dan PPh Pasal 4 ayat (2), Bendahara Desa wajib melaporkan SPT paling lama 20 hari

(9)

setelah masa pajak berakhir, sedangkan PPN wajib dilaporkan paling lama akhir bulan setelah masa pajak berakhir. Berdasarkan informasi yang didapatkan, selama ini Bendahara Desa juga belum pernah mendapatkan surat teguran atau peringatan dari KPP. Mereka berpikir bahwa setelah melakukan penyetoran pajak ke Bank Jatim maka kewajiban pajak mereka sudah selesai, sehingga dapat disimpulkan bahwa Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo belum memenuhi kewajiban pelaporan pajak sebagaimana diatur dalam Pengumuman Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor PENG-05/PJ/2010 Tentang Kewajiban Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah untuk Melakukan Pemotongan/Pemungutan Pajak serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2018.

Sedangkan informasi dari AR Tirtoyudo menyebutkan bahwa pihaknya ingin mereka dapat fokus dulu dalam kegiatan mereka, untuk saat ini masih dimaklumi mengingat kurangnya sumber daya manusia.

Namun jika Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jatim III memberikan himbauan untuk diberikan sanksi, maka secara terpaksa KPP memberikan sanksi kepada Bendahara Desa. Namun menurut analisis peneliti seharusnya KPP dapat memanfaatkan peluang besar penerimaan pajak dari sanksi yang dibayarkan Bendahara Desa, disamping itu ini juga dapat menjadi bentuk keadilan terhadap Bendahara Desa yang secara rutin melaporkan SPT atau Bendahara Desa yang sudah dikenai sanksi. Karena menurut AR Tirtoyudo sudah ada AR lain yang menetapkan sanksi

kepada Bendahara Desa yang dibawahinya.

Hambatan dalam proses pemotongan dan pemungutan pajak Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo terjadi dalam proses pelaporan pajak. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman mereka tentang tata cara pelaporan SPT Masa. Menurut Bendahara Desa pelaporan SPT Masa hanya bisa dilakukan di KPP Pratama Kepanjen, sehingga yang menjadi alasan mereka adalah tidak efektifnya waktu dan biaya. Padahal menurut otoritas pajak pelaporan SPT Masa dapat dilakukan secara online tanpa perlu datang langsung ke KPP. Dari pihak Bendahara Desa juga mengungkapkan bahwa masih kurangnya sosialisasi yang diberikan kepada mereka. Menurut mereka kalau hanya sosialisasi di ruangan yang terdiri dari seluruh Bendahara Desa di Kabupaten Malang tidak akan efektif mengingat banyakya form yang harus mereka isi jika melakukan pelaporan SPT Masa.

Bendahara Desa juga hanya memfokuskan diri pada laporan pertanggungjawaban (LPJ) yang diberikan pada kecamatan. Dalam LPJ yang perlu disertakan hanyalah Surat Setoran Pajak (SSP). Pihak AR pun memberikan informasi bahwa KPP untuk mengetahui kurang bayar atau lebih bayar pajak dari Bendahara Desa melalui LPJ, yang dikumpulkan ke kecamatan oleh desa biasanya paling lambat pada bulan Maret. Namun sampai saat ini belum ada Bendahara Desa yang ditetapkan kurang bayar atau lebih bayar oleh KPP.

Peneliti juga menarik kesimpulan bahwa Bendahara Desa di

(10)

Kecamatan Tirtoyudo belum sepenuhnya memahami kewajiban perpajakan. Persepsi bahwa kewajiban pajak selesai setelah penyetoran pajak merupakan penafsiran yang tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Kurangnya informasi yang didapatkan oleh Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo juga membuktikan bahwa antara AR sebagai fasilitator pemenuhan kewajiban perpajakan Bendahara Desa dengan Bendahara Desa masih kurang, ditambah lagi tidak adanya sanksi yang tegas untuk memberikan efek jera juga tidak dilakukan oleh KPP. Kewajiban perpajakan tidak hanya pemungutan dan penyetoran pajak saja, namun pelaporan pajak juga kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi sebagai upaya pengawasan dari Direktorat Jenderal Pajak dalam upaya mengamankan penerimaan negara.

Dari tabel perhitungan sanksi tidak adanya penyampaian SPT Masa di tahun 2017-2018 pada 12 desa di Kecamatan Tirtoyudo pada lampiran 4 didapatkan potensi penerimaan sebesar Rp 169.200.000.

Seharusnya potensi penerimaan tersebut dapat dimaksimalkan oleh KPP Pratama Kepanjan karena Rp.169.200.000 hanya 1 kecamatan sedangkan Kabupaten Malang terdiri dari 33 kecamatan maka potensi penerimaannya akan semakin banyak lagi. Dari pemaparan di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo belum memenuhi kriteria kepatuhan pajak yang pertama dalam PMK nomor 39 tahun 2018 yaitu melaporkan SPT tepat waktu, karena 12 dari 13 desa di Kecamatan

Tirtoyudo tidak pernah melaporkan SPT Masa.

Tidak Ada Tunggakan Pajak Berdasarkan Pengumuman Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor PENG- 05/PJ.09/2010, Bendahara Pemerintah wajib untuk menyetorkan pajak yang telah dipungut ke kas negara. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU KUP yang diatur lebih lanjut dalam PMK Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak, PPh wajib disetorkan tanggal 10 bulan berikutnya (kecuali PPh Pasal 22 disetorkan 7 hari setelah pembayaran) dan PPN wajib disetorkan 7 hari setelah tanggal pembayaran). Penyetoran semua jenis pajak yang dipotong/dipungut oleh Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo dilakukan pada saat selesai pencairan Dana Desa. Ada 7 desa yang langsung menyetorkan pajaknya setelah melakukan pencairan Dana Desa, 6 desa menyetorkan pajaknya 1 tahun sekali. Seharusnya dengan sistem penyetoran seperti itu Bendahara Desa dapat dikenai sanksi terkait penyetoran pajak melebihi jatuh tempo. Dikarenakan keterbatasan penelitian, peneliti tidak dapat memperoleh data dari Bendahara Desa maupun dari KPP terkait besarnya pajak terutang masing- masing desa. Sehingga peneliti tidak dapat menghitung sanksi yang seharusnya didapatkan oleh masing- masing desa. Berikut cara perhitungan sanksi keterlambatan penyetoran pajak:

Rumus

Bunga = 2% × Pajak Terutang

(11)

Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penyetoran pajak oleh Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo belum dilakukan sesuai dengan PMK Nomor 242/PMK.02/2014 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak. Penyetoran Pajak yang terlambat oleh Bendahara Desa inilah yang menghambat terwujudnya salah satu tujuan withholding system, yaitu mempercepat penerimaan pajak ke kas negara. Peneliti juga menarik kesimpulan bahwa Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo belum memenuhi kriteria kepatuhan pajak yang kedua dalam PMK nomor 39 tahun 2018 yaitu tidak ada tunggakan pajak, karena penyetoran pajak yang sudah dipungutnya jauh melebihi batas akhir penyetoran pajak.

Laporan Keuangan Diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga Pengawasan Keuangan Pemerintah

Dalam melaksanakan pelaporan keuangan maupun LPJ, Bendahara Desa harus berkoordinasi dengan Sekretaris Desa selaku koordinator PTPKD. Untuk tahun 2018 hanya 2 desa yang laporan keuangannya sudah diperiksa oleh Inspektorat, sedangkan 11 desa yang lainnya belum mendapatkan gilirannya. Itu berarti setiap tahunnya tidak semua laporan keuangan yang dihasilkan desa diaudit oleh lembaga pengawasan pemerintah. Seharusnya setiap laporan keuangan yang dihasilkan Pemerintah Desa secara rutin diperiksa karena Dana Desa yang diterima Desa juga setiap tahun ada.

Jika pemeriksaan tidak dilakukan secara rutin bagaimana masyarakat

ataupun pemerintah mengetahui bahwa laporan keuangan yang dihasilkan oleh Pemerintah Desa sesuai dengan realisasinya. Dari pemaparan di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo belum memenuhi kriteria kepatuhan pajak yang ketiga dalam PMK nomor 39 tahun 2018 yaitu laporan keuangan diaudit akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah, karena setiap tahunnya hanya 2 desa yang diperiksa oleh Inspektorat Kabupaten Malang.

Tidak Pernah Dipidana Karena Melakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan

Dalam pengawasan Dana Desa Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan dan Kejaksaan, sehingga pada tahun 2016 banyak desa dipanggil Kejaksaan karena tidak melakukan pembayaran pajak untuk Dana Desa tahun 2015. Kabupaten Malang sendiri ada 120 desa, untuk Kecamatan Tirtoyudo 10 desa yang dipanggil Kejaksaan. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan Bendahara Desa, pemanggilan tersebut hanya peringatan dan masih diberi kelonggaran mengingat masih tahun pertama diberikannya Dana Desa. Hal tersebut juga dikarenakan Bendahara Desa belum paham sistem E-Billing. Setelah 10 desa tersebut melakukan pembayaran secara langsung di KPP Pratama Kepanjen, kasus tersebut sudah selesai. Peneliti memberikan kesimpulan bahwa seluruh Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo telah memenuhi kriteria kepatuhan pajak yang keempat dalam PMK nomor 39 tahun 2018 yaitu tidak pernah

(12)

dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Secara keseluruhan tingkat kepatuhan pajak Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo masih rendah.

Karena tidak memenuhi kriteria kepatuhan pajak melaporkan SPT tepat waktu, tidak ada tunggakan pajak, dan laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah.

Bendahara Desa di kecamatan Tirtoyudo hanya memenuhi 1 kriteria kepatuhan pajak dalam PMK nomor 39 tahun 2018 yaitu tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Faktor Penghambat Kepatuhan Pajak Bendahara Desa

Berdasarkan hasil wawancara dengan 13 Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo, ada berbagai faktor yang menghambat mereka untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk

hambatan dalam

pemungutan/pemotongan pajak, menurut mereka banyak rekanan yang tidak mau untuk dipungut pajak, tentu dalam hal ini rekanan termasuk menyalahi aturan perpajakan. Kemudian Bendahara Desa juga tidak pernah menandatangani dan mempunyai faktur pajak, berdasarkan analisis peneliti hal tersebut tidak sesuai

dengan PMK nomor

190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dalam aturan tersebut Bendahara Desa harus melampirkan bukti-bukti yang sah meliputi antara lain faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak.

Sejalan dengan hal ini, ketika penyedia barang/jasa yang melakukan penagihan kepada Bendahara Desa berdasarkan Permendagri nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana telah diubah dengan Permendagri nomor 20 tahun 2018, harus melampirkan SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani Wajib Pajak dan Wajib Pungut. Bendahara Desa juga mengakui bahwa KPP Pratama Kepanjen tidak mewajibkan pemungutan PPN harus disertai faktur pajak, sehingga menurut peneliti sosialisasi dari KPP Pratama Kepanjen melalui AR belum sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku.

Untuk penyetoran pajak yang menjadi kendala mereka adalah jauhnya jarak yang harus mereka tempuh untuk membayar pajaknya.

Karena menurut mereka menyetorkan pajak harus ke Bank Jatim. Berdasarkan analisis peneliti hal tersebut dikarenakan kurangnya komunikasi antara Bendahara Desa dengan AR. Karena menurut informasi yang saya dapatkan dari KPP penyetoran pajak yang sudah dipungut tidak harus ke Bank Jatim melainkan bisa diseluruh bank, E- Banking, maupun Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Untuk pelaporan, masih banyaknya yang belum paham cara pelaporan SPT Masa, tidak adanya teguran atau peringatan dari KPP serta sanksi yang diberikan, dan penafsiran jika setelah menyetorkan maka kewajiban pajak sudah selesai.

Menurut peneliti seharusnya KPP dapat secara tegas memberikan sanksi ataupun teguran kepada Bendahara Desa. Perlunya

(13)

penyuluhan yang dilakukan dengan peserta yang sedikit misalnya 1 kecamatan saja dapat secara efektif menambah wawasan mereka dalam melakukan pelaporan SPT Masa.

Dalam mekanisme

pemungutan/pemotongan pajak Kepala Desa juga memiliki peranan penting. Dari hasil wawancara dengan Bendahara Desa Tamansatriyan bahwa terdapat Bendahara Desa yang justru diberhentikan karena pemahaman pajak dan pengelolaan keuangan desanya sudah baik menunjukkan bahwa adanya praktek-praktek penyelewengan kekuasaan yang dilakukan Kepala Desa demi mencapai kepentingan pribadinya, sehingga menurut peneliti dibutuhkan regulasi dari pemerintah yang mengatur proses pemilihan Bendahara Desa.

Upaya-Upaya yang Dilakukan KPP untuk Meningkatkan Kepatuhan Pajak Bendahara Desa

Berdasarkan wawancara dengan AR yang ada di KPP Pratama Kepanjen upaya-upaya yang dilakukan adalah bekerjasama dengan BPK dan Kejaksaan apabila ada Bendahara Desa yang tidak membayarkan pajaknya. Kemudian melakukan sosialisasi paling tidak 1 tahun sekali atau apabila ada aturan baru. Serta berkomunikasi secara rutin melalui AR dengan Bendahara Desa. AR Tirtoyudo mengungkapkan bahwa sering berkomunikasi dengan Bendahara Desa meskipun mengakui bahwa jarang melakukan visit langsung karena lokasinya yang jauh serta banyaknya wajib pajak yang dipegangnya. Berbeda dengan yang diungkapkan Bendahara Desa, mereka mengungkapkan bahwa AR

yang sekarang jarang sekali berkomunikasi dengan mereka walaupun via WhatsApp. Untuk tahun 2017 dan 2018 ada beberapa desa yang tidak pernah di visit oleh AR tersebut. Dari hasil wawancara dengan Bendahara Desa untuk tahun 2018 juga belum ada sosialisasi dari KPP. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa pemberian pemahaman pajak yang dilakukan KPP Pratama Kepanjen ke Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo belum efektif.

Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo banyak yang menganggap bahwa penyetoran pajak harus ke dilakukan di Bank Jatim. Kemudian pelaporan pajak hanya bisa dilakukan dengan datang langsung ke KPP Pratama Kepanjen.

Untuk pemungutan PPN semua Bendahara Desa juga tidak pernah mempunyai faktur pajak yang diberikan oleh rekanan.

Ketidakpatuhan pajak yang dilakukan Bendahara Desa juga belum pernah mendapatkan teguran ataupun sanksi dari KPP Pratama Kepanjen, sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa AR Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo belum sesuai dengan PMK Nomor 79/PMK.01/2015 Tentang AR Pada Kantor Pelayanan Pajak. Dari pemaparan tersebut, menurut peneliti dibutuhkan pengawasan yang tegas dari KPP Pratama Kepanjen pada Bendahara Desa. KPP Pratama Kepanjen juga harus memberikan sanksi dari setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Bendahara Desa sesuai peraturan perpajakan yang berlaku. Sosialisasi yang diberikan kepada Bendahara Desa dari KPP Pratama Kepanjen secara langsung ataupun melalui AR haruslah sesuai

(14)

dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Setiap Desa juga harus mempunyai seorang Bendahara Desa yang kompeten dalam bidang keuangan dan perpajakan

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menarik kesimpulan bahwa tingkat kepatuhan pajak Bendahara Desa di Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang masih rendah karena belum memenuhi 3 kriteria kepatuhan pajak dalam PMK nomor 39 tahun 2018. Kriteria kepatuhan pajak yang sudah dipenuhi hanya kriteria kepatuhan pajak yang keempat yaitu tidak pernah dipidana karena tindak pidana di bidang perpajakan. Untuk faktor

penghambat dalam

pemungutan/pemotongan pajak, menurut mereka banyak rekanan yang tidak mau untuk dipungut pajak, Bendahara Desa juga tidak pernah menandatangani dan mempunyai faktur pajak. Untuk penyetoran pajak yang menjadi kendala mereka adalah jauhnya jarak yang harus mereka tempuh untuk membayar pajaknya. Untuk hambatan dalam pelaporan SPT adalah masih banyaknya yang belum paham cara pelaporan SPT Masa, tidak adanya teguran atau peringatan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) serta sanksi yang diberikan, dan penafsiran jika setelah menyetorkan maka kewajiban pajak sudah selesai.

Upaya-upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen dalam meningkatkan kepatuhan

pajak Bendahara Desa juga belum efektif.

Saran

Adapun beberapa saran yang perlu dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang kepatuhan pajak Bendahara Desa adalah:

a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan kepatuhan pajak Bendahara Desa dan aspek perpajakannya agar hasil penelitiannya dapat lebih baik dan lebih lengkap lagi.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperoleh data perpajakan dari Bendahara Desa maupun Kantor Pajak sebagaimana untuk penelitian ini masih menjadi keterbatasan penelitian.

c. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih mengevaluasi pertanyaan- pertanyaan yang ada dalam pedoman wawancara agar dapat mewakili secara tepat fokus penelitian.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Diana, & Lilis, S. (2009).

Perpajakan Di Indonesia, Konsep, Aplikasi dan Penuntun Praktis.

Yogyakarta: Andi Offset.

Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Bahrun, M.,N. (2017). Perpajakan Bendahara Desa. Jakarta Barat: Indeks

Bangsaonline.com. (2018). Bupati Malang Buka Workshop Tata Kelola Dana Desa. Diakses dari

https://www.bangsaonline.co m/berita/47996/bupati- malang-buka-workshop-tata- kelola-dana-desa. Pada tanggal 9 Oktober 2018 Fadhil, Muhammad. (2016). Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Pajak Bendahara Desa di Kabupaten Ponorogo dengan Menggunakan Pendekatan Theory of Planned Behavior (Minor thesis tidak dipublikasikan). Jurusan Akuntansi, Universitas Brawijaya, Malang.

Isnawati. (2016). Analisis

Pemotongan dan

Pemungutan Pajak Sebagai Pemenuhan Kewajiban

Perpajakan pada

Bendaharawan Pemerintah (Minor thesis tidak dipublikasikan). Jurusan Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang.

Moleong Lexy, J. (1991).

Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2018. Buku II, Nota Keuangan Beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tahun Anggaran 2018. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/

media/6665/nota-keuangan- apbn-2018-rev.pdf. Pada tanggal 27 Agustus 2018 Kementerian Keuangan Republik

Indonesia. 2018. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/

apbn2018. Pada tanggal 27 Agustus 2018.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 563/KMK.03/2003 Tentang Penunjukan Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara untuk Memungut, Menyetor, dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporannya. Diakses dari http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&id_topik=ppn&

id_jenis=5100&p_tgl=tahun

&tahun=2003&nomor=563&

q=&q_do=macth&hlm=1&pa ge=show&id=7130. Pada tanggal 14 November 2018.

Online-pajak.com.2018. e-Filing Pajak: Tata Cara Pelaporan Pajak Online. Diakses dari https://www.online-

(16)

pajak.com/e-filing. Pada tanggal 02 Desember 2018.

Pajak.go.id. 2012. Selayang Pandang Witholding Tax System di Indonesia. Diakses dari http://www.pajak.go.id/conte nt/selayang-pandang-

withholding-tax-di-indonesia.

Pada tanggal 16 Oktober 2018.

Parwito. (2008). Analisis Pendekatan

Hukum Terhadap

Keselarasan Antar Perundangan di Bidang Perpajakan (Master Thesis, Universitas Indonesia).

Diakses dari digital_116688- T%2024576-

Analisis%20pendekatan- Metodologi.pdf

Pengumuman Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor PENG- 05/PJ.09/2010 Tentang Kewajiban Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah

Untuk Melakukan

Pemotongan/Pemungutan Pajak. Diakses dari http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&id_topik=&id_j enis=8300&p_tgl=tahun&tah un=2010&nomor=5&q=&q_

do=macth&hlm=1&page=sh ow&id=14397. Pada tanggal 16 November 2018.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata

Cara Pemotongan,

Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi. Diakses dari

http://www.pajak.go.id/sites/

default/files/info-

pajak/PER16-PJ-2016.pdf.

Pada tanggal 9 Oktober 2018 Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-26/PJ/2014 Tentang Sistem Pembayaran Pajak Secara Online. Diakses dari

http://ditkeu.unair.ac.id/down load/PER_26_PJ_2014.pdf.

Pada tanggal 30 November 2018

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2017 Tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik.

Diakses dari

http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id

=16220&hlm=1. Pada tanggal 02 Desember 2018.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.

Diakses dari

https://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id

=15137#aturanleft. Pada tanggal 8 Desember 2018.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Diakses dari

http://www.keuangandesa.co m/wp-

content/uploads/2015/04/Per

(17)

mendagri-No-113-Tahun- 2014-Tentang-Pengelolaan- Keuangan-Desa.pdf. Pada tanggal 27 Agustus 2018 Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 99/PMK.03/2018 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018. Diakses dari http://www.pajak.go.id/sites/

default/files/info- pajak/PMK%20-

%2099.PMK03.2018.pdf.

Pada tanggal 18 Oktober 2018.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 154/PMK.03/2010 Tentang

Pemungutan Pajak

Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

Diakses dari

http://www.jdih.kemenkeu.go .id/fullText/2010/154~PMK.

03~2010Per.htm. Pada tanggal 2 Oktober 2018.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 242/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak. Diakses dari

http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id

=15652. Pada tanggal 1 Oktober 2018.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 9/PMK.03/2018 Tentang Surat Pemberitahuan (SPT).

Diakses dari

http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id

=16426&hlm=. Pada tanggal 1 Oktober 2018.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 34/PMK.010/2017 Tentang

Pemungutan Pajak

Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha Dibidang Lain.

Diakses dari

http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id

=16238. Pada tanggal 14 November 2018.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 225/PMK.07/2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa pencairan Dana Desa.

Diakses dari

http://www.djpk.kemenkeu.g o.id/wp-

content/uploads/2018/01/PM K-225-Tahun-2017-edit.pdf.

Pada tanggal 14 November 2018

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PJ.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Diakses dari http://www.jdih.kemenkeu.go .id/fullText/2012/190~PMK.

05~2012Per.htm. Pada tanggal 16 November 2018

(18)

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.01/2016 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Diakses dari http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id

=16063. Pada tanggal 19 November 2018

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.01/2015 Tentang Account Representative Pada Kantor Pelayanan Pajak.

Diakses dari

http://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id

=.15759&hlm=1. Pada tanggal 1 Desember 2018.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/PMK.03/2018 Tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Diakses dari

https://www.ortax.org/ortax/?

mod=aturan&page=show&id

=16467&hlm=#aturanleft.

Pada tanggal 1 Desember 2018.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Diakses dari http://www.pajak.go.id/sites/

default/files/infopajak/PP%2 023%202018%20.pdf. Pada tanggal 18 Oktober 2018.

Purwono, Herry. (2010). Dasar- Dasar Perpajakan dan

Akuntansi Pajak.

Jakarta:Erlangga

Rachmawan, Fadhal. (2016).

Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Bendahara Pemerintah Dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai (Minor

Thesis, Tidak

dipublikasikan). Jurusan Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.

RadarMalang.id. 2018. Baru Tiga Desa Kantongi APBDes.

Diakses dari

http://www.radarmalang.id/b aru-tiga-desa-ka ntongi- apbdes/. Pada tanggal 4 Oktober 2018.

Rasyid, Nassa. (2018). Kecamatan Tirtoyudo Dalam Angka 2018. Malang: BPS Kabupaten Malang

Resmi, Siti. (2017). Perpajakan:

Teori dan Kasus. Jakarta:

Salemba Empat.

Silalahi, Ulber. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung:

Refika Aditama.

Erly Suandy. 2002. Perpajakan.

Jakarta: Salemba Empat.

Rahayu, S,K. (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R

& D. Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

(19)

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Diakses dari

https://www.kemenkeu.go.id/

sites/default/files/uu-

kup%20mobile.pdf. Pada tanggal 04 Oktober 2018.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Diakses dari

http://ketentuan.pajak.go.id/i ndex.php?r=aturan/rinci&idcr ypt=oJeko6A%3D. Pada tanggal 9 Oktober 2018.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Diakses dari http://www.jdih.kemenkeu.go .id/fullText/2009/42TAHUN 2009UU.htm. Pada tanggal 16 Oktober 2018.

Zain, M. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Enam makna rahmat terakhir bukanlah makna rahmat yang sesungguhnya, tetapi identik dengan rahmat karena enam hal di atas langsung dirasakan oleh masyarakat

Ketepatan waktu yang digunakan Bendahara Desa di Kecamatan Bengkalis sebelum dan sesudah penerapan SISKEUDES dinilai kurang baik, berdasarkan hal tersebut sebaiknya Bendahara Desa lebih