• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Analisis Kesalahan Newman Dalam Menyelesaikan Soal Segiempat dan Segitiga Berdasarkan Level Berpikir Van Hiele Pada Siswa SMP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Analisis Kesalahan Newman Dalam Menyelesaikan Soal Segiempat dan Segitiga Berdasarkan Level Berpikir Van Hiele Pada Siswa SMP"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Classroom Action Research

http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jcar/index

___________

Email: jatimalindaoktavia@gmail.com

Copyright © 2023,Oktavia et al.

Analisis Kesalahan Newman Dalam Menyelesaikan Soal Segiempat dan Segitiga Berdasarkan Level Berpikir Van Hiele Pada Siswa SMP

Jati Malinda Oktavia1*, Sudi Prayitno1, Tabita Wahyu Triutami1, Laila Hayati1

1Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Indonesia

DOI: https://doi.org/10.29303/jcar.v5i2.3413

Received: 30 Januari 2023 Revised: 20 April 2023 Accepted: 30 April 2023

Abstract: This study aims to determine van Hiele’s level of thingking in students, analyze student errors and factors causing errors using Newman’s procedure on quadrilateral and triangular problems. This type of research is descriptive with a qualitative approach. The technique of taking subjects in this study used purposive sampling. The research instruments used are the Van Hiele Geometry Test (VHGT), quadrilateral and triangular tests along with interviews. The subjects of this study were 30 students completing the Van Hiele Geometry Test (VHGT) and 6 students were selected to represent the van Hiele thingking level. The level achieved by students is level 0 (visualization), level 1 (analysis), and level 2 (informal deduction). The results showed that (1) level 0 students made Newman mistakes in the types of comprehension, transformation, process skills, and encoding. (2) level 1 students make Newman mistakes in the types of transformation, process skills and encoding errors. (3) level 2 student make Newman mistakes in the types of process skill and encoding errors. The factors that cause students to make mistakes are not knowing the information in the quadrilateral and triangular problems, not knowing what formulas are used to solve quadrilateral and triangular problems, not completing the calculation process, and not writing down conclusions.

Keywords: Error Analysis, Van Hiele Level, Newman Procedure, Quadrilateral And Triangle Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level berpikir van Hiele pada siswa, menganalisis kesalahan siswa dan faktor penyebab kesalahan menggunakan prosedur Newman pada soal segiempat dan segitiga. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan subjek dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Van Hiele Geometry Test (VHGT), tes segiempat dan segitiga beserta wawancara. Subjek penelitian ini sebanyak 30 siswa menyelesaikan Van Hiele Geometry Test (VHGT) dan terpilih 6 siswa untuk perwakilan level berpikir van Hiele.

Level yang dicapai oleh siswa yaitu level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), dan level 2 (deduksi informal). Hasil penelitian ini menunjukkan (1) siswa level 0 melakukan kesalahan Newman pada jenis comprehension, transformation, process skill, dan encoding. (2) siswa level 1 melakukan kesalahan Newman pada jenis kesalahan transformation, process skill dan encoding. (3) siswa level 2 melakukan kesalahan Newman pada jenis kesalahan process skill dan encoding. Faktor penyebab siswa melakukan kesalahan yaitu tidak mengetahui informasi yang ada pada soal segiempat dan segitiga, tidak mengetahui rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan soal segiempat dan segitiga, tidak menyelesaikan proses perhitungan, dan tidak menuliskan kesimpulan.

Kata kunci: Analisis Kesalahan, Level Van Hiele, Prosedur Newman, Segiempat Dan Segitiga

(2)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan aspek penting untuk membentuk sikap, mengembangkan kemampuan logika siswa serta mengarahkan siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran maupun masalah sehari-hari (Ahmad &

Turmuzi, 2023). Matematika adalah dasar esensial dari pondasi yang harus dikuasai oleh siswa untuk memperluas penguasaan konsep matematika lebih baik, dikarenakan matematika adalah mata pelajaran yang dikenal sangat sulit baik untuk siswa dalam memahami maupun guru yang mengajarkan (Azhar &

Senjayawati, 2021). Salah satu cabang dari matematika yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan nyata adalah geometri (Lestari & Prayitno, 2023).

Geometri adalah cabang matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, baik pada jenjang sekolah dasar maupun perguruan tinggi (Nurhaolida dkk., 2022). Geometri mempelajari tentang garis, sudut, bidang, dan ruang. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, system koordinat, vector dan transformasi (Abdusakir, 2009). Salah satu tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa dapat menjadi pemecah masalah yang baik (Ain dkk., 2020).

Meskipun demikian, yang terjadi selama ini adalah geometri merupakan materi yang sulit dipahami dan cenderung dibenci oleh kebanyakan siswa (Safrina dkk., 2014). Kesulitan siswa dalam memahami konsep geometri berhubungan erat dengan tingkat berpikir geometri siswa. Siswa hanya mampu mengerti materi geometri sesuai dengan tingkat berpikirnya (Rahmawati, dkk., 2023). Salah satu materi yang termuat dalam geometri yaitu segiempat dan segitiga.

Materi tersebut adalah pelajaran yang dianggap sukar bagi siswa SMP, dimana siswa sering keliru dalam mengidentifikasi bentuk segiempat dan segitiga. Hal ini sejalan dengan penelitian Aprilia dan Setiawan (2021) yang mengungkapkan bahwa siswa merasa kesulitan dalam membedakan macam-macam segiempat dan segitiga, bahkan masih keliru untuk merancang strategi dan menyelesaikan soal cerita.

Kesulitan pada bagian segiempat dan segitiga ini bisa terjadi karena adanya pokok bahasan yang saling berkaitan dan berhubungan. Akibat tidak memahami materi segiempat dan segitiga menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa (Hadiyanto dkk., 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di SMPN 8 Mataram yang menyatakan bahwa siswa sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal segiempat dan segitiga. Salah

satunya adalah kesalahan dalam perhitungan. Selain itu, banyak siswa yang masih salah dalam menggunakan rumus. Penyebabnya adalah karena siswa lebih cenderung hanya menghafalkan rumus dan kurang memahami konsep secara benar

.

Selain kesalahan-kesalahan tersebut, tidak menutup kemungkinan masih terdapat kesalahan-kesalahan lain yang dilakukan oleh siswa sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.

Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan analisis kesalahan untuk mengidentifikasi jenis kesalahan yang dilakukan siswa serta faktor penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal segiempat dan segitiga. Faktor penyebab kesalahan yang dimaksud adalah segala hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan (Lipianto dkk., 2013). Salah satu cara untuk membantu siswa dalam mengatasi kesalahan dalam menyelesaikan soal segiempat dan segitiga yaitu dengan analisis kesalahan.

Maka dari itu peneliti menggunakan teori Newman untuk menganalisis kesalahan siswa.

Menurut Fitri dkk (2019) analisis kesalahan Newman adalah salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Prosedur Newman bertujuan untuk memahami serta menganalisis bagaimana siswa memecahkan suatu masalah berdasarkan beberapa tahapan, yaitu : 1) kesalahan dalam membaca (reading error), 2) kesalahan memahami masalah (comprehension error), 3) kesalahan transformasi (transformation error), 4) kesalahan keterampilan proses (process skill) dan 5) kesalahan penulisan jawaban (encoding) (Fitriatien, 2019).

Sebelum menganalisis kesalahan yang dilakukan siswa, peneliti menggunakan teori van Hiele untuk melihat level berpikir geometri siswa karena teori tersebut berfokus pada materi geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah (Anwar, 2019).

Teori ini meliputi tingkat 0 (visualisasi), pada tingkat ini siswa mengenal bentuk-bentuk geometri hanya sekedar berdasarkan karakteristik visual dan penampakannya. Tingkat 1 (analisis), pada tingkat ini sudah tampak adanya analisis terhadap konsep dan sifat-sifatnya, siswa dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan, pengukuran, eksprimen, menggambar dan membuat model. Tingkat 2 (deduksi informal), pada tingkat ini siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat antara beberapa bangun geometri. Tingkat 3 (deduksi), pada tingkat ini siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima bukti. Tingkat 4 (rigor), pada tingkat ini siswa bernalar secara formal dalam system matematika dan

(3)

menganalisis konsekuensi dari manipulasi aksioma dan definisi (Razak dkk, 2018).

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi segiempat dan segitiga berdasarkan analisis kesalahan Newman dan untuk melihat level berpikir geometri siswa berdasarkan teori van Hiele.

Subjek penelitian adalah kelas VIII-G SMPN 8 Mataram tahun ajaran 2022/2023 yang terdiri dari 30 siswa yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2019:85).

Adapun pertimbangan pemilihan sampel pada penelitian ini adalah subjek penelitian yang dapat memberikan informasi sebanyak mungkin

.

Selanjutnya siswa dikelompokkan berdasarkan level berpikir van Hiele. Berdasarkan teknik pemilihan subjek, peneliti memberikan tes VHGT terhadap siswa kelas VIII G yang berjumlah 30 siswa. kemudian siswa dipilih masing-masing 2 orang untuk perwakilan setiap level van Hiele. Instrumen yang digunakan yaitu soal tes VHGT, soal segiempat dan segitiga, beserta pedoman wawancara. Uji validitas yang digunakan adalah validitas isi dengan bantuan penilaian para ahli dari bidang studi yang sesuai, yaitu satu dari dosen program studi pendidikan matematika dan satu guru matematika SMPN 8 Mataram. Perhitungan kevalidan instrumen menggunakan Aiken.

Teknik analisis data Penelitian ini dilakukan dengan dua kali tes dan wawancara. Tes pertama yaitu Van Hiele Geometry Test (VHGT) yang bertujuan untuk menentukan level van Hiele tiap siswa dan tes kedua yaitu segiempat dan segitiga yang bertujuan untuk mengetahui kesalahan siswa berdasarkan analisis Newman dalam menyelesaikan masalah geometri materi segiempat dan segitiga. Pada tes pertama siswa akan dihadapkan dengan 25 soal Van Hiele Geometry Test (VHGT) berbentuk pilihan ganda.

Untuk mengetahui persentase setiap level van Hiele digunakan rumus:

Keterangan:

persentase level berpikir siswa pada level level visualisasi (0), level analisis (1), level deduksi

informal (2), level deduksi (3), level rigor/ketepatan (4).

banyak siswa pada level j

banyak sampel.

Pada tes kedua meliputi 3 soal isian materi segiempat dan segitiga. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kesalahan siswa berdasarkan analisis Newman. Kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap siswa yang sudah melakukan tes segiempat dan segitiga untuk mengetahui faktor penyebab siswa melakukan kesalahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengelompokan siswa berdasarkan level berpikir van Hiele disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Pengelompokan Siswa Berdasarkan Level Berpikir van Hiele

No Level Berpikir Siswa Banyak Siswa

Persentase

1 Level 0 (visualisasi) 12 40%

2 Level 1 (analisis) 7 23,3%

3 Level 2 (deduksi informal)

2 6,7%

4 Level 3 (deduksi) 0 0%

5 Level 4 (rigor) 0 0%

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa tidak ada siswa berada pada level 3 (deduksi) dan level 4 (rigor).

Selanjutnya akan dipilih masing-masing 2 orang siswa untuk perwakilan pada setiap level van Hiele. Adapun masing-masing subjek yang dipilih untuk di tes materi selanjutnya yaitu disajikan pada Tabel 3

.

Tabel 3 Penetapan Subjek Untuk Tes Materi Segiempat dan Segitiga

No Inisial Siswa Level Berpikir van Hiele

Kode Siswa

1 AR 2 S2-1

2 MR 2 S2-2

3 SE 1 S1-1

4 ID 1 S1-2

5 AM 0 S0-1

6 RN 0 S0-2

Hasil Tes Level Berpikir van Hiele Siswa Untuk Materi Segiempat dan Segitiga

Pada bagian ini akan dipaparkan data hasil penelitian yaitu jenis dan faktor penyebab kesalahan Newman dalam menyelesaikan soal cerita materi segiempat dan segitiga berdasarkan level berpikir van Hiele. Kesalahan Newman meliputi kesalahan membaca soal (reading error), kesalahan memahami masalah (comprehension error), kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan keterampilan proses

(4)

(process skill errors) dan kesalahan penulisan jawaban akhir (encoding error).

Jenis dan Faktor Penyebab Kesalahan Yang Dilakukan Siswa Level 2 (Deduksi Informal)

Hasil analisis jenis kesalahan Newman menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang dilakukan siswa level 2 (deduksi informal) yaitu process skill dan encoding. Hal ini terlihat dari Gambar 1.

Gambar 1. Hasil pekerjaan tertulis siswa level 2 Pada Gambar 1, siswa level 2 melakukan kesalahan pada soal segitiga, siswa level 2 melakukan kesalahan Newman pada jenis kesalahan process skill dan encoding. Kesalahan yang dilakukan siswa level 2 pada jenis process skill yaitu melakukan kesalahan dalam proses perhitungan. Hasil wawancara dengan siswa level 2 diketahui penyebab kesalahan yang dilakukan siswa level 2 yaitu jarang berlatih dalam mengerjakan soal cerita segiempat dan segitiga, kebingungan dan kesulitan dalam mensubstitusikan nilai kedalam rumus yang digunakan yang menyebabkan siswa level 2 salah dalam menjawab soal dan tidak menyelesaikan proses perhitungan pada soal segitiga. Hal ini sesuai dengan pendapat Kaledi dkk (2021) yang dimana siswa paling banyak melakukan kesalahan tidak melanjutkan prosedur penyelesaian (macet) pada tahap process skill.

Kesalahan yang dilakukan siswa level 2 pada jenis kesalahan encoding adalah tidak menuliskan kesimpulan dan tidak melakukan pengecekan kembali terhadap jawaban yang sudah dikerjakan.

Penyebabnya adalah karena tidak bisa menyelesaikan proses perhitungan atau salah dalam tahap process skill.

Sehingga tidak menuliskan kesimpulan pada tahap encoding. Hal ini sesuai dengan pendapat Chama (2018) yang dimana siswa melakukan kesalahan encoding diakibatkan tidak melakukan pemeriksaan terhadap konsep perhitungan sehingga siswa salah ataupun tidak menuliskan jawaban akhir. Berdasarkan hasil wawancara, penyebab kesalahan pada tahap encoding yaitu siswa tidak dapat menyelesaikan proses perhitungan sehingga berakibat tidak mengerjakan tahapan ini.

Jenis dan Penyebab Kesalahan Yang Dilakukan Siswa Level 1 (Analisis).

Hasil analisis jenis kesalahan Newman menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang dilakukan siswa level 1 (analisis) yaitu transformation, process skill dan encoding. Hal ini terlihat dari Gambar 2.

Gambar 2. Hasil pekerjaan tertulis siswa level 1 Pada Gambar 2, siswa level 1 melakukan kesalahan Newman pada jenis kesalahan transformation, process skill dan encoding saat menyelesaikan soal segiempat. Kesalahan transformation terjadi karena siswa level 1 tidak menuliskan metode atau rumus secara lengkap saat menyelesaikan soal segiempat.

Hasil wawancara dengan siswa level 1 diketahui bahwa siswa level 1 sudah benar menuliskan rumus awal yang digunakan, namun tidak menuliskan rumus selanjutnya. Faktor penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa level 1 adalah salah memahami maksud dari apa yang ditanyakan pada soal. Penelitian ini relevan dengan penelitian Melisari dkk (2020) yang dimana siswa tidak menuliskan rumus matematik yang diperlukan untuk menyelesaikan soal.

Kesalahan yang dilakukan siswa level 1 pada jenis kesalahan process skill saat menyelesaikan soal segiempat adalah salah dalam melakukan proses

(5)

perhitungan. Berdasarkan hasil wawancara Penyebabnya adalah siswa tidak menguasai materi soal cerita segiempat dan kurang teliti dalam proses menghitung dalam operasi perkalian. Hasil ini sesuai dengan Patmawati (2019) yang menyatakan bahwa kesalahan keterampilan proses disebabkan karena siswa kurang menguasai materi.

Pada jenis kesalahan encoding diketahui bahwa kesalahan yang dilakukan siswa level 1 untuk soal segiempat adalah tidak menuliskan kesimpulan.

Penyebabnya dikarenakan siswa level 1 tidak mengerti cara menyelesaikan proses perhitungan dan tidak memeriksa kembali jawabannya sebelum dikumpulkan. Hasil ini relevan dengan penelitian Fitri dkk (2019) diketahui dari hasil wawancara bahwa siswa tidak menuliskan kesimpulan karena tidak mampu menemukan jawaban yang diinginkan oleh soal yang menyebabkan tidak mengetahui kesimpulan yang harus ditulis.

Jenis dan Penyebab Kesalahan Yang Dilakukan Siswa Level 0 (Visualisasi).

Hasil analisis jenis kesalahan Newman menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang dilakukan siswa level 0 (visualisasi) yaitu comprehension, transformation, process skill dan encoding. Hal ini terlihat dari Gambar 3.

Gambar 3 Hasil pekerjaan tertulis siswa level 0 Pada Gambar 3, siswa level 0 melakukan kesalahan Newman pada jenis kesalahan comprehension saat menyelesaikan soal segiempat. Kesalahan yang dilakukan siswa level 0 yaitu sudah menuliskan apa yang diketahui tetapi melakukan kesalahan utama tidak menuliskan apa yang ditanyakan secara lengkap.

Berdasarkan hasil wawancara penyebabnya adalah siswa level 0 keliru dalam memahami informasi apa yang ditanyakan pada soal. Penelitian ini relevan dengan penelitian Sulistiowati (2022) mengatakan

bahwa siswa pada level visualisasi sudah dapat menentukan informasi-informasi yang diketahui dalam masalah dengan tepat. Namun siswa tidak lengkap dalam menuliskan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.

Siswa level 0 juga melakukan kesalahan transformation, process skill, dan encoding saat menyelesaikan soal segiempat. Kesalahan siswa level 0 yaitu pada tahap transformation tidak menuliskan rumus dengan lengkap dikarenakan siswa level 0 memiliki kesalahan utama yaitu tidak memahami informasi apa yang ditanyakan pada soal. Penelitian ini relevan dengan penelitian Sulistiowati (2022) yang dimana siswa level 0 (visualisasi) paling banyak yang mengalami kesalahan tidak dapat menentukan rumus- rumus yang tepat untuk menyelesaikan masalah dan menyusun model matematika berupa ekspresi matematika.

Pada jenis kesalahan process skill, siswa level 0 melakukan kesalahan tidak menuliskan secaratepat proses perhitungan atau langkah untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Hasil wawancara dengan siswa level 0 dapat diketahui penyebab siswa level 0 melakukan kesalahan pada tahap process skill yaitu siswa level 0 sebenarnya tidak mengerti langkah- langkah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan soal cerita yang diberikan. Penelitian ini relevan dengan penelitian Sulistiowati (2022) yang dimana siswa level 0 (visualisasi) tidak dapat menyelesaikan masalah karena tidak memahami masalah yang diberikan.

Pada jenis kesalahan encoding, siswa level 0 melakukan kesalahan yaitu tidak menuliskan kesimpulan dan tidak mengetahui cara menyimpulkan dengan benar. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kesalahan ini terjadi disebabkan oleh kesalahan- kesalahan sebelumnya yang dilakukan oleh siswa level 0 dan tidak memeriksa kembali jawabannya. Penelitian ini relevan dengan penelitian Pebruariska & Fachrudin (2018) siswa level 0 (visualisasi) dalam memeriksa jawabannya tidak dapat dilakukan dengan benar.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa level yang dicapai siswa kelas VIII-G SMPN 8 Mataram masih berada pada level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), dan level 2 (deduksi informal). Siswa belum mencapai level 3 (deduksi) dan level 4 (rigor). Analisis jenis dan faktor penyebab kesalahan Newman yang dilakukan siswa berdasarkan level berpikir van Hiele adalah sebagai berikut:

1. Siswa level 2 (deduksi informal) melakukan kesalahan Newman pada jenis process skill dan encoding saat menyelesaikan soal segitiga. Faktor

(6)

penyebab siswa level 2 melakukan kesalahan adalah siswa tidak menguasai operasi perhitungan, jarang berlatih dalam mengerjakan soal cerita segiempat dan segitiga dan tidak menuliskan kesimpulan.

2. Siswa level 1 (analisis) melakukan kesalahan Newman pada jenis transformation, process skill dan encoding saat menyelesaikan soal segiempat dan segitiga. Faktor penyebab siswa level 1 melakukan kesalahan adalah siswa tidak menuliskan rumus/metode secara lengkap, salah dalam menuliskan rumus yang digunakan, tidak melakukan perhitungan dengan tepat, tidak menguasai langkah penyelesaian soal, dan tidak mengetahui kesimpulan untuk jawaban karena tidak mampu melakukan proses perhitungan.

3. Siswa level 0 (visualisasi) melakukan kesalahan Newman pada jenis kesalahan comprehension saat menjawab soal segiempat. Siswa level 0 (visualisasi) melakukan kesalahan transformation, process skill, dan encoding saat menjawab soal segiempat dan segitiga. Faktor penyebab siswa level 0 melakukan kesalahan adalah siswa tidak menuliskan secara lengkap apa yang ditanyakan pada soal, akibatnya siswa salah dalam memahami apa yang diinginkan oleh soal, siswa tidak menuliskan rumus secara lengkap dikarenakan salah memahami maksud dari apa yang ditanyakan pada soal, siswa juga tidak mengerti langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan soal cerita, dan tidak mengetahui cara menyimpulkan dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir, A. (2009). Pembelajaran geometri sesuai teori van Hiele. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 11(1), 1-12.

Ahmad, F., & Turmuzi, M. (2023). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Spldv Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Journal of Classroom Action Research, 5(1), 127-136.

Ain, H., Baidowi., & Hapipi. (2020). Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah geometri berdasarkan tingkat berpikir van Hiele. Jurnal Pijar MIPA, 15(3), 273-279.

Anwar, A. (2019). Perbedaan hasil belajar siswa ditinjau dari level geometri van Hiele SMP kelas VII.

Mandalika Mathematics and Education Jurnal, 1(2), 74-80.

Aprilia, S. R. & Setiawan, Wahyu. (2021). Analisis kesulitan siswa SMP mutiara 5 Lembang pada materi segiempat dan segitiga. Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 2029-2039.

Azhar, W. S. & Senjayawati, E. (2021). Analisis kesalahan siswa SMK dalam menyelesaikan soal materi geometri ruang. JPMI (Jurnal

Pembelajaran Matematika Inovatif, 4(1), 185-192.

doi: 10.22460/jpmi.v4i1.185-192.

Chama, N. N. (2018). Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Program Linier Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar. Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fitri N. W., Subarinah, S., & Turmuzi, M. (2019).

Analisis kesalahan Newman dalam menyelesaikan soal cerita materi turunan pada siswa kelas XII. Jurnal Matematika dan Pendidikan, I(2), 66-73. doi:

10.29303/jm.vIi2.1559.

Fitriaten, S. R. (2019). Analisis kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan Newman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 4(1), 53-64.

Hadiyanto, F. R., Wulandari, N. P. (2019). Identifikasi kesalahan siswa kelas VII dalam menyelesaikan soal cerita geometri dengan Newman’s procedure. Mandalika Mathematic and Education Journal. 1(2), 81-86.

Kaledi, P. A., & Payadnya, l. P. A. A. (2021). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal segiempat dan segitiga berdasarkan prosedur Newman untuk siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Tambaloka Tahun Ajaran 2020/2021.

Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Matematika (PEMANTIK), 1(2), 64-71.

Lestari, I., & Prayitno, S. (2023). Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin. Journal of Classroom Action Research, 5(1), 65-74.

Lipianto, D & Budiarto, M. T. (2013). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan persegi dan persegi panjang berdasarkan taksonomi solo plus pada kelas VII. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika.

2(1), 1-8.

Melisari, Septihani, A., Chronika, A., Permaganti, B., Jumiati, Y., & Nelly, F. (2020). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pemahaman konsep matematika sekolah dasar pada materi bangun datar, Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 172-182.

Nurhaolida., Hayati, L., Wulandari, N. P., & Azmi, S.

(2022). Analisis tingkat berpikir siswa berdasarkan teori van Hiele materi segiempat dan segitiga ditinjau dari gaya kognitif. Jurnal Riset Pendidikan Matematika jakarta, 4(1), 34-45.

Patmawati, S. (2019). Kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linier satu variabel ditinjau dari gaya belajar kelas VII.

Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(7)

Pebruariska, A. & Fachrudin, A. D. (2018). Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII pada materi segiempat ditinjau dari tingkat berpikir geometri van Hiele. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. 9(1), 22-28. doi:

10.26877/aks.v9iI.2461.

Rahmawati., Sridana, N., Triutami, T. W., & Prayitno, S.

(2023). Analisis tingkat berpikir geometri siswa menurut teori van Hiele ditinjau dari gaya belajar. Journal Of Clasroom Action Research, 5(2), 40-47. doi: 10.29303/jcar.v5i2.3182.

Razak, F., Sutrisno, A. B., Imawan, A. (2018). Analisis tingkat berpikir siswa berdasarkan teori van Hiele ditinjau dari gaya kognitif. Prosiding Seminar Nasional, 3(1), 75-83.

Safrina, K., Ikhsan, M., & Akhmad, A. (2014).

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah geometri melalui pembelajaran kooperatif berbasis teori van Hiele. Jurnal Didaktik Matematika, 1(1), 9-20.

Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiowati. (2022). Analisis kesalahan siswa level visualisasi dan Hiele dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis pada materi bangun datar, Journal Of Mathematics Education, 3(1), 60-73.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa faktor penyebab kesalahan siswa yaitu kurangnya pemahaman konsep terkait dengan soal, ketidakmampuan merancang strategi dalam menjawab soal

KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal persamaan garis