Geoslope/W 2007 at South Tambang Air Laya Location Suban in PT Bukit Asam (Persero) Tbk)
Abstract
PT Bukit Asam (Persero) Tbk was one of the Indonesian State Owned Enterprises which conduct to coal mining. During the process of coal mining, demolition overburden resulted in a change of force and also set up new structures and caused differences in stress distribution thereby changing the strength of the rock mass. This result the mining slope becomes unstable and could cause a lot of harm, therefore the analysis of slope stability was carried out. This study was conducted to determine the quality of the rock mass slope based on the value SMR (Slope Mass Rating), direction of failure using the analysis of kinematics by Dips software and Safety Factor value (SF) based on Morgenstern Price method using Software Geoslope / W 2007. The data used in this study includes data UCS, RQD, spacing of discontinuity, discontinuity conditions, groundwater conditions and data of discontinuity orientation. Data retrieval was divided into 9 scanline slopes. The analysis indicated quality of the rock mass and degree of slope stability based on the SMR for scanline I, VII and IX were very good with a very stable condition, Scanline II, III, IV, V, VI and VIII had good quality with a steady slope conditions. The Possibility of slope failure occured only in several blocks for Scanline II, IV, V, VI and VIII. After the analysis of kinematics for Scanline III, IV and V had directions of failure to Scanline III was N 490 E, Scanline IV was N 500 E and Scanline V was N 480 E. Values of Safety Factor (SF) single slopes from 9 scanline was estimated to 3.254 - 44.737 (safe condition) and the overall slope of 1.85 to 4.09 (safe condition). It was concluded that overall the existing slope on the location Suban were in a safe condition for SF value >1.25.
Keywords: slope stability, slope mass rating, kinematics analysis, safety factor
1. Pendahuluan
Kestabilan lereng menjadi masalah yang membutuhkan perhatian lebih bagi kelangsungan kegiatan penambangan dan menjadi suatu hal yang menarik karena dapat menyebabkan kerugian, seperti terhambatnya proses produksi akibat pembenahan longsoran, kerusakan alat tambang jika tertimbun longsoran, bahkan menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebelum dilakukan aktivitas penambangan perlu dilakukan desain lereng yang telah mempertimbangkan segi keamanan dan nilai ekonomis.
Area penambangan pada Pit Tambang Air Laya (TAL) Selatan (Suban) dipilih sebagai daerah penelitian karena banyak terdapat struktur geologi primer seperti sesar, kekar dan struktur-struktur karena pengaruh intrusi yang menyebabkan area penambangan batubara
*korespodensi Penulis: (Nabila Faradibah) Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung.
Email : [email protected].
Hp : 082281725762.
pada area TAL Selatan (Suban) rawan potensi terjadi longsoran. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas massa batuan, tingkat kestabilan lereng, jenis dan arah longsoran serta nilai faktor keamanan.
Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini terletak di Suban Tambang Air Laya Selatan PT Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi tersebut dihubungkan dengan jalan darat ke arah barat daya sejauh
±200 km dan jalan kereta api sejauh ±165 km dari Kota Palembang. Secara geografis lokasi penelitian ini terletak pada koordinat X UTM 363963 dan Y UTM 9584831 (Gambar 1).
Tinjauan Pustaka Geologi Regional
Formasi batubara Muara Enim terbentuk pada Miosen Atas dan menempati bagian dari Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan ini akan
1Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Bangka Belitung Nabila Faradibah1 Yayuk Aprriyanti2 Irvani2
2Staf Pengajar, Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Bangka Belitung
Gambar 1. Peta lokasi penelitian dibagi menjadi empat sub-bagian yaitu M1, M2,
M3, dan M4 (Sunarjanto, 2008). Lapisan yang terdapat pada TAL Selatan meliputi Lapisan Tanah penutup, Lapisan Batubara A1, Lapisan Interburden A1 – A2, Lapisan Batubara A2, Lapisan Interburden A2 – B1, Lapisan Batubara B1, Lapisan Interburden B1 – B2, Lapisan Batubara B2, Lapisan Interburden B2 - C, Lapisan Batubara C.
Rock Mass Rating (RMR)
Berdasarkan pernyataan Bieniawski (1987), RMR merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas masa batuan yang diklarifikasikan berdasarkan 6 parameter yaitu:
kuat tekan batuan utuh (UCS), rock quality designation (RQD), spasi diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, kondisi air tanah dan arah penyesuaian diskontinuitas. RMR terkoreksi didapatkan dengan menjumlahkan RMR dasar dari enam parameter dengan bobot penyesuaian arah diskontinuitas.
Rock Mass Rating (RMR)
Menurut Romana (1985), SMR merupakan cara untuk menghitung kualitas massa batuan pada lereng. Parameter yang digunakan untuk nilai SMR yaitu RMR dan orientasi diskontinuitas perhitungan digunakan Persamaan 1.
SMR = RMRdasar + (F1 F2 F3) + F4 (1) Keterangan :
F1 = kesejajaran antara kekar dan jurus lereng (αj – αs)
F2 = sudut kemiringan pada keruntuhan bidang (βj)
F3 = hubungan muka lereng dan kemiringan kekar (βj –βs)
F4 = metode penggalian
Setelah mendapatkan nilai bobot dari masing- masing parameter, maka dijumlahkan kembali berdasarkan klasifikasi Romana (1985), sebagaimana diilustrasikan pada Table 1.
Tabel 1. Kelas massa batuan SMR
Profil Deskripsi
No kelas V IV III II I
Rating 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 Kelas Sangat
Buruk Buru
k Normal Baik Sangat
Baik Longsoran
Sangat Tidak Stabil
Tidak Stabil
Stabil
Sebagian Stabil Sangat Stabil
Penyangga
Planar besar/
seperti tanah
Plana r/
Baji Besar
Beberapa kekar/
Banyak Baji
Bebe rapa Blok
Tidak ada
Analisis Kinematik
Wyllie dan Mah (2004), mengilustrasikan penggunaan analisis kinematik untuk lereng, dimana 2 bidang kekar dapat membentuk longsoran baji. Berikut jenis-jenis longsoran (Gambar 2 dan Gambar 3) :
1. Longsoran Busur (Circular Failure): terjadi pada batuan yang lunak atau bersifat tanah.
2. Longsoran Bidang (Plane Failure): longsoran ini memerlukan permukaan bebas pada kedua tepi bidang gesernya.
3. Longsoran Baji (Wedge Failure) Longsoran ini terjadi pada batuan yang mempunyai lebih dari satu bidang lemah.
4. Longsoran Guling (Toppling Failure):terjadi pada batuan dengan perlapisan terjal dan keras,
Sekala
Gambar 2.Kriteria longsoran (Hoek & Bray, 1981)
Gambar 3. Daylight envelope pada equal net stereonet (Wyllie & Mah, 2004) Kestabilan Lereng
Lereng merupakan bagian dari permukaan bumi yang berbentuk miring (Wyllie & Mah, 2004).
Sedangkan kemantapan lereng didefenisikan sebagai suatu keadaan yang stabil/mantap terhadap suatu bentuk dan dimensi dari lereng.
Faktor Keamanan
Kestabilan lereng (slope stability), memerlukan perhitungan faktor keamanan (safety factor) lereng pada Tabel 2. Secara teoritis merupakan perbandingan kekuatan geser material (shear strength) terhadap kekuatan geser yang bekerja, sehingga menyebabkan kelongosoran karena gaya beratnya (Hoek &
Bray, 1991). Perhitungan faktor keamanan dapat digunakan Persamaan 2.
mendorong
yang Gaya
menahan
yang
FK  Gaya (2)
Tabel 2. Hubungan Nilai FK dan Kemungkinan Kelongsoran Lereng
Nilai FK Kemungkinan Longsor FK < 1,07
1,07 < FK < 1,25 FK > 1,25
Kelongsoran biasa terjadi Kelongsoran pernah terjadi
Kelongsoran jarang terjadi
Mass Rating (SMR) dan Software Geoslope/W 2007 yaitu teknik pengolahan data baik itu data primer maupun data sekunder yang dilakukan adalah melakukan pengamatan lapangan terhadap kualitas massa batuan (RQD), spasi bidang diskontinnuitas, kondisi air tanah, orientasi diskontinuitas dan kondisi kekar (panjang kekar, bukaan kekar, kekerasan, pengisi kekar dan pelapukan), selain itu melakukan pengujian kuat tekan sampel batuan dengan mesin point load test.
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan persiapan merupakan tahap awal dari proses pelaksanaan suatu penelitian. Tahap persiapan diantaranya kegiatan observasi meliputi pengamatan secara langsung kondisi dilapangan melalui pengumpulan data primer, data sekunder, pengolahan data dan pembahasan, studi literatur, dengan mengumpulkan sumber referensi terkait mengenai kestabilan lereng diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Tahap pengambilan data pada tahap ini dilakukan pengambilan dan pengumpulan data baik dilapangan maupun dilokasi kantor. Data yang diambil berupa data primer merupakan data perhitungan dari hasil pengujian dan pengamatan lapangan. Data sekunder adalah data penunjang yang berhubungan dalam penelitian ini, buku- buku atau jurnal yang berkaitan dengan penelitian data geologi daerah penelitian, data curah hujan dan data uji laboratorium parameter sifat fisik dan mekanik batuan. Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah :
1. Karakteristik massa batuan, didapatkan dari pembobotan setiap data-data yang sudah diambil mengenai diskontinuitas batuan (PL, RQD, spasi diskontinuitas, panjang kekar, rongga, kekasaran, pengisi dan pelapukan) mengacu pada tabel yang sudah diberikan.
2. Nilai RMRdasar, didapatkan dari jumlah pembobotan setiap nilai diskontinuitas yang terdiri dari 5 parameter yang tidak memasukkan parameter orientasi kekar dalam perhitungannya.
3. Nilai SMR, didapatkan dari nilai RMR yang dikoreksi oleh faktor-faktor penyesuaian yang tergantung kepada arah relatif kekar dan lereng.
4. Analisis stereografi, didapatkan dengan memasukkan nilai strike dan dip setiap kekar ke dalam Program Dips. Dari analisis ini dapat disimpulkan jenis dan arah runtuhan berdasarkan hasil plot data pada program tersebut.
Plane Failure Wedge Failure
Circular Failure Toppling Failure
Gambar 4. Diagram alir penelitian 3. Hasil dan Pembahasan
Perhitungan Rock Mass Rating dasar (RMRdasar)
Proses pengukuran parameter RMRdasar
lapangan dilakukan dengan menggunakan metode rentang tali (scanline) pada setiap lereng.
Nilai yang didapatkan dari uji kuat beban titik (point load test) ini adalah 0,64 – 4,72, untuk nilai RQD yang didapatkan pada kesembilan scanline sangat baik dengan nilai >100 dan pembobotan 20. Parameter selanjutnya adalah spasi diskontinuitas dimana untuk Scanline I – VI memiliki spasi lebar dan Scanline VII – IX memiliki spasi sangat lebar.
Pada Tabel 3 merupakan pembobotan dari hasil yang didapatkan pada tiap parameter untuk RMRdasar. RMRdasar yang tinggi dilihat pada Scanline VIII dan Scanline IX sebesar 84 dan RMRdasar terkecil pada Scanline VI sebesar 69, selanjutnya bobot total dari nilai RMRdasar yang diperoleh dari kelima parameter pada setiap scanline digunakan sebagai salah satu parameter yang diperlukan untuk memenuhi perhitungan SMR.
Tabel 3. Rekapitulasi bobot RMRdasar
No Parameter RMRdasar
A1 A2 A3 A4 A5 Bobot Total Bobot SC I 12 20 15 13 15 75 Bobot SC II 0 20 15 15 15 65 Bobot SC III 0 20 15 29 15 79 Bobot SC IV 7 20 15 15 15 72 Bobot SC V 0 20 15 29 15 79 Bobot SC VI 4 20 15 15 15 69 Bobot SC VII 0 20 20 29 15 84 Bobot SC VIII 7 20 20 15 15 77 Bobot SC IX 0 20 20 29 15 84
Kualitas Massa Batuan dan Tingkat Kestabilan Lereng menggunakan Slope Mass Rating (SMR)
Kualitas massa batuan didapatkan dari total bobot nilai RMRdasar dan orientasi diskontinuitas Nilai dari orientasi diskontinuitas ini diambil pada scanline di setiap lereng yaitu berupa pengambilan data jurus kekar, kemiringan kekar, arah kemiringan lereng, jurus lereng, kemiringan
(βj) Kekar (αj) (βs) (αs)
SC I 74,22 115,36 70 0
SC II 24 261 43 50
SC III 59,89 47,51 50 42
SC IV 59,62 48,6 50 43
SC V 59,89 47,51 50 42
SC VI 59,89 47,92 40 32
SC VII 58,13 52,18 48 45
SC VIII 58,29 52 49 50
SC IX 58,13 52,18 48 45
Data Tabel 5 merupakan hasil kualitas SMR masa batuan, maka diperlukan data orientasi kekar untuk mendapatkan nilai F1, F2, F3 dan F4. Berdasarkan hasil pengklasifikasian tingkat kestabilan lereng pada Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa dari 9 scanline yang dianalisis dengan menggunakan metode SMR 2 diantaranya memiliki kondisi yang sangat stabil yaitu Scanline VII dan IX. Namun 7 Scanline lainnya memiliki kondisi yang stabil dimana terdapat kemungkinan untuk terjadinya keruntuhan/longsoran di beberapa blok saja pada Scanline I, II, III, IV, V, VI dan VIII. Hal ini perlu dilakukan analisis lebih mendetail lagi dengan menggunakan analisis kinematika agar dapat diketahui jenis dan arah keruntuhan/longsoran pada 7 scanline tersebut.
Tabel 5. Rekapitulasi data kualitas dan kestabilan massa batuan
Sc Nilai SMR
Kelas
Kualitas
Tingkat Kestabilan
Runtuhan SMR
I 74,1 II Baik Stabil Beberapa
Blok
II 61,4 II Baik Stabil Beberapa
Blok
III 73,9 II Baik Stabil Beberapa
Blok
IV 68,9 II Baik Stabil Beberapa
Blok
V 74,9 II Baik Stabil Beberapa
Blok
VI 69,7 II Baik Stabil Beberapa
Blok
VII 84,8 I Sangat
Baik
Sangat
Stabil Tidak Ada
VIII 71 II Baik Stabil Beberapa
Blok
IX 84,8 I Sangat
Baik
Sangat
Stabil Tidak Ada
Analisis Kinematika
Berikut adalah pengeplotan kedudukan set diskontinuitas pada diagram stereografis setiap scanline.
1. Scanline I : berdasarkan pengamatan dan
Gambar 5. Interpretasi set diskontinuitas Scanline I
Berdasarkan pola kinematikanya (Gambar 6) menunjukkan adanya model runtuhan baji karena terdapat dua bidang diskontinuitas yang saling berpotongan. Namun, sudut dari bidang lereng lebih kecil dibanding sudut diskontinuitas.
Hal ini dapat dikatakan bahwa meskipun pola tersebut terlihat seperti longsoran baji akan tetapi longsoran baji tersebut tidak mungkin terjadi. Longsoran baji bisa terjadi jika sudut lereng lebih besar dari bidang diskontinuitas dan plotan kutub dari salah satu diskontinuitas tersebut berada di area daylight.
Gambar 6. Analisis kinematika pada Scanline I 2. Scanline II : Berdasarkan pengamatan dan pengukuran, didapatkan data kedudukan lereng N 3200 E, 430, panjang lereng 70 m dan ketinggian lereng 7 m. Analisa gaya dinamika dari proses pengelompokan diskontinuitas dengan bantuan Stereonet dan Dips, didapatkan kedudukan dari set diskontinuitas dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Interpretasi set diskontinuitas Scanline II
Berdasarkan pola set diskontinuitas menunjukkan adanya model runtuhan guling karena arah diskontinuitas tidak searah dengan arah muka lereng atau saling berlawanan. Hal ini dapat dikatakan bahwa meskipun pola tersebut terlihat seperti longsoran guling akan tetapi longsoran guling tersebut tidak mungkin terjadi.
Longsoran guling bisa terjadi jika plotan kutub dari salah satu diskontinuitas tersebut berada di area daylight.
Gambar 8. Analisis kinematika pada Scanline II Begitu seterusnya dilakukan analisis kinematika mulai dari Scanline I hingga Scanline IX. Hasil keseluruhan dari analisis kinematika ini adalah Scanline I, II,VI, VIII, VIII dan IX tidak memiliki potensi untuk mengalami longsoran, sedangkan untuk Scanline III, IV, dan V memiliki potensi arah longsoran berupa longsoran bidang.
Analisis Kestabilan Lereng Tunggal
Analisa lereng tunggal ini bertujuan untuk mengetahui faktor keamanan lereng secara khusus dengan tinggi dan sudut lereng yang berbeda, data parameter sifat fisik ditunjukan pada Tabel 4. Penginputan parameter tersebut dilakukan pada tiap lapisan batuan. Berikut ini
adalah salah satu tampilan dari analisis perhitungan nilai Faktor Keamanan lereng tunggal menggunakan Metode Morgenstern Price pada Software Geoslope/W 2007 (Gambar 9).
Tabel 4. Rekapitulasi parameter sifat fisik dan mekanik batuan
Parameter Kestabilan Lereng
Lapisan Batuan
Lab. Test Densitas
(ɣw)
Kohesi (C)
Sudut Geser Dalam (ϕ)
kN/m3 kPa Deg
Andesit 24,3 650,4 34,9
OB A1 21,5 65,6 28,5
Coal A1 12,4 276,9 29,1
IB A1-A2 20,7 185,2 29,5
Coal A2 12,4 276,9 29,1
IB A2-B1 22,5 161,1 28,7
Coal B1 12,4 276,9 29,1
IB B1-B2 22,1 257,1 29,1
Coal B2 12,4 276,9 29,1
IB B2-C 22,7 345,3 30,4
Coal C 12,4 276,9 29,1
Lower C 21,6 265,9 28,5
Scanline I (Lereng Andesit) pada Gambar 9 didapatkan nilai faktor keamanan pada scanline I sebesar 16,420 dengan tinggi lereng 10 m, lebar lereng 3,6 m dan sudut lereng 70o. Nilai FK yang didapatkan diperoleh dengan memasukkan parameter densitas 24,3 kN/m3, kohesi 650,4 kPadan sudut geser dalam 34,90.
Gambar 9. Analisa perhitungan FK Scanline I pada Lereng Andesit
Berdasarkan analisa kestabilan lereng tunggal diatas, maka rekapitulasi nilai FK dan geometri lereng dapat dilihat pada Tabel 7. Dari hasil rekapitulasi keadaan sebenarnya pada kondisi dilapangan (kondisi aktual), nilai FK yang diperoleh dari setiap scanline berada pada kondisi aman berkisar antara 3,254 sampai 44,737. Nilai tersebut masih diatas 1,25, maka kondisi lereng dinyatakan aman/stabil.
16.420
Distance
0 5 10 15 20 25 300
5 10 15 20
Elevation
0 5 10 15 20
Lapisan Andesit FK = 16,420
N
E
S W
PETA SECTION TAL SELATAN
( SUBAN )
A
A'
B
C
D
E B'
C' E' D'
365000 364500
364000
958450095850009585500
0 100 200 400
Legenda : : Section
METER
III 4 3,5 50 12,325
IV 4 3,5 50 12,325
V 4 3,5 50 12,325
VI 12 14 40 4,431
VII 4 3,6 48 44,737
VIII 4 3,5 49 25,244
IX 4 3,6 48 44,737
Analisis Kestabilan Lereng Keseluruhan Perhitungan nilai FK pada lereng keseluruhan terbagi menjadi 5 bagian penampang yaitu section A-A’, section B-B’, section C-C’, section D-D’ dan section E-E’
(Gambar 10). Perhitungan nilai Faktor Keamanan (FK) setiap penampang sebagai berikut :
a. Section A-A': pada lereng keseluruhan penampang A-A', dimana tinggi lereng keseluruhan berada pada elevasi 94 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan terendah pada elevasi -40 mdpl dengan sudut kemiringan lereng keseluruhan 170 dan lebar jenjang 16-6 m, maka dari hasil perhitungan dengan menggunakan Software Geoslope/W 2007, nilai Faktor Keamanan yang diperoleh pada lereng keseluruhan penampang A-A' adalah 1.85 (Gambar 11).
b. Section B-B': pada lereng keseluruhan penampang B-B', dimana tinggi lereng keseluruhan berada pada elevasi 131 mdpl dan terendah pada elevasi -1 mdpl dengan
dan terendah pada elevasi 16 mdpl dengan sudut kemiringan lereng keseluruhan 130 dan lebar jenjang 25-6 m, nilai Faktor Keamanan yang diperoleh pada lereng keseluruhan penampang C-C' adalah 2,849 (Gambar 13).
d. Section D-D': pada lereng keseluruhan penampang D-D', dimana tinggi lereng keseluruhan berada pada elevasi 119 mdpl dan terendah pada elevasi 19 mdpl, dengan sudut kemiringan lereng keseluruhan 170 dan lebar jenjang 30-16 m. Ditambah dengan adanya beaban alat muat berupa HD 785 = 533 kPa yang berada pada elevasi 92 mdpl, nilai Faktor Keamanan yang diperoleh pada lereng keseluruhan penampang D-D' adalah 4,097 (Gambar 14)
e. Section E-E': pada lereng keseluruhan penampang E-E', dimana tinggi lereng keseluruhan berada pada elevasi 110 mdpl dan terendah pada elevasi 19 mdpl, dengan sudut kemiringan lereng keseluruhan 120 dan lebar jenjang 26-15 m. Ditambah dengan adanya beban alat muat berupa HD 785 = 533 kPa yang berada pada elevasi 85 mdpl, nilai Faktor Keamanan yang diperoleh pada lereng keseluruhan penampang E-E' adalah 3,096 (Gambar 15).
.
Gambar 10. Peta pembagian penampang TAL Selatan Suban
Gambar 11. Analisis lereng keseluruhan (overall slope) Section A-A’
Gambar 12. Analisis lereng keseluruhan (overall slope) Section B-B’
Gambar 13. Analisis Lereng Keseluruhan (overall slope) Section C-C’
Gambar 14. Analisis lereng keseluruhan (overall slope) Section D-D’
Gambar 15. Analisis lereng keseluruhan (overall slope) Section E-E’
Berdasarkan pada analisa kestabilan lereng keseluruhan pada section A-A’, B-B’, C-C’, D-D’
dan E-E’, nilai FK yang diperoleh dari keseluruhan lereng mulai dari 1,85 sampai dengan 4,09. Nilai tersebut termasuk dalam kategori kondisi lereng yang aman dikarenakan masih berada >1,25 seperti yang digunakan sebagai acuan di PTBA.
4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kualitas massa batuan dan tingkat kestabilan
lereng di PTBA pada lokasi TAL Selatan (Suban) berdasarkan klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) untuk Scanline VII dan IX memiliki bobot SMR sebesar 84,5 yang berada pada kelas I dengan kualitas massa batuan sangat baik dan kondisi lereng sangat stabil. Sedangkan Scanline I, II, III, IV, V, VI dan VIII memiliki bobot SMR mulai dari 61,4- 74,9 yang berada pada kelas II dengan kualitas massa batuan baik dan kondisi lereng stabil.
2. Berdasarkan analisa kinematika yang bertujuan untuk mendapatkan jenis dan arah longsoran, Scanline I memiliki kemungkinan keruntuhan baji, Scanline II memiliki kemungkinan keruntuhan topling, Scanline III, IV, V, VI dan VIII memiliki kemungkinan keruntuhan/longsoran bidang, namun setelah dilakukan analisis kinematika, Scanline III, IV dan V memiliki potensi keruntuhan bidang.
Adapun arah longsoran pada Scanline III adalah N 490 E, Scanline IV adalah N 500 E, Scanline V adalah N 480 E. Sedangkan untuk Scanline I, II, VI, VII, VIII dan IX tidak memungkinkan terjadi keruntuhan/longsoran.
3. Nilai Faktor Keamanan (FK) pada lokasi TAL Selatan (Suban) berdasarkan Metode Morgenstern Price dengan Software Geoslope/W 2007 yaitu lereng tunggal (single slope) dihitung pada keadaan sebenarnya
(kondisi aktual) didapatkan nilai FK mulai dari 3,254 sampai 44,737. Sedangkan lereng keseluruhan (overall slope) dihitung dengan menggunakan 5 buah penampang A-A’, B-B’, C-C', D-D' dan E-E’ didapat nilai FK mulai dari 1,85 hingga 4,09. Dengan ini disimpulkan bahwa keseluruhan lereng yang ada pada lokasi Suban berada pada kondisi yang aman.
Daftar Pustaka
Bieniawski, T. Z., 1973, Engineering Classification of Jointed Rock Masses, Trans S.
Afr. Inst. Civ. Engrs.
Bieniawski, T. Z., 1976, Rock Mass Classification in Rock Engineering, Proc. Symp. on Exploration, Johannesburg.
Bieniawski, Z.T., 1989, Engineering Rock Mass Classifications, New York: Wiley
Bowles, E. J., 1989, Sifat-sifat Fisik dan Geoteknis Tanah, PT. Erlangga, Jakarta.
Hoek, E., dan Bray, JW., 1981, Rock Slope Engineering ,3rd Edition, IMM, London.
Hoek, E. dan Brown, E.T., 1981, Underground Excavations in Rock. London : The Institute of Mining and Mettalurgy
Hoek, E., Brown, E.T., dan Bawden, W.F., 1995 Support of Underground Excavations in Hard Rock. Rotterdam, Balkema.
Sunarjanto, 2008, Stratigrafi Tambang Air Laya Tanjung Enim, Satuan Kerja Geologi Bukit Asam, Tanjung Enim.
Romana, 1985, New Adjustment ratings for application of Bienawski classification to slopes.
In International Symposium on the Role of Rock Mecahnics. Zacatecas, Mexico.
Wyllie, D. C. dan Mah, C, W., 2004, Rock Slope Engineering-Civil and mining. Based on the third edition by E. Hoek dan J. Bray. London : Spon Press, Taylor dan Francis Group