• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH DI JAWA TIMUR (Studi Kasus 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH DI JAWA TIMUR (Studi Kasus 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur) "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH DI JAWA TIMUR (Studi Kasus 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Arie May Nurcahyo 145020100111051

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2021

(2)

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH DI JAWA TIMUR (Studi Kasus 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur)

Arie May Nurcahyo

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: ariecahyo115@yahoo.com

ABSTRAK

Ketimpangan masih menjadi permasalahan serius di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan wilayah serta menganalisis pengaruh variabel investasi, aglomerasi, dan indeks pembangunan manusiai terhadap ketimpangan wilayah di Provinsi Jawa Timur. Alat analisis yang digunakan meliputi indeks williamson dan analisis regresi data panel. Berdasarkan analisis tingkat ketimpangan yang diukur dengan indeks Williamson. Dari 38 kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur terdapat dua provinsi yang memiliki indeks ketimpangan tinggi yakni kota Surabaya dan kota Kediri. Dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan dengan prob F-statistic sebesar 0,0000 < 0,05. Dilihat dari uji t, variabel investasi dan indeks pembangunan manusia tidak berpengaruh signifikan sedangkan variabel aglomerasi berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan wilayah. Ketimpangan wilayah di provinsi Jawa Timur dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen sebesar 54,33 persen sedangkan sisanya sebesar 45,33 persen dijelaskan faktor-faktor lainnya di luar model.

Kata Kunci : Ketimpangan Pembangunan , investasi, aglomerasi, dan indeks pembangunan manusia.

A. PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan proses multidimensi yang melibatkan berbagai perubahan mendasar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan lembaga nasional serta percepatan pertumbuhan, pengurangan ketimpangan dan penanggulangan kemiskinan (Smith dan todaro, 2011). Dalam hal lain tujuan utama pembangunan ekonomi ialah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun juga harus menghilangkan ataupun meminimalisir tingkat kemiskinan, kesenjangan income dan tingkat pengangguran. Namun demikian pada kenyataannya tujuan tersebut sulit untuk dicapai bersama karena pada kenyataannya, strategi pembangunan saat ini merujuk pada pilihan antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan berbagai hasil pembangunan. Menurut Arsyad (2015) pertumbuhan dan pemerataan adalah dua kutub strategi pembangunan yang terkadang saling mengabaikan. Maksudnya, pembangunan yang memfokuskan pada aspek pertumbuhan ekonomi cenderung akan “mengorbankan” aspek pemerataan, begitupun kebalikannya. Dengan tidak meratanya pembangunan memunculkan ketimpangan dan kesenjangan.

Di Indonesia, Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun demikian, provinsi ini juga tidak terlepas dari masalah ketimpangan antarwilayah. Ketimpangan antarwilayah merupakan kondisi terdapat perbedaan berupa tingkat kesejahteraan dan perkembangan ekonomi wilayah itu sendiri. Laju pertumbuhan ekonomi suatu negara ditujukan dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB).

Sedangkan pada skala regional dapat ditujuan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

(3)

Gambar 1. Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun Dasar 2010, 2014- 2019 (dalam persen)

Sumber: BPS Jawa Timur tahun 2014-2019, data diolah (2021)

Dilihat gambar 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur pada tahun 2014-2019 cenderung tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Tercatat pada tahun 2019 laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur mencapai 5,70%. Dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi bisa diartikan bahwa pembangunan telah membawa dampak pertumbuhan ekonomi dan dapat dianggap tujuan pertumbuhan ekonomi berhasil dicapai.

Keberhasial pertumbuhan ekonomi jawa timur yang tinggi tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi yang positif yang terjadi di Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur. Meskipun besaran pertumbuhannya berbeda antar Kab/Kota, tetapi cenderung lebih baik atau meningkat bahkan terdapat daerah yang selalu mempunyai pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi tingkat Provinsi Jawa Timur yakni Kota Surabaya. Adapun juga beberapa daerah yang mempunyai besaran laju pertumbuhan ekonomi yang rendah seperti kabupaten sampang, kabupaten sumenep dan kabupaten probolinggo. Ini dikarenakan tingkat kegiatan produksi perekonomian masih sangat rendah. Keadaan ini dari tahun 2014-2019 terus mengalami perbedaan yang sangat jauh. Jika keadaan ini ini masih terus berlanjut, maka tingkat ketimpangan akan semakin menjauh dan pemerataan pembangunan yang ada di wilayah Provinsi Jawa Timur tidak merata.

Jika dilihat dari Indeks Willianson (IW) yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki tingkat Indeks Willianson (IW) yang tinggi (IW > 0,5).

Gambar 2. Indeks Williamsom Pulau Jawa Tahun 2014-2019

Sumber : BPS (diolah 2021)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Nasional 5.21 4.99 5.16 5.23 5.31 5.10

Jawa Timur 5.86 5.44 5.57 5.46 5.50 5.70

5.21

4.99

5.16 5.23 5.31

5.10 5.86

5.44 5.57

5.46 5.50

5.70

DALAM PERSEN %

0.974 0.994 0.983 0.991 0.979 0.970

0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Jawa Timur

(4)

Dilihat dari gambar 1.2 menunjukkan besarannya tingkat ketimpangan (IW) di Pulau Jawa dan Provinsi Jawa Timur memiliki tingkat ketimpangan yang tinggi ( IW > 0,5) jika di bandingkan dengan Provinsi lain yang ada di Pulau Jawa. Tercatat dalam kurun waktu tahun 2014-2019 nilai angka indeks wilianson mendekati angka 1 yang artinya tingkat ketimpangan di wilayah Provinsi Jawa Timur sangat tinggi. Ketimpangan di Provinsi Jawa Timur salah satunya juga di akibatkan karena adanya konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah (syafrizal 2008). Menurut Brulhart &

Sbergemi (2010) konsentrasi kegiatan spasial ekonomi tersebut disebut sebagai aglomerasi.

Selain faktor konsentrasi spasial kegiatan ekonomi atau aglomerasi, faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruh adanya kesenjangan antar daerah adalah investasi. Menurut Mankiw (2014) investasi merupakan sebuah bagian penyusun PDRB. Makin besar tingkat penanaman modal atau investasi di suatu daerah dan asumsi komponen lain dianggap tetap (ceteris paribus) maka akan berakibat pada semakin tinggi PDRB wilayah tersebut. Pada kabupaten/kota yang mempunyai investasi relatif tinggi maka PDRB perkapitanya menjadi semakin menjauhi pendapatan perkapita rata-rata provinsi yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya ketimpangan. Adapun perkembangan nilai investasi bisa dilihat dalam jumlah PMDN di tambah PMA dengan demikian nilai investasinya yang ada di Provinsi Jawa Timur sangat dimungkinkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi ketimpangan antar wilayah yaitu pembangunan manusia dikarenakan menjadi salah indikator terciptanya pembangunan yang mampu mendorong pertumbuhan yang ada di berbagai wilayah. Kesadaran akan pentingnya investasi dalam hal sumber daya manusia daerah cukup penting, sehingga ketimpangan pembangunan di Jawa Timur tersebut juga akan berkurang. Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Rama, dkk (2012) yang menyebutkan terdapat hubungan negatif terhadap ketimpangan pembangunan. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan IPM di Jawa Timur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada penurunan ketimpangan pembangunan.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur terbilang tinggi, meskipun besarannya berbeda-beda tiap wilayah. Dan besaran laju pertumbuhan ekonomi terjadi perbedaan yang signifikan antara kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Ditambah lagi dengan masih tingginya nilai indeks willianson yang mendekati angka 1 yang artinya ketimpangan di Provinsi Jawa Timur cukup tinggi. Maka penulis tertarik mengambil judul: “Analisis Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah di Provinsi Jawa Timur (studi kasus 38 Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur’’.

B. KAJIAN PUSTAKA

Ketimpangan Pembangunan

Ketimpangan disetiap wilayah adalah hal yang biasa dialami didalam aktivitas ekonomi sebuah daerah. Hal itu akibat dari terdapatnya ketidaksamaan muatan SDA serta ketidaksamaan keadaan demografi yang ada di tiap-tiap wilayah. Ketidaksamaan itu menimbulkan kekuatan sebuah wilayah untuk menunjang tahap pembangunan yang terlihat tidak sama. Sehingga di masing-masing wilayah umumnya ada daerah yang maju (Developed Region) serta daerah yang tertinggal (Underdeveloped Region) (Syafrizal, 2008). Salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan yaitu indeks yang dikembangkan oleh (Willianson 1965) sehingga dikenal dengan indeks williansons (IW) dimana rumusnya sebagai berikut:

𝐼𝑊 =√∑(𝑌𝑖 − 𝑌)2Fi/n Y

Dimana :

IW : Indeks Williamson

Yi : PDRB per kapita di kabupaten i.

Y : PDRB per kapita Propinsi Jawa Timur Fi : jumlah penduduk di kabupaten i n : jumlah penduduk propinsi

Untuk mengukur ketimpangan Ekonomi (pendapatan) antar wilayah Indeks Williamson, IW berkisar antara 0 – 1 Bila IW,< 0,3 artinya : ketimpangan ekonomi wilayah rendah

Bila IW, 0,3 - 0,5 artinya ketimpangan ekonomi wilayah sedang Bila IW.> 0,5 artinya ketimpangan ekonomi wilayah tinggi

(5)

Investasi

Definisi investasi dalam ekonomi pembangunan adalah penambahan modal yang tujuannya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dan pendapatan perkapita ( Hayami, 2001). Modal yang dimaksud bukan hanya dalam bentuk modal fisik (seperti mesin, bahan baku, atau barang lainnya) tetapi juga dapat dalam bentuk tidak terwujud (seperti meningkatkan kapasitas dan pengetahuan sumberdaya manusia melalui investasi pendidikan, pelatihan kesehatan, penelitian, dan lainnya).

Investasi adalah faktor pembentuk modal yang sangata penting dalam menentukan pembentukan pertumbuha ekonomi. Investasi itu penting bagi pertumbuhan ekonomi dalam periode waktu lama, karena produksi barang dan jasa akan meningkat bergantung pada investasi yang digunakan, juga akan menyerap banyak tenaga kerja yang akan mempengaruhi pendapatan per kapita pada wilayah penanaman investasi (Sukirno, 2010).

Aglomerasi

Brulhart & Sbergemi (2010) mendefinisikan aglomerasi sebagai konsentrasi spasial kegiatan ekonomi. Artinya kegiatan ekonomi terkonsentrasi pada wilayah tertentu. Sedangkan Montgomery dalam Kuncoro (2006) mengartikan aglomerasi menjadi pusat spasial dari aktivitas ekonomi di wilayah perkotaan dalam rangka pencermatan karena lokasinya yang berdampingan. Hal ini dikumpulkan dengan kluster spasial dari perubahaan-pegawai, serta pelanggan.

Perspektif klasik mempercayai jika aglomerasi adalah sebuah wujud spasial serta dikumpulkan melalui teori pencermatan melalui konsep eksternalitas untuk mengestimasi besarannya skala ekonomis.

Menurut Willianson (1965) aglomerasi adalah faktor terpenting dalam tahap pengembangan. Ketika infastruktur transportasi dan komunikasi langka dan jangkauan pasar modal terbatas, efeknya dapat ditingkatkan secara signifikan dengan memusatkan produksi di satu area, tetapi ketika infrastruktur ditingkatkan dan pasar diperluas, eksternalitas kemacetan dapat mendukung area geografis ekonomi yang lebih tersebar.

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua Negara dan seluruh dunia. Indeks Pembangunan Manusia digunakan untuk mengklasifikasikan negara atau wilayah apakah negara maju, berkembang atau terbelakang, dan untuk mengukur kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup di suatu wilayah. Menurut United Nation Development Program (UNDP) pembangunan manusia adalah proses memperluas jangkauan pilihan penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk di tempatkan sebagai tujuan akhir, dan upaya pembangunan sebagai sasaran utama. Tujuan dari pembangunan manusia terdiri dari 4 pokok yang paling utama adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan (UNDP 1995 dalam Shinergi, 2013).

C. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan ilmiah dengan melihat realitas yang dapat diklarifikasi, konkrit, dan terukur. Hubungan antar variabel bersifat sebab akibat dimana data penelitian berupa angka- angka dan analisis menggunakan statistik. (Sugiyono, 2008).

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah Provinsi Jawa Timur. Wilayah administrasi Provinsi Jawa Timur terbagi dalam 29 Kabupaten, 9 kota, 621 Kecamatan, 781 Kelurahan, dan 7.724 Desa.. Sedangkan waktu penelitian dalam penelitian ini adalah periode 2014-2019.

(6)

Definisi Operasional

Definisi dari setiap variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Ketimpangan regional adalah kesenjangan ekonomi antar wilayah yang diukur dengan Indeks Williamson (IW) yang nilainya diantara 0 sampai 1. Adapun rumus IW sebagai berikut:

𝐼𝑊 =√∑(𝑌𝑖 − 𝑌)2Fi/n Y

Keterangan :

IW = Indeks Williamson

Fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota i N = Jumlah penduduk provinsi

Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke i Y = PDRB per kapita provinsi

2. Investasi dalam hal ini ialah nominal penanaman modal baik yang bersumber dari PMA maupun PMDN yang telah terelaisasi di setiap Kabupaten ataupun Kota di Provinsi Jawa Timur.

3. Aglomerasi menggambarkan konsentrasi kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Aglomerasi ini diukur menggunakan proksi yang dipakai dalam penelitian (Bonet, 2006) yang mendasarkan ukuran aglomerasi pada aglomerasi produksi yang dihitung dari share PDRB wilayah terhadap total PDRB. Adapun rumus nya sebagai berikut :

𝐴𝑔 =𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑘𝑎𝑏/𝑘𝑜𝑡𝑎 PDRB provinsi

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut jugan dengan Human Development Index (HDI). IPM adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. Dalam penelitian ini satuan data IPM adalah persen. Semakin tinggi Indeks Pembangunan Manusia, maka kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup semakin baik.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan data panel. Analisisn statistik deskriptif dipergunakan untuk memberi gambaran dengan cara menganalisis dan menyajikan data kuantitatif. Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan data panel. Dalam Nuryanto & Pambuko (2018), datal panel disebutkan sebagai kombinasi datal timellseries dan cross section. Penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan gabungan antara time series pada tahun 2015-2029 dan cross section pada seluruh kabupaten serta kota di provinsi Jawa Timur guna melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi, angkatan kerja, upah minimum, dan unit usaha terhadap penyerapan tenagal kerja di Jawa timur.

Dalam penelitian ini menggunakan model ekonometrika sebagai berikut:

Y_(= β_1 〖logX〗_1it+β_2 logX_2it+β_3 logX_3it+ε_ ) Dengan :

Y_it= Ketimpangan Pembangunan Kabupaten/kota ke i tahun ke t X_1= Investasi Kabupaten/kota ke i tahun ke t

X_2= Aglomerasi Kabupaten/kota ke i tahun ke t

X_3= Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/kota ke i tahun ke t α = Koefisien Intersep

β = Koefisien Slope ε = error

(7)

D. Hasil dan Pembahasan Analisi Data Panel

Berdasarkan Berdasarkan hasil pemilihan model regresi data panel yaitu Uji Chow, Uji Hausman didapatkan model terbaik yang digunakan pada penelitian ini yaitu Fixed Effect Model (FEM). Berikut merupakan hasil pengujian regresi data panel menggunakan Fixed Effect Model (FEM)

Tabel 1 Hasil regresi

Variabel Coefficient Prob.

C 0,095661 0,0000

Investasi (X1) -0,000373 0,3422

Aglomerasi(X2) 0,473903 0,0000

IPM (X3) -0,000083 0,7227

F-Statistic (Prob.) 0,0000

R-Squared = 0,543337

Sumber: Hasil Regresi Eviews 9, diolah (2021)

Pembahasan Pengaruh Investasi Terhadap Ketimpangan Pembangunan

Nilai probabilitas untuk variabel investasi sebesar 0,3422 diketahui lebih besar dari nilai signifikansinya (0,05).

Sehingga investasi dapat disimpulkan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Ketimpangan Pembangunan di Jawa Timur. Variabel investasi pada penelitian ini memiliki koefisien regresi bernilai negatif sebesar 0,000373. Hal ini menjelaskan bahwa saat investasi meningkat satu persen, maka akan menurunkan ketimpangan pembangunan di Jawa Timur sebesar 0,000373%. Namun investasi diketahui tidak berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan di Jawa Timur dalam penelitian ini.

Menurut Mankiw (2014) investasi merupakan sebuah bagian penyusun PDRB. Makin besar tingkat penanaman modal atau investasi di suatu daerah dan asumsi komponen lain dianggap tetap (ceteris paribus) maka akan berakibat pada semakin tinggi PDRB wilayah tersebut. Pada kabupaten/kota yang mempunyai investasi relatif tinggi maka PDRB perkapitanya menjadi semakin menjauhi pendapatan perkapita rata-rata provinsi yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya ketimpangan.

Kenyataannya hasil yang diperoleh pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori tersebut, di mana investasi tidak secara signifikan berpengaruh pada ketimpangan pembangunan Jawa Timur. Hal ini dapat terjadi karena Provinsi Jawa Timur memiliki 38 Kabupaten/Kota dengan kondisi perekonomiannya yang beragam. Jika melihat pada data yang telah diolah, adanya banyak wilayah di Jawa Timur yang laju petumbuhan ekonominya tidak merata.

Pembahasan Pengaruh Aglomerasi Terhadap Ketimpangan Pembangunan

Nilai probabilitas untuk variabel aglomerasi sebesar 0,0000, diketahui lebih kecil dari nilai signifikansinya (0,05).

Sehingga aglomerasi dapat disimpulkan memiliki pengaruh signifikan terhadap Ketimpangan Pembangunan di Jawa Timur. Variabel investasi pada penelitian ini memiliki koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,473903. Hal ini menjelaskan bahwa saat investasi meningkat satu persen, maka akan menurunkan ketimpangan pembangunan di Jawa Timur sebesar 0,473903%.

Dalam berbagai wilayah di dunia, industrialisasi menjadi salah satu kekuatan utama dalam pembangunan ekonomi.

Industri cenderung beraglomerasi pada daerah-daerah dimana potensi dan kemampuan daerah tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Aglomerasi yang cukup tinggi akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut cenderung tumbuh lebih cepat (Wulandari &

Arif, 2021). Kondisi ini mendorong proses pembangunan daerah dengan terbukanya lapangan pekerjaan dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Begitu juga sebaliknya bagi daerah yang memiliki tingkat aglomerasi yang rendah akan membuat daerah tersebut semakin terbelakang. Sesuai dengan hasil penelitian ini semakin tinggi Aglomerasi suatu daerah akan mengakibatkan ketimpangan pembangunan juga bergerak searah semakin tinggi.

(8)

Pembahasan Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Ketimpangan Pembangunan

Nilai probabilitas untuk variabel indeks pembangunan manusia sebesar 0,7227 diketahui lebih besar dari nilai signifikansinya (0,05). Sehingga indeks pembangunan manusia dapat disimpulkan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Ketimpangan Pembangunan di Jawa Timur. Variabel indeks pembangunan manusia pada penelitian ini memiliki koefisien regresi bernilai negatif sebesar 0,000083. Hal ini menjelaskan bahwa saat indeks pembangunan manusia meningkat satu persen, maka akan menurunkan ketimpangan pembangunan di Jawa Timur sebesar 0,000083%. Namun indeks pembangunan manusia diketahui tidak berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan di Jawa Timur dalam penelitian ini.

Hal ini juga mengartikan bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya investasi dalam hal sumber daya manusia daerah cukup penting, sehingga ketimpangan pembangunan di Jawa Timur tersebut juga akan berkurang.Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Rama, dkk (2012) yang menyebutkan terdapat hubungan negatif terhadap ketimpangan pembangunan. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan IPM di Jawa Timur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada penurunan ketimpangan pembangunan.

Kenyataannya hasil yang diperoleh pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori tersebut, di mana indeks pembangunan manusia tidak secara signifikan berpengaruh pada ketimpangan pembangunan Jawa Timur. Hal ini dapat terjadi karena meskipun nilai indeks pembangunan manusia di kabupaten/kota di provinsi jawa timur tinggi dimungkinkan tidak optimalnya sumberdaya manusia mengelola sumberdaya yang ada di karenakan kurangnya pengetahuan bahkan kurangnya teknologi yang canggih.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pekerja anak di Jawa Timur, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada kabupaten/kota di Jawa Timur variabel Investasi tidak memiliki pengaruh bernilai negatif dan tidak signifikan terhadap variabel Ketimpangan. Di karenakan terjadi ketimpangan nilai investasi yang ada di Kabupaten/Kota Di Jawa Timur.

2. Pada kabupaten/kota di Jawa Timur variabel Aglomerasi memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Ketimpangan dan berpengaruh positif. Di karenakan tingkat aglomerasi di Kabupaten/Kota di Jawa timur bisa dikatakan terjadi ketimpangan.

3. Pada kabupaten/kota di Jawa Timur variabel IPM memiliki pengaruh bernilai negatif namun tidak signifikan terhadap variabel Ketimpangan. Di karenakan meskipun nilai IPM di Kabupaten/Kota di Jawa Timur terbilang tinggi tetapi di beberapa daerah masih belum bisa mengoptimalkan hasil sumberdaya yang ada.

Saran

1. Pemerintah tiap kabupaten/kota yang berada di Jawa Timur diharapkan dapat memelihara iklim investasi yang baik guna meningkatkan nilai investasi.

2. Pemerintah tiap kabupaten/kota yang berada di Jawa Timur diharapkan mampu mengoptimalkan atau menambah sarana dan prasarana pendukung yang dapat memudahkan kegiatan perekonomian di wilayahnya untuk mengurangi tingkat aglomerasi

3. Pemerintah tiap kabupaten/kota yang berada di Jawa Timur diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia dengan menambah fasilitas pendidikan dan kesehatan.

4. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan variabel-variabel lain yang lebih bervariasi. Apabila menggunakan variabel yang sama, sebaiknya menambah rentang waktu yang digunakan agar hasilnya lebih baik.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga jurnal ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang telah terkumpul kemudian dipecah dengan langkah-langkah kerja yang menyertainya: menguraikan alamat dalam rekaman web video JK-W dan ND-M di youtube