• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis kinerja naẓhir dalam wakaf produktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "analisis kinerja naẓhir dalam wakaf produktif"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dan dengan adanya wakaf produktif tersebut, Masjid Al-A'rof tidak menarik uang jamaahnya. Dalam hal ini peneliti ingin mengkaji peran dan tugas NaẒhir dalam hal pengelolaan wakaf produktif, bagaimana pengurus Masjid Al A'rof mengelola dan mengkonsep wakaf produktif secara mandiri tanpa peran NaẒhir, karena pengelolaan wakaf produktif harus terus mengembangkan diri dan bermanfaat bagi masyarakat.

Rumusan Masalah

Sebab setelah optimalisasi dan pengelolaan masjid itu sendiri, pasti ada permasalahan dan kendala dalam pelaksanaannya baik di awal maupun di tengah perjalanannya, serta jika sesuai dengan undang-undang no 41 tahun 2004.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Tinjauan pustaka berupa kajian terhadap skripsi mahasiswa sebelumnya, namun terdapat perbedaan penelitian penulis terdahulu dengan penelitian penulis terdahulu serta penelitian yang dilakukan, lokasi perbedaan dari segi pembahasan, tahun penelitian dan penelitian. lokasi.

Telaah Pustaka

13 Mutia Ulfah, Analisis Manajemen Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Meningkatkan Pemanfaatan Harta Wakaf (Studi Pengelolaan Nazar Wakaf Pada Masjid Al-Furqon Kota Bandar Lampung), Tesis PhD, (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2019). Fokus dan lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah pengelolaan harta wakaf produktif.

Metode Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data praktik pengelolaan dan pemanfaatan hasil tanah wakaf produktif di Di. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi langsung dari sumber.

Sistematika Pembahasan

Wakaf

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan dapat dipraktekkan oleh NaẒhir dan masyarakat khususnya dalam menangani wakaf produktif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian ini terletak pada topik yang dibahas yaitu seputar wakaf produktif. Kedua, Mutia Ulfah “Analisis Manajemen Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Meningkatkan Kemanfaatan Harta Wakaf (Studi Pengelolaan Wakaf NaẒhir Pada Masjid Al-Furqon Kota Bandar Lampung)”.

Persamaan dalam penelitian ini berkaitan dengan wakaf produktif, teori yang digunakan dan pendistribusian hasil wakaf produktif menurut aspek pendidikan berbentuk pesantren. Bagaimana revisi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Nazhir dalam pengelolaan wakaf produktif di Masjid Baitul Amin Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Bagaimana revisi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Penggunaan Hasil Wakaf Produktif di Masjid Baitul Amin Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun?

Penelitian ini mengkaji pengelolaan tanah wakaf produktif di Masjid Al-A'rof Desa Kemuning Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Capaian Nazir dalam Pengelolaan Wakaf Produktif di Masjid Al-A'rof Desa Kemuning Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Bab ini membahas tentang revisi undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf, tentang Nazhir dalam pengelolaan wakaf produktif.

Wakaf Produktif Pertanian

Pengelolaan wakaf terus mengalami perkembangan, mulai dari pengelolaan tradisional hingga pengembangan kelembagaan. Beberapa metode yang dianggap sangat penting dalam pengelolaan wakaf pertanian adalah Mukhabarah dan Muzara'ah. Menurut Syekh Ibrahim Al-Bajuri, mukhabarah terjadi ketika seorang pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada penggarap dan modal dari penggarap.

Muzara'ah dapat diartikan sebagai kerjasama pertanian yang dilakukan oleh pemilik lahan dan penggarap dengan menggunakan perjanjian bagi hasil. Dalam Kompendium Hukum Ekonomi Syariah (KHES) muzara'ah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan penggarap tanah untuk kepentingan penggunaan tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan batasan adalah adanya pembatasan terhadap kegiatan yang dilakukan selama bercocok tanam oleh pemilik tanah dan penggarap tanah.

1 Tahun 1960 pasal 1 tentang perjanjian bagi hasil menjelaskan bahwa “hasil usaha pertanian yang dilakukan oleh penggarap dalam perjanjian bagi hasil setelah dikurangi biaya bibit, pupuk, ternak serta biaya tanam dan panen”.

Nazhir

Nazhir dalam Pasal 1(4) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 adalah pihak yang menerima harta wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.21. Pengawasan wakaf dapat dilakukan dengan menyelidiki langsung NaẒhir mengenai pengelolaan harta wakaf. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 4 menyatakan bahwa: Wakaf mengusahakan pemanfaatan harta wakaf sesuai dengan fungsinya.

Deskripsi kinerja Naẓhir dalam pengelolaan wakaf produktif di masjid al-a'rof desa Kemuning Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Analisis Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Tentang Peran Dan Tugas NaẒhir Dalam Wakaf Produktif Di Masjid Al-A'rof Desa Kemuning Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Analisis Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Untuk Pengembangan Dan Pengelolaan Wakaf Produksi Di Masjid Al-A'rof Desa Kemuning Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo.

41 Tahun 2004 Pasal 43 Tentang Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pada Masjid Azizi Kelurahan Payo Lebar Kebun Jeruk Kota Jambi), Disertasi, (JAMBI: UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020).

Pengelolaan Tanah Wakaf Menurut Undang-undang Nomor 41

KINERJA NAZHIR DALAM PENGELOLAAN WAKAF

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Masjid Al-A'rof merupakan rumah ibadah yang terletak di Dusun Jetis, Desa Kemuning, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo. Masjid ini didirikan pada tahun 1983 melalui tanah wakaf yang wakafnya KH. Masjid Al-A'rof dibangun karena masyarakat Dusun Jetis belum memiliki masjid dan sebelum Masjid Al-A'rof dibangun masyarakat harus menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk mencapai masjid terdekat.

Seiring berjalannya waktu, Masjid Al-A’rof terus mengembangkan pengelolaannya dalam berbagai hal, antara lain pembentukan kepemimpinan, pengelolaan dana, pengembangan, rutinitas jamaah, kegiatan amal. Tujuan didirikannya Masjid Al-A’rof di Dukuh Jetis, Desa Kemuning, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo mengacu pada bidang sosial, ekonomi, keagamaan dan kemanusiaan. Bidang keagamaan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dengan menyelenggarakan kegiatan masjid Al-A'rof untuk menyiarkan agama Islam khususnya bagi masyarakat Dukuh Jetis.

Seperti yang peneliti sampaikan, tujuan dibangunnya masjid Al-A'rof karena di kawasan Dukuh Jetis jarak menuju masjid cukup jauh. Dengan dibangunnya Masjid Al-A'rof pasti akan memudahkan masyarakat dalam beribadah.

Struktur Pengurus Masjid Al-A’rof

Hasil wawancara peneliti dengan bapak Sudrajat adalah sebagai berikut: “Iya benar, di Desa Kemuning terdapat wakaf produktif yang bertujuan untuk pelestarian Masjid Al-A’rof yang dikelola oleh Al-A’ para pengurus masjid itu sendiri Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dalam hal ini sebagai NaẒhir Masjid AL-A'rof telah melaksanakan sebagian tugasnya dalam pengelolaan wakaf sesuai dengan undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf yaitu NaẒhir wakaf telah mendaftarkan tanah wakaf produktif pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ponorogo, sehingga wakaf tersebut telah mempunyai sertifikat tanah wakaf. Pembinaan dan pengelolaan wakaf produktif sudah menjadi tugas dan kewajiban NaẒhir, karena diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 yang mengharuskan seorang NaẒhir mampu mengembangkan dan mengelola wakaf, tidak sekedar menjanjikan dan mentransfernya kepada pengurus masjid.

Hasil wawancara peneliti dengan bapak Sudrajat adalah sebagai berikut: “Iya betul, di Desa Kemuning terdapat wakaf produktif yang bertujuan untuk pelestarian masjid al-a’rof yang dikelola oleh al-a ' Pengurus masjid rof sendiri Mahmud ISRO'i berkata: "Memang benar masjid al-a'rof mendapat tanah wakaf produktif berupa sawah yang dikelola oleh pengurus masjid al-a' masjid rof di desa Kemuning." 9. Naẓhir wakaf produktif di masjid al-a'rof desa Kemuning kecamatan sambi hanya melaksanakan beberapa tugas dan kewajiban saja, salah satunya adalah administrasi yang dilaksanakan sesuai dengan undang-undang nomor 41 pasal 32, dan telah menjaminkan tanah wakaf untuk memperoleh akta gadai wakaf.

Meskipun di sini NaẒhirv mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam mengelola pengembangan tanah wakaf produktif, namun dari segi tugas NaẒhirv dimana ia berkewajiban menjaga, mengembangkan dan melestarikan manfaat dari harta produktif wakaf yang dihibahkan, hal ini juga diatur dalam Undang-undang. TIDAK. 41. Tahun 2004 pada pasal 42, 43 dan 44 yang telah dijelaskan di atas, yang menjelaskan tentang kewajiban NaẒhir dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf. Sedangkan pembagian pendapatan dari tanah wakaf produktif sudah sesuai dengan undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang pasal 44 wakaf, namun dengan alasan pengelola atau tekmir belum mengubah bentuk wakaf dan masih tetap. sesuai dengan definisinya. . Nurcahyani Narulita, Revisi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Tentang Tugas Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Produktif Di Masjid Baitul Amin Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun, Skripsi, (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2021, Manajemen Ulfahlytia ) Pengelolaan Internal Wakaf Produktif.

Deskripsi Terhadap Kinerja Nazhir dalam Pengelolaan Wakaf

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

Analisi Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Usai janji tersebut, NaẒhir langsung melimpahkan wakaf produktif tersebut ke masjid dan tidak mengawasi, menindaklanjuti maupun menerima laporan perkembangan wakaf produktif tersebut. Mahmud Isro'i juga mengatakan: “Benar setelah janji itu, Nazir telah menyerahkan pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif kepada pengelolaan masjid, dan tidak ada tindak lanjut lebih lanjut atau perlunya masalah masjid a. laporan. 7. Peneliti juga mewawancarai pengurus Masjid Al-A'rof, kyai/takmir wakaf yaitu KH.

Dan sering pula terjadi para NaẒhir tidak mengikuti perkembangan tanah wakaf yang dikelola padahal di sini NaẒhir mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam pengelolaan tanah wakaf produktif, dalam hal tugas NaẒhir dimana ia berkewajiban untuk melakukan hal tersebut. memelihara, mengembangkan dan melestarikan manfaat harta produktif wakaf yang diwakafkan. Namun dalam wakaf produktif tidak ada tindak lanjut yang dilakukan NaẒhir, padahal dalam undang-undang no. 41 Tahun 2004 pasal 42, 43 dan 44 mengatur tentang ketentuan dan kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf. Usai ikrar Nazir, ia langsung menyerahkan wakaf produktif tersebut ke masjid dan tidak memantau, meneruskan atau menerima laporan perkembangan wakaf produktif tersebut.

Lebih lanjut Mahmud Isro’i mengatakan: “Benar Nazir telah menyerahkan pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif kepada pengelolaan masjid sesuai janjinya dan tidak ada tindak lanjutnya atau tidak perlu melapor ke masjid” 10. Sering pula NaẒhir tidak melakukan pengawasan terhadap cara pengelolaan tanah wakaf, padahal di sini NaẒhir mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam pengelolaan tanah wakaf produktif, dari segi tugas NaẒhir, dimana ia wajib memelihara, mengembangkan. dan melestarikan manfaat harta wakaf produktif yang dihibahkan oleh wakaf. Ghifary Abbad, Pengelolaan Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan Masyarakat di Desa Geuceu Komplek Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh, Skripsi (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2020).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait