• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Simpang Tiga Menggunakan Metode PKJI 2023 di Jombang

N/A
N/A
Aysha Fadilla 2107112792

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Kinerja Simpang Tiga Menggunakan Metode PKJI 2023 di Jombang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

1

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA MENGGUNAKAN METODE PKJI 2023 PADA JL.KH.WAHAB CHASBULLOH – JL.GARUDA

KABUPATEN JOMBANG

Hendrik Prasetyo1, Totok Yulianto2, Meriana Wahyu Nugroho3, Titin Sundari4

1,2,3,4 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang, 61471, Indonesia [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang cukup tinggi dari waktu ke waktu mengakibatkan permasalahan transportasi seperti kecelakaan dan kemacetan lalu lintas di Kabupaten Jombang. Salah satu simpang dengan kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi berada di Jl. KH. Wahab Chasbulloh – Jl. Garuda dikarena adanya pertokoan, tempat makan, SPBU, akses tol, dan sarana pendidikan sehingga kawasan tersebut termasuk dalam tipe lingkungan komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejenuhan, peluang antrian,tingkat pelayanan dan tundaan sehingga dapat dinilai seberapa baik kinerjanya.

Metode Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2023 akan digunakan pada penelitian ini.

Menurut PKJI 2023 suatu simpang bisa dikatakan layak jika DJ < 0,85. Data sekunder dan data primer diguakan pada penelitian ini dimana data geometrik simpang dan volume lalu lintas termasuk dalam data primer sedangkan data sekunder mencakup peta lokasi serta jumlah penduduk digunakan sebagai faktor penyesuaian ukuran kota. Hasil dari analisis kinerja simpang tiga didapatkan nilai derajat kejenuhan 0,98, peluang antrian 39 – 77 %, tundaan 18 detik/smp dan tingkat pelayanan C sehingga kondisi arus lalu lintas sedang.

Kata Kunci : PKJI 2023;Analisis Kinerja Simpang;Derajat Kejenuhan;Tingkat Pelayanan.

1. Pendahuluan

Seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang cukup tinggi dari waktu ke waktu mengakibatkan permasalahan transportasi seperti kecelakaan dan kemacetan lalu lintas di Kabupaten Jombang[1]. Jalan memiliki peran penting sebagai sarana transportasi untuk memindahkan manusia dan mendukung kemajuan ekonomi, sosial, budaya, serta stabilitas nasional sekaligus membantu pemerataan dan penyebaran pembangunan[2]. Jalan akan sangat penting untuk mendukung kegiatan manusia dan mempermudah memenuhi kebutuhan sehari – sehari[3]. Hampir setiap kegiatan manusia sangat bergantung pada alat transportasi. Tanpa adanya infrastruktur jalan alat transportasi darat tidak akan dapat berfungsi secara optimal untuk mempermudah berbagai aktivitas manusia [4].

Saat ini banyak orang lebih suka mengendarai kendaaran pribadi dari pada menggunakan transportasi umum sehingga meningkatkan jumlah kendaraan di jalan dan menyebabkan kemacetan lalu lintas[5]. Permasalahan transportasi juga diakibatkan oleh lebar jalan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan kendaraan, jumlah infrastruktur jalan yang kurang memadai, serta sifat pengemudi yang tidak tertib.

Persimpangan merupakan area pertemuan dua atau lebih jalan di mana kendaraan dapat berbelok atau berpindah dari satu jalur ke jalur lainnya[6]. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, persimpangan tak bersinyal dengan volume lalu lintas tinggi cenderung mengalami kemacetan dan kecelakaan[7], Hal ini disebabkan oleh ketidak teraturan pergerakan kendaraan di persimpangan.

Kabupaten Jombang merupakan daerah dengan kepadatan penduduk sebesar 1.268.504 jiwa pada tahun 2020 [8]. Jadi dapat dipastikan bahwa di area tersebut akan cukup padat terutama pada simpang tiga pada jalan KH.Wahab Chasbullloh dan jalan Garuda. Area tersebut dikategorikan sebagai lingkungan komersial karena terdapat pemukiman, pertokoan, tempat makan, SPBU, akses tol dan

(2)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

2 sarana pendidikan sehingga lalu lintasnya cukup padat. Pada persimpangan ini sebenarnya sudah ada traffic light yang terpasang tapi di nonaktifkan kembali karena menyebabkan kemacetan yang lebih panjang. Menurut warga setempat traffic light hanya beroperasi selama satu bulan kemudian dimatikan karena menyebabkan kemacetan yang lebih panjang. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kinerja simpang tersebut. Berdasarkan masalah yang dijabarkan, sehingga peneliti melakukan penelitian di persimpangan dengan Judul Analisis Kinerja Simpang Tiga Menggunakan Metode PKJI 2023 Pada Jl. KH.Wahab Chasbulloh – Jl. Garuda Kabupaten Jombang.

2. Bahan dan Metode 2.1. Transportasi

Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain yang dilakukan oleh manusia atau barang biasa di sebut transportasi, termasuk berbagai infrastruktur dan jenis mobil yang dirancang untuk memudahkan pergerakan baik di luar maupun di dalam kota[9]. Transportasi merupakan komponen penting dalam kehidupan modern yang melibatkan berbagai moda seperti darat, laut, dan udara.

Infrastruktur transportasi yang baik dapat mendorong pengembangan wilayah, menarik investasi, dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Kemajuan teknologi dan peningkatan kebutuhan mobilitas sangat mempengaruhi perkembangan transportasi yang berimbas pada peningkatan efisiensi dan keberlanjutan sistem transportasi.

2.2 Persimpangan

Persimpangan merupakan area di mana dua atau lebih jalan saling berpotongan sehingga memungkinkan kendaraan untuk berbelok atau berpindah dari satu jalur ke jalur lainnya.

Persimpangan ini memiliki peran penting dalam pengaturan lalu lintas karena di sinilah terjadi interaksi antara kendaraan yang datang dari berbagai arah. Persimpangan bisa berupa simpang tiga, simpang empat, atau simpang lima[10]. Permasalahan transportasi yang kerap muncul di persimpangan mencakup kemacetan lalu lintas, kecelakaan, dan polusi udara. Kemacetan biasanya muncul pada jam sibuk akibat tingginya jumlah kendaraan yang melintas di titik tersebut, faktor ini sering diperparah oleh desain persimpangan yang tidak optimal atau pengaturan sinyal lalu lintas yang kurang sesuai dengan dinamika aliran kendaraan. Selain itu kecelakaan di persimpangan juga menjadi masalah yang signifikan, sering kali disebabkan oleh konflik antara kendaraan dari arah yang berbeda.[11] Penyebab utama kecelakaan ini termasuk desain persimpangan yang tidak memadai, kurangnya sinyal atau marka jalan yang jelas serta perilaku pengemudi yang tidak disiplin.

2.3 Kinerja Simpang

Kinerja simpang merupakan kualitas kondisi lalu lintas pada suatu persimpangan yang diukur dengan beberapa indikator seperti peluang antrian, derajat kejenuhan, tundaan dan tingat pelayanan[12]. Analisis kinerja simpang penting untuk memastikan bahwa persimpangan dapat menangani volume lalu lintas yang ada dengan baik, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan keselamatan.

1. Kapasitas Simpang

Kapasitas persimpangan dapat dihitung dengan menjumlahkan total arus yang masuk dari semua lengan persimpangan [11]. Untuk menghitung kapasitas ini, digunakan persamaan beberapa faktor koreksi dan kapasitas dasar yang mempertimbangkan perbedaan antara kondisi sekitar simpang saat ini dengan kondisi ideal[13]. Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan kapasitas persimpangan :

C = C0 x FBKi x FBKa x FMi x FLP x FM x FUK x FHS (1) 2. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan merupakan parameter yang dipergunakan untuk mengindikasikan seberapa jenuh atau padatnya suatu persimpangan dibandingkan dengan kapasitas maksimum yang dapat ditangani[10]. Rasio antara kapasitas simpang dan total volume lalu lintas mengindikasikan tingkat kejenuhan di suatu persimpangan[12]. Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan derajat kejenuhan :

(3)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

3 DJ = q

C (2)

3. Tundaan

Tundaan geometrik dan tundaan lalu lintas merupakan faktor yang menyebabkan tundaan simpang. Tundaan lalu lintas muncul dari interaksi antara kendaraan yang berada di simpang [4].

Di sisi lain tundaan geometrik timbul dari percepatan dan perlambatan yang terganggu saat kendaraan berbelok atau bergerak lurus [13]. Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung tundaan.

T = TG + TLL (3)

a. Tundaan Lalu Lintas

Tundaan lalu lintas ialah penundaan waktu yang dialami oleh pengguna jalan akibat berbagai hambatan di jalan raya. Hambatan tersebut bisa berupa tingginya volume lalu lintas, pengaturan trafic light yang tidak efisien, kecelakaan, atau perbaikan jalan. Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung tundaan lalu lintas.

Untuk derajat kejenuhan kurang dari 0,60

TLL = 2 + 8,2078 x DJ - (1 - DJ)2 (4) Untuk derajat kejenuhan lebih dari 0,60

TLL = 1,0504

0,2742 − 0,2042 X DJ

- (1 - DJ)2.

(5)

b. Tundaan Geometrik

Tundaan geometrik merupakan jenis tundaan lalu lintas yang terjadi akibat desain atau tata letak jalan dan persimpangan yang kurang optimal. Misalnya, sudut tikungan yang terlalu tajam atau lebar jalan yang tidak memadai. Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung tundaan geometrik.

Untuk derajat kejenuhan kurang dari 1,0 :

TG = (1- DJ.) x ( 6 RB. + 3 ( 1 - RB. )) + 4 DJ. (6) Untuk derajat kejenuhan lebih dari 1,0 :

TG = 4 4. Peluang Antrian

Peluang antrian merujuk pada kemungkinan terjadinya antrean di suatu persimpangan [13].

Rumus berikut ini dapat digunakan untuk menghitung peluang antrian (Pa) yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

Batas Bawah

Pa = 9,02 DJ + 20,66 DJ² + 10,49 DJ³ (8)

Batas Atas

Pa = 47,71 DJ – 24,68 DJ² + 56,47 DJ³ (7)

5. Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan dapat menggambarkan kondisi operasional lalu lintas yang dinilai berdasarkan panjang tundaan[14]. Tingkat Pelayanan digunakan dalam perencanaan lalu lintas untuk mengidentifikasi kebutuhan perbaikan infrastruktur, pengaturan sinyal, atau penerapan kebijakan manajemen lalu lintas guna meningkatkan aliran kendaraan dan mengurangi kemacetan di simpang. Dalam analisis ini tingkat pelayanan digunakan sebagai indikator kinerja simpang yang memperlihatkan bagaimana arus lalu lintas beroperasi dengan baik atau tidak. Menurut Permen Perhubungan RI Nomor 96 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Liintas Indonesisa untuk jalan provinsi tingkat pelayanan simpang minimal B[15].

(4)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

4 2.4 Metode Penelitian

Lokasi penelitian terletak di persimpangan Jl. KH.Wahab Chasbulloh – Jl.Garuda Kabupaten Jombang. Peneliti menentukan lokasi ini karena kepadatan lalu lintas simpang tersebut cukup tinggi.

Berbagai hambatan di pinggir jalan seperti pejalan kaki yang melintas, kendaraan yang keluar masuk toko, serta parkir kendaraan umum dan pribadi dapat memicu kemacetan.

Metode pengumpulan data merujuk pada berbagai cara atau teknik yang diterapkan untuk memperoleh informasi yang relevan sebagai tujuan penelitian atau analisis tertentu. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data memegang peranan penting dalam menentukan kesuksesan penelitian.

Data sekunder dan primer merupakan dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini[16]. Data primer dikumpulkan secara langsung melalui survei lalu lintas yang mencakup informasi mengenai volume lalu lintas serta geometri persimpangan. [17]. Di sisi lain data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang mencakup informasi seperti jumlah penduduk serta foto lokasi penelitian[9],[18].

Survei volume lalu lintas dilakukan selama tujuh hari berturut-turut. Enam orang surveyor dibagi menjadi dua tim yang masing – masing tim bertugas selama dua belas jam per hari. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, volume lalu lintas dicatat setiap lima belas menit agar mendapatkan hasil yang lebih baik sedangkan untuk survei geometrik persimpangan dilakukan oleh dua orang surveyor pada malam hari saat lalu lintas sedang rendah untuk menghindari hambatan arus lalu lintas dan memudahkan pengumpulan data. Setelah semua data di dapatkan selanjutnya analisis akan dilakukan menggunakan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2023. Data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menghitung kinerja simpang tiga, analisis yang akan dilakukan ialah kapasitas simpang, derajat kejenuhan, kemungkinan antrian, dan tundaan. Dengan demikian, kondisi tingkat pelayanan (level of service) saat ini dapat diketahui. Diagram alur penelitian berfungsi sebagai dasar dalam melakukan penelitian, secara umum tahapan – tahapan penelitian di tampilkan dalam diagram alir berikut ini :

Mulai

Studi Literatur Pengamatan Daerah Studi

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder

Survei :

1. Volume Lalu Lintas 2. Geometrik Simpang

1. Jumlah Penduduk 2. Peta Lokasi

Analisis Kinerja Simpang

Kesimpulan dan Saran Selesai Derajat Kejenuhan

(DJ)

Peluang Antrian (Pa)

Tundaan (T)

Tingkat Pelayanan (LOS)

Gambar 1. Diagram Alir

(5)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

5 3 Hasil dan Pembahasan

3.1 Data Volume lalu lintas

Setelah melakukan survei LHR selama satu minggu data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan arah kendaraan kemudian dikonversi menjadi satuan mobil penumpang. Berdasarkan PKJI 2023 nilai ekuivalen mobil penumpang untuk KS 1,8; KS 1; dan SM 0,2 sehingga diperoleh jam puncak pada hari selasa. Berikut ini grafik yang menunjukkan volume jam puncak pada hari selasa.

Gambar 2. Grafik Volume Jam Puncak Hari Selasa

Berdasarkan grafik yang ditampilkan jam puncak volume lalu lintas di simpang tiga terjadi pada pukul 16:00 sampai 17:00 WIB, dengan total kendaraan yang melintasi simpang tersebut mencapai 2.535 smp/jam. Kondisi ini disebabkan karena waktu tersebut bertepatan dengan jam pulang kantor dan sekolah. Di bawah ini adalah tabel volume jam puncak di hari selasa :

Tabel 2. Volume Jam Puncak

Pendekat Arah Jenis Kendaraan Total

SM KR KS KB KTB smp/Jam

A

qbki 0 0 0 0 0 0

qLRS 187 545 133 68 3 936

qbka 72 91 14 5 5 188

Total 259 636 148 74 8 1124

B

qbki 65 119 27 0 4 215

qLRS 177 535 115 23 3 854

qbka 0 0 0 0 0 0

Total 242 654 142 23 7 1068

C

qbki 59 85 5 0 7 156

qLRS 0 0 0 0 0 0

qbka 73 91 43 2 3 212

Total 132 176 49 2 10 368

Total (A+B+C) 632 1466 338 99 25 2535

(Sumber : Hasil Survei Lalu Lintas, 2024)

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

00;00-01;00 01:00-02:00 02:00-03:00 03:00-04:00 04:00-05:00 05:00-06:00 06:00-07:00 07:00-08:00 08:00-09:00 09:00-10:00 10:00-11:00 11:00-12:00 12:00-13:00 13:00-14:00 14:00-15:00 15:00-16:00 16:00-17:00 17:00-18:00 18:00-19:00 19:00-20:00 20:00-21:00 21:00-22:00 22:00-23:00 24:00-00:00

Jumlah Kendaraan smp/jam

Waktu Per Jam

Volume Jam Puncak

Arah Utara Arah Selatan Arah Barat Total

(6)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

6 3.2 Data Geometrik Simpang

Setelah dilakukan survei geometrik simpang diketahui bahwa jalan KH.Wahab Chasbulloh dilalui dari arah selatan dan utara sedangkan jalan Garuda dilalui dari arah barat. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan hasil dari survei geometrik simpang.

Tabel 3. Data Geometrik Simpang Lengan

Simpang Kode Lebar (m) Lebar Lajur

Jalan Trotoar Bahu Jalan Median 1 2

Lengan Utara A 6.50 - 0.30 - 3.25 3.25

Lengan Selatan B 6.50 - 0.30 - 3.25 3.25

Lengan Barat C 6.00 - - - 3.00 3.00

(Sumber : Hasil Survei Geometrik Simpang, 2024) 3.3 Analisis Kinerja Simpang

1. Kapasitas Simpang

Untuk menghitung kapasitas simpang harus menentukan nilai kapasitas dasar dan faktor koreksi terlebih dahulu. Berikut ini perhitungan kapsitas simpang :

a. Kapasitas Dasar

Setelah dilakukan pengamatan pada saat survei geometrik, simpang tersebut termasuk tipe 322 sehingga didapatkan kapasitas dasar (C0) yaitu 2700 smp/jam.

b. Faktor Koreksi Median Jalan Mayor (FM)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan jalan mayor tidak memiliki median, sehingga faktor koreksi median jalan mayor ditetapkan sebesar 1,0.

c. Faktor Koreksi Lebar Pendekat (FLP)

Faktor koreksi kemudian ditentukan dengan menggunakan pedoman atau rumus empiris yang sering kali melibatkan perhitungan rasio antara lebar ideal dan lebar aktual. Faktor ini digunakan untuk menyesuaikan kapasitas simpang, memberikan gambaran yang lebih akurat tentang performa lalu lintas berdasarkan lebar jalur yang ada. Nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan lebar setiap lajur pendekat dan membaginya dengan jumlah lengan persimpangan.

LRP = (3,25+3,25+3)/3 LRP = 3,17

Berikut ini perhitungan faktor koreksi lebar pendekat : FLP = 0,73 + 0,0760 x 3,17

FLP = 0,97

Sehingga didapatkan nilai FLP sebesar 0,97 d. Faktor Koreksi Ukuran Kota (FUK)

Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik tahun 2020, jumlah penduduk di Kabupaten Jombang mencapai 1.268.504 jiwa sehingga nilai faktor ukuran kota (FUK) ditetapkan sebesar 1,00.

e. Faktor Koreksi Hambatan Samping, Kendaraan tak Bermotor dan Tipe Lingkungan (FHS) Berdasarkan pengamatan di lapanga, tipe lingkungan simpang telah ditentukan sebagai tipe komersial dengan rasio kendaraan tak bermotor sebesar 0,01 dan hambatan samping yang tinggi sehingga diperoleh nilai FHS sebesar 0,93.

f. Faktor Koreksi Belok Kiri (FBKi)

Faktor koreksi belok kiri digunakan untuk menyesuaikan kapasitas atau arus lalu lintas di simpang, khususnya untuk kendaraan yang melakukan belokan ke kiri. Berikut adalah langkah – lankah perhitungan rasio belok kiri :

RBki = 360 / 2535 RBki = 0,14

(7)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

7 Berikut ini perhitungan faktor koreksi belok kiri :

FBki = 0,84 + 1,61 x 0,14 FBki = 1,07

Sehingga didapatkan nilai FBKi sebesar 1,07 g. Faktor Koreksi Belok Kanan (FBKa)

Untuk menghitung faktor koreksi belok kanan (FBKa) diperlukan nilai rasio belok kanan (RBKa). Berikut ini perhitungan rasio belok kanan :

RBka = 391/2535 RBka = 0,15

Berikut ini perhitungan faktor koreksi belok kanan : FBKa = 1,09 - 0,922 x 0,15

FBka = 0,95

Sehingga didapatkan nilai FBKa sebesar 0,95 h. Faktor Koreksi Arus Jalan Minor (FMI)

Menentukan faktor koreksi arus jalan minor melibatkan penyesuaian kapasitas simpang untuk memperhitungkan perbedaan antara arus jalan minor dan desain ideal. Berikut ini perhitungan rasio arus jalan minor :

RMI = 358/2535 RMI = 0,14

Maka di peroleh RMI sebesar 0,14

Berikut ini perhitungan faktor koreksi arus jalan minor : FMI = 1,19 x 0,142 – 1,19 x 0,14 + 1,19

FMI = 1,04

Sehingga didapatkan nilai FMI sebesar 1,04 i. Kapasitas Simpang (C)

C = 2700 x 1,07 x 0,95 x 1,04 x 0,97 x 1,0 x 1,0 x 0,93 C = 2581 smp/jam

2. Derajat Kejenuhan

Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung derajat kejenuhan : DJ = 2535

2581 DJ = 0,98

3. Tundaan

a. Tundaan Lalu Lintas

Karena nilai DJ lebih besar dari 0,60, maka digunakan persamaan berikut :

TLL = 1,0504

0,2742 − 0,2042 X 0,98

- (1 – 0,98) 2 TLL = 14 det/smp

b. Tundaan Geometrik

Karena nilai DJ kurang dari 1, maka persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

TG = (1 – 0,98) x (6 x 0,29 +3 (1 – 0,29)) + 4 x 0,98 TG = 4 det/smp

c. Tundaan Simpang T = 4 + 14 T = 18 det/smp 4. Peluang Antrian

Untuk menentukan nilai peluang antrian, maka persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Batas Bawah Pa % = 9,02 x 0,98 + 20,66 x 0,982 + 10,49 x 0,983

= 39 %

(8)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

8 Batas Atas Pa % = 47,71 x 0,98 – 24,68 x 0,982 + 56,47 x 0,983

= 77 %

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Kapasitas

(C )

Peluang Antrian (Pa)

Derajat Kejenuhan (DJ)

Tundaan (T)

Tingkat Pelayanan (LOS)

2581 39 - 77 0,98 18 C

(Sumber : Hasil Analisis, 2024) 5. Simpulan dan Saran

Hasil dari perhitungan kinerja simpang tiga didapatkan nilai derajat kejenuhan 0,98 dengan peluang antrian 39 – 77 % dan tundaan 18 detik/smp sehingga di dapatkan tingkat pelayanan simpang C dengan kondisi arus lalu lintas sedang. Dari hasil analisis bisa diketahui bahwa simpang tersebut tidak layak karena DJ > 0,85. Sehingga perlu adanya peningkatan kinerja simpang tiga agar bisa menjadi lebih baik.

Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya melakukan kajian perencanaan peningkatan simpang sehingga kinerja simpang bisa menjadi lebih baik.

Ucapan Terima Kasih

Peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama proses penelitian. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada dosen pembimbing dan penguji atas arahan dan bimbingan yang diberikan sepanjang proses penelitian ini. Semoga para pembaca mendapatkan manfaat dari penelitian ini.

Referensi

[1] Rifky Aldila Primasworo and Meriana Wahyu Nugroho, “Analisis Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Tongas - Lumbang Sukapura Kabupaten Probolinggo.,” 2019.

[2] Lailatun ni’mah, Meriana Wahyu Nugroho, Titi Sundari, and Nur kholis, Analisis Tingkat Pelayanan Jalan Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) Di Ruas Jalan Kabupaten Jomabang, vol. 3. 2023.

[3] M. Lubis, G. Tarigan, A. Suharamadhan, and H. Batubara, “Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Jaan Kol. Yos Sudarso - Jalan Pulau Sumatra Di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli Kota Madiun,” Online, 2022.

[4] Ahmad Fahrudin, “Studi Analisis Dampak Kinerja Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Sumatra - Dr.Soetomo KOta Madiun,” 2022.

[5] M. Rizal, A. Wibowo, and A. Widayanti, “Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Pada Ruas Jalan Menur Pumpungan-Jalan Manyar Indah Raya-Jalan Manyar Tirtoyoso di Kota Surabaya dengan Metode PKJI 2014,” 2023.

[6] Justiansya, Abdul Khamid, Yulia Feriska, Wahudin diantoro, and Imron, “Analisis Kinerja Lalu Lintas Simpang Tiga Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Raya Klampok Km 180 + Ruas Jalan Klampok - Banjaratma, Kabupaten Brebes),” Infratech Building Journal (IJB), 2021.

[7] W. Galih, P. 1, G. Widyarini, and Y. I. Pratiwi, “Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Kawasan Perekonomian Pasar Beka Simongan Semarang,” Info Artikel, no. 1, pp. 43–49, 2023, doi: 10.26623/teknika.v18i1.6258.

[8] Badan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang,” 2024.

[9] S. E. Lubis, A. Wiyono, T. Yulianto, and T. Sundari, “Analisi Kinerja Ruas Jalan Luar Kota Di Kabupaten Jombang,” 2021.

[10] Leny Jayanti, Meriana Wahyu Nugroho, and Ayu Roesdyaningtyas Dyah Angraeny,

“Evaluasi Simpang Tak Bersinyal Di Kota Madiun ( Studi kasus di simpang biliton, simpang kompol sunaryo, simpang yos sudarso),” Jombang, 2019.

[11] Ohotan Andreas, Kumaat Meike M, and Pandey Sisca V, “Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Menggunakan Metode PKJI 2014 (Studi Kasus: Jl.Raya Nagha 1 dan Jl. Raya Pokol, Kecamatan Tamako, Kabupaten Kepulauan Sangihe),” Kecamatan Tamako, 2023.

(9)

Vol. 04, No. 02, pp. 1 - 9, 2024 Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: -31 Agust. 2024 | Diterima: -5 Sept. 2024 | Publikasikan: - 20 Sept. 2024|

9 [12] Direktorat Jenderal Bina Marga, “Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2023,” 2023.

[13] E. Kinerja et al., “Pulo Wonokromo Kota Surabaya Menggunakan Metode Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2023 I N F O A R T I K E L ABSTRAK,” 2023.

[14] Hariyanto, A. Suraji, and M. Cakrawala, “Evaluasi Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Jl.

Muharto - Jl. Mayjen Sungkono – Jl. Raya Ki Ageng Gribig Kota Malang,” Siklus : Jurnal Teknik Sipil, vol. 8, no. 1, pp. 70–85, Apr. 2022, doi: 10.31849/siklus.v8i1.9339.

[15] Mentri Perhubungan Republik Indonesia, “Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas,” permen, 2015.

[16] M. Fatkhur Rizal, A. Amudi, and T. Yulianto, “Penyususnan Database Jalan Desa Kayangan Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Menggunakan Software ARCGIS,” 2023.

[17] Dewi Nur Khabibah, Meriana Wahyu Nugroho, and Ayu Roesdyaningtyas Dyah Angraeny,

“Kinerja Lalu Lintas Simpang Bersinyal Di Kota Madiun,” Jombang, 2019.

[18] Yendra Riyaldi, Eka Priana Surya, and Yermadona Helga, “Evaluasi Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Pasar Ibh Payakumbuh,” Ensiklopedia Research and Community Service Review, vol. 2, 2023, [Online]. Available: http://jurnal.ensiklopediaku.org

Referensi

Dokumen terkait

Simpang tiga di Jl.Ketileng Raya-Semarang Selatan merupakan daerah simpang tiga tak bersinyal yang memiliki arus lalu lintas yang cukup besar dan dilewati berbagai jenis

Tugas akhir ini berjudul“ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA TIDAK BERSINYAL JALAN SUCIPTO – WIJAYA KUSUMA KABUPATEN SITUBONDO.. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa

1) Hasil analisa kinerja simpang tiga bersinyal metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 kondisi eksisting operasional simpang menunjukan nilai DS &lt;

Akan tetapi dari segi keamanan dan kenyamanan, penerapan 2 fase pada simpang Stadion Jombang menurut hemat penulis kurang efisien bagi pengguna jalan khususnya untuk jalan utama

Pada persimpangan di jalan Jenderal Sudirman kota Pangkalpinang memiliki arus lalu lintas yang cukup padat pada persimpangan Gabek, simpang Mitro, dan simpang

Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014 menyatakan ukuran-ukuran kinerja simpang tak bersinyal dapat diperkirakan untuk kondisi tertentu sehubungan dengan geometrik,

Daerah simpang tiga APILL di Pakem, Jember merupakan lokasi simpang yang dianalisa pada penelitian ini yaitu simpang bersinyal yang memiliki tiga lengan, Jalan Wolter Monginsidi – Jalan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja Simpang Tiga Bajak yang tidak diberi lampu lalu-lintas menggunakan program KAJI dan MKJI