• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS KORELASI KARAKTERISTIK TANAH (P TERSEDIA, BAKTERI PELARUT FOSFAT, C ORGANIK, DAN KAPASITAS TUKAR KATION) TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG DI KECAMATAN CIBUGEL, KABUPATEN SUMEDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of ANALISIS KORELASI KARAKTERISTIK TANAH (P TERSEDIA, BAKTERI PELARUT FOSFAT, C ORGANIK, DAN KAPASITAS TUKAR KATION) TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG DI KECAMATAN CIBUGEL, KABUPATEN SUMEDANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://jtsl.ub.ac.id 81

ANALISIS KORELASI KARAKTERISTIK TANAH (P TERSEDIA, BAKTERI PELARUT FOSFAT, C ORGANIK, DAN KAPASITAS TUKAR

KATION) TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG DI KECAMATAN CIBUGEL, KABUPATEN SUMEDANG

Correlation Analysis of Soil Characteristics (Available P, Phosphate- Solubilizing Bacteria, Organic C, and Cation Exchange Capacity) on Maize

Productivity in Cibugel District, Sumedang Regency

Thausy Julia Putri, Marenda Ishak Sonjaya Sule

*

, Betty Natalie Fitriatin

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang

* Penulis korespondensi: marenda@unpad.ac.id

Abstrak

Tanaman jagung merupakan tanaman pangan strategis utama dalam penyediaan pangan Indonesia tetapi produktivitas tanaman jagung di Indonesia masih rendah. Peningkatan produktivitas tanaman jagung dapat dilakukan dengan memahami informasi mengenai karakteristik tanah di lahan pertanaman jagung. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi hubungan dari karakteristik biologi dan kimia tanah (P tersedia, populasi bakteri pelarut fosfat, populasi fungi mikoriza arbuskular, C organik, dan kapasitas tukas kation) terhadap produktivitas tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang.

Penelitian menggunakan metode deskriptif survei dan komparatif pada 18 sampel tanah. Wilayah pertanaman jagung didapatkan atas analisis dan tumpang susun dari satuan lahan berupa; kemiringan, elevasi, iklim dan area produksi jagung pipil. Areal pertanaman jagung terletak pada ketinggian 500-1.000 m di atas permukaan laut dengan kelerengan 30%. Hasil analisis korelasi menunjukkan C organik, kapasitas tukar kation, dan bakteri pelarut fosfat memiliki korelasi positif terhadap produktivitas jagung sedangkan P tersedia dan fungi mikoriza arbuskular memiliki korelasi negatif. C organik memiliki hubungan keeratan tertinggi dengan nilai r = 0,43 sedangkan parameter lainnya memiliki keeratan yang lemah.

Keywords : karbon organik, pelarut fosfat, produktivitas, jagung

Abstract

Maize is the main strategic food crop in Indonesia's food supply, but the productivity of maize in Indonesia is still low. Increasing the productivity of maize can be done by understanding information about the characteristics of the soil in maize planting areas. The research aimed to evaluate the relationship of soil biological and chemical characteristics (available P, phosphate solubilizing bacterial population, arbuscular mycorrhizal fungal population, organic C, and cation exchange capacity) on maize plant productivity. The research was carried out in Cibugel District, Sumedang Regency. The research used descriptive surveys and comparative methods on 18 soil samples. The maize planting area was obtained based on analysis and overlapping of land units in the form of slope, elevation, climate, and shelled maize production area. Maize planting land is at an altitude of 500-1,000 m above sea level and with a slope of 10-30%. The results of correlation analysis showed that organic C, cation exchange capacity, and phosphate solubilizing bacteria had a positive correlation with maize productivity, while available P and arbuscular mycorrhizal fungi had a negative correlation. Organic C had the highest close relationship with a value of r = 0.43, while the other parameters have a weak relationship.

Keywords : carbon organic, maize, phosphate solubilizer, yield

(2)

http://jtsl.ub.ac.id 82

Pendahuluan

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan strategis utama kedua setelah padi. Jagung dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, pakan ternak, serta bahan baku industri. Indeks produksi tanaman pangan palawija pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 6,53 poin yang diakibatkan oleh penurunan pada indeks produksi tanaman jagung (BPS, 2021). Hasil tanaman atau produktivitas menjelaskan pertumbuhan tanaman pada skala ekosistem yang terjadi pada waktu dan luasan area tertentu (Hilty et al., 2021). Hasil tanaman jagung berkaitan dengan faktor lingkungan pada pertumbuhan tanaman di antaranya sifat tanah, lingkungan, dan pengelolaan lahan (Idowu et al., 2019). Tanaman jagung dibudidayakan pada berbagai jenis ekosistem dan hasilnya dapat dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem dan teknologi budidaya pada lahan tersebut (Azrai et al., 2020).

Tanaman jagung memerlukan fosfor dalam pertumbuhannya (Wen et al., 2017). Unsur P termasuk ke dalam unsur hara makro yang penting bagi peningkatan hasil tanaman (Pereira et al., 2020).

Tanah yang sesuai untuk penanaman jagung perlu memiliki kandungan P tersedia yang sedang hingga tinggi (Wahyunto et al., 2016). Mengetahui ketersediaan fosfat di tanah dapat membantu dalam produksi tanaman jagung. Fosfat yang tidak tersedia di tanah dapat dilarutkan oleh mikroba pelarut fosfat sebagai biofertilizer sehingga dapat diserap oleh tanaman (Alori et al., 2017). Mikroba yang memiliki potensi dan kemampuan dalam melarutkan P sehingga tersedia di tanah dengan penghelatan dan mineralisasi di antaranya Bacillus, Pseudomonas, Rhizobium, Aspergillus, Penicillium, dan fungi mikoriza arbuskular (Kalayu, 2019). Bakteri pelarut fosfat mampu meningkatkan hasil tanaman jagung dengan meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman (Kaur dan Reddy, 2015).

Bakteri pelarut fosfat (BPF) merupakan mikroorganisme yang jika keberadaannya tinggi dalam tanah dapat meningkatkan P-tersedia bagi tanaman jagung (Lovitna et al., 2021). Selain BPF, fungi mikoriza arbuskula (FMA) berperan dalam penyerapan fosfat dan peningkatan biomassa tanaman jagung terutama di tanah yang awalnya memiliki tingkat rendah atau menengah P (Stoffel et al., 2020). Fungi mikoriza arbuskula (FMA) yaitu fungi tanah yang bersimbiosis dengan akar tanaman inangnya. Simbiosis tersebut dapat membantu tanaman dalam meningkatkan ketersediaan hara dan penyerapan air karena hifa dari fungi yang

memungkinkan memperpanjang penyerapan akar tanaman (Ginting et al., 2018).

Keberadaan mikroba pada tanah juga berkaitan dengan keberadaan karbon organik.

Bahan organik dengan kandungan C organik yang tinggi dapat meningkatkan hasil tanaman jagung (Budiastuti et al., 2023). Bahan organik tanah memiliki peran penting terhadap kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur hara serta dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (Kamsurya dan Botanri, 2022). Penyerapan unsur hara oleh tanaman didukung oleh kapasitas tukar kation (KTK). Kapasitas tukar kation penting dalam indeks kesuburan tanah karena tanah dengan KTK yang rendah cenderung menghambat penyerapan unsur hara dasar yang diperlukan tanaman karena memiliki konsentrasi ion basa seperti Ca2+ dan Mg2+ yang rendah (Kamsurya dan Botanri, 2022).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan bakteri pelarut fosfat (BPF), fungi mikoriza arbuskula (FMA), C organik, dan KTK tanah dengan produktivitas tanaman jagung.

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan pada bulan Septermber 2022 sampai dengan bulan Maret 2023. Lokasi penelitian terletak di 18 titik lokasi di Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang, pada ketinggian 500-1000 mdpl serta kemiringan 10-30%. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah, Laboratorium Kimia Tanah dan Nutrisi Tanaman Universitas Padjadjaran.

Metode penelitian dilakukan dengan metode deskriptif survei dan komparatif. Penelitian ini dilakukan pada lahan dengan pendekatan analitis pada tipe penggunaan yang sama yaitu lahan yang ditanami jagung varietas NK Sumo 7283 dan dengan karakteristik SPL yang sama.

Lokasi penelitian ditentukan dengan menyusun peta satuan lahan pengambilan sampel yang terdiri atas tumpang susun dari peta tofografi, kemiringan, ketinggian, geologi, dan iklim serta lahan area produksi jagung. Lahan pertanian sebelumnya dipersempit dengan beberapa indikator menggunakan LUT (Land Utilization Type) untuk mendapatkan lahan yang memiliki pengelolaan pertanian serta input yang sama atau homogen melalui wawancara dengan kelompok tani.

Parameter terdiri atas variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yang dianalisis di antaranya, populasi bakteri pelarut Fosfat (BPF), jumlah spora fungi mikoriza

(3)

http://jtsl.ub.ac.id 83 arbuskular, P tersedia, C organik, dan Kapasitas

Tukar Kation (KTK). Variabel dependen yaitu hasil produktivitas tanaman jagung pipil. Karakteristik sifat tanah dari setiap lahan akan digunakan untuk analisis di laboratorium dengan pengambilan sampel tanah di lapangan. Perbandingan dari hasil analisis tanah diharapkan dapat menjelaskan hubungan dari karakteristik parameter dengan hasil produktivitas tanaman jagung pipil. Teknik sampling penentuan lokasi yang digunakan ialah Purposive Sampling. Pengolahan data dianalisis dengan Analisis Korelasi Pearson menggunakan SmartstatXL pada aplikasi Microsoft Office Excel.

Hasil dan Pembahasan

Produktivitas tanaman jagung

Produktivitas jagung di wilayah penelitian diketahui melalui verifikasi data dengan survei ubinan pada saat panen dengan skala wilayah desa yang disajikan pada Tabel 1. Produktivitas jagung tertinggi pada periode penanaman Oktober 2022-Februari 2023 yaitu di Desa Jayamandiri dengan produktivitas 104,86 ku ha-1 sedangkan produktivitas terendah pada Desa Jayamekar dengan produktivitas 61,49 ku ha-1. Hasil produktivitas di desa sentra penghasil jagung Kecamatan Cibugel lebih tinggi dari produktivitas skala provinsi dan nasional.

Karakteristik biologi dan kimia tanah

Analisis terhadap karakteristik tanah dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis terhadap P tersedia di dalam tanah yaitu tertinggi dengan nilai 17,39 ppm sedangkan nilai terendah yaitu 6,26 ppm sehingga terdapat berbagi kategori dari tinggi, sedang dan rendah. Hasil perhitungan bakteri pelarut fosfat pada media Pikovskaya dengan TPC setelah inkubasi 72 jam diperoleh populasi BPF terendah yaitu 1,05×106 CFU g-1 dan tertinggi 2,1x107 CFU g-1. Jumlah FMA terendah dalam 15 g tanah berjumlah 130 spora, sedangkan untuk FMA tertinggi yaitu 426. Persentase C organik pada sampel tanah yang dianalisis memiliki nilai tertinggi yaitu 2,27% dan nilai terendah 1,12% yang tergolong sedang hingga rendah. Kapasitas tukar kation pada wilayah penelitian berkisar 9,01 cmol kg-1 hingga 16,40 cmol kg-1 tergolong rendah.

Korelasi antara karakteristik tanah dengan produktivitas jagung

Hasil analisis korelasi antara karakteristik tanah ditunjukkan pada Tabel 3. Semua korelasi tidak menunjukkan hubungan yang kuat atau signifikan

pada taraf nyata 5%. Korelasi dengan keeratan mendekati kuat terdapat pada korelasi C organik dengan produktivitas jagung.

Tabel 1. Produktivitas jagung di wilayah penelitian Kecamatan Cibugel.

Desa Produktivitas Jagung (ku ha-1)

Cipasang 1 99,03

Cipasang 2 76,05

Cipasang 3 96,28

Sukaraja 1 100,32

Sukaraja 2 87,38

Sukaraja 3 90,62

Cibugel 1 92,23

Cibugel 2 87,38

Cibugel 3 96,28

Jayamekar 1 61,49

Jayamekar 2 63,11

Jayamekar 3 65,53

Buanamekar 1 69,58

Buanamekar 2 63,11

Buanamekar 3 72,01

Jayamandiri 1 98,71

Jayamandiri 2 101,94 Jayamandiri 3 104,86

Sumber: Verifikasi Produktivitas Jagung pada Ubinan Februari 2023-UPTD Pertanian Kecamatan Cibugel.

Korelasi antara P-tersedia dengan produktivitas jagung tidak terlalu kuat ditunjukkan dengan nilai r = -0,36. Ketersediaan unsur P masih dapat ditingkatkan karena pengambilan sampel dilakukan pada fase vegetatif akhir sedangkan unsur P pada tanaman jagung diperlukan untuk pertumbuhan biji yaitu dimulainya fase generatif (Wahyudin et al., 2017). Ketersediaan P pada tanah tidak seragam pada beberapa sampel tanah memiliki P-tersedia yang rendah, sedang, dan tinggi meski input dosis pupuk NPK yang secara umum sama. Hal tersebut dapat terjadi karena penempatan pupuk dapat menghasilkan efisiensi dan adaptasi penyerapan unsur P yang berbeda oleh akar tanaman jagung (Chen et al., 2022). Selain itu, penyerapan unsur hara dipengaruhi sifat kimia tanah yaitu KTK tanah.

Berdasarkan korelasi Pearson pengaruh dari banyaknya populasi bakteri pelarut fosfat pada 18 sampel tanah memiliki hubungan yang lemah.

Peran bakteri pelarut fosfat dalam pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara tidak langsung. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peran BPF pada ketersediaan fosfat tidak optimal. BPF menyediakan fosfat dari bentuk organik dan

(4)

http://jtsl.ub.ac.id 84 anorganik melalui mekanisme berbeda yaitu

mineralisasi dan produksi asam organik. Aktivitas BPF yang tidak optimal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. BPF dapat beraktivitas optimal dalam pH netral sedangkan di daerah penelitian pH

tanah tergolong ke dalam tanah masam dengan rata-rata pH 5. Penelitian menunjukkan kondisi pH 6 menunjukkan aktivitas Pseudomonas sp. yang tinggi dalam melarutkan pH yaitu 21,87 ppm (Sonia dan Setiawati, 2022).

Tabel 2. Karakteristik lahan.

No BPF

(106 CFU g-1) FMA

(jumlah Spora) P tersedia

(ppm) KTK

(cmol kg-1) C organik

(%) pH

1 3,25 228 7,93 10,72 1,31 5,21

2 3,85 198 7,75 11,18 1,73 5,28

3 4,60 169 12,75 15,51 2,11 5,58

4 5,00 199 11,27 9,30 1,63 5,25

5 2,60 397 8,12 11,50 2,16 5,32

6 3,50 273 9,42 10,08 2,05 5,32

7 1,05 205 12,20 14,06 1,73 5,45

8 2,45 198 12,57 16,30 2,27 5,10

9 21,00 141 11,27 14,49 1,42 5,24

10 15,00 140 13,49 12,86 1,12 5,23

11 1,70 130 17,39 13,08 1,24 5,26

12 1,30 255 14,79 11,43 1,17 5,38

13 18,00 310 9,04 10,23 1,48 5,17

14 13,50 195 8,30 9,51 1,17 5,05

15 16,95 426 8,67 9,01 1,22 5,40

16 16,20 222 6,64 9,92 1,75 5,22

17 13,80 207 6,26 10,50 1,18 5,33

18 17,45 176 11,08 16,40 1,55 5,32

Tabel 3. Pasangan korelasi variabel penelitian (Pearson R) karakteristik tanah dan produktivitas jagung.

BPF FMA P tersedia KTK C organik Produktivitas

BPF 1,00 0,01 -0,35 -0,09 -0,42 0,02

FMA 0,01 1,00 -0,44 -0,50* 0,15 -0,11

P tersedia -0,35 -0,44 1,00 0,54* -0,08 -0,36

pH -0,25 0,15 0,19 0,22 0,18 0,26

KTK -0,09 -0,50* 0,54* 1,00 0,35 0,24

C organik -0,42 0,15 -0,08 0,35 1,00 0,43

*signifikan pada taraf nyata 0,05.

Penelitian lainnya menunjukkan beberapa strain BPF yang telah diisolasi dapat menghasilkan asam organik dalam kondisi pH 4,5 (Fitriatin et al., 2022).

Aktivitas BPF pada tanah juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik sebagai sumber makanan untuk bakteri. Hasil korelasi antara populasi fungi mikoriza arbuskula dengan

produktivitas tanaman jagung memiliki nilai r = -0,11 yang menunjukkan tidak ada hubungan

keeratan antara FMA dengan produktivitas jagung.

Aktivitas peningkatan penyerapan hara dari tanah melalui simbiosis mikoriza dengan akar dapat terjadi karena beberapa pengaruh baik dari biotik maupun abiotik. Menurut penelitian Polcyn et al.

(2019), fungi mikoriza arbuskular tidak memberi pengaruh yang banyak terhadap hasil tanaman jagung dengan pemupukan tinggi tetapi dapat mengurangi efek kekeringan. Di daerah dengan pH rendah FMA diketahui dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap tanah yang masam tetapi tanah yang masam mengurangi pembentukan arbuskula lebih dari 20% (Liu et al., 2020).

Hasil korelasi antara C organik dan produktivitas jagung memiliki nilai r = 0,43 yang menunjukkan terdapat interaksi sedang tetapi korelasi tersebut tidak berbeda. Peran C organik di dalam di dalam tanah sangat penting meskipun tidak secara langsung berkontribusi pada hasil

(5)

http://jtsl.ub.ac.id 85 tanaman. C organik pada tanah yang rendah tidak

memberikan pengaruh positif pada produktivitas tanaman dan dapat menjadi salah satu penyebab dari degradasi lahan dan kesuburan tanah (Roohi et al., 2022). Kosentrasi C organik di dalam tanah juga dipengaruhi oleh pengelolaan terhadap lahan (Yang et al., 2018).

Hasil Korelasi kapasitas tukar kation (KTK) dengan produktivitas tanaman jagung tergolong lemah dengan nilai r = 0,24 menunjukkan hubungan yang lemah. KTK yang rendah pada sampel tanah tersebut tidak memiliki hubungan kuat dalam meningkatnya hasil produktivitas tanaman jagung. Meski demikian, peran KTK di dalam tanah penting terhadap pengelolaan sifat tanah dan kandungan hara (Aprile dan Lorandi, 2012). KTK menjadi salah satu indikator untuk mengetahui berapa banyaknya kation yang dapat dipertahankan di permukaan tanah. KTK yang rendah didapati pula dengan rendahnya C organik pada tanah. Hubungan antara KTK dan C organik bergantung kepada pH pada tanah, pH >5,5 menunjukkan KTK tinggi diikuti kandungan C organik yang tinggi (Solly et al., 2020).

Kesimpulan

Penelitian mengenai hubungan karakteristik tanah pada lahan pertanaman jagung menunjukkan tidak terdapat keeratan signifikan antara karakteristik biologi dan kimia tanah terhadap produktivitas jagung. C organik memiliki keeratan positif yang sedang terhadap produktivitas tanaman jagung dengan nilai r = 0,43. Hasil korelasi antar parameter juga menunjukkan terdapat korelasi positif signifikan antara KTK dan P tersedia.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dari berbagai aspek penelitian hingga penulisan naskah publikasi ini.

Daftar Pustaka

Alori, E.T., Glick, B R and Babalola, O.O. 2017).

Microbial phosphorus solubilization and its potential for use in sustainable agriculture. Frontiers in Microbiology 8(June):1-8, doi:10.3389/

fmicb.2017.00971.

Aprile, F. and Lorandi, R. 2012. Evaluation of cation exchange capacity (CEC) in tropical soils using four different analytical methods. Journal of Agricultural Science 4(6), doi:10.5539/jas.v4n6p278.

Azrai, M., Syafruddin, Efendi, R., Aqil, M., Zainuddi, B., Arvan, R.Y., Pakki, S., Mirzam, H., Wijanarko, A., Anggara, A.W., Kasno, A. dan Syahbuddin, H. 2020.

Teknologi Budidaya Jagung pada Berbagai Ekosistem. CV. Cakrawala Yogyakarta.

BPS. 2021. Analisis Produktivitas Jagung dan Kedelai di Indonesia 2020 (Hasil Survei Ubinan). BPS-Statistics Indonesia: vol. 05100.2103 (Issue 5203029).

Budiastuti, M.T.S., Purnomo, D., Pujiasmanto, B. and Setyaningrum, D. 2023. Response of maize yield and nutrient uptake to indigenous organic fertilizer from maize cobs. Agriculture (Switzerland) 13(2):1-11, doi:10.3390/agriculture13020309.

Chen, X., Liu, P., Zhao, B., Zhang, J., Ren, B., Li, Z. and Wang, Z. 2022. Root physiological adaptations that enhance the grain yield and nutrient use efficiency of maize (Zea mays L) and their dependency on phosphorus placement depth. Field Crops

Research,276(November 2021),

doi:10.1016/j.fcr.2021.108378.

Fitriatin, B.N., Fauziah, D.A., Hindersah, R. and Simarmata, T. 2022. The influence of different acidic conditions on the plant growth-promoting rhizobacteria activity of phosphate solubilizing bacteria. KnE Life Sciences 2022(5):72-78, doi:10.18502/kls.v7i3.11108.

Ginting, I.F., Yusnaini, S., Dermiyati, D. dan Rini, M.V.

2018. Pengaruh inokulasi fungi mikoriza arbuskular dan penambahan bahan organik pada tanah pasca penambangan galian C terhadap pertumbuhan dan serapan hara p tanaman jagung (Zea mays L.). Jurnal

Agrotek Tropika 6(2):110-118,

doi:10.23960/jat.v6i2.2603.

Hilty, J., Muller, B., Pantin, F. and Leuzinger, S. 2021.

Plant growth: the What, the How, and the Why. New Phytologist 232(1):25-41, doi:10.1111/nph.17610.

Idowu, O.J., Sultana, S., Darapuneni, M., Beck, L. and Steiner, R. 2019. Short-term conservation tillage effects on maize silage yield and soil quality in an irrigated, arid agroecosystem. Agronomy 9(8):1-17, doi:10.3390/agronomy9080455.

Kalayu, G. 2019. Phosphate solubilizing microorganisms: Promising approach as biofertilizers. International Journal of Agronomy 2019, doi:10.1155/2019/4917256.

Kamsurya, M.Y. dan Botanri, S. 2022. Peran bahan organik dalam mempertahankan dan perbaikan kesuburan tanah pertanian; review. Jurnal Agrohut 13(1):25-34, doi:10.51135/agh.v13i1.121.

Kaur, G. and Reddy, M.S. 2015. Effects of phosphate- solubilizing bacteria, rock phosphate and chemical fertilizers on maize-wheat cropping cycle and economics. Pedosphere 25(3):428-437.

Liu, X., Feng, Z., Zhao, Z., Zhu, H. and Yao, Q. 2020.

Acidic soil inhibits the functionality of arbuscular mycorrhizal fungi by reducing arbuscule formation in tomato roots. Soil Science and Plant Nutrition 66(2):275-284, doi:10.1080/00380768.2020.172132.

(6)

http://jtsl.ub.ac.id 86 Lovitna, G., Nuraini, Y. dan Istiqomah, N. 2021.

Pengaruh aplikasi bakteri pelarut fosfat dan pupuk anorganik fosfat terhadap populasi bakteri pelarut fosfat, P-tersedia, dan hasil tanaman jagung pada Alfisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 8(2):437-449, doi:10.21776/ub.jtsl.2021.008.2.15.

Pereira, N.C.M., Galindo, F.S., Gazola, R.P.D., Dupas, E., Rosa, P., Mortinho, E. and Filho, M.C.M.T. 2020.

Maize yield and phosphorus use efficiency response to phosphorus rates associated with plant growth promoting bacteria. Frontiers in Environmental Science 8(April):1-12, doi:10.3389/

fenvs.2020.00040.

Polcyn, W., Paluch-Lubawa, E., Lehmann, T. and Mikuła, R. 2019. Arbuscular mycorrhiza in highly fertilized maize cultures alleviates short-term drought effects but does not improve fodder yield and quality. Frontiers in Plant Science 10(April):1-16, doi:10.3389/fpls.2019.00496.

Roohi, M., Saleem Arif, M., Guillaume, T., Yasmeen, T., Riaz, M., Shakoor, A., Hassan Farooq, T., Muhammad Shahzad, S. and Bragazza, L. 2022. Role of fertilization regime on soil carbon sequestration and crop yield in a maize-cowpea intercropping system on low fertility soils. Geoderma

428(December 2021):116152,

doi:10.1016/j.geoderma.2022.116152.

Solly, E.F., Weber, V., Zimmermann, S., Walthert, L., Hagedorn, F. and Schmidt, M.W.I. 2020. A critical evaluation of the relationship between the effective cation exchange capacity and soil organic carbon content in Swiss forest soils. Frontiers in Forests and Global Change 3(September):1-12, doi:10.3389/ffgc.2020.00098.

Sonia, A.V. dan Setiawati, T.C. 2022. Aktivitas bakteri pelarut fosfat terhadap peningkatan ketersediaan fosfat pada tanah masam. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi 15(1):44-53.

Stoffel, S.C.G., Soares, C.R.F.S., Meyer, E., Lovato, P.E.

and Giachini, A.J. 2020. Yield increase of maize inoculated with a commercial arbuscular mycorrhizal inoculant in Brazil. Ciencia Rural 50(7):1-10, doi:10.1590/0103-8478cr20200109.

Wahyudin, A., Fitriatin, B.N., Wicaksono, F.Y., Ruminta, R. dan Aristiyo, M. 2017. Respons tanaman jagung (Zea mays L.) akibat pemberian pupuk fosfat dan waktu aplikasi pupuk hayati mikroba pelarut fosfat pada Ultisols Jatinangor. Kultivasi 16(1):246- 254, doi:10.24198/kultivasi.v16i1.11559.

Wahyunto, Hikmatullah, Suryani, E., Tafakresnanto, C., Ritung, S., Mulyani, A., Sukarman, Nugroho, K., Sulaeman, Y., Apriyana, Y., Suciantini, S., Pramudia, A., Suparto, Subandiono, R.E., Sutriadi, T. dan Nursyamsi, D. 2016. Petunjuk Teknis Pedoman Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian Strategis Tingkat Semi Detail Skala 1:50.000. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Wen, Z., Li, H., Shen, J. and Rengel, Z. 2017. Maize responds to low shoot P concentration by altering root morphology rather than increasing root exudation. Plant and Soil 416(1-2):377-389, doi:10.1007/s11104-017-3214-0.

Yang, F., Tian, J., Meersmans, J., Fang, H., Yang, H., Lou, Y., Li, Z., Liu, K., Zhou, Y., Blagodatskaya, E.

and Kuzyakov, Y. 2018. Functional soil organic matter fractions in response to long-term fertilisation in upland and paddy systems in South China. Catena 162:270-277.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan Produktivitas Tanah Mineral Masam yang Baru Disawahkan Berkaitan dengan P Tersedia Melalui Pemberian Bahan Organik, Fosfat Alam dan Peneueian Besi (di bawah

Pemberian konsorsium pupuk hayati meningkatkan populasi bakteri pelarut fosfat dan bobot kering tanaman sampai kadar salinitas 2 mmhos cm -1..

Penggunaan Multi Isolat Bakteri Pelarut Fosfat, Pupuk SP36 dan Pupuk Organik Cair Untuk Meningkatkan Produktifitas Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) di Tanah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui suhu optimum dan maksimum viabilitas bakteri pelarut fosfat, mengetahui pengaruh suhu inkubasi

halnya mikroorganisme lain, diduga eksudat yang dikeluarkan oleh akar tanaman akan mempengaruhi pula populasi dan keragaman mikroorganisme pelarut fosfat di tanah

Rataan hasil analisis produksi tanaman kentang pada tanah Andisol Sinabung dengan aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat (MPF) dan bahan organik segar yang diperoleh disajikan

halnya mikroorganisme lain, diduga eksudat yang dikeluarkan oleh akar tanaman akan mempengaruhi pula populasi dan keragaman mikroorganisme pelarut fosfat di tanah

Karakter morfologi koloni Bakteri Pelarut Fosfat Terpilih Kode Isolat Bentuk Elevasi Tepi Tampilan Optik Pigmen Tekstur KB1I1 Circullar Raised Rata Dull-Opaque Krem