• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LUBANG RESAPAN/BIOPORI DI DAERAH HULU DALAM MENGURANGI ALIRAN PERMUKAAN DI KOTA BARABAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS LUBANG RESAPAN/BIOPORI DI DAERAH HULU DALAM MENGURANGI ALIRAN PERMUKAAN DI KOTA BARABAI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

9 Desember 2023

75

ANALISIS LUBANG RESAPAN/BIOPORI DI DAERAH HULU DALAM MENGURANGI ALIRAN PERMUKAAN DI KOTA BARABAI

Dr ©.Ir. Fathurrahman, ST., MT., IPM., ASEAN. Eng1, a ,

Ir. Adhi Surya, ST., MT 2,b

1,2 Dosen Teknik Sipil Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjar Banjarmasin

afathurrahman4715@gmail.com, badhisurya@uniska-bjm.ac.id

Abstrak

Pada musim penghujan sering kali terjadi permasalahan banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Lokasi yang rawan genangan adalah di daerah sepanjang DAS Barabai khususnya kota Barabai yang merupakan daerah laluan air Sungai Barabai. Di lokasi ini, setelah terjadinya hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi, akan menyebabkan genangan yang sangat luas dan tinggi genangan kadang mencapai tinggi maksimum . Saat terjadi genangan, air membutuhkan durasi waktu yang cukup lama, mencapai 2 jam untuk merembes habis ke dalam tanah. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan banjir terutama untuk daerah pemukiman padat atau yang mempunyai lahan resapan air hujan yang minim dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi biopori. Teknologi biopori ini akan dapat mengurangi limpasan air hujan dengan meresapkan lebih banyak volume air hujan ke dalam tanah sehingga dapat meminimalkan terjadinya genangan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis tanah yang ada di daerah hulu DAS Barabai dan laju infiltrasi sebelum dan setelah adanya biopori. Pengujian dilakukan di Laboratorium Uji Tanah UNISKA dengan menggunakan metode SNI dan ASTM.

Kata Kunci : Lubang Resapan, Daerah Hulu dan Banjir.

Latar Belakang

Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan disebabkan oleh air kiriman dari pegunungan meratus dan juga limpasan sungai. Permukiman penduduk yang berada di tepian sungai akan memperoleh risiko yang paling parah.

Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki 11 kecamatan dan 169 desa, namun hanya 2 kecamatan yang tidak termasuk dalam kategori wilayah rawan banjir yaitu kecamatan Batang Alai Timur dan Limpasu. Jadi sebagaian besar kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Rawan terhadap bencana banjir.

Kota Barabai merupakan daerah yang paling rawan terkena limpasan Sungai Barabai, sedangkan Kecamatan yang desanya paling banyak rawan banjir adalah kecamatan Haruyan dan Kecamatan Pandawan.

Berbagai studi pendahuluan telah dilakukan mengenai lubang resapan biopori didaerah urban seperti Permatasari, ( 2015 ) ; Rahardian ( 2016 ) ; Hutapea ( 2018 ) ; Reza ( 2019 ); Dianty,( 2020 ), Syofyan , (2020) ; Suleman dkk,( 2020) Hamzah ( 2021 ). Adapun yang melakukan percobaan biopori di daerah pegunungan seperti Nespoulus dkk ( 2019 ) namun yang diteliti yang ada keterkaitannya dengan akar tanaman

Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merasa perlu untuk dilakukan penelitian untuk menganalisis Teknologi Lubang resapan / Biopori didaerah hulu dalam mengurangi aliran air permukaan di kota Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah”.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan hal-hal diatas didapat

(2)

9 Desember 2023

76 tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Mengetahui nilai permeabilitas tanah pada lokasi penelitian

b. Mengetahui pengaruh lubang resapan biopori terhadap debit masukan pada limpasan permukaan

Batasan Masalah

Dengan adanya penelitian ini terfokus pada rumusan masalah maka perlu diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Data yang digunakan merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil UNISKA Banjarmasin.

2. Sampel tanah yang dipakai adalah berasal dari daerah hulu DAS Barabai 3. Hanya membahas tentang limpasan

permukaan

Tinjauan Pustaka

Konsep Umum Infiltrasi

Infiltrasi dimaksudkan sebagai proses masuknya air ke bawah permukaan tanah.

Ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam proses pengalih ragaman hujan menjadi aliran sungai. Pada saat air hujan jatuh ke permukaan tanah, sebagian air tersebut tertahan di cekungan-cekungan, sebagian air mengalir sebagai aliran permukaan (surface run off) dan sebagian lainnya meresap ke dalam tanah. Saat hujan mencapai permukaan lahan maka akan terdapat bagian hujan yang mengisi ruang kosong (void) dalam tanah yang terisi udara sampai mencapai kapasitas lapang (field capacity) dan berikutnya bergerak ke bawah secara gravitasi akibat berat sendiri dan bergerak terus ke bawah (perlocation) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air tanah.

Pengertian Infiltrasi

Pengertian infiltrasi (infiltration) sering dicampuradukkan untuk kepentingan praktis dengan pengertian

perkolasi (percolation). Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah.

Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air yang berasal dari infiltrasi ke tanah yang lebih dalam dan merupakan proses aliran air dalam tanah secara vertical akibat gaya berat. Memang keduanya saling berpengaruh, akan tetapi hendaknya secara teoritis, pengertian keduanya dibedakan.

Proses Infiltrasi

Salah satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan yang jatuh ke permukaan bumi adalah infiltrasi. Infiltrasi merupakan proses masuk atau meresapnya air dari atas permukaan tanah ke dalam bumi. Jika air hujan meresap ke dalam tanah maka kadar lengas tanah meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu.

Jumlah air yang masuk kedalam tanah dalam suatu periode waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada suatu tempat akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada saat tertentu laju infiltrasi menjadi tetap. Nilai laju inilah yang kemudian disebut laju perkolasi.

Faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi Perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah baik secara vertical maupun secara horizontal disebut infiltrasi.

Banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan waktu disebut laju infiltrasi.

Besarnya laju infiltrasi (f) dinyatakan dalam mm/hari. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan (I), bila laju infiltrasi tersebut lebih kecil dari daya infiltrasinya. Jadi f ≤ fp dan f ≤ I (Soemarto, 1999).

Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah sebagai berikut:

1. Tinggi genangan air di atas permukaan tanah dan tebal lapisan tanah yang jenuh 2. Kadar air atau lengas tanah

3. Pemadatan tanah oleh curah hujan 4. Penyumbatan pori tanah mikro oleh

(3)

9 Desember 2023

77 partikel tanah halus seperti bahan endapan dari partikel liat

Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap laju Infiltrasi

Jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori-pori yang berukuran besar. Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas infiltrasi makin besar pula. Atas dasar ukuran pori tersebut, tanah liat kaya akan pori halus dan miskin akan pori besar. Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan sedikit pori halus. Dengan demikian kapasitas infiltrasi pada tanah tanah pasir jauh Lebih besar daripada tanah liat.

Arti Pentingnya Infiltrasi

Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap beberapa hal berikut :

a. Proses limpasan (run off)

Daya infiltrasi menentukan banyaknya air hujan yang dapat diserap kedalam tanah. Makin besar daya infiltrasi, perbedaan antara intensitas hujan dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil, sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil.

b. Pengisian lengas tanah (soil moisture) dan air tanah

Pengisian lengas tanah dan air tanah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman menembus zona tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari zona tidak jenuh.

Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu besar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah.

Lubang Resapan Biopori

Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertical ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm atau kurang jika air tanah dangkal. Selanjutnya agar organisme tanah bisa bekerja membentuk biopori,

lubang yang sudah dibuat tersebut diisi dengan sampah organik sebagai sebagai makanan organisme tanah. Pengisian sampah tersebut diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu padat agar tersedia cukup oksigen untuk mendukung organisme tanah pembentuk biopori.

Dinamakan biopori karena memanfaatkan aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (bio) yang membentuk lubanglubang terowongan kecil (pore) di dalam tanah.

Manfaat Lubang Resapan Biopori Lubang

resapan biopori dapat dikatakan sebagai suatu rekayasa teknik konservasi air, berupa lubang yang dibuat dengan kedalaman tertentu dan diisi dengan bahan- bahan organik. Fungsi utama dari lubang resapan biopori ini adalah pintu masuk air hujan yang turun ke bumi dan meresapkannya ke dalam tanah dengan mengisi pori-pori yang ada di dalam lubang. Sementara itu, manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan lubang resapan biopori diantaranya adalah (Sibarani dan Bambang, 2009 ) :

1. Memelihara cadangan air tanah 2. Mencegah terjadi keamblasan (subsidence) dan keretakan tanah.

3. Menghambat intruisi air laut.

4. Mengubah sampah organik menjadi kompos.

Cara Kerja Lubang Resapan Biopori Pada lubang resapan biopori, mikroba yang berada di sekitar lubang penampang biopori akan tertarik dengan aroma sampah yang ada di dalam lubang penampang. Aktivitas mikroba tersebut mengakibatkan terbentuknya lubang- lubang halus di sekitar lubang penampang.

Lubang-lubang halus inilah yang disebut Biopori. Ketika hujan, air akan memenuhi lubang penampang. Kemudian air akan menyebar ke segala arah melalui lubang- lubang kecil. Dengan demikian air yang terserap lebih banyak, dan resiko terjadinya banjir pun dapat diperkecil. Ketersediaan air tanah juga tercukupi. Tujuan utama dari lubang resapan biopori adalah

(4)

9 Desember 2023

78 memperbesar masuknya air kedalam akuifer tanah sebagai air resapan (infiltrasi).

Konstruksi Lubang Resapan Biopori Lubang resapan biopori dibuat pada permukaan tanah dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2009. Tahapan pembuatan lubang resapan biopori diantaranya:

a. membuat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman 100 cm atau tidak melampaui kedalaman air tanah. Jarak pembuatan lubang resapan biopori antara 50 – 100 cm;

b. memperkuat mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan: 1. paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal 10 cm;

atau 2. adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.

c. mengisi lubang LRB dengan sampah organic yang berasal dari dedaunan, pangkasan rumput dari halaman atau sampah sampah dapur; dan

d. menutup lubang resapan biopori dengan kawat saringan.

Penelitian Lapangan

Penelitian di lapangan dilakukan sebelum pengumpulan data. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar masalah yang terjadi dan data yang dipeerlukan untuk pengujian selanjutnya di dalam laboratorium agar diperoleh kesimpulan serta penelitian yang benar.

Pada penelitian ini akan dilakukan dengan dua cara yaitu Hand bor atau juga Sand cone.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di DAS Barabai bagian Hulu ( Desa Bulayak Kecamatan Hantakan ) sedangkan sampel tanah di uji pada Laboratorium Uji Tanah UNISKA Handil Bakti.

Prosedur Penelitian

Berdasarkan penelitian diatas akan diperoleh prosedur penelitian sebagai

berikut :

1. Persiapan dan Penyediaan Peralatan Persiapan dan penyediaan bahan meliputi persiapan dan penyediaan peralatan untuk mengambil sampel bahan. Pada tahap pertama ini seluruh peralatan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar yaitu Bor tangan.

2. Pemeriksaan Bahan

Yaitu pada penelitian ini merupakan pemeriksaan bahan yang akan digunakan.

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap material tanah setempat di daerah hulu DAS Barabai.

a. Penelitian Lapangan, sebagai berikut :

• Diskripsi tanah hasil pengeboran di lokasi

b. Penelitian di laboratorium sebagai berikut :

• Pengujian kadar air

• Analisis Hidrometer

• Uji permeabilitas tanah

• Pengujian Biopori dengan skala Laboratorium

3. Analisis Data

Analisis hasil penelitian dapat dilakukan setelah data-data diolah. Data- data yang didapat mulai dari awal penelitian, saat penelitian, sampai akhir penelitian.

Hasil Pembahasan Penelitian Lapangan

Penelitian di lapangan dilakukan sebelum pengumpulan data. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar masalah yang terjadi dan data yang dipeerlukan untuk pengujian selanjutnya di dalam laboratorium agar diperoleh kesimpulan serta penelitian yang benar.

Bor Tangan (Hand Bor)

Dari hasil Deskripsi Tanah yang dilakukan yaitu berupa pengeboran lapangan diperoleh :

(5)

9 Desember 2023

79 Tabel 1. Hasil Tanah pengeboran

Kedalaman ( Cm )

Jenis / Diskripsi Tanah

Warna Plastisitas

0 - 20 Lempung sangat lunak

coklat Sedang 20 - 40 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang 40 - 60 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang 60 - 80 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang 80 - 100 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang 100 - 120 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang 120 - 140 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang 140 - 160 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang 160 - 180 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang 180 - 200 Lempung

sangat lunak

coklat Sedang

Berdasarkan penilaian visual, secara umum jenis tanah yang diamati adalah lempung sangat lunak

Penelitian di Laboraturium

Tahapan pengujian di laboratorium dilakukan saat penelitian lapangan telah selesai. Pengujian ini bertujuan untuk mengumpulkan data, melakukan analisa, melakukan test serta memberikan interpretasi terhadap sejumlah data, sehingga kita bisa meramalkan kondisi yang terjadi dilapangan.

Kadar Air

Tabel 3. Tabel Hasil Pengujian Kadar Air

Sampel Kadar air ( % )

Sampel 1 210,82

Sampel 2 34,48

Sampel 3 39,65

Sampel 4 39,58

Dari hasil pengujian diambil nilai persentase kadar air terendah yaitu sampel 2 =

34,48 %.

Analisis Hidrometer (Hydrometer Analysis)

Waktu (T) Pemb. hidrometer dalam suspensi (Rl) Pemb. Hidrometer dalam cairan (R2) Temperatur (t) Pemb. hidro meter terkoreksi oleh (m) Kedalaman (L) Konstanta (K) Diameter butiran D= k* /v Pemb. Hidro meter terkoreksi Rc= (R1-R2) Persen berat lebih kecil P =Kz x R

2 52.5 -2.0 27.

5 53.

5

7.5 0,023 59

0.012 2

55.8 78.89

5 46 -2.0 27 47 8.600 0.012 3

0.016 079

49.3 69.70

30 43 -2.0 27 44 9.091 0.012

3

0.016 079

46.3 65.46

60 35 -2.0 27 36 10.40

1

0.012 3

0.005 105

38.3 54.15

250 27 -2.0 27,

5

28 11.71 0

0.012 3

0.002 654

30.3 42.84

1440 19 -2.0 27 20 13.02

0

0.012 3

0.001 166

22.3 31.53

Berdasarkan Tabel di atas, diperoleh nilai diameter butiran < 0.075 mm termasuk ke dalam jenis tanah lempung.

Uji Permeabilitas Tanah di Laboratorium

Tabel 5. Hasil Uji Permeabilitas

Waktu ( Detik)

T (Detik)

h1 (Cm)

h2 (Cm)

H (Cm)

K (Cm/Det)

i

0 0 100 100 0

60 60 100 99,9 0,1 4,48223E-

07

0,012

120 60 99,9 99,7 0,2 8,97793E-

07

0,025

180 60 99,7 99,6 0,1 4,49572E-

07

0,013

240 60 99,6 99,6 0,0 0 0,000

300 60 99,6 99,5 0,1 4,50024E-

07

0,012

600 300 99,5 99,4 0,1 9,00953E-

08

0,012

900 300 99,4 99,3 0,1 9,0186E-

08

0,013

1200 300 99,3 99,2 0,1 9,02768E-

08

0,012

1500 300 99,2 99,0 0,2 1,80827E-

07

0,025

1800 300 99,0 98,8 0,2 1,81193E-

07

0,025

2100 300 98,8 98,7 0,1 9,07339E-

08

0,012

2400 300 98,7 98,6 0,1 9,08259E-

08

0,013

2700 300 98,6 98,5 0,1 9,09181E-

08

0,012

Rata rata

2,25048E- 07

0,013

Berdasarkan harga-harga koefisien permeabilitas pada tabel, diperoleh koefisien permeabilitas (k) sebesar 2,25 x 10-7 cm/detik. Sehingga jenis tanah yang diambil sampai kedalaman 2 meter di lokasi penelitian termasuk jenis Lempung sedikit berpasir.

(6)

9 Desember 2023

80 Percobaan Biopori dengan Skala Laboratorium

Pada percobaan ini dilakukan dengan skala yang lebih kecil dari kondisi asli lapangan seperti kedalaman lubang. Setelah

dilakukan pengujian dengan menggunakan box pemodelan diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 3. Tampak samping Box Permodelan

Penerapan Biopori di Lapangan

Tabel 6. Rekapitulasi waktu Resapan

Titik Lamanya Rembesan tanpa lubang biopori ( menit

)

Lamanya Rembesan dengan lubang biopori ( menit )

T1 98 66

T2 95 65

T3 88 68

T4 88 82

T5 87 77

Perbandingan waktu resapan sebelum dan sesudah penerapan biopori dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 4. Perbandingan Waktu Resapan

Kesimpulan

Dari Penelitian diatas dapat disimpulkan : 1. Nilai permeabilitas ( k ) tanah pada lokasi penelitian adalah sebesar 2,25 x 10-7 cm/detik

2. Pengaruh lubang resapan biopori terhadap debit masukan pada limpasan permukaan cukup efektif mempercepat infiltrasi, yaitu hasil laju infiltrasi setelah penerapan lubang resapan biopori lebih besar daripada sebelum adanya lubang resapan biopori.

Saran

1. Agar hasil penelitian lebih akurat hendaknya sampel yang diteliti juga lebih banyak dan mewakili masing masing daerah yang berbeda,

2. Perlu penelitian lebih lanjut bagaimana pengaruh lubang resapan biopori dalam mengurangi limpasan permukaan

Daftar Pustaka

[1] Al Dianty, M., Arbaningrum, R., dan Putuhena, F.J. 2020, The Linkage of Effect Climate Change for Determining Design Flood of Tenggang River.

Geographia Technica, 15, 3-12.

[2] C. D. Soemarto, 1999, Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.

[3] Fathurrahman, Radam Iphan Fitrian, Novitasari, Rusdiansyah, 2023.Testing the Infiltration Rate of Datar Ajab Village, Hulu Sungai District. SSRG International Journal of Civil Engineering. ISSN: 2348-8352 [4] Fathurrahman, Surya A. (2022).,

Analisis Lubang Resapan/Biopori Di Daerah Hulu Dalam Mengurangi Aliran Permukaan Di Kota Barabai, Jurnal Kacapuri (Jurnal Keilmuan

0 100 200

T1 T2 T3 T4 T5

Perbandingan Waktu Resapan

Lamanya Rembesan dengan lubang biopori ( menit )

Lamanya Rembesan tanpa lubang biopori ( menit )

(7)

9 Desember 2023

81 Teknik Sipil) Banjarmasin.

[5] Hamzah Muhammad Syahruddin, Amiruddin, Halide Halmar, Sakka, Makhrani (2021) : Groundwater Conservation with Hole Infiltration of Biopore Cube . IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 279 (2019) 012021

[6] Hutapea Sumihar, Gusmeizal , Rizal Aziz ( 2018) ; Waste Management with the Technology of Biopore Hole Absorption (LRB) Based on Biochar in Medan, Indonesia Agricultural Faculty, Medan Area University (UMA), Medan, Indonesia

[7] Nespoulous Jérôme, LuisMerino- Martín, YoganMonnier, Diane .Bouchet, MerlinRamel, Rodolphe Dombey, Gaelle Viennois, Zhun Mao, Jiao-Lin Zhang Kun-FangCao, YvesLe Bissonnais, Roy C.Sidle, Alexia Stokes, : Tropical forest structure and understorey determine subsurface flow through biopores formed by plant roots.

https://doi.org/10.1016/j.catena.2019 .05.007

[8] Novianto, Alfian AC., Bahtiar, (2021).

Pengaruh Sistem Biopori untuk menangani genangan pada tanah lanau, Civil Engineering Research Jounal Volume 2 Nomor 1 Edisi April 2021 E-ISSN: 2775-4588

[9] P. T. H. Budianto, R. Wirosoedarmo, dan B. Suharto, “Industri Pinus , Jati Dan Mahoni InfiltrationRate Difference ofIndustrial Plantation Forest Land Pine , Teak and,”

Sumberd. Alam dan Lingkung., hal.

15–24, 2014.

[10] Permatasari laras, ( 2015 ) ; Biopore Infiltration hole : "One day for biopore" as an alternative prevent flood. Department Aquatic Product of

Technology, Bogor Agricultural University, Jl. Dramaga Lingkar Dalam, Bogo

[11] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan. Jakarta 15 April 2009

[12] Prabowo, E. ( 2018 ) ; Studi pengendalian banjir di kota Barabai terkait rencana pembangunan Bendungan Pancur hanau di sungai Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Jurnal Teknologi Berkelanjutan (Sustainable Technology Journal) Vol. 7 No. 1 (2018) pp. 43-51

[13] Rahardian Andiri, , Buchori Imam ,(

2016 ) : Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Limpasan Permukaan Dan Laju Aliran Puncak Sub DAS Gajahwong Hulu-Kabupaten Sleman

[14] Reza M, Gunarto A, Widodo KA, Naila FQ, (2019) Rancang bangun biopori dengan teknologi sensor penghitung debit limpasan air. Studi Kasus di Jalan Tirtarona RT 03 RW 07, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang , Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019Era Revolusi Industri 4.0 Teknik Sipil dan Perencanaan

[15] R.T. Sibarani dan Bambang D S, (2009) Penelitian Biopori Untuk Menentukan Laju Resap Air Berdasarkan Variasi Umur Dan Jenis Sampah

http://digilib.its.ac.id/public/ITS- Undergraduate-10743

[16] Rohmat, A., 2009. Tipikal Kuantitas Infiltrasi Menurut Karakteristik Lahan. Erlangga, Jakarta.

[17] S. Arsyad, Konservasi Tanah & Air.

IPB Press, 2006.

[18] Sallata M. Kudeng ( 2017). Pentingnya aplikasi Teknik konservasi air

(8)

9 Desember 2023

82 dengan metode struktur fisik di wilayah hulu DAS Info Teknis EBONI Vol. 14 No. 1, Juli 2017: 47 – 62

[19] Syofyan Elvi Roza, Istijono Bambang , Amrizal Saidi, Herdianto Revalin , ( 2020 ) Distributed Hydrological Model for Analysis of Absorbed Discharge on Infiltration Wells, Biopori Holes and Retention Ponds

. Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume 15, Nomor 2, April 2020 [20] Suleman Abdul Rivai, Yusuf Hamzah,

Nabi Abdul, Erdiansa Andi, Halim Shanty and Aulia Nur ( 2020 ) . Determining Biopore Infiltration Hole as Catchment Flood in Inundation Area Eastern of Makassar City Based on Geographic Information System (GIS) Department of Civil Engineering, State Polytechnic of Ujung Pandang, [21] Susanto, 1994. Pelestarian Sumber

Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

[22] Tachyan, E. P., & Pangaribuan, Y. P.

(1985). Hidrolika Teknik (kedua).

Penerbit Erlangga.

[23] Triatmodjo, B. (2008). Hidrologi Terapan. In Beta Offset. Beta Offset.

[24] Victoriant E, Qomariyah S. , Sobriyah (2014) . Pengaruh lubang resapan biopori terhadap limpasan permukaan. e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2014/423 [25] M. Risanta, “6 Kabupaten di Kalsel

Banjir, Hulu Sungai Tengah Terdampak Paling Parah,” Detik News, 2021.

https://news.detik.com/berita/d- 5831272/6-kabupaten-di-kalsel- banjir-hulu-sungai-tengah-

terdampak-paling-parah (diakses 10 Februari 2023).

[26] N. Novitasari dan H. Kurdi, “Flood Mitigation in Banjar Regency, South Kalimantan, Indonesia in 2021:

Between Hydro-meteorological factor and Anthropogenic factor,”

IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol. 999, no. 1, 2022, doi:

10.1088/1755-1315/999/1/012010.

[27] Muazzi. (2014) “Penggunaan Aplikasi Sistem Peresapan Biopori Terhadap Aliran Drainase untuk Mengatasi Banjir di Kecamatan Banda Sakti Kabupaten Aceh Utara”. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara, Medan.

[28] Permatasari laras, ( 2015 ) ; Biopore Infiltration hole : "One day for biopore" as an alternative prevent flood. Department Aquatic Product of Technology, Bogor Agricultural University, Jl. Dramaga Lingkar Dalam, Bogo

[29] Pomalingo, Nelson. (2012). “Laju Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah untuk Penentuan Tapak Resapan Air pada Areal Kampus 1 Universitas Negeri Gorontalo”. Skripsi.

Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

[30] Rahardian Andiri, , Buchori Imam ,(

2016 ) : Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Limpasan Permukaan Dan Laju

Aliran Puncak Sub

DAS Gajahwong Hulu-Kabupaten Sleman

[31] Reza M, Gunarto A, Widodo KA, Naila FQ, (2019) Rancang bangun biopori dengan teknologi sensor penghitung debit limpasan air. Studi Kasus di Jalan Tirtarona RT 03 RW 07, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang , Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2019 Era Revolusi Industri 4.0 Teknik Sipil dan Perencanaan

[32] Sembiring, Natanael. (2016). “Studi perbandingan uji pemadatan standar dan uji Pemadatan modified terhadap nilai koefisien permeabilitas tanah lempung berpasir”. Skripsi.

Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas sebelumnya, masalah yang akan diteliti dan dibahas adalah “Bagaimana tanggapan konsumen terhadap program product

Data primer yang di dapat berupa laju infiltrasi air ke dalam tanah dan nilai laju infiltrasi sebelum dan sesudah adanya lubang resapan biopori dan jumlah

Dari penelitian ini akan diketahui perbandingan resapan limpasan air hujan pada kondisi Kampus UNS existing (berdasarkan peta dan data yang tersedia) dengan debit

Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung- punggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengetahui populasi cacing tanah di sekitar lubang resapan biopori (LRB) yang diisi

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penelitian ingin mengadakan suatu penelitian yang berjudul “ Estimasi Potensi Limpasan Permukaan menggunakan Penginderaan

Data primer yang di dapat berupa laju infiltrasi air ke dalam tanah dan nilai laju infiltrasi sebelum dan sesudah adanya lubang resapan biopori dan jumlah

Data primer yang di dapat berupa laju infiltrasi air ke dalam tanah dan nilai laju infiltrasi sebelum dan sesudah adanya lubang resapan biopori dan jumlah