• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI BUDAYA DALAM HIKAYAT BANTA AMAT JILID I DAN II

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS NILAI BUDAYA DALAM HIKAYAT BANTA AMAT JILID I DAN II "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI BUDAYA DALAM HIKAYAT BANTA AMAT JILID I DAN II

KARYA T. A. SAKTI

Skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Ellijas Meutia 1411010013

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BINA BANGSA GETSEMPENA

BANDA ACEH 2019

(2)
(3)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Fokus Penelitian ... 7

1.3. Rumusan Masalah ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1. Sastra ... 10

2.1.1 Pengertian Sastra ... 10

2.1.2 Jenis Kesusasteraan Aceh ... 12

2.2. Hikayat ... 12

2.2.1 Pengertian Hikayat ... 12

2.2.2 Ciri-ciri Hikayat ... 14

2.2.3 Jenis-jenis Hikayat ... 16

2.2.4 Unsur Ekstrinsik Hikayat ... 16

2.3. Nilai ... 18

2.4. Nilai Budaya ... 19

2.5. Kajian Penelitian Relevan ... 21

2.6. Kerangka Berfikir ... 23

(4)

vi

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 24

3.1. Desain Penelitian ... 24

3.2. Latar Penelitian ... 25

3.3. Data dan Sumber Data Penelitian ... 25

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5. Instrumen Penelitian ... 27

3.6. Keabsahan Data ... 28

3.7. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 30

4.1. Data ... 30

4.1.1 Distribusi Data ... 32

4.1.2 Analisis Data ... 43

4.2. Temuan Penelitian ... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1. Simpulan ... 80

5.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN Sinopsis Hikayat ... 86

Tabel Data Penelitian ... 90

SK Proposal ... 103

Undangan Seminar ... 104

SK Pembimbing Skripsi ... 105

TAHSIN ... 106

UKBI ... 107

TOEFL ... 108

Biodata Penulis ... 109

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karya sastra merupakan karya yang diangkat dari kehidupan manusia itu sendiri, hal itu terlihat dari bagaimana cara pengarang menggambarkan sikap hidup, pengalaman, emosi, dan cara berpikir manusia ke dalam sebuah karya sastra. Melalui imajinasi yang dihidupkan oleh pengarang, pembaca seolah dapat merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam cerita si pengarang.

Karya sastra mengandung unsur estetika yang menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, dan menyegarkan perasaan para pembacanya.

Seorang pencipta karya sastra tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja, melainkan secara tidak langsung ia juga bermaksud mendorong dan mempengaruhi pembaca agar ikut memahami, menghayati, dan menyadari masalah serta ide yang diungkapkan di dalam karyanya. Suatu karya sastra baik berupa prosa fiksi, puisi, maupun drama merupakan sebuah bangunan cerita yang menampilkan sebuah dunia yang sengaja dikreasikan oleh pengarang.

Sebagai karya tulis kreatif, karya sastra juga mengangkat berbagai persoalan kehidupan, menyampaikan kebenaran, kenyataan serta keindahan sehingga menggugah nurani pembaca.

Dunia sastra kini telah banyak dilingkupi dengan beraneka ragam bentuk, baik itu bentuk tradisional maupun modern. Sastra berbentuk tradisional seperti

1

(6)

2

dongeng, pantun, syair, gurindam dan lain sebagainya. Sedangkan sastra berbentuk modern seperti novel, cerita pendek, roman, dan lain sebagainya.

Namun, ada salah satu bentuk sastra tradisional yang kini berangsur-angsur mulai menghilang, yaitu hikayat. Hikayat mulai berangsur-angsur dilupakan oleh masyarakat karena banyaknya karya sastra modern yang terus bermunculan.

Hikayat termasuk cerita rakyat yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.

Hikayat merupakan titipan budaya dari nenek moyang kepada generasi penerusnya. Alasan hikayat perlu dilestarikan yaitu: 1) Sebagai sarana hiburan; 2) Sebagai sarana pendidikan karena didalamnya terkandung banyak nilai yang dapat diteladani; 3) Sebagai sarana menunjukkan dan melestarikan budaya bangsa karena dari cerita rakyat dapat dikokohkan nilai sosial dan budaya suatu bangsa.

Masyarakat Aceh juga memiliki cerita yang berbentuk hikayat. Hikayat Aceh sendiri banyak menceritakan kisah kerajaan dan juga kisah tentang tokoh terkenal Aceh, termasuk hikayat Banta Amat yang menceritakan tentang sosok Banta Amat dan perjalanan hidup beliau serta nilai budaya yang terkandung didalamnya.

Banta Amat merupakan anak seorang Raja Ansari dari negeri Banatiya.

Banta terlahir ke dunia dalam keadaan yatim, karena Raja meninggal sebelum melihat kelahiran anak yang sudah sangat lama dinantikan. Setelah meninggalnya sang ayah, harta kerajaan dikuasai oleh pamannya yang bernama Tapeuhi. Ibu Banta yang pada saat itu masih mengandung harus menerima kenyataan bahwa dia terusir dari Istana. Sang paman hanya meninggalkan sepilah parang untuk

(7)

3

Banta dan ibunya. Banta harus hidup dengan keterbatasan ekonomi yang dimilikinya. Seiring berjalannya waktu, Banta pun tumbuh dewasa. Banta mulai memasuki kerajaan demi merebut kembali tahtanya yang sekarang diduduki oleh sang paman. Kerajaan Banatiya memiliki raja yang zalim, raja kafir yang tidak percaya dengan Tuhan. Banta memulai aksinya dengan menyamar sebagai pengemis.

Setiap karya sastra memiliki nilai-nilai yang terkandung didalamnya, begitu juga dengan hikayat. Dalam hikayat terdapat banyak nilai yang bisa kita terapkan dalam kehidupan. Nilai tersebut seperti nilai keagamaan, sosial, pendidikan, kemanusiaan, budaya, moral, dan lain sebagainya.

Penelitian ini lebih difokuskan pada nilai budaya yang terkandung dalam Hikayat Banta Amat, karena menurut peneliti nilai budaya sangat penting untuk dikaji guna melestarikan warisan budaya masyarakat Aceh agar dapat diketahui oleh generasi muda dan kembali dibudidayakan dalam kehidupan pada masa sekarang. Jangan sampai terjadi kasus seperti kata pepatah mate aneuk meupat jeurat, mate adat pat tamita (mati anak ada kuburnya, mati adat harus cari dimana).

Budaya dapat diartikan sebagai pikiran, akal budi, atau adat istiadat yang menjadi identitas suatu bangsa, sedangkan nilai budaya sangat berkaitan dengan budaya, kebiasaan dan tradisi dari suatu daerah. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka nilai budaya merupakan hal penting untuk dilestarikan. Nilai budaya merupakan identitas bangsa yang harus tetap dijaga.

(8)

4

Berbicara tentang budaya, Provinsi Aceh sendiri merupakan provinsi yang memiliki budaya yang beragam. Dari segi bahasa saja, Aceh memiliki sembilan bahasa. Dari segi pakaian adat, setiap kabupaten memiliki ciri khas tersendiri.

Masyarakat Aceh dikenal sebagai mayarakat yang religius dan pekerja keras.

Menurut Harun (2009:144), nilai etis pribadi masyarakat Aceh terdiri atas:

1) Tahu diri; 2) Teguh pendirian atau istiqamah; 3) Jujur kepada diri sendiri; 4) Setia; 5) Bijak; 6) Malu kepada diri sendiri; 7) Kebersihan diri; 8) Hemat;

9) Rajin; 10) Berani; 11) Empati; dan 12) Berterima kasih.

Masyarakat Aceh mayoritas penganut agama Islam. Sejak Islam masuk ke Aceh sekitar abad ke XI, agama Islam sudah mendarah daging pada masyarakat Aceh sampai saat ini. Masyarakat Aceh juga dikenal sangat fanatik dalam membela Agama yang mereka anut. Masuknya agama Islam ke Aceh sangat mempengaruhi sistem kehidupan, pergaulan dan juga adat istiadat masyarakat Aceh. Sehingga di Aceh ada pepatah mengatakan: Hukom ngon adat, lage zat ngon sifeut (hukum dengan adat seperti zat dengan sifatnya, tidak terpisah). Yang dimaksud dengan hukum di sini adalah hukum Islam (Sulaiman, 1992:10).

Menurut Usman (2009:37) Sumber nilai adat Aceh terdapat pada pepatah Aceh yang berbunyi: Adat bak Poteu Meureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak Putroe Phang, Reusam bak Laksamana.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Aceh pada umumnya adalah orang yang taat pada peraturan, sopan santun terhadap orang yang lebih tua, pantang menyerah dan amanah pada saat diberikan kekuasaan.

(9)

5

Akan tetapi sekarang nilai-nilai itu sedikit demi sedikit menghilang dimakan zaman. Ada sebagian masyarakat Aceh sekarang yang sudah tidak menghormati orang tua, merendahkan orang lain, malas dalam melakukan suatu hal, tidak amanah saat mendapat kekuasaan dan melanggar peraturan yang sudah ada. Hal ini membuat masyarakat Aceh kehilangan identitasnya.

Ada beberapa kasus yang terjadi di Aceh sekarang yang menggambarkan kondisi nilai budaya luhur yang sudah mulai diindahkan oleh segelintir masyarakat Aceh. Seperti dilansir oleh surat kabar Serambi Indonesia Edisi Jumat, 4 Januari 2019, ada kasus penipuan dengan modus menyewa mobil rental yang dilakukan oleh dua pelaku yaitu Martonis (43) warga Kampung Bukit Tempurug, Kuala Simpang, Aceh Tamiang dan Marwan Ishak alias Ridwan (32) warga Kampung Seuneubok Rawang, Peureulak, Aceh Timur. Para pelaku menyewa mobil rental dan menggadaikan mobil tersesbut kepada orang lain.

Selain kasus penipuan di atas, ada kasus kecelakaan lalulintas yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 14 tahun berinisial MA warga Luengbata, Banda Aceh. Dikatakan dalam surat kabar dan edisi yang sama, remaja MA mengambil mobil Avanza milik ayahnya tanpa sepengetahuan orang tuanya. MA pergi shalat subuh di Mesjid Raya Baiturrahman, sepulang dari mesjid MA pulang ke Luengbata dari jalan Lampeuneurut. MA melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga menabrak Ponarin (72) yang juga baru pulang dari shalat subuh di daerah Lampeuneurut.

(10)

6

Kasus pembunuhan, penyalahgunaan narkoba, korupsi dan pelanggaran Qanun Syariat Islam (perzinaan) juga sudah mulai memasuki Bumoe Seuramoe Mekkah tercinta. Dilansir dalam detik.com, ada kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang berinisial RS (40), warga Simpang Keramat, Aceh Utara terhadap Imam Desa Teupin Reusep, Aceh Utara, M. Amin (73), kasus penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anak Wabup Aceh Barat (Aceh.tribunnews.com), kasus korupsi BPKS Sabang dan kasus korupsi dana Otsus Aceh (nasional.tempo.com), dan kasus perzinaan yang ditangkap di daerah Aceh Singkil (aceh.tribunnews.com).

Berdasarkan kasus yang diberitakan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai budaya masyarakat Aceh yang amanah, bertanggung jawab, jujur, dan rasa malu sudah mulai tergeser sedikit demi sedikit di hati segelintir masyarakat Aceh.

Kalau hal ini terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan masyarakat Aceh lama kelamaan akan lupa dengan jati diri masyarakat Aceh yang sebenarnya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengangkat tentang nilai budaya dalam Hikayat Banta Amat agar masyarakat kembali mengenal identitas Aceh yang sebenarnya.

Alasan peneliti menganalisis Hikayat adalah untuk mengenalkan kembali kepada masyarakat tentang hikayat agar masyarakat tidak melupakan peninggalan sastra Aceh yang sudah ada sejak zaman dulu, dan kenapa peneliti lebih fokus kepada nilai budaya dalam hikayat Banta Amat, agar nilai-nilai budaya yang terkandung dalam hikayat Banta Amat dapat menyadarkan masyarakat tentang budaya luhur masyarakat Aceh pada zaman dulu. Peneliti juga berharap dengan

(11)

7

adanya penelitian ini dapat mengajak kembali masyarakat untuk melestarikan nilai budaya dalam hikayat Banta Amat ke dalam kehidupannya sehari-hari.

1.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini lebih kepada unsur ekstrinsik hikayat yaitu nilai budaya yang terkandung di dalam Hikayat Banta Amat jilid I dan II karya T. A. Sakti.

Kenapa hanya jilid I dan II saja? Alasannya karena setelah peneliti melakukan wawancara (menelepon melalui WA) dengan penulis pada tanggal 15 November 2018, penulis mengatakan bahwa hikayat Banta Amat memiliki V jilid, akan tetapi hanya jilid I dan II yang sempat diterbitkan, sedangkan jilid III sampai jilid V belum diterbitkan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti jabarkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana nilai budaya yang terkandung dalam Hikayat Banta Amat Jilid I dan II Karya T. A. Sakti?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana nilai budaya yang terkandung dalam Hikayat Banta Amat Jilid I dan II Karya T. A. Sakti.

(12)

8

1.5. Manfaat Penelitian

Ditinjau dari masalah yang sudah dirumuskan, manfaat teoritis penelitaian ini adalah sebagai salah satu bentuk/ proses untuk mengetahui tentang nilai budaya yang terkandung dalam hikayat Banta Amat. Selain itu, penelitian ini juga dapat menambah wadah ilmu pengetahuan dibidang sastra serta menjadi tolak ukur dan pedoman sebagai bahan pertimbangan dan sumber referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang serupa.

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pembaca

Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan kemampuan, terutama dibidang Bahasa Indonesia, khususnya bagi pembaca dan pecinta sastra.

2) Mahasiswa

Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif di masa yang akan datang demi kemajuan mahasiswa.

3) Guru

Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam menyampaikan materi terkait tentang hikayat terhadap peserta didik.

(13)

9

4) Masyarakat

Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang hikayat, khususnya unsur nilai budaya yang terkandung dalam Hikayat Banta Amat jilid I dan II karya T. A. Sakti.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diawali dengan penggalian identifikasi masalah yang dialami oleh masyarakat yaitu diawali dengan survey kepada masyarakat