Kemampuan membaca berdasarkan temuan di lapangan, terlihat ada beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman membaca siswa. Pemahaman membaca merupakan suatu proses perolehan makna secara aktif dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca dan dihubungkan dengan isi bacaan. Membaca pemahaman dapat diartikan sebagai suatu kegiatan membaca yang dilakukan dengan tenang dan hati-hati serta sungguh-sungguh, sehingga seseorang benar-benar memahami maksud atau isi bacaan tersebut.
Sesuai dengan konsep pemahaman membaca, menurut para ahli, seseorang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasainya. Tujuan dari pemahaman membaca adalah untuk mencapai keberhasilan dalam memahami sepenuhnya argumen logis, pola teks atau rangkaian etis, pola simboliknya, nuansa emosional serta sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan (Tarigan, 1986:36). Maksud dari membaca pemahaman adalah suatu jenis membaca yang mempunyai empat tujuan, yaitu standar atau norma sastra, artinya ada sesuatu yang mengandung kebenaran dan keindahan, sesuatu yang memuaskan kebutuhan pembaca secara terus-menerus, evaluasi kritis artinya membaca tulisan-tulisan pendek, tertulis drama artinya pembaca dapat mengembangkan sikap kritis logis terhadap pola drama dan fiksi (Tarigan, 2008:58).
Beberapa ahli berpendapat bahwa keterbatasan neurologis (berbagai cacat otak) menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal meningkatkan keterampilan pemahaman membaca. Menurut Brown, Abidin (2012:61) mengemukakan bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran pemahaman membaca, perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar merancang pembelajaran pemahaman membaca. Prinsip-prinsip pembelajaran yang dijelaskan dimaksudkan untuk menjamin terwujudnya pemahaman diri siswa yang diharapkan dalam proses pembelajaran membaca.
Sebagai alat untuk mengukur kemajuan dan kemauan belajar siswa berupa tes pemahaman membaca mengenai soal-soal yang dibagi menjadi 2 jenis yaitu tes objektif dan tes hasil belajar dengan uraian berbeda (tes subjektif). 1) Tes Objektif (Tes Objektif).
Tes Subjektif
Penilaian didasarkan pada kebebasan siswa dalam menjawab pertanyaan (Uno dan Koni a) Format Esai Bebas. Bentuk deskripsi terstruktur atau deskripsi terbatas mengharuskan siswa memberikan jawaban atas pertanyaan dengan persyaratan tertentu. Tes jawaban singkat adalah jenis tes yang dapat dijawab dengan kata, frasa, angka, atau simbol.
Soal tes jawaban singkat menggunakan pertanyaan langsung dan meminta siswa memberikan jawaban singkat, tepat, dan jelas. Kelebihan soal tes jawaban singkat adalah paling mudah dipersiapkan karena mengukur hasil belajar yang relatif sederhana. Kecuali ketika menyelesaikan soal matematika atau sains, soal tes jawaban singkat hampir selalu mengukur memori.
Tes penyelesaian soal sama dengan tes jawaban singkat, yaitu jenis soal tes yang dapat dijawab dengan kata, frasa, angka, atau simbol. Bedanya, soal tes lengkap merupakan pernyataan yang tidak lengkap, dan siswa diminta melengkapi pernyataan tersebut atau terdiri dari kalimat-kalimat yang bagiannya dihilangkan. Soal tes pelengkap merupakan soal tes yang paling mudah dipersiapkan karena mengukur hasil belajar yang relatif sederhana.
Kecuali ketika menyelesaikan soal matematika atau sains, soal tes jawaban singkat selalu mengukur daya ingat.
Petunjuk Penyusunan
Analisis Butir Soal
Mengenai fungsi melakukan analisis artikel, Arikunto mengatakan: membantu kita mengidentifikasi artikel buruk, mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk menyaring pertanyaan untuk keperluan lebih lanjut, mendapatkan gambaran tentang situasi yang kita susun. Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang, daya pembeda yang tinggi, dan pengecoh yang efektif. Ciri-ciri soal diujikan dengan cara tertentu berdasarkan data hasil uji coba empiris siswa (Purwanto, 2016:99).
Tujuan analisis validitas adalah untuk menguji keabsahan alat ukur atau soal dalam menilai apa yang hendak diukur atau menilai ketepatan soal tes sebagai alat ukur. Analisis butir-butir dalam penelitian ini adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas menyesatkan dengan menggunakan teknik statistik.
Validitas
Sebaliknya tes hasil belajar dikatakan tidak valid apabila digunakan untuk mengukur suatu keadaan yang tidak diukur dengan baik dengan tes hasil belajar (Purwanto a) Analisis Validitas. Analisis validitas yang terdapat dalam buku Sudjana (2017:144) membahas tentang validitas suatu tes. Validitas dibedakan antara validitas isi, validitas konstruk, validitas prediktif makna, dan validitas kesamaan. Dua validitas pertama, yaitu validitas isi dan pemahaman konstruk, dapat dilakukan melalui upaya menyusun tes tanpa harus melakukan uji statistik.
Validitas prediktif pada hakikatnya ingin melihat apakah suatu tes dapat digunakan sebagai alat penilaian untuk memprediksi suatu sifat atau perilaku tertentu. Misalnya apakah tes prestasi belajar tertentu dapat digunakan untuk memprediksi keterampilan tertentu jika misalnya terdapat korelasi positif yang signifikan antara hasil tes prestasi belajar dengan keterampilan pemecahan masalah. Sedangkan validitas konkordansi dilakukan dengan mengkorelasikan tes yang dilakukan guru dengan teks yang dibakukan pada bidang studi yang sama dan pada jenjang yang sama.
Ada dua jenis korelasi yang umum digunakan, yaitu korelasi product moment atau metode Pearson yang dilambangkan dengan “r” dan korelasi atau metode rank. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus korelasi product moment atau metode Pearson yang diberi notasi “r” dan diuji.
Reliabilitas
Jadi reliabilitas merupakan salah satu syarat suatu tes, Reliabilitas suatu butir soal diperlukan karena menunjang terbentuknya validitas butir, sehingga suatu butir soal yang valid biasanya dapat diandalkan. a) Analisis keandalan. Dengan pengertian apabila ukuran atau kriterianya berada di luar instrumen, maka hasil tes ini mendapat reliabilitas eksternal, sedangkan reliabilitas internal diperoleh hanya berdasarkan data dari instrumen. Kedua instrumen diujikan pada satu kelompok responden saja (responden bekerja dua kali) kemudian hasil uji kedua uji tersebut dikorelasikan dengan korelasi Pearson.
Penggunaan rumus Cronbach’s Alpha didasarkan pada pertimbangan bahwa rumus ini dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dengan jumlah skor ganjil. Dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach karena total nilai tesnya ganjil yaitu 45 yang terdiri dari 25 soal pilihan ganda, 10 soal benar-salah, 5 soal menjodohkan, dan 5 soal esai.
Tingkat Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh soal berkualitas adalah keseimbangan tingkat kesukaran soal selain memenuhi validitas dan reliabilitas. Keseimbangan artinya ada soal yang relatif mudah, sedang, dan sulit. Tingkat kesulitan dilihat dari kesanggupan atau kesanggupan siswa dalam menjawab, bukan dari sudut pandang guru yang mengajukan pertanyaan.
Soalan penting dalam menganalisis aras kesukaran soalan ialah definisi dalil dan kriteria soalan yang merangkumi mudah, sederhana dan sukar. Ujian yang baik mempunyai aras kesukaran yang tidak terlalu sukar atau terlalu mudah, sehingga mampu mengukur kebolehan pelajar.
Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan ukuran sejauh mana suatu item mampu membedakan siswa yang menguasai suatu kompetensi dengan siswa yang menguasai kompetensi dan siswa yang belum menguasai kompetensi atau kurang kompetensi berdasarkan kriteria yang ditentukan. Semakin tinggi koefisien diferensiasi butir soal maka butir soal tersebut semakin mampu membedakan antara siswa yang menguasai kompetensi dan siswa yang tidak memiliki kompetensi (Arifin, 2017: 273). Selain kesulitan, kemampuan membedakan juga penting karena setiap soal dalam tes harus mampu membedakan siswa kurang mahir dan siswa mahir.
Efektifivas Pengecoh
Soal yang baik, pengecohnya dipilih secara merata oleh siswa yang menjawab salah. Distraktor dikatakan baik apabila jumlah siswa yang memilih distraktor sama atau mendekati jumlah ideal (Arifin, 2017:279). Soal-soal yang merupakan pengecoh yang baik dipilih secara merata oleh siswa yang menjawab salah.
Sebaliknya, item yang kurang mengalihkan perhatian siswa akan dipilih secara tidak merata. Penilaian autentik memberikan gambaran nyata kemampuan membaca siswa dan memberikan ukuran kinerja pengembangan karakter siswa. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan penilaian autentik akan membantu meningkatkan keterampilan membaca dan pengembangan karakter siswa.
Pinte Rejeki (2016) tentang “Efektivitas Gabungan Tes Subjektif dan Tes Objektif dalam Evaluasi Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 11 Banda Aceh”, dimuat dalam Jurnal Ilmiah Siswa (JIM) Vol.1 No.3, Juli 2016 Analisis yang dilakukan peneliti yaitu keefektifan, tes subjektif, tes objektif, evaluasi dan hasil belajar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata kemampuan siswa kelas 8 SMP Negeri 11 Banda Aceh pada kelas 2015/2016 kombinasi tes subjektif dan objektif berdasarkan hasil penelitian ini adalah cukup baik.
Dwi Anggraini S (2019) tentang “Pengembangan instrumen tes subjektif dan objektif dalam pembelajaran teks cerita pendek bagi siswa kelas XI SMA pada tahun pelajaran. Penelitian ini membahas tentang pengembangan instrumen tes penilaian dan teks cerita pendek. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan metode pengembangan yang terdiri dari empat tahap yaitu potensi dan permasalahan desain produk, validasi produk dan desain yang diuji. Hasil validasi mencapai rata-rata persentase 88% dan rata-rata 4,4 dengan kriteria layak digunakan dan hasil ahli bahasa mencapai rata-rata persentase sebesar 87%.