• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERIMAAN APLIKASI MY APTIKOM MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENERIMAAN APLIKASI MY APTIKOM MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERIMAAN APLIKASI MY APTIKOM MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY

ACCEPTANCE MODEL DI APTIKOM

Kannisa Adjani1, Rangga Sanjaya, S.T., M.Kom2

1Universitas BSI Bandung e-mail: [email protected]

2Universitas BSI Bandung e-mail: [email protected]

Abstrak

Teknologi Informasi (TI) saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi hampir semua organisasi karena dipercaya dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses usaha organisasi, tidak terkecuali asosiasi khususnya APTIKOM (Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer). Untuk mencapai hal efektivitas dan efisiensi proses diperlukan suatu pengelolaan TI yang mampu untuk menunjang kesuksesan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Pada awal tahun ini APTIKOM pun merilis sebuah aplikasi berbasis web untuk dapat diakses dan memberikan kemudahan untuk setiap anggota APTIKOM yang ingin tahu perihal status keanggotaannya di APTIKOM. Penerimaan dan penggunaan aplikasi My APTIKOM oleh anggota APTIKOM diukur menggunakan metode Technology Acceptance Model (TAM) yang dapat menjelaskan persepsi kemanfaatan (Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan (Perceived Ease of Use) terhadap sikap pengguna (Attitude Toward Using). Aplikasi My APTIKOM diharapkan akan meningkatkan kepuasan seluruh anggota APTIKOM. Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa persepsi kemanfaatan (Perceived Usefulness) berpengaruh signifikan terhadap sikap pengguna (Attitude Toward Using) dengan tingkat hubungan 0,475 atau 47,5%, persepsi kegunaan (Perceived Of Use) tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap pengguna (Attitude Toward Using) dengan tingkat hubungan -0,049 atau -0,49%, juga persepsi kemanfaatan (Perceived of Use) dan persepsi kegunaan (Perceived of Use) berpengaruh signifikan positif terhadap sikap pengguna (Attitude Toward Using) dengan tingkat hubungan Rsquare 0,192 = 19,2%.

Kata kunci : teknologi informasi, penerimaan anggota, aplikasi, TAM.

Abstract

Information technology (TI) at the present time has been an extremely important needs for most organizations, it is because TI is well-known for its ability to improve efficiency and effectiveness of the whole organization process, including APTIKOM (Association of Higher Education Informatics and Computer). In order to achieve the effectiveness and efficiency of the process, management of TI is needed, in order to support the organization's success in achieving its objectives. Earlier this year, APTIKOM launched a web-based application that can be easily accessed by every APTIKOM member, to check the status of their membership in APTIKOM. Acceptance and the usage of My APTIKOM application by APTIKOM member is measured by using the Technology Acceptance Model (TAM) method, that can explain the perception of usefulness (Perceived Usefulness) and perception of ease (Perceived Ease of Use) of the user's attitude (Attitude Toward Using). My APTIKOM application is expected to increase the satisfaction of all APTIKOM members. From the results of the study, it can be concluded that the perception of usefulness (Perceived Usefulness) has a significant effect on user attitudes (Attitude Toward Using) with a relationship level of 0.475 or 47.5%, Perceived of Use does not significantly influence user attitudes (Attitude Toward Using ) with a relationship level of -0.049 or -0.49%, also perceptions of usefulness (Perceived of Use) and perceived usefulness (Perceived of Use) have a significant positive effect on user attitudes (Attitude Toward Using) with a relationship level of Rsquare 0.192 = 19.2% .

Keywords: information technology , acceptance members , application , TAM

(2)

1. Pendahuluan

Teknologi Informasi (TI) saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi hampir semua organisasi karena dipercaya dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses usaha organisasi, tidak terkecuali asosiasi khususnya APTIKOM (Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer). Untuk mencapai hal efektivitas dan efisiensi proses diperlukan suatu pengelolaan TI yang mampu untuk menunjang kesuksesan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Kesuksesan penataan asosiasi saat ini mempunyai ketergantungan terhadap sejauh mana tata kelola TI dilakukan.

Sistem informasi dan teknologi informasi (SI/TI) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Dikarenakan sistem informasi dan teknologi yang akan terus berkembang, maka sebuah organisasi sangat memerlukan perencanaan strategis sistem informasi. Robbin dan Coulter (2004) menyatakan bahwa perencanaan mencakup mendefinisikan sasaran organisasi, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan organisasi.

Menurut Tridoyo (2017), sebuah organisasi membutuhkan tata kelola TI (IT Governance) dalam melakukan perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi TI yang diterapkan. Menurut Mulyono (2009) sistem informasi adalah kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang di organisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Kemudian menurut Arifani (2016) sistem informasi merupakan senjata ampuh untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses bisnis (Utami, Nugroho, &

Wijaya, 2018).

Menurut Jogiyanto dalam (Prasetyo, Sudarmaningtyas, & Mujayana, 2017) mengatakan bahwa pada dasarnya aplikasi teknologi informasi mempunyai 2 dampak yang mungkin ditimbulkan.

Pertama sistem menjadi optimal dan kinerjanya diterima oleh penggunanya atau sistem menjadi tidak digunakan dengan baik dikarenakan pengguna sistem tidak mau menggunakannya dengan berbagai

alasan. Sebuah teknologi informasi dikatakan berhasil jika dapat diterima oleh penggunanya. Perilaku pengguna juga mempengaruhi tingkat keberhasilan penerapan sebuah aplikasi. Rekayasa perangkat lunak atau aplikasi didefinsikan sebagai penetapan dan pemakaian prinsip- prinsip rekayasa untuk mendapatkan perangkat lunak yang ekonomis dan bekerja efisien pada mesin komputer (Sahputra & Siregar, 2016). Menurut Davis 1989 dalam (Indrayana, Seminar, &

Sartono, 2016), minat (intention) seseorang untuk menggunakan atau mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh sikap (attitude) terhadap teknologi tersebut dan kegunaan yang dipersepsikan (perceived usefulness). Sikap itu sendiri dipengaruhi oleh kegunaan yang dipersepsikan (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan (perceived ease of use).

Penelitian yang dilakukan oleh (Marco, 2016) dalam penelitiannya menganalisis dan mengevaluasi sistem informasi pada STMIK AMIKOM Yogyakarta dengan metode TAM menunjukan hasil bahwa kemanfaatan atau penggunaan dan kemudahan sistem informasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan sistem tersebut. Serta penelitian tentang penerimaan aplikasi yang dilakukan dengan metode TAM yang dilakukan oleh (Lusiono

& Suharman, 2017) dalam penelitiannya menganalisis penerimaan aplikasi siskeudes di kabupaten Sambas dengan menggunakan metode TAM menyimpulkan bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use menjadi tolak ukur untuk menerima suatu aplikasi.

APTIKOM sebagai suatu asosiasi yang mempunyai banyak anggota, terus meningkatkan pelayanan-pelayanan untuk para anggota yang sudah tergabung sejak dulu dan yang baru tergabung. Adapun peluncuran aplikasi My APTIKOM yang terbilang masih baru digunakan, diharapkan dapat menekan permasalahan- permasalahan yang ada akibat sistem terdahulu yang berjalan kurang baik.

Berdasarkan uraian masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerimaan Aplikasi My APTIKOM menggunanakan Metode Technology Acceptance Model (TAM) di Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM) ”.

(3)

2. Metode Penelitian

2.1. Metode Pengumpulan Data

Berikut ini penjelasan tentang metode pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian sebagai berikut:

A. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan tahap yang sangat penting dalam sebuah penelitian, data-data tersebut yang terkumpul merupakan bahan utama yang menjadi inti dari objek penelitian.

Menurut Darmawan dan Fauzi (2013: 1), data adalah fakta atau apapun yang dapat digunakan sebagai input dalam menghasilkan informasi. Dan menurut Gorgon B. Davis dalam Hutahean (2015:

9), informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau dapat dirasakan dalam keputusan- keputusan yang akan datang (Handayani, Dewanto, & Andriani, 2018).

Berdasarkan pengumpulan data, maka cara pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses penelitian terhadap suatu sistem yang berjalan pada suatu lembaga guna mengetahui seberapa besar manfaat sistem tersebut bagi perusahaan (Rahardja, Aini, & Thalia, 2017).

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan lisan kepada objek penelitian (Sarunan, 2015). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan langsung dengan staff Sekretariat APTIKOM.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan

pengumpulan data yang sering tidak memerlukan kehadiran peneliti, namun cukup diwakili oleh daftar pertanyaan yang sudah disusun secara cermat terlebih dahulu (Sarunan, 2015).

Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan kepada anggota APTIKOM.

4. Studi Pustaka

Studi kepustakaan, yaitu penelitian yang didasarkan dari perpustakaan dengan mengumpulkan data berupa teori yang bersumber dari literatur dan buku yang berhubungan dengan penelitian (Sarunan, 2015).

B. Populasi Penelitian

Menurut Istijanto dalam (Madjid, 2016), populasi merupakan jumlah keseluruhan yang mencakup semua anggota yang teliti. Sementara menurut Sugiyono dalam (Madjid, 2016), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek-objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Tabel III.3 Populasi

Sumber: Staff Sekretariat APTIKOM

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota APTIKOM yang berjumlah 1000 orang.

C. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono dalam (Madjid, 2016), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan non probability sampling dengan teknik sampling kuota.

Sampling kuota merupakan teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri tertentu sampai jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Dalam penelitian ini penulis menentukan jumlah sampel sebesar 50 responden dari 1178 anggota. Penarikan sampel dilakukan dengan pertimbangan jumlah populasi yang terlalu banyak. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah anggota APTIKOM yang sudah menggunakan aplikasi My APTIKOM.

Tabel III.4 Sampel Penelitian

Sumber: Staff Sekretariat APTIKOM 2.2. Metode Analisis Data

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel atau jenis responden, menyajikan data setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Sampel Jumlah

Anggota APTIKOM 50

Populasi Jumlah

Anggota APTIKOM 1178

(4)

2.2.1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2013) menyimpulkan bahwa metode analisis deskriptif “Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiman adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada Mahasiswa Universitas BSI Bandung diolah secara statistika deskriptif untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan Grab sebagai media transportasi dan penggunaan E-money OVO. Tanggapan responden tersebut dikategorikan ke dalam 5 (lima) tingkatan yang terdiri dari “Sangat Tidak Baik”, “Tidak Baik”, “Cukup Baik”,

“Baik”, “Sangat Baik” dengan perhitungan dasar sebagai berikut:

𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

= 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 Sumber: Sugiyono (2013)

Sedangkan jika diaplikasikan pada penelitian ini, maka statistik deskriptif tersebut adalah:

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

= 𝑆𝑖𝑡 − 𝑠𝑖𝑟 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 a. Sit (skor ideal item tertinggi) = skor

tertinggi x jumlah sampel x jumlah pertanyaan.

b. Sir (skor ideal item terendah) = skor terendah x jumlah sampel x jumlah pertanyaan.

Gambar III.2 Garis Kontinum Sumber: Riduwan (2013)

Tabel III. 1 Keterangan Garis Kontinum

2.2.2. Analisis Statistik

Analisis statistik (verifikatif) merupakan analisis yang digunakan untuk membahas data kuantitatif. Pengujian statistik yang digunakan adalah dengan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan. Maka harus terlebih dahulu memenuhi uji asumsi klasik.

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri

dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikorlineritas, uji hesteroskedastisitas, dan regresi linier berganda.

A. Uji Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2015:

79). Agar penelitian ini menghasilkan data yang valid atau sahih, maka instrument penelitian yang digunakan juga harus valid, dengan kata lain instrumen tersebut harus dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 21.0 dengan uji Correlate Bivariate. Apabila nilai koefisien korelasi mempunyai taraf signifikasi < 0,05 (α=5% atau r hitung > r tabel (tingkat kepercayaan 95 %, α=5%) maka item pertanyaan yang digunakan dalam instrumen tersebut valid (Khasan &

Fatta, 2016).

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2015 : 100) suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tertesebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 21.0 dengan uji Reliability Analysis. Instrumen akan dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach

> 0,70 (Khasan & Fatta, 2016).

B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normatilas

Uji normalitas data sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model- model penelitian data yang baik dan layak digunakan penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan uji

normal Kolmogorov-Smirnov (Sujarweni, 2015). Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan P Plot Test.

Pengujian normalitas dapat dideteksi STB Sangat Tidak Baik

TB Tidak Baik

CB Cukup Baik

B Baik

SB Sangat Baik

(5)

dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Autokeralasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya pada model regresi yang dipergunakan (Nisfiannoor, 2009).

Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin Waston (DW) untuk mendeteksi uji autokorelasi. Namun secara umum bisa diambil patokan :

Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi

Angka D-W +2 berarti ada autokorelasi negatif

3. Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antarvariabel independen pada model regresi (Nisfiannoor, 2009). Model regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antar variabel satu dengan variabel lain. Variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain disebut variabel bergantung atau dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel yang dikategorikan sebagai cause atau penyebab dari berubahnya variabel yang lain (I Ketut Swarjana, 2012).

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain (Sujarweni, 2015). Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas jika:

1) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.

2) Titik-titik dan tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4) Penyebaran titik-titik data tidak berpola.

2.2.3. Pengaruh Antar Variabel

Berikut ini pengaruh antar variabel diantaranya analisis regresi linier berganda, pengujian hipotesis.

A. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai predikto dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi linier berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2 (Sugiyono, 2013).

Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y= a+b1X1+b2+ ...+bnXn

Keterangan:

Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X1 dan X2 = Variabel independen a = Nilai konstanta

b = Koefisiensi regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak.

B. Uji Hipotesis 1. Uji Parsial (Uji t)

Uji yang dikenal dengan uji parsial yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing – masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya.

Uji t bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh parsial (sendiri) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Sumber: Wiguna dan Saputra(2016) Keterangan:

α = Taraf signifikan 0,05 n = Banyaknya Sampel

Ttabel = t(α;n-k-1)

(6)

k = Banyaknya Variabel Bebas Dengan keterangan:

a. Taraf signifikan 0,05

b. Apabila nilai signifikan <0,05 atau Thitung >Ttabel Ha diterima dan H0

ditolak.

c. Apabila nilai signifikan >0,05 atau Thitung <Ttabel Ha ditolak dan H0

diterima.

2. Uji Serentak (Uji f)

Uji F dilakukan oleh penulis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat. Kegunaan dari uji F ini adalah untuk menguji apakah variabel perceived usefulness dan perceived ease of use secara simultan berpengaruh terhadap cariabel attitude toward using.

Dan dasar pengambilan dalam uji F ini harus dengan mengetaui nilai f tabel dengan menggunakan rumus f tabel.

Ftabel = F(k ; n-k-1) Keterangan:

n = Banyaknya Sampel

k = Banyaknya Variabel Bebas Dengan keterangan:

a. Taraf signifikan 0,05

b. Apabila nilai signifikan <0,05 atau Thitung >Ttabel Ha diterima dan H0

ditolak.

c. Apabila nilai signifikan >0,05 atau Thitung <Ttabel Ha ditolak dan H0

diterima.

3. Uji Rsquare

Uji Rsquare dilakukan penulis untuk mengetahui seberapa besarnya hubungan yang diberikan variabel bebas (X1) dan (X2) terhadap variabel terikat (Y) secara simultan (bersama-sama) dan besar pengaruh variabel lain yang berbeda diluar model ditentukan dengan menggunakan rumus dalam koefisien determinan sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

Keterangan:

KD = Nilai koefisien determinasi r2 = kuadrat koefisien korelasi

Untuk mengetahui seberapa besarnya nilai yang dipengaruhi variabel X1

dan X2 terhadap Y secara parsial dapat diketahui dari tabel correlations pada pearson correlation SPSS versi 21.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka model penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Sumber: Olah Data Penulis

Gambar III.3 Diagram Tahapan penelitian Maka Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis 1

Ho: Perceived Ease Of Use tidak berpengaruh signifikan terhadap Attitude Toward Using

Ha: Perceived Ease Of Use berpengaruh signifikan terhadap Attitude Toward Using

Hipotesis 2

Ha: Perceived Usefulness tidak berpengaruh signifikan terhadap Attitude Toward Using

Ho: Perceived Usefulness berpengaruh signifikan terhadap Attitude Toward Using

Hipotesis 3

Ha: Perceived Ease Of Use dan Perceived Usefulness tidak berpengaruh signifikan terhadap Attitude Toward Using

Ho: Perceived Ease Of Use dan Perceived Usefulness berpengaruh signifikan terhadp Attitude Toward Using

3. Hasil dan Pembahasan Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui relibel atau tidaknya pernyataan didalam kuesioner, sehingga jawaban responden terhadap pernyataan tersebut menjadi konsisten atau stabil.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach Alpha pada tabel Reliability Statistic yang sudah diolah menggunakan SPSS 21. Pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel IV.24.

ATU PU

PEO

(7)

Tabel IV.24 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbac

h Alpha

Standa r Alpha

Keteranga n Perceived

Usefulnes s

0,707 0,70 Reliabel Perceived

Ease of Use

0,770 0,70 Reliabel Attitude

Toward Using

0,729 0,70 Reliabel

Sumber: Data diolah penulis dengan IBM SPSS versi 21

Berdasarkan tabel IV.24 dinyatakan bahwa nilai Croncbach Alpha > 0,70 dan dapat disimpulkan semua variabel atau konstruk dalam penelitian adalah reliabel.

Uji Normalitas

Uji normalitas adalah analisis statistika untuk melihat data apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak normal. Hasil uji normalitas nampak pada gambar di bawah ini:

Gambar IV.5. Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data diolah penulis dengan IBM SPSS versi 21

Uji Multikolineritas

Multikolineritas artinya antara variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna atau koefisien kolerasinya tinggi. Model regesi yang baik adalah jika tidak terjadi korelasi antar variabel. Metode untuk menguji ada tidaknya multikolineritas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF). Batas nilai VIF adalah 10, apabila nilai VIF lebih dari 10 maka disimpulkan terjadinya multikolineritas. Hasil uji multikolineritas

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel IV.25

Hasil Pengujian Asumsi Multikolineritas

Sumber: Data diolah penulis dengan IBM SPSS 21

Berdasarkan tabel IV.25 nilai tolerance dan VIF yang diperoleh diatas menunjukan tidak ada kolerasi yang sangat kuat antara variabel bebas dimana nilai tolerance sebesar 0,394 > α dan nilai VIF sebesar 2,540 < 10, maka dapat disimpulkan tidak terdapat multikolineritas antara kedua variabel bebas.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidak samaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien- koefisien regresi tidak efisien dan hasil taksiran bisa dilihat kurang atau melebihi yang semestinya. Dengan demikian agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regrsi. Uji ini dilakukan untuk melihat pola scatterplot, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar IV.6. Hasil Heteroskedastisitas

(8)

Sumber: Data diolah penulis dengan IBM SPSS versi 21

Berdasarkan pola gambar IV.4 menjelaskan bahwa titik-titik data menyebar diatas dan dibawah angka nol, titik-titik data tidak hanya mengumpul diatas atau dibawah saja, penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, penyebaran titik-titik data tidak berpola. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh parsial (sendiri) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Sumber: Data diolah penulis dengan IBM SPSS 21

Berdasarkan tabel IV.30 tersebut diketahui nilai signifikan untuk pengaruh Perceived Usefulness terhadap Attitude Toward Using adalah sebesar 0,028 < 0,05 dan terlihat nilai hitung sebesar 2,274 > t tabel 1,678. Maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh X1 terhadap Y.

Uji Simultan (Uji f)

Uji F bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan (bersama- sama) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Tabel IV.29 Pengujian F Simultan

ANOVAa

Model Sum of Squar

es

df Mean Squa

re

F Sig .

1 Regr essio n

15,51 0

2 7,755 5,5 76

,00 7b Resi

dual

65,37 0

47 1,391

Total 80,88 0

49 a. Dependent Variable: ATU

b. Predictors: (Constant), PEOU, PU Perumusan Hipotesis 3 sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use terhadap Attitude Toward Using

H3 : Terdapat pengaruh

signifikan antara Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use terhadap Attitude Toward Using

Pengujian berdasarkan tabel IV.32 diketahui nilai signifikan untuk pengaruh X1

dan X2 secara simultan terhadap Y adalah sebesar 0,007 <0,05 dan nilai F hitung 5,576 > f tabel 3,20 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H3

diterima, sehingga hipotesis berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara variabel Perceived Usefulness (X1) dan Perceived Ease of Use (X2) terhadap Attitude Toward Using (Y) secara simultan (bersama-sama).

Uji Rsquare

Uji RSquare dilakukan untuk mengetahui besar hubungan secara simultan (bersama-sama) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dan besar pengaruh variabel lain diluar model.

Hasil dari uji Rsquare pada penelitian ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

(9)

Sumber: Data diolah penulis dengan IBM SPSS versi 21

Berdasarkan tabel IV.33 dapat dilihat Rsquare sebesar 0,192 artinya terdapat pengaruh Perceived Usefulness (X1) dan Perceived Ease of Use (X2) secara simultan terhadap Attitude Toward Using (Y) sebesar 0,192 atau dalam persentase sebesar 19,2% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang berasal dari luar model penelitian.

4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada anggota APTIKOM mengenai pengujian penerimaan aplikasi My APTIKOM, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi kemanfaatan (Perceived Usefulness) berpengaruh positif terhadap sikap pengguna (Attitude Toward Using) dengan tingkat hubungan 0,475 atau 47,5%. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi My APTIKOM dapat bermanfaat dan mengakomodir kebutuhan penggunanya.

2. Persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use) berpengaruh signifikan negatif terhadap sikap pengguna (Attitude Toward Using) dengan tingkat hubungan -0,049 atau - 0,49%. Pengaruh negatif tersebut menggambarkan bahwa pengguna tidak mengartikan persepsi kemudahan sebagai tolak ukur dalam menggunakan aplikasi My APTIKOM.

3. Semakin baik persepsi kemanfaatan (Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (Perceived of Use) secara simultan berpengaruh positif terhadap sikap pengguna (Attitude Toward Using) dengan tingkat hubungan Rsquare 0,192 = 19,2%.

4. Berdasarkan seluruh hasil penelitian yang dilakukan, aplikasi My APTIKOM dapat ditingkatkan lebih baik lagi. Dilihat

dari sisi kebermanfaatan, aplikasi My APTIKOM berhasil menjalankan fungsinya sebagai media informasi keanggotaan. Akan tetapi, dari persepsi kemudahan aplikasi My APTIKOM perlu adanya evaluasi terkait cara mengoperasikan dan atau mengaksesnya.

Referensi

Indrayana, B., Seminar, B. K., & Sartono, B.

(2016). Faktor Penentu Minat Penggunaan Instagram Untuk Pembelian Online Menggunakan Techonolgy Acceptance Model (TAM) dan Theory of Planned Behaviour (TPB). Aplikasi Bisnis dan Manajemen , 138-147.

Lusiono, F. E., & Suharman. (2017).

Analisis Penerimaan Aplikasi Siskeudes di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas. Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis, 163-172.

Marco, R. (2016). Analisis dan Evaluasi Sistem Informasi Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) :Studi Kasus STMIK AMIKOM Yogyakarta . Teknologi , 47-52.

Sahputra, S., & Siregar, F. H. (2016).

APLIKASI PAPAN INFORMASI DIGITAL FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKAN UNIVERSITAS ASAHAN. Journal of Computer Engineering, System and Science, 36-38.

Prasetio, T. R., Ramdhani, Y., Anshory, F.

I., Rismayadi, A. A., & Mubarok, A.

(2018). ANALISIS PENERIMAAN MICROSOFT OFFICE DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL PADA WARGA DESA KARYAMUKTI KECAMATAN CILILIN. JURNAL ABDIMAS BSI, 494-502.

Utami, Y., Nugroho, A., & Wijaya, F. A.

(2018). Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Pada Dinas Perindustrian Dan Tenaga Kerja Kota Salatiga.

JTIIK, 277-286.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pengeloaan data yang dilakukan menujukan bahwa perceived usefulness dan perceived ease of use mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap minat