• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2015"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Provinsi Jawa Timur cocok untuk diteliti lebih lanjut mengapa pengangguran bisa meningkat drastis. Bukan karena minimnya lapangan pekerjaan di provinsi Jawa Timur, tetapi juga karena jumlah penduduk yang besar juga menjadi kendala bagi pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran di daerah.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

Bab ini berisi populasi dan sampel, metode pengumpulan data, variabel penelitian dan metode analisis yang digunakan. Bab empat berisi hasil yang diperoleh dari penelitian tentang tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Timur, serta hasil regresi, pengujian hipotesis dan pembahasan.

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Kajian Pustaka

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara umum variabel bebas (pertumbuhan penduduk, inflasi, produk domestik bruto (PDB) dan upah) secara bersama-sama mempengaruhi tingkat pengangguran yang terjadi di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BRDP, inflasi dan tingkat beban penduduk menurut tingkat pengangguran yang terjadi di kota Semarang pada tahun tersebut.

Landasan Teori

  • Pengangguran
  • Upah
  • Inflasi
  • Tingkat Pertambahan Penduduk

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Menurut Sukirno, pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang aktif mencari pekerjaan, tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Pengangguran terselubung, yaitu pengangguran yang terjadi karena terlalu banyak tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan meskipun mengurangi jumlah output.

Pengangguran setengah adalah angkatan kerja yang tidak berfungsi secara optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu. Ada yang mengatakan bahwa tenaga kerja setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu atau kurang. Semakin tinggi dan kompleks proses produksi atau teknologi produksi yang digunakan, semakin tinggi kebutuhan tenaga kerja.

Occupational mismatch, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan yang dibutuhkan dengan kualifikasi pekerjaan yang tersedia pada suatu bidang tertentu. Geographic mismatch, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja antar wilayah.

Kerangka Pemikiran

Jumlah penduduk yang besar akan menurunkan taraf hidup masyarakat, apalagi jika jumlah penduduk tersebut berkaitan dengan luas lahan atau lahan pertanian yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Pertumbuhan populasi tampaknya memiliki peran dalam membentuk kemampuan suatu negara untuk menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitasnya untuk pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan. Jika pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan, kemungkinan sarana dan prasarana rumah tangga tidak akan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan hal ini mengakibatkan banyak masyarakat tidak dapat merasakan kesejahteraan.

Dalam rumusan masalah penelitian ditentukan pengaruh upah minimum, inflasi dan pertambahan penduduk terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Timur tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. melalui upah minimum, inflasi, PDR dan laju pertambahan penduduk sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut. Secara lebih rinci pengaruh UMR, inflasi, pertumbuhan penduduk terhadap tingkat pengangguran dapat dijelaskan pada gambar berikut.

Hal ini akan berdampak pada tingginya angka pengangguran akibat rendahnya kesempatan kerja akibat rendahnya investasi. Karena ada kecenderungan inflasi dan pengangguran meningkat (tidak ada trade-off), hal ini menunjukkan adanya perbedaan dari kurva Phillips dimana terjadi trade-off antara inflasi rendah dan pengangguran rendah (Nopirin, 2000).

Hipotesis Penelitian

METODE PENELITIAN

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Ada banyak alasan mengapa penggunaan data panel lebih baik untuk model regresi daripada data time-series atau cross-sectional. Jika data panel mengacu pada individu, perusahaan, negara, wilayah, dan lainnya pada waktu tertentu, maka datanya heterogen. Kombinasi time series dan data cross-sectional memberikan informasi yang lebih lengkap, beragam, kurang berkorelasi antar variabel, derajat kebebasan yang lebih besar, dan efisiensi yang lebih besar.

Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis daripada studi cross-sectional berulang. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang tidak dapat diukur dengan deret waktu atau data cross-sectional. Data panel membantu menganalisis perilaku yang lebih kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.

Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan dengan menggabungkan individu di seluruh perusahaan karena terdapat lebih banyak unit data.

Definisi Operasional Variabel

  • Variabel Dependen (Y)
  • Variabel Independen

UMR adalah penghasilan yang diterima pekerja dalam bentuk uang, yang tidak hanya mencakup komponen upah/gaji, tetapi juga lembur dan tunjangan tetap/reguler. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah pada waktu tertentu dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak orang yang menganggur atau kehilangan pekerjaan karena lapangan kerja yang diciptakan tidak memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya.

Metode Analisis yang Digunakan

  • Estimasi Regresi Data Panel
    • Common Effects Models (CEM)
    • Fixed Effects Models (FEM)
    • Random Effects Models (REM)
  • Pengujian Pemilihan Model
    • Chow Test
    • Langrange Multiplier
    • Hausman Test
  • Uji Statistik
    • Uji Determinasi (R 2
    • Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
    • Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t statistik)

Mengacu pada uji fixed effect (inflasi) variabel X1 menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur. Dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat inflasi bertanda positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur. Mengacu pada pengujian variabel fixed effect X3 (JPP) diperoleh nilai - koefisien 1,24E05 yang bertanda negatif, sedangkan probabilitasnya 0,3164 > α = 10%, maka variabel X3 tidak signifikan. ) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran di kabupaten tersebut. / Kota Jawa Timur.

Jika inflasi kabupaten/kota di Jawa Timur disebabkan oleh demand pull, maka tingkat inflasi akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Hasil pengujian dalam penelitian ini menginterpretasikan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap pengangguran di kabupaten/kota provinsi Jawa Timur. Hasil pengujian dalam penelitian ini menginterpretasikan upah minimum regional (UMR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran di kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur.

Hasil pengujian Laju Pertumbuhan Penduduk (PPG) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Untuk inflasi dan pertumbuhan penduduk, pemerintah tidak perlu khawatir karena dalam penelitian ini kenaikan atau penurunan pertumbuhan penduduk tidak akan mempengaruhi jumlah pengangguran di kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur.

HASIL DAN ANALISIS

Deskripsi Hasil Penelitian

  • Pengangguran
  • Inflasi
  • Upah Minimum Regional (UMR)
  • Jumlah Pertambahan Penduduk

Dalam penelitian yang penulis gunakan, data panel merupakan rangkaian tahun di lingkup Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur yang memiliki data pengangguran. Angka dan data yang penulis peroleh dalam penelitian ini diperoleh dari buku yang dipinjamkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Variabel yang penulis gunakan adalah 1 variabel terikat yaitu pengangguran, sedangkan 3 variabel bebas lainnya meliputi upah minimum regional (UMR), inflasi dan pertumbuhan penduduk total.

Pengangguran di Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang telah mencapai puluhan ribu jiwa merupakan masalah mendesak yang harus segera diselesaikan, karena dampak pengangguran akan sangat berbahaya bagi tatanan kehidupan masyarakat. Pada tahun 2011, pengangguran tertinggi di kota Surabaya sebanyak 75.954 orang, sedangkan yang terendah di kota Blitar sebanyak 2829 orang. Dari tahun 2012 sampai tahun 2015 tertinggi berada di Kota Surabaya, namun angka terendahnya berbeda.

Penulis menggunakan data inflasi untuk seluruh Provinsi Jawa Timur karena ada beberapa Kabupaten/Kota yang hanya melacak angka dari data inflasi pusat. 1 Tahun 1999 tentang upah minimum, terdapat dua jenis UMR tingkat I di provinsi dan UMR tingkat II di kota/kabupaten.

Hasil Uji Model Regresi Data Panel

  • Hasil Model Regresi
    • Estimasi Common Effect Models
    • Estimasi Fixed Effect Models
    • Estimasi Random Effect Model
    • Uji Chou
    • Uji Hausman

Nilai (R-squared) adalah 0,906539 yang berarti 90% variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat, sisanya 10% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil pengolahan data probabilitas kedua variabel UMR (X2) dan JPP (X3) signifikan, sedangkan variabel inflasi (X1) tidak signifikan. Penentuan (R-Square) sebesar 0,105689 artinya variabel bebas dapat menunjukkan 10% variabel terikat, 90% lainnya dijelaskan di luar model.

Uji ini mengamati p-value, jika p-value signifikan (kurang dari 5%) maka model yang digunakan adalah fixed effect sebaliknya jika lebih besar dari 5%, gunakan common effect estimasi. Dari hasil pengolahan didapatkan hasil F – Statistic adalah 0.0000 < α = 0.05, jadi yang dimaksud adalah menolak H0 dan menerima H1, maka hipotesis terbaik untuk pengujian adalah hipotesis fixed effect model. Uji Hausman mengikuti statistik Chi-Square dengan derajat kebebasan k dan k adalah jumlah total variabel independen.

Hasil uji Hausman menunjukkan nilai probabilitas 0,0065 < α = 0,05, yang dalam arti menolak H0 dan menerima H1, sehingga hasil ini mengatakan bahwa model terbaik adalah dengan menggunakan fixed effect.

Analisis Regresi

  • Uji F
  • Koefisien Determinasi (R2)
  • Uji t
  • Perbedaan antara kabupaten / kota

Hasil ini dikatakan tidak sesuai dengan teori Phillips yang menyatakan bahwa terdapat hubungan terbalik atau negatif antara tingkat upah dan tingkat pengangguran. Artinya tingkat pengangguran dapat kembali ke tingkat semula atau alamiah, sehingga hubungan antara inflasi dan pengangguran menjadi positif. Mengacu pada pengujian variabel dengan fixed effect X2 (UMR), nilai koefisiennya adalah 3,33E-06 yang bertanda positif, sedangkan probabilitasnya adalah 0,0603.

Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk tidak memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif, bisa saja disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tetapi tidak didukung oleh faktor lapangan kerja yang baik atau bisa juga disebabkan telah Hal ini disebabkan masih rendahnya jiwa kewirausahaan masyarakat yang disebabkan oleh sikap masyarakat yang masih rendah, sehingga berdampak pada rendahnya pengaruh tingkat pengangguran itu sendiri. Koefisien regresi inflasi sebesar 0,274686 yang artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara inflasi dan pengangguran, artinya jika terjadi kenaikan inflasi di Provinsi Jawa Timur sebesar 1%, maka tingkat pengangguran sebesar 0,274686 orang akan meningkat. Koefisien regresi JPP (pertambahan penduduk total) adalah -1.24E-05 yang mengartikan bahwa koefisien ini tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan penduduk dan pengangguran, artinya jika terjadi peningkatan penduduk sebesar 1 orang maka pengangguran akan berkurang sebesar 1,24E-05 orang.

Dari hasil tersebut terlihat bahwa tingkat pengangguran terendah terdapat di Kabupaten Pamekasan yaitu sebesar -6099714. Sedangkan tingkat pengangguran tertinggi ada di kota Surabaya yang memiliki angka 8587131, disusul wilayah Bojonegoro dengan angka 7521525.

Interpretasi dan pembahasan

  • Analisis pengaruh variabel inflasi dengan angka pengangguran
  • Analisis pengaruh variabel UMR dengan angka pengangguran
  • Analisis pengaruh variabel JPP dengan angka pengangguran

Hubungan positif dan tidak signifikan antara inflasi dan tingkat pengangguran yang diperoleh dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulyati (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan kausal antara inflasi dan pengangguran di Indonesia. Berdasarkan penelitian inflasi umum di Provinsi Jawa Timur selama 5 tahun, rata-rata dipengaruhi oleh kenaikan kebutuhan barang kebutuhan pokok, bukan oleh kenaikan permintaan seperti yang digambarkan oleh kurva Phillips, sehingga pengaruhnya adalah laju inflasi relatif terhadap tingkat pengangguran di kabupaten/kota tidak penting di Jawa Timur. Probabilitas yang diperoleh adalah 0,0603, yaitu kurang dari 10% (p < 𝛼), sehingga secara statistik variabel UMR berpengaruh signifikan terhadap Y (menolak H0 dan menerima H1). Jadi perhitungan fixed effect upah minimum regional mempengaruhi jumlah pengangguran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel UMR secara individual dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel pengangguran. UMR berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Timur, sedangkan Inflasi dan Pertumbuhan Total Penduduk (TPG) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Pemerintah Provinsi Jawa Timur khususnya di tingkat Kabupaten/Kota harus lebih memperhatikan faktor-faktor tersebut agar angka pengangguran di Provinsi Jawa Timur dapat ditekan dan dipertahankan.

Pemerintah harus membuat program-program untuk mengendalikan faktor-faktor tersebut agar kedepannya masyarakat Kabupaten/Kota di Jawa Timur dapat merasakan kesejahteraan. Pada penelitian yang akan datang, alangkah baiknya untuk menambah jumlah variabel atau mengganti variabel dengan faktor lain yang sejalan atau mencerminkan jumlah pengangguran di Provinsi Jawa Timur dan provinsi lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh tingkat pendidikan, pertumbuhan ekonomi, upah minimum,dan pertumbuhan penduduk terhadap

Objek dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2007-2021 dengan variabel yang mempengaruhinya yaitu pertumbuhan ekonomi,