• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH BAHASA SLANG TERHADAP EKSISTENSI BAHASA INDONESIA: MENJADI SEBUAH ANCAMAN ATAU BUKAN?

N/A
N/A
Miraa

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PENGARUH BAHASA SLANG TERHADAP EKSISTENSI BAHASA INDONESIA: MENJADI SEBUAH ANCAMAN ATAU BUKAN? "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BAHASA SLANG TERHADAP EKSISTENSI BAHASA INDONESIA: MENJADI SEBUAH ANCAMAN ATAU BUKAN?

Hayat bahasa di akal bangsanya ajal bahasa di keris bangsanya

Begitulah kiranya kutipan bait puisi yang ditulis oleh Sahrunizam Abdul Talib dalam Kumpulan Puisi Suara Bukit kepada Langit yang seolah-olah mewakili kondisi realitas eksistensi bahasa Indonesia saat ini. Hayat bahasa Indonesia ditentukan oleh akal bangsanya dan laksana memainkan keris bermata dua.

Eksistensi bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi pun dipengaruhi oleh penuturnya. Jika yang menuturkannya menggunakan akal sadar, tentu keberadaan bahasa Indonesia akan terjaga baik. Namun, apabila yang menuturkannya tidak menggunakan akal sadar maka eksistensi bahasa Indonesia akan terancam.

Sebelum membahas lebih lanjut berkenaan eksitensi bahasa Indonesia, diperlukan suatu pemahaman terlebih dahulu tentang hakikat dari bahasa itu sendiri.

Salah satu hakikat bahasa adalah bersifat dinamis. Artinya bahasa akan senantiasa berkembang menyesuaikan dengan zaman dan melahirkan variasi kata yang baru.

Sejalan dengan hal tersebut, saat ini zaman telah memasuki era society 5.0 yang melahirkan banyak teknologi baru yang lebih canggih – disebut juga era digitalisasi dan modernisasi. Digitalisasi dan modernisasi menjadi salah satu faktor munculnya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Semakin meluasnya jejaring komunikasi dan internet membuat para pengguna digital menjadi lebih mudah memperoleh bahasa dan kosakata baru yang menurutnya unik dan tidak kaku. Salah satu bahasa yang saat ini dikenal dan marak digunakan oleh pengguna digital maupun masyarakat Indonesia pada umumnya adalah bahasa slang. Hal ini mengakibatkan munculnya perubahan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian muncul berbagai pertanyaan, apa bahasa slang itu? Mengapa bahasa slang bisa muncul? Siapa saja penutur bahasa slang? Di mana saja bahasa slang digunakan? Bagaimana pengaruhnya terhadap eksistensi bahasa Indonesia?

Dan bagaimana kontribusi mahasiswa sebagai pionir perubahan dalam

(2)

mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul sebagai suatu respons kritis dari orang-orang yang berpikir.

Bahasa slang adalah bahasa yang tidak baku dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Bahasa slang pun diartikan sebagai bahasa yang terbentuk dengan tidak memperhatikan proses morfologisnya. Proses morfologis tersebut meliputi abreviasi atau pemendekan kata, afiksasi atau pengimbuhan kata, reduplikasi atau pengulangan kata, dan konversi atau perubahan kelas kata (Lestari, N.F.D., Sania, B., & Denafri, B., 2020: 115-128). Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa slang lebih dikenal sebagai bahasa gaul.

Kemunculan bahasa slang disebabkan oleh pesatnya informasi dan akses dunia digital yang menyebabkan masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian, muncullah kebiasaan kelompok masyarakat tertentu yang mengakronim dan mengombinasikan bahasa asing dengan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-harinya. Kebiasaan tersebut lambat laun tersebar ke berbagai telinga masyarakat luas dan kini telah dikenal akrab oleh berbagai kalangan masyarakat.

Di zaman ini, para kawula muda – generasi zillennial sangat up-to-date terhadap kemunculan berbagai bahasa baru – termasuk bahasa slang. Hal tersebut dapat dikuatkan dengan banyaknya generasi zillennial yang menggunakan bahasa slang. Bahasa slang ini biasa digunakan dalam situasi non-formal, seperti dalam komunikasi di media sosial atau percakapan sehari-hari yang bersifat santai.

Jika ditelusuri lebih dalam, banyak sekali ditemukan adanya bahasa slang di berbagai komentar maupun caption postingan suatu akun. Seperti penggunaan kata “mager” di komentar Tiktok pada akun @ciciyap. Kata “mager” merupakan akronim dari “malas gerak,” Untuk mengungkapkan makna malas mengerjakan sesuatu, sekarang lebih banyak menggunakan kata “mager” tersebut. Kemudian, penggunaan kata “sepowerfull” di caption akun Instagram @halolearn pun merupakan bukti dari penggunaan bahasa slang. Kata “sepowerfull” terdiri dari imbuhan prefiks se- dan kata powerfull dalam bahasa Inggris yang artinya kuat.

Penggunaan bahasa slang pun telah masuk ke ranah instansi pemerintah seperti penggunaan kata “kepo” dalam postingan akun Instagram @kemenkumhamri.

(3)

Dilansir dari situs resmi Kumparan, kata “kepo” tersebut merupakan akronim dari kalimat knowing every particular object yang bermakna mengetahui tiap objek tertentu. Kata “kepo” ini seringkali digunakan untuk menyatakan keingintahuan seseorang terhadap suatu hal. Tak dapat dipungkiri bahwa seiring dengan perkembangan zaman, bahasa slang ini pun semakin berkembang dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat bahkan instansi pemerintah.

Lalu kembali ke pertanyaan, bagaimana pengaruh bahasa slang terhadap eksistensi bahasa Indonesia? Apakah menjadi sebuah ancaman atau bukan?

Dilansir dari situs resmi Direktorat Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyebutkan bahwa Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Endang Aminudin Aziz menanggapi permasalahan ini. Aminudin – sapaannya, mengatakan bahwa bahasa slang bukan sebuah ancaman, tetapi justru beberapa kata dari bahasa tersebut dapat menambah perbendaharaan dan variasi kosakata bahasa Indonesia. Ada beberapa bahasa slang yang resmi menjadi anggota Kamus Besar Bahasa Indonesia setelah melalui proses selektif dan morfologi bahasa. Beberapa bahasa slang yang telah menjadi anggota Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut diantaranya “mager” dan

“baper”. “Mager” menurut KBBI adalah malas (ber)gerak; enggan atau sedang tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas, sedangkan “baper” menurut KBBI memiliki arti dibawa emosi; bereaksi berlebihan terhadap sesuatu.

Merespons tanggapan Aminudin, memang betul bahwa kehadiran bahasa slang dapat menambah perbendaharaan bahasa Indonesia. Namun, tak bisa dipungkiri bahwasanya bahasa slang saat ini lebih banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya generasi zillennial.

Sangat miris ketika melihat sebagian besar generasi zillennial lebih mengunggulkan bahasa slang dibandingkan bahasa persatuannya sendiri – bahasa Indonesia. Hal ini tentu dapat membuka celah terancamnya eksistensi bahasa Indonesia dan menjadi sebuah tantangan bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi para generasi bangsa dalam upaya menjaga eksistensi bahasa Indonesia tanpa harus memberhentikan perkembangan bahasa di zaman modernisasi ini.

(4)

Untuk menjawab tantangan tersebut, dibutuhkanlah sebuah aksi dan kontribusi nyata dari pionir perubahan, yakni para generasi zillennial itu sendiri.

Salah satu bagian dari generasi zillennial adalah para mahasiswa. Mahasiswa merupakan tonggak kejayaan suatu bangsa dan merupakan agent of change. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab mahasiswa untuk menjadi penggerak perubahan dan role model bagi masyarakat di sekitarnya.

Kontribusi mahasiswa dalam menjaga eksistensi bahasa Indonesia tanpa harus memberhentikan perkembangan bahasa saat ini yaitu dapat dimulai dari hal- hal kecil. Pertama, membudayakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bertutur kata dan berkomunikasi, baik dengan sesama mahasiswa, dosen, civitas akademika, maupun dengan masyarakat. Meskipun penggunaan bahasa slang diperbolehkan, tetapi sebagai mahasiswa Indonesia sudah sepatutnya tetap membudayakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pembudayaan bahasa Indonesia tersebut merupakan bagian dari penanaman kesadaran berbahasa Indonesia dan hal ini tentu harus dimulai dari diri mahasiswa itu sendiri. Jika dalam satu kelas saja semua mahasiswanya telah berhasil membiasakan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar maka akan menarik atensi mahasiswa lainnya untuk terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pula.

Kedua, menyesuaikan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa slang dengan kondisi, waktu, dan tempat. Maksudnya, mahasiswa harus tahu dan paham kapan ia harus menggunakan bahasa Indonesia dan kapan ia boleh menggunakan bahasa slang. Contohnya, ketika berada dalam kondisi formal maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sedangkan ketika berada di situasi non-formal maka diperbolehkan menggunakan bahasa slang dengan tetap mengindahkan bahasa Indonesia.

Ketiga, mahasiswa perlu menggali lebih dalam dan mengkritisi suatu variasi bahasa apakah termasuk ke dalam bahasa slang atau bukannya. Mahasiswa dapat memanfaatkan media sosial sebagai jembatan dalam mencari berbagai informasi terkait perkembangan variasi bahasa. Maka dari itu, diperlukan suatu rasa keingintahuan dan sikap kritis mahasiswa terhadap perkembangan bahasa slang di

(5)

zaman modernisasi ini. Tujuannya supaya mahasiswa dapat membatasi penggunaan bahasa slang. Bayangkan saja jika mahasiswa tidak mengetahui apapun perihal bahasa slang maka ketika mendengar kata atau istilah baru yang asing, kemungkinan besar mereka akan terus-menerus menggunakan kata tersebut dalam komunikasi sehari-harinya karena dirasa unik, menarik, dan lebih bergaya, tetapi tidak membudayakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Keempat, mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi untuk mengenalkan bahasa Indonesia dan membagikan edukasi terkait langkah bijak dalam penggunaan bahasa slang dan bahasa Indonesia kepada masyarakat luas bahkan sampai lingkup global. Teknologi yang sangat pesat ini memudahkan akses informasi ke seluruh dunia. Bahkan dengan ‘satu kali tekan’ tombol pencarian atau beranda di media sosial, bisa langsung muncul berbagai informasi maupun postingan dari berbagai orang di seluruh dunia. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa salah satu contoh dari produk teknologi adalah media sosial. Banyak sekali metode yang dapat dilakukan mahasiswa dalam mengenalkan bahasa Indonesia dan membagikan edukasi terkait langkah bijak dalam penggunaan bahasa slang dan bahasa Indonesia melalui media sosial ini. Contohnya dengan membuat konten edukasi terkait pentingnya melestarikan bahasa Indonesia tanpa harus memberhentikan perkembangan bahasa, mengadakan live sharing session di media sosial, dan mengadakan kuis pengetahuan berbahasa Indonesia dengan menggunakan fitur yang ada di platform digital seperti Instagram, Youtube, Tiktok, maupun yang lainnya.

Kelima, mahasiswa dapat memberikan edukasi dan pelatihan keterampilan berbahasa Indonesia secara langsung kepada masyarakat. Misalnya dengan mengadakan perlombaan atau program pelatihan berbahasa Indonesia dengan sasaran warga internal kampus maupun masyarakat umum. Biasanya, program tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam himpunan mahasiswa jurusan, para pengurus organisasi kampus, maupun panitia acara. Tujuannya yaitu untuk mewadahi para peserta supaya dapat mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, mahasiswa juga dapat terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi terkait kondisi, dinamika, dan

(6)

perkembangan dunia berbahasa saat ini. Salah satu pembuka jalan bagi turunnya mahasiswa ke masyarakat yaitu melalui program KKN (Kuliah Kerja Nyata).

Ketika KKN, mahasiswa akan hidup berdampingan secara langsung dengan masyarakat dan mengetahui kondisi nyata dari masyarakat. Mahasiswa dapat mengadakan seminar edukasi tentang pemberdayaan bahasa Indonesia dan cara mengatasi dinamika kebahasaan saat ini kepada masyarakat setempat dengan tujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, kehadiran bahasa slang sebagai wujud dari modernisasi ini bisa menjadi sebuah peluang serta kesempatan dalam menambah perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia, tetapi dapat pula menjadi ancaman bagi eksistensi bahasa Indonesia itu sendiri. Hal tersebut bergantung kepada bagaimana kontribusi masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa dalam menciptakan keselarasan dan keseimbangan dalam berbahasa. Prinsip yang harus dipegang ketika menghadapi sebuah tantangan berbahasa adalah “Mulailah untuk terbuka dalam berpikir dan berusaha untuk mencari jalan tengah yang solutif.”

Dengan demikian, penggunaan bahasa slang akan berjalan selaras dan seimbang dengan pemberdayaan bahasa Indonesia.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Indrayadi. (2022). Sebanyak 20 Kosakata Bahasa Slang Jadi Warga KBBI.

[Online]. Tersedia dalam

https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2022/10/sebanyak-20 kosakata-bahasa-slang-jadi-warga-kbbi/

Kumparan. (2022). Arti Kepo dan Bahasa Gaul yang Sering Diucapkan Generasi Milenial. [Online]. Tersedia dalam https://kumparan.com/berita-hari- ini/arti-kepo-dan-bahasa-gaul-yang-sering-diucapkan-generasi-milenial- 1xYNjbEb78E/1

Lestari, N.F.D., Sania, B., & Denafri, B. (2020). Proses Morfologis Bahasa Slang di Kalangan Teknisi Handphone. In Seminar Nasional Bahasa Dan Sastra Indonesia Unpam. (pp. 115-128).

Reads Good. (2023). Kumpulan Puisi Suara Bukit kepada Langit Quotes. [Online].

Tersedia dalam https://www.goodreads.com/work/quotes/33843310- kumpulan-puisi-suara-bukit-kepada-langit.

SMP Pengelola Web Direktorat. (2021). Eksistensi Bahasa Indonesia di Tengah Ancaman Bahasa Asing dan Bahasa Gaul. [Online]. Tersedia dalam https://ditsmp.kemdikbud.go.id/eksistensi-bahasa-indonesia-di-tengah- ancaman-bahasa-asing-dan-bahasa-gaul/

(8)

BIODATA PENULIS

Nama : Mira Nur Arifah

Kelas : C

Jurusan : Pendidikan Biologi Instansi : Universitas Siliwangi

Alamat : Perum Grand Cicantel, Blok B. 56, Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya

Email : miranuraripah@gmail.com No. Telepon : 085861274860

Referensi

Dokumen terkait