• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI

PENDAPATAN DI INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Aditya

NIM. 175020104111008

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2020

Atu Bagus Wiguna Acc penulisan

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA

Yang disusun oleh :

Nama : Aditya

NIM : 175020104111008

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 20 April 2020.

Malang, 8 Mei 2020 Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA.

NIP. 197101111998021001

(3)

Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Indonesia

Aditya

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: justadith@student.ub.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari desentralisasi fiskal, yang diwakili oleh Derajat Desentralisasi Fiskal, serta variabel lain yang mewakili karakteristik daerah yaitu PDRB yang mewakili kondisi ekonomi daerah, total populasi yang mewakili kondisi demografi daerah, dan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) yang mewakili kondisi sosial politik daerah terhadap tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang diwakili oleh Gini Ratio (GR). Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan model Fixed Effect. Hasil penelitian menunjukkan Derajat Desentralisasi Fiskal tidak berpengaruh signifikan terhadap GR dikarenakan pengelolaan keuangan daerah yang masih belum efektif. PDRB berpengaruh negatif signifikan terhadap GR. IDI berpengaruh positif signifikan terhadap GR. Sedangkan Total Populasi tidak berpengaruh signifikan terhadap GR.

Kata kunci: desentralisasi fiskal, ketimpangan pendapatan, PDRB, populasi, Indeks DemokrasiIndonesia.

A. PENDAHULUAN

Ketimpangan distribusi pendapatan yang tergambar dalam gini gatio merupakan salah satu dari beberapa target pembangunan yang harus dicapai oleh pemerintah Indonesia yang tercantum dalam UU APBN di setiap tahunnya. Berbeda dengan jumlah penduduk miskin yang terus mengalami penurunan, tingkat ketimpangan di Indonesia justru terus berada di angka yang stagnan bahkan meningkat di beberapa tahun belakangan. Pada tahun 2014 tingkat ketimpangan berada di titik puncaknya yaitu pada angka 0,414 dimana tingkat ketimpangan tersebut sudah memasuki kategori ketimpangan sedang dan harus ditingkatkan kewaspadaannya untuk menghindari ketidakstabilan di masyarakat. Setelah tahun 2014 angka ketimpangan terus mengalami perbaikan namun tidak menunjukan perubahan yang patut dibanggakan. Pada tahun 2018 angka ketimpangan mencapai angka 0,384, sementara target awal yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0,38.

Gambar 1. Perbandingan Tingkat Kemiskinan dengan Gini Ratio

Sumber: BPS, 2019 (diolah)

Pada tahun 2019 Indonesia menargetkan angka ketimpangan akan turun mencapai angka 0,38, namun untuk mencapai angka tersebut terdapat beberapa provinsi yang harus diberikan perhatian lebih dikarenakan pada tahun 2018 memiliki tingkat ketimpangan yang masih tinggi di atas target yang ditentukan. Provinsi-provinsi tersebut antara lain : DKI Jakarta dengan GR 0,39, Jawa Barat dengan GR 0,405, DI Yogyakarta dengan GR 0,422, Gorontalo dengan GR 0,417, Papua dengan GR 0,398, Sulawesi Tenggara dengan GR 0,392, Papua dengan GR 0,398 dan Papua Barat dengan GR 0,391.

14,15 13,33 12,49 11,66 11,47

10,96 11,13 10,70 10,12 9,66 0,367 0,378 0,388 0,413 0,406 0,414 0,402 0,394 0,391 0,384

0,200 0,400 0,600 0,800 1,000

0,00 5,00 10,00 15,00

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Penduduk Miskin (%) Gini Rasio

(4)

Pada tahun 2018, masalah ketimpangan diangkat menjadi tema pembahasan dalam acara Indonesia Development Forum (IDF) pada tanggal 10-11 Juli 2018 di Jakarta. Acara yang digelar oleh Kementerian PPN/Bappenas Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative (KSI) ini mengusung tema “Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago”. Salah satu pembahasan dalam forum tersebut dikatakan bahwa dibutuhkannya peningkatan pertumbuhan Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia sebagai upaya untuk mengurangi ketimpangan dengan pendekatan yang baik dan inovatif yang disesuaikan dengan karakteristik budaya masyarakat lokal.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia guna mwujudkan pemerataan ekonomi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan menerapkan otonomi daerah dan desentralisasi pada sistem pemerintahannya dan juga pengelolaan anggaran negara melalui desentralisasi fiskal. Khusaini, 2018 menyebutkan bahwa desentralisasi merupakan sebuah bentuk pelimpahan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber daya dari pemerintah pusat ke level pemerintahan daerah sementara desentralisasi fiskal merupakan salah satu wujud pelaksanaan otonomi dalam aspek pengelola keuangan daerah. Dengan adanya desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk menggali sumber-sumber penerimaan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dengan begitu diharapkan sumber penerimaan daerah dapat diserap dengan maksimal sehingga dapat mendukung pelaksanaan pembangunan yang ada di daerahnya.

Akai dan Sakata pada tahun 2005 melakukan penelitian yang berjudul Fiscal Desentralization, Commitment and Regional Inequility: Evidence from State-Level Cross-sectional Data for United States untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap ketimpangan regional di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa desentralisasi fiskal dan tingkat pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan, sementara PDRB per kapita dan populasi berpengaruh positif dan siginifikan. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ezcurra dan Pascual pada tahun 2006 yang berjudul Fiscal Decentralization and Regional Disparities: Evidence from Several European Union Countries dimana pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa desentralisasi fiskal memliki kolerasi negatif terhadap tingkat ketimpangan distribusi pendapatan.

B. KAJIAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Boediono (1992:1-2) mengartikan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi secara nasional dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan untuk tingkat provinsi atau daerah maka indikator yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sumitro (1987) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi bertumpu pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan pembangunan ekonomi mengandung pengertian yang lebih luas dan mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Todaro (2011:18) menjelaskan bahwa pembangunan dipandang sebagai proses multidimensi yang melibatkan berbagai perubahan mendasar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan lembaga nasional; serta percepatan pertumbuhan, pengurangan ketimpangan, dan penanggulangan kemiskinan.

Tiga tujuan inti pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) diantaranya :

1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup yang pokok seperti : pangan, sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan.

2) Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materiil melainkan juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

3) Perluasan pilihan-pilihan dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau negara bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

(5)

Teori Ketimpangan

Williamson (Hartono, 2008 ) menyatakan bahwa ketimpangan pembangunan antar daerah dengan pusat dan antar daerah dengan daerah lain adalah merupakan suatu yang wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan pembangunan antar daerah. Daerah dengan sumber daya yang melimpah akan mempunyai modal yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonominya, sementara daerah dengan sumber daya terbatas harus bisa memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya agar lebih efektif sehingga pertumbuhan ekonominya tidak jauh tertinggal dengan daerah lain.

Peroux dalam Arsyad (1999), mengemukakan sebuah teori Pusat Pertumbuhan (Pole Growth) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang bersamaan, pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Selanjutnya, timbul daerah yang relatif maju akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif

Kuznets (Kuncoro, 2006), dalam kurva “U terbalik”, mengatakan bahwa distribusi pendapatan akan tidak merata pada tahap awal pembangunan, namun setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu distribusi pendapatan akan semakin merata.

Desentralisasi Fiskal

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Feruglio dan Anderson (2008) dalam Khusaini (2018), desentralisasi fiskal mengacu pada dimensi keuangan publik dari hubungan antar pemerintah. Khanal (2018) menyampaikan pilar desentralisasi fiskal meliputi : 1) Pelimpahan kewenangan penarikan pendapatan (revenue assignment).

2) Pelimpahan kewenangan belanja (expenditure assignment).

3) Dana transfer (intergovernmental fiscal transfer).

4) Pinjaman daerah (local borrowing).

C. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif asosiatif.

Tempat dan Waktu Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebanyak 8 (delapan) provinsi dengan periode penelitian dimulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018.

Tempat dan Waktu Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebanyak 8 (delapan) provinsi dengan periode penelitian dimulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Untuk memberikan kesamaan pemahaman terhadap variabel independen maupun variabel dependen dalam penelitian pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia, maka diperlukan suatu definisi operasional variabel, yakni :

1) Tingkat ketimpangan/Gini Ratio merupakan ukuran ketimpangan ekonomi penduduk suatu daerah.

Ketimpangan <0,4 ternasuk dalam kategori ketimpangan rendah, 0,4-0,5 ternasuk dalam kategori ketimpangan sedang, >0,5 termasuk kategori ketimpangan tinggi, dan 1 menunjukan ketimpangan sempurna. Di dalam model digunakan sebagai variabel denpenden.

2) Derajat Desentralisasi Fiskal antara pemerintah pusat dan daerah dapat dipelajari dengan melihat besarnya derajat desentralisasi fiskal suatu daerah. Derajat dsentralisasi fiskal diperoleh dari pendapatan asli daerah dibagi total penerimaan daerah dikalikan seratus persen.

3) Produk Domestik Regional Bruto menggambarkan tingkat kemakmuran ekonomi daerah. PDRB merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDRB dalam penelitian ini adalah PDRB atas harga konstan dan dinyatakan dalam rupiah.

(6)

4) Total Populasi adalah jumlah seluruh penduduk yang berdomisili di tiap provinsi. Jumlah penduduk diperoleh dari hasil BPS.

5) Indeks Demokrasi Indonesisa (IDI) merupakan Indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga Demokrasi (Institution of Democracy). Metodologi penghitungan IDI menggunakan 4 sumber data yaitu: review surat kabar lokal, review dokumen (Perda, Pergub, dll), Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara mendalam.

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis data panel dengan model Fixed Effect, sesuai dengan hasil uji Chow dan Hausman yang telah dilakukan. Model estimasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

𝑮𝑹𝒊𝒕= 𝜶 + 𝜷𝟏𝑫𝑫𝑭𝒊𝒕+ 𝜷𝟐𝒍𝒏𝑷𝑫𝑹𝑩𝒊𝒕+ 𝜷𝟑𝒍𝒏𝑻𝑷𝒊𝒕+ 𝜷𝟒𝑰𝑫𝑰𝒊𝒕+ 𝜺𝒊𝒕

Dimana :

GR = Gini Rasio

DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal

PDRB = Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) (dalam logaritma natural) TP = Total Populasi (dalam logaritma natural)

IDI = Indeks Demokrasi Indonesia

α = Konstanta

β (1..4) = Koefisien variabel bebas

ε = error terms

D. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Chow

Tabel 1. Hasil Uji F/ Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 4,883111 (7,36) 0.0006

Cross-section Chi-square 32,043349 7 0.0000

Sumber: olah data menggunakan Eviews 10

Prob. Cross-section F adalah sebesar 0,0006 atau kurang dari alpha (0,0006 < 0,05), dengan demikian model yang digunakan dalam regresi data panel adalah dengan menggunakan teknik estimasi Fixed Effect.

Hasil Uji Haussman

Tabel 2. Hasil Uji Hausman

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 18,330798 4 0,0011

Sumber: olah data menggunakan Eviews 10

Prob. Cross-section random adalah sebesar 0,0011 atau kurang dari alpha (0,0011 < 0,05), dengan demikian model yang digunakan dalam regresi data panel adalah dengan menggunakan teknik estimasi Fixed Effect.

Uji Multikolinearitas

Tabel 3. Korelasi Antarvariabel dalam Model

Coefficient Variance Uncentered VIF Centerd VIF

C 6,224577 1342897, NA

DDF 7,86E-07 217.4262 1,852929

PDRB 0,003857 119954,5 8,543357

TP 0,041972 2113879, 6,321332

(7)

Coefficient Variance Uncentered VIF Centerd VIF

IDI 3,34E-07 358,3720 1,331894

Sumber : Olah data dengan Eviews 10

Tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat unsur multikolinearitas dalam model tersebut.

Uji Heterokedastisitas

Tabel 4. Uji Signifikansi Parsial antara Variabel Independen dengan Residual Absolut Variabel

Independen

Prob. Keterangan

DDF 0,1659 Prob. > α 5%, DDF tidak signifikan secara statistik terhadap residual absolut

PDRB 0,1462 Prob. > α 5%, PDRB tidak signifikan secara statistik terhadap residual absolut

TP 0,4113 Prob. > α 5%, TP tidak signifikan secara statistik terhadap residual absolut

IDI 0,0851 Prob. > α 5%, IDI tidak signifikan secara statistik terhadap residual absolut

Sumber : Olah data dengan Eviews 10

Tidak ada variabel independen yang berkorelasi secara signifikan terhadap residual absolut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian residual bersifat homoskedastis atau tidak terdapat unsur heterokedastisitas dalam model.

Uji Normalitas

Nilai Prob. dari uji normalitas adalah sebesar 0,709360. Nilai Prob. tersebut lebih besar dari α 5%, sehingga Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa residual dari model memiliki distribusi normal.

Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil regresi fixed effect nilai koefisien determinasi/ R-squared yang didapatkan adalah sebesar 0.552831. Nilai ini bermakna bahwa variabel DDF, TP, PDRB, dan IDI berkontribusi dalam menggambarkan 55,28 persen GR. Sedangkan sisanya sebesar 44,72 persen dijelaskan oleh variabel- variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model.

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Tabel 5. Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0,747744 2,494910 0,299708 0,7661

DDF -0,001251 0,000887 -1,411368 0,1667

lnPDRB -0,149403 0,062103 -2,405727 0,0214*

lnTP 0,091096 0,204869 0,444655 0,6592

IDI 0,001565 0,000578 2,709853 0,0102*

Sumber : Olah data dengan Eviews 10

Persamaan ekonometrika yang didapatkan adalah sebagai berikut :

GRit = 0.747744 -0.001251 DDF - 0.149403 lnPDRB + 0.091096 lnTP + 0.001565 IDI + εit Untuk melihat pengaruh parsial dari setiap variabel independen maka hal yang harus dilakukan adalah membandingkan nilai Prob. dengan nilai α yang digunakan. Hipotesis nol diterima apabila nilai Prob.

variabel tersebut > dari nilai α. Sedangkan apabila nilai Prob. < α maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Penelitian ini menggunakan nilai α sebesar 5% atau 0,05.

1) DDF berpengaruh negatif tidak signifikan secara statistik terhadap GR.

2) LnPDRB berpengaruh negatif signifikan secara statistik terhadap GR.

3) LnTP berpengaruh positif tidak signifikan secara statistik terhadap GR.

4) IDI berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap GR.

Pengujian Simultan (Uji F)

Hasil regresi fixed effect menunjukkan bahwa nilai prob.F sebesar 0,000694. Nilai prob. F tersebut lebih kecil dari nilai alpha 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel DDF, TP, PDRB, dan IDI secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel GR.

(8)

Pengaruh DDF terhadap GR

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa DDF tidak berpengaruh signifikan terhadap GR, namun apabila ditinjau dari tanda koefisien, maka DDF mempunyai pengaruh negatif terhadap GR. Temuan tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akai dan Sakata (2005). Rendahnya tingkat kemandirian fiskal yang dimiliki oleh beberapa daerah dapat diindikasikan sebagai penyebab tidak signifikannya pengaruh DDF terhadap GR di suatu daerah. Selain itu, pengelolaan keuangan daerah yang kurang baik juga dapat menjadi indikator tidak signifikannya pengaruh DDF terhadap GR.

Berdasarkan Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal Badan Litbang Depdagri dan Fispol UGM, selama tahun 2013-2018 Provinsi DI Yogyakarta dan Sulawesi Selatan memiliki rata-rata DDF dengan kategori baik, antara 40-50 persen. Provinsi Sulawesi Tenggara dan Gorontalo memiliki rata-rata DDF dengan kategori sedang. Sedangkan Papua dan Papua Barat dinilai memiliki rata-rata DDF dengan kategori rendah. Rendahnya DDF tersebut menunjukan bahwa suatu daerah belum cukup mandiri untuk membiayai keperluan daerahya sehingga masih sangat bergantung kepada dana transfer dari APBN.

Menilai baik buruknya pengelolaan keuangan daerah dapat dilihat berdasarkan proses perencanaan mupun pelaksanaan anggarannya. Pada proses perencanaan, belanja daerah dinilai memiliki kualitas baik apabila memfokuskan pengalokasian belanja daerahnya pada pos belanja modal. Belanja modal merupakan belanja yang digunakan untuk berbagai proyek strategis nasional di bidang infrastruktur misalnya seperti pembangunan jalan dan jembatan. Belanja ini sangat penting manfaatnya terhadap kesejahteraan masyarakat jangka panjang, di antara jenis belanja lainnya. Menurut Lopez (2010) dalam tulisannya yang berjudul “Pro-growth, pro-poor : Is there a trade-off?”, infrastruktur publik merupakan kebijakan yang dapat meningkatkan pertumbuhan sekaligus menurunkan ketimpangan. Begitu pentingnya belanja modal untuk pembangunan infrastruktur terhadap kesejahteraan masyarakat jangka panjang, namun pada kenyataannya bahwa proporsi belanja modal hanya bekisar 8-25% dari total belanja daerah tiap tahunnya.

Salah satu objek yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pelaksanaan anggaran yaitu dilihat dari besarnya SiLPA yang terbentuk dari hasil realisasi anggaran daerah tiap tahunnya. Realisasi anggaran di tiap-tiap provinsi masih belum maksimal melihat masih adanya SiLPA di setiap tahunnya. SiLPA tertinggi dimiliki oleh provinsi DKI Jakarta hingga mencapai angka hingga 13 triliun di tahun 2018.

Besarnya SiLPA tersebut menunjukan bahwa tidak maksimalnya kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat juga menjadi tidak maksimal.

Pengaruh PDRB terhadap GR

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa PDRB berpengaruh signifikan terhadap GR, dan apabila ditinjau dari tanda koefisien, maka PDRB mempunyai pengaruh negatif terhadap GR. Setiap peningkatan 1% PDRB akan diikuti dengan penurunan GR sebesar 0,15 ceteris paribus. Kuznets (Kuncoro,2006), mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang digambarkan dalam angka PDRB memiliki dua jenis korelasi terhadap tingkat ketimpangan. Dalam kurva Kuznets “U terbalik”

tergambarkan bahwa tingkat ketimpangan akan meningkat di awal masa pertumbuhan ekonomi, dan menurun seiring perkembangan ekonomi. Hal tersebut menggambarkan bahwa pergerakan korelasi antara PDRB dan GR dari penelitian ini terjadi pada tahap akhir pertumbuhan ekonomi.

Amos (1988) mengembangkan teori kurva “U terbalik” Kuznet dan menyatakan bahwa pola “U terbalik” akan terus berlangsung secara berkelanjutan seiring berkembangnya pertumbuhan ekonomi. Di saat pola “U terbalik” sudah terbentuk dengan sempurna, maka ketimpangan akan kembali meningkat seiring adanya pertumbuhan ekonomi. Perbedaan tahap pertumbuhan yang terjadi di masing-masing daerah akan menunjukan tingkat ketimpangan yang berbeda pula. Hal tersebut menandakan bahwadari hasil penelitian ini, kita tidak dapat menyimpulkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya akan terus memberikan dampak baik terhadap kesejahteraan masyarakat karena pada titik tertentu pertumbuhan ekonomi dapat kembali meningkatkan ketimpangan distribusi pendapatan.

DKI Jakarta memiliki rata-rata PDRB terbesar dibandingkan dengan provinsi lainnya selama periode 2013-2018. DKI Jakarta mempunyai rata-rata PDRB terbanyak mencapai angka 1.506 triliun rupiah selama 2013-2018. Posisi kedua ditempati oleh provinsi lain di Pulau Jawa yaitu Jawa Barat dengan rata-rata PDRB sebesar 1.248 triliun rupiah. Rata-rata PDRB yang dimiliki oleh DI Yogyakarta hanya sebesar 86,1 triliun rupiah, cukup rendah apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa.

Posisi terakhir ditempati oleh Gorontalo dengan rata-rata PDRB yang hanya sebesar 22 triliun rupiah.

(9)

Pengaruh TP terhadap GR

Hasil dari uji ragresi dalam penelitian ini menunjukan bahwa jumlah penduduk/total populasi (TP) tidak berpengaruh signifikan terhadap GR, namun apabila ditinjau dari tanda koefisien, maka TP mempunyai pengaruh positif terhadap GR pada provinsi-provinsi di Jawa Tengah. Pengaruh yang tidak signifikan dari TP terhadap GR dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas yang dimiliki masyarakat.

Untuk menilai kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu daerah dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Pada tahun 2018 DKI Jakarta berhasil meningkatkan IPM ke kategori sangat tinggi yaitu sebesar 80,47. Untuk IPM kategori tinggi dimiliki oleh provinsi DI Yogyakarta, dan disusul oleh Sulawesi Sulatan dan Sulawesi Tenggara di tahun 2017. Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memasuki IPM kategori sedang, sementara Papua memiliki IPM kategori rendah. Dari beragamnya tingkat IPM di tiap provinsi tersebut menunjukan bahwa adanya ketimpangan yang terjadi di berbagai daerah untuk masyarakat dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

RLS merupakan salah satu komponen indeks pendidikan yang menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. provinsi DKI Jakarta memiliki jenjang RLS terlama di antara provinsi lainnya yaitu selama 10-11 tahun. RLS provinsi lainnya berada di bawah 10 tahun sementara Papua memiliki RLS terpendek yaitu selama 6-7 tahun. Hal tersebut dinilai cukup rendah, melihat pemerintah sudah berupaya dalam melaksanakan berbagai program untuk terciptanya gerakan wajib belajar 9 tahun sejak 1994, dan ditingkatkan menjadi 12 tahun pada 2015. Pada Nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo tahun 2014, disebutkan agenda pokok kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, salah satunya dengan program “Indonesia Pintar” melalui wajib belajar 12 tahun tanpa dimintai pungutan biaya.

Pengaruh IDI terhadap GR

Hasil penelitian ini menujukan bahwa IDI berpengaruh signifikan terhadap GR. Namun, apabila dilihat dari tanda koefisien yang bernilai positif, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh North (1990). Peningkatan IDI di suatu daerah akan memberikan dampak baik pada perekonomian masyarakat namun juga apabila semakin tinggi kebebasan berdemokrasi akan memberikan dampak buruk terhadap pemerataan. Seperti teori yang sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, menurut North (1990) lembaga merupakan aturan main di dalam masyarakat untuk membuat batasan dalam melakukan interaksi. Pemerintah sebagai regulator bertugas untuk memberikan batasan dalam masyarakat agar terciptanya suatu kestabilan. Keynes (1930) mengemukakan teori mengenai pentingnya kebijakan intervensi pemerintah untuk menghindari terjadinya mekanisme pasar yang tidak efektif dan efisien.

Teori Keynes tersebut muncul karena teori kebebasan pasar yang ditawarkan oleh Adam Smith (1776) masih memiliki banyak kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan pribadi sebesar-besarnya. Hal tersebut nantinya akan berdampak pada melebarnya kesenjangan ekonomi yang terjadi antar masyarakat.

Salah satu upaya pemerintah dalam membatasi dan menjaga kestabilan demokrasi, khususnya bidang ekonomi, di Indonesia yaitu dengan pembentukan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) yang bertugas untuk menjaga iklim persaingan usaha di Indonesia tetap berjalan secara sehat sehingga terhindar dari praktek-praktek merugikan seperti praktek monopoli dan kartel. KPPU adalah lembaga independen yang memiliki tugas utama melakukan penegakan hukum persaingan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Sejak didirikan tahun 2000, KPPU sudah menangani berbagai kasus persaingan usaha tidak sehat yang terjadi di Indonesia.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik sebagai jawaban atas rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1) Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Gini Rasio (GR).

Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akai dan Sakata (2005). Pengaruh yang tidak signifikan disebabkan oleh pengelolaan keuangan daerah yang

(10)

dinilai masih kurang baik, dilihat dari alokasi belanja yang didominasi oleh belanja pegawai sedangkan alokasi belanja modal masih mendapat porsi yang sedikit. Selain itu juga dari sisi realisasi masih terdapat SiLPA yang cukup besar di setiap tahunnya menandakan penyelenggaraan anggaran yang tidak efektif dan efisien.

2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Gini Rasio (GR). Hasil tersebut kurang sesuai dengan hipotesis awal dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akai dan Sakata (2005). Meskipun demikian, hasil tersebut masih sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kuznet (Kuncoro,2006). Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi PDRB suatu daerah maka GR akan semakin rendah.

3) Total Populasi (TP) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Gini Rasio (GR). Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akai dan Sakata (2005).

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Malthus (1798), pengaruh yang tidak signifikan disebabkan oleh kualitasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah. Hal tersebut terlihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua yang termasuk dalam kategori rendah. Dari kualitas pendidikan yang tergambar dalam Rata-rata Lama Sekolah (RLS) juga masih tergolong rendah dimana mayoritas provinsi masih di bawah rentang 10 tahun.

4) Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) berpengaruh positif signifikan terhadap Gini Rasio (GR). Hasil tersebut kurang sesuai dengan hipotesis awal dan teori yang dikemukakan oleh North (1990). Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi IDI suatu daerah maka GR akan semakin meningkat. Pengaruh positif tersebut disebabkan masih adanya para pemburu rente yang memanfaatkan kebebasan demokrasi. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) dibentuk oleh pemerintah dalam memberantas praktik kecurangan yang terjadi dalam kegiatan persaingan usaha di Indonesia. Setiap tahunnya KPPU berhasil mengatasi ratusan berbagai perkara praktik usaha tidak sehat di Indonesia.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan yang telah dipaparkan, beberapa saran yang dapat disampaikan untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan adalah sebagai berikut :

1) Pemerintah daerah lebih memfokuskan pengalokasian belanja pada belanja modal dan infrastruktur.

Perbaikan infrastruktur dapat memberikan kemudahan masyarakat untuk mengakses berbagai sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal ekonomi mereka dan meningkatkan taraf hidupnya.

2) SiLPA yang sangat besar, terutama di provinsi DKI Jakarta, dapat memberikan stigma buruk kepada masyarakat terhadap kualitas kinerja pemerintah daerah. Hal tersebut juga dapat menunjukan bahwa terdapat banyak program pemerintah yang tidak dapat terealisasi sehingga manfaatnya tidak bisa diterima oleh masyarakat. Pemerintah daerah harus lebih bertanggung jawab dalam menyusun rancangan anggaran agar dapat dipertanggung jawabkan dengan baik dalam pelaksanaannya sehingga masyarakat dapat menerima manfaat dengan maksimal.

3) Rendahnya PDRB per kapita DI Yoyakarta harus diberikan perhatian khusus oleh pemerintah pusat karena terpaut cukup rendah dibandingkan dengan daerah lain di sekitarnya. Rendahnya PDRB tersebut pada akhirnya memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat daerahnya.

4) Pemerintah daerah seharusnya mengalokasikan proporsi anggaran yang lebih besar dari ketentuan yang diamanatkan dalam undang-undang, yaitu sebesar 20%. Peningkatan dan perbaikan sekolah, ruang kelas, peralatan belajar mengajar merupakan kunci peningkatan pendidikan. Selain itu, peningkatan kesejahteraan guru dapat menjaga fokus guru dalam mendidik siswa sehingga berdampak pada peningkatan angka Rata-rata Lama Sekolah.

5) Penguatan lembaga seperti KPPU harus ditingkatkan, dimana pada saat ini revisi UU No 5 Tahun 1999 masih dalam tahap pembahasan dan diharapkan segera selesai mengingat perkembangan jaman sekarang semakin pesat. Diharapkan KPPU tidak tertinggal dan segera menyesuaikan diri dengan segala bentuk perkembangan persaingan usaha di Indonesia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhannahu Wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan jurnal ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima

(11)

kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga jurnal ilmiah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA., Bapak Dr. Susilo, SE., MS., dan Bapak Setyo Tri Wahyudi, SE., MEc., Ph.D., yang telah membantu penulis dalam memberikan arahan dan masukan perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Akai, Nobuo dan Masayo Sakata. 2005. Fiscal Decentralization, Commitment, and Regional Inequality:

Evidence fram Statel-level Cross-sectional Data for the United States. CIRJE F-Series. Diakses dari http://www.e.u-tokyo.ac.jp/cirje/research/ 03research02dp.html pada 14 Oktober 2019.

Amos, O. M., 1988. Unbalanced regional growth and regional income inequality in the latter stages of development. Regional Science and Urban Economics, 18 (4): 549-566. Diakses dari https://www.sciencedirect.com/ science/article/abs/pii/ 0166046288900269 pada 14 Oktober 2019.

Apriesa, Fajar dan Miyasto. 2013. Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Pendapatan (Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Jawa Tengah).

Diponegoro Journal of Economics, 2: 98-100 .Diakses dari https://ejournal3.undip.

ac.id/index.php/jme/article/view/1916 pada 19 Oktober 2019.

Arsyad, Lincolyn. 1997. Ekonomi Pembangunan, 3. Yogyakarta: STIE YKPN BPFE.

Arsyad, Lincolyn.1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakrata:

BPFE.

BPS. 2018. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Menurut Provinsi, 2009-2018. diakses dari https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/05/04/1241/indeks-demokrasi-indonesia-idi-menurut- provinsi-2009-2018.html, pada 08 Januari 2020.

BPS. Kemiskinan dan Ketimpangan. Diakses dari https://www.bps.go.id/subject/ 23/kemiskinan-dan- ketimpangan.html, pada 08 Januari 2020.

BPS. Kepadatan Penduduk menurut Provinsi, 2000-2015. Diakses dari https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/07/842/kepadatan-penduduk-menurut-provinsi- 2000-2015.html, pada 08 Januari 2020.

BPS. Pendapatan Domestik Regional Bruto. Diakses dari https://www.bps.go.id/ subject/52/produk- domestik-regional-bruto--lapangan-usaha-.html, pada 08 Januari 2020.

BPS. Proyeksi Penduduk menurut Provinsi, 2010-2035 (Ribuan). Diakses dari https://www.bps.go.id/statictable/2014/02/18/1274/proyeksi-penduduk-menurut-provinsi-2010--- 2035.html, pada 08 Januari 2020.

BPS. 2018. Rata-rata Lama Sekolah Menurut Provinsi 2010-2018 (Metode Baru). diakses dari https://www.bps.go.id/dynamictable/2019/04/16/1613/rata-rata-lama-sekolah-menurut-provinsi- 2010-2018-metode-baru-.html, pada 08 Januari 2020.

Endy. 2016. Pengaruh Indeks Demokrasi dan Ipm Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

Makassar: Universitas Hasanuddin.

Ezcurra, Roberto dan Pedro Pascual. 2008. Fiscal decentralization and regional disparities: evidence

from several European Union countries. Diakses dari

https://journals.sagepub.com/doi/10.1068/a39195 pada 14 Oktober 2019.

Gujarati, D. N. and D.C. Porter. 2004. Basic Econometrics, Fourth Edition. New York: McGraw-Hill.

Hasiani, Freshka. 2015. Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Pelalawan. Pekanbaru : Universitas Riau.

Irwan dan Suparmoko. 1987. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Liberty.

Khusaini, Mohammad. 2018. Keuangan Daerah. Malang : UB Press.

Kuncoro, M. 2006. Ekonomika Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta: LPKIS Pelangi Aksara

Lessmann, Christian. 2008. Fiscal Decentralization and Regional Disparity: Evidence from Cross- Section and Panel Data. SSRN Electronic Journal, 41(10): 2455-2473. Diakses dari https://papers.ssrn.com/sol3/ papers.cfm?abstract_id=936874 pada 14 Oktober 2019.

Lumbantoruan, Magdalena (1992). Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.

(12)

Mangkoesoebroto, GuritNomor .1998. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia: Substansi dan Urgensi.

Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Nurlaili, Ani. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Distribusi Pendapatan Di Pulau Jawa Tahun 2007-2013. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

North, Douglass C. 1990. Institutions, Institutional Change and Economic Performance. Missouri:

Cambridge University Press.

Rosdyana, Dewi, dkk. 2015. Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Pendapatan di Pulau Jawa Tahun 2009-2013. Diakses dari https://www.academia.edu/

20347611/PENGARUH_DESENTRALISASI_FISKAL_TERHADAP_PERTUMBUHAN_EKO NOMI_DAERAH_DAN_KETIMPANGAN_PENDAPATAN_DI_PULAU_JAWA_TAHUN_20 09-2013 pada 19 Oktober 2019.

Sidig, Danar Sutopo. 2018. Desentralisasi Fiskal dan Kesenjangan Pendapatan Antar Provinsi Di Indonesia. Sidig, Danar Sutopo. 2018. Prosiding Simposium Nasional Keuangan Negara 2018.

Diakses dari https://jurnal.bppk.kemenkeu. go.id/snkn/article/view/244 pada 08 Januari 2020.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta:

LPFE UI.

Sumitro, Djojohadikusumo. 1987. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Pembangunan, Jakarta : Bagian Penerbitan : LP3ES.

Thee Kian Wie. 1982. Perekonomian di Negara Berkembang. Jakarta : Pustaka Jaya.

Todaro, Michael P. 1990. Ekonomi Pembangunan Di Dunia Ketiga, Jakarta : Erlangga.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi: Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Teaching materials can support students' understanding of the next course Modern Harmony The material presented in teaching materials has been presented systematically Integrating the