BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menghasilkan keuntungan untuk mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan suatu perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan merupakan tujuan dari berdirinya suatu perusahaan (Agustini & Wirawati, 2019).
Kebanyakan perusahaan tidak dapat merealisasikan karena banyaknya yang sedang berada dalam kondisi kesulitan keuangan yang tidak dapat di kelola dengan benar. Dalam menjalankan suatu perusahaan, pasang surut dalam mempertahankan kestabilan kinerja keuangan merupakan masalah yang biasa timbul di perusahaan.
Biasanya hal ini terjadi karena perubahan kondisi ekonomi akan mempengaruhi aktivitas perusahaan dan kinerja perusahaan. Kondisi ekonomi yang selalu mengalami suatu perubahan maka sudah menmpengaruhi kinerja perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Persaingan yang ketat yang tidak dapat dihindarkan juga menjadi akibat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan semakin tinggi. Situasi tersebut juga dapat berdampak pada perusahaan. Jika setiap perusahaan tidak mampu bersaing maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian sehingga mempengaruhi laporan keuangan dan menjadi penyebab potensi kemungkinan terjadinya financial distress semakin tinggi (Syuhada et al., 2020).
Financial distress adalah kondisi dimana terjandinya penurunan pada kondisi keuangan di perusahaan sebelum terjadi likuidasi (Ali, 2009). Jika financial distress terus menerus berlanjut, kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Karena perusahaan harus meminimalisir terjadinya kesulitan keuangan, maka perusahaan harus mencari berbagai cara agar perusahaan tetap berjalan. (Sopian & Rahayu, 2017).
1
2
3
2 0 1 60 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0
1 2 3 4 54.2
3.5
2.3 2.4
1.6
Financial Distress
Financial Distress
Sumber : https://www.idx.co.id/, data yang telah diolah (2021) Gambar 1. Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Mengalami
Financial Distress Periode 2016-2020
Berdasarkan gambar tersebut yang diperoleh berdasarkan data financial statements (laporan keuangan) pada masing-masing entitas. Terdapat beberapa entitas yang terdapat nilai Z <1,8 yaitu dengan rata-rata di tahun 2019 sebesar 1,5 dan di tahun 2020 sebesar 1,3 sehingga perusahaan mengalami penurunan kondisi keuangan yang signifikan dan mengakibatkan perusahaan mengalami financial distress. Gambar 1.1 menunjukkan perusahaan yang megalami kenaikan pada laporan keuangan yaitu dengan nilai Z >1,8 tetapi nilai ini menunjukkan jika perusahaan mengalami potensi terjadinya financial distress (grey area) di tahun 2016 senilai 2,3 ; pada tahun 2017 senilai 2,0 dan di tahun 2018 senilai 1,8.
Terdapat beberapa perusahaan yang sedang berada dalam kondisi hasil laporan keuangan turun, sehingga perusahaan mengalami krisis akibat pandemi covid-19 yang berdampak pada laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang angka Z
<1,8 terindikasi mengalami financial distress pada tahun 2019 dan tahun 2020 yaitu PT. Budi Starch & Sweetener Tbk dengan nilai Z pada tahun 2019 senilai 1,38 dan tahun 2020 senilai 1,11 ; PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan hasil Z di tahun 2019 senilai 1,94 dan tahun 2020 sebnilai 1,18 ; PT. Tunas Baru Lampung Tbk dengan angka Z pada tahun 2019 senilai 1,5 dan tahun 2020 senilai 1,22 ; PT Kimia Farma Tbk dengan nilai Z pada tahun 2019 senilai 0,8 dan tahun 2020 senilai1,54 ; PT. Kalbe Farma Tbk dengan nilai Z pada tahun 2019
pada tahun 2020 sebesar 1,56.
Di Indonesia sendiri ada beberapa entitas sudah berada dalan kondisi financial distress salah satunya yaitu PT. Sariwangi AEA bersama perusahaan afilasinya yaitu PT. Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung yang sdang berada dlam kondisi financial distress. Kedua entitas tersebut terjebak hutang sebesar Rp. 1.050.000.000,- kepada sejumlah kreditur. Diakibatkan dari kegagalan investasi yang bertujuan agar hasil perkebuna semakin meningkat. Entitas ini menggunakan siostem drainase atau teknologi penyiraman air dan sudah mengeluarkan uang dengan nominal sangat tinggi. Tetapi hasil yang diperoleh sangat jauh dari harapan. Karena perusahaan mengalami kondidi kerugian yang tinggi, maka perusahaan tidak mampu memenuhi komitmennya untuk dpat membayar hutangnya (Liputan6.Com, n.d.)
Peristiwa yang sudah terjadi di indonesia adalah pada Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat perusahaan yang delisting pada periode 2016- 2020. Delisting yaitu pengurangan jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia berkurang dan tidak memenuhi syarat, maka saham tersebut bisa dihapuskan dari pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (Fitri & Zannati, 2019). Beberapa tahun belakangan ini pada perusahaan manulfaktur sektor barang konsusmi perusahaan yang delisting dari Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk yang delisting psda tanggal 21 Maret 2018.
Terdapat beberapa cara untuk mengukur terjadinya kondisi kesulitan keuangan (financial distress) merupakan ukuran kinerja keuangan yang terkandung pada financial statements (laporan keuangan) perusahaan yang disusun teliti. Jika kinerja keuangan tersusun dengan baik, maka kecil kemungkinan terjadinya masalah keuangan (Agustini & Wirawati, 2019).
Laporan keuangan adalah sumber informasi terkait dengan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan yang di keluarkan oleh perusahaan dengan tujuan agar memudahkan para investor untuk mengambil keputusan.
Untyk dapat membuktikan jika laporan keuangan berguna bagi para investor maka
5
perlu melakukan penelitian untuk menganalisis rasio keuangan dalam memprediksi potensi terjadinya kondisi financial distress (Fitri & Zannati, 2019).
Biasanya dapat menggunakan rasio keuangan suatu perusahaan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan juga digunakan untuk memprediksi potensi terjadinya financial distress. Selain itu adanya persaingan ketat antara perusahan industri yang mengakibatkan meningkatnya biaya yang dikeluarkan sehingga potensi kemungkinan terjadinya financial distress semakin tinggi. Penelitian terkait financial distress yang dipelopori oleh Altman (1968) yang meneliti mantfaat melakukan analisis rasio keuangan yaitu sebagai alat ukur untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan (Fitri & Zannati, 2019).
Variabel indikator keuanagn yang digunakan oleh peneliti merupakan rasio profitabilitas, llikuiditas, leverage dan arus kas. Karena rasio tersebut merupakan aspek kinerja keuangan yang dapat menunjukkan kinerja keuangan secara keseluruhan untuk dapat menghasilkan perusahaan tersebut sedang berada dalam kondisi kesulitan keuangan atau tidak.
Variabel yang saya gunakan pada pelitian ini yaitu rasio profitabilitas.
Berdasarkan observasi ini, rasio yang dipakai yaitu Return On Asset (ROA). ROA biasanya diigunkn untuk mengulkur keefektifan penggunaan aktivitas perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio profitabilitas juga memberikan tingkat efektivitas pada perusahaan Hasil dari penelitian ini yaitu indeks profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada kesulitan keuangan (Syuhada et al., 2020).
Variabel berikutnya yang saya gunakan pada pelitian ini yaitu rasio likuiditas sering digunakan secara umum adalah current ratio, yng merupakan indeks yang memperlihatkan kapasitas suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar untuk memenuhi hutangnya.Hasil observasi yang sudah dilaksanakan oleh Ardi et al., (2020) juga membuktikan jika current ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan dalam mengetahui potensi terjadinya kondisi kesulitan keuangan (financial distress) disuatu perusahaan.
Variabel selanjutnya yaitu rasio leverage. Rasio leverage yang sering digunakan secara umum adalah Debt to Assets Ratio (DAR) merupakan jumlah
menyatakan bahwa lerverage dapat memiliki pengaruh positif yang signifikan dalam memprediksi potensi terjadinha financial distress di suatu entitas. Dimana jika pembiayaan utang semakin besar pada aktivitas entitas. Maka akan semakin besar juga potensi terjadinya kesulitan keuangan (Sipahutar & Haryanto, 2014)
Variabel terakhir yang saya gunakan dalam penelitian ini yaitu laporan arus kas. pada penelitian ini arus kas yang peneliti gunakan yaitu aruas kas bebas (free cash flow) karena dianggap efektif dalam pengukuran kinerja keuangan pada perusahaan. Arus kas bebass (free cash flow) yaitu arus kas entitas yang masih memiliki sisa, sehingga dapat digunakan untuk membayar deviden atau penanaman modal perusahan lainnya. Semakin tinggi nilai pada arus kas bebas maka nilai kinerja keuangan perusahaan akan semakin baik karena perusahaan mempunyai cadangan pendanaan yang tidak hanya mengandalkan dari hutang.
Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta jika kinerja keuangan perusahaan baik, maka kemungkinan kesulitan keuangan (financial distres) dapat dihindari (Syuhada et al., 2020).
Dalam penelitian ini, peneliti memakai variabel free cash flow (arus kas bebas) karena bisa dianggap efektif dalam menganalasis kinerja keuangan pada laporan keuangan di perusahaan. Arus kas bebas juga merupakan variabel yang masih jarang digunakan untuk dapat memprediksi kemungkinan terjadinya financial distress pada suatu perusahaan.
Berikut ini merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang sudah lebih dulu mendukung topik penelitian ini. Agustini & Wirawati (2019) menujukkan hasil jika likuiditas tidak berpengaruh dan signifikan, leverage berpengaruh positif dan signifikan serta profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Penelitian dari Fitri & Zannati (2019) mengungkapkan jika current ratio tidak berpengaruh, return on assets berpengaruh terhadap financial distress. Penelitian dari Ardi et al (2020) menungkapkan jika likuiditas berpengaruh negatif, leverage tidak berpengaruh dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap financial distress. Dan penelitian dari (Syuhada et al., 2020) mengungkapkan jika likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan, leverage
7
berpengaruh positif dan signifikan, profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan serta arus kas bebas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress.
Salah satu masalah utama yang perlu diperhatkan oleh setiap perusahaanyaitu potensi terjadinya financial distress, karena masih banyak entitas yang berada kondisi kesulitan keuangan (financial distress) untuk mencegah dan mengatasi masalah utama tersebut. Salah satu kasus kesulitan keuangan adalah penanganan kinerja keuangan perusahaan yang kurang memadai.
Oleh karena itu, dengan adanya latar belakang pada masalah diatas maka peneliti mengambil judul untuk penilitian yaitu “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020”.
1.2.Pembatasan Masalah
Pada observasi saat ini, penelitian saya berfokus pada tingkat terjadinya kesulitan keuangan (financial distress) yang mungkin sedang dirasakan oleh suatu entitas serta dapat ditentukan dari kinerja keuangan berdasarkam rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio leverage serta free cash flow (arus kas bebas).
1.3.Rumusan Masalah
Dari uaraian latar belakang tersebut, permasalahan yang ditemukan pada observasi ini diungkapkan antara lain:
a. Apakah profitabilitas di proksikan return on assets memiliki pengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress?
b. Apalkah likuiditas yng di proksikan current ratio memiliki pengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress?
c. Apakah leverage yang di proksikan debt to assets ratio memiliki pengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress?
d. Apakah arus kas bebas (free cash flow) memiliki pengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan (financial distress)?
pengaruh secara simultan terhadap kemungkinan terjadinya financial distress?
1.4.Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan permasalahan tersebut, observasi ini memiliki tujuan yang akan diungkapkan yaitu:
a. Menganalisis pengaruh dari profitabilitas yang diproksikan return on assets (roa) terhddap financial distress.
b. Menganalisis pengaruh dari likuiditas yang diproksikan curren ratio (cr) terhadap financial distress.
c. Menganalisis pengaruh dari leverage yang diproksikan debt to assets ratio (dar) terhdap financial distress.
d. Menganalisis pengaruh dari arus kas bebas (free cash flow) terhadap financial distress.
e. Menganalisis pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage dan arus kas bebas secara simultan terhadap financial distress.
1.5.Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian pada penelitian ini akan diungkapkan antara lain yaitu antara lain :
1.5.1. Aspek Teoritis
Dalam observasi ini, peneliti dapat menyampaikan manfaat teoritis yaitu antara lain :
a. Menyampaikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuam khususnya tentang kinerja keuangan pada suatu peruasahaan
b. Sebagai bahan rujukan/referensi serta bahan perbandingan bagi peneliti berikutnya.
9
1.5.2. Aspek Praktis
Dalam observasi ini, peneliti dapat menyampaikan manfaat praktis yang diungkapkan yaitu sebagai berikut :
a. Menyampaikan informasi yang berguna untuk perusahaan tentang dampak kinerja keuangan di masa depan untuk menganalisis kondisi financial distress
b. Menyampaikan pemahaman tentang kondisi terjadinya kesulitan keuangan (financial distress) dengan tujuan untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan pengambilan keputusan.