• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, BI RATE, NILAI TUKAR, EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP TINGKAT INFLASI DI INDONESIA PERIODE 2010–2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, BI RATE, NILAI TUKAR, EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP TINGKAT INFLASI DI INDONESIA PERIODE 2010–2020"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

Analisis pengaruh jumlah uang beredar, BI rate, nilai tukar, ekspor dan impor terhadap inflasi di Indonesia periode 2010-2020. ANALISIS PENGARUH PERAWATAN UANG, BI RATE, NILAI TUKAR, EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP TINGKAT INFLASI PADA PT. Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, BI Rate, Nilai Tukar, Ekspor dan Impor Terhadap Tingkat Inflasi Periode Indonesia bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana.

Penelitian berjudul Analisis pengaruh jumlah uang beredar, nilai tukar, BI rate, ekspor dan impor terhadap inflasi di Indonesia periode 2010-2020. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel independen jumlah uang beredar, nilai tukar, BI rate, ekspor dan impor terhadap variabel dependen inflasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar, ekspor dan impor yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia.

Kata kunci: inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar, ekspor, impor, ekonomi makro, error correction model (ECM).

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Bank Indonesia dalam situs otoritas Bank Indonesia menyoroti inflasi di Indonesia dalam kurun waktu masing-masing sebesar 4%, 4%, dan 3,5%. Bank Indonesia sebagai regulator moneter dan pemantau inflasi di Indonesia kemungkinan besar akan memperhatikan dan mengantisipasi perkembangan ekonomi dan keuangan di Indonesia. Tingkat inflasi di Indonesia pada umumnya terjadi karena kenaikan variabel yang bersifat kontinyu, misalnya jika harga minyak pemanas (BBM) naik maka harga bahan pokok juga akan naik.

Perkembangan Inflasi, Uang Beredar, BI Rate dan Data Nilai Tukar Inflasi di Indonesia Tahun 2010-2020. Menurut data Bank Indonesia, inflasi di Indonesia cenderung mengambang dan berubah. Pada tahun 2013 dan 2014, inflasi di Indonesia meningkat tajam masing-masing menjadi 8,38% dan 8,36% ketika nilai tukar rupiah atau USD menjadi Rp.

Informasi dan data dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber perspektif bagi pihak yang ingin melakukan studi banding dan menambah pemahaman tentang inflasi di Indonesia.

  • Kajian Pustaka
  • Landasan Teori
  • Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Independen
  • Kerangka Pemikiran
  • Hipotesis Penelitian

Sementara itu, jumlah uang beredar dan standar konversi rupiah secara simultan mempengaruhi inflasi di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuri Agusmianata, Thersia Militina dan Diana Lestari (2017) dengan judul Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Suku Bunga dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Inflasi di Indonesia menunjukkan adanya pengaruh kritis dari penawaran uang tunai terhadap inflasi, biaya pinjaman memiliki dampak besar pada inflasi, dan pengeluaran pemerintah memiliki dampak besar pada inflasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miss Phattiya Sen-e (2017) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Thailand menjelaskan bahwa variabel cash supply mempengaruhi inflasi di Thailand, sedangkan faktor biaya pinjaman dan faktor penskalaan konversi, yang secara umum diperkirakan memiliki dampak negatif dan tidak berpengaruh terhadap inflasi di Thailand.

Dengan asumsi inflasi naik, biaya tenaga kerja dan produk cenderung menurunkan nilai uang tunai. Teori ini menekankan bekerjanya persediaan uang tunai dan asumsi individu tentang kenaikan biaya relatif terhadap inflasi. Tingkat inflasi tetap tidak jelas karena laju inflasi pasokan uang tunai dan asumsi terbuka tentang kenaikan biaya di masa depan.

Terlepas dari apakah jumlah barang konsisten, biaya akan meningkat seiring dengan meningkatnya pasokan uang tunai. Peningkatan pasokan likuiditas ini dapat, mis. disebabkan oleh pencetakan uang kertas baru, yang dapat mengakibatkan biaya yang lebih tinggi. Perkembangan ini mungkin menghadapi devaluasi ketika kas lokal relatif terhadap standar moneter luar negeri telah jatuh.

Konversi uang riil tidak sepenuhnya selesai karena skala pertukaran uang riil dan pemeriksaan nilai tukar lokal dan asing. Persediaan uang tunai adalah semua toko uang tunai dan permintaan yang dapat diakses untuk digunakan oleh masyarakat umum. Arti yang sangat kecil dari cash stock adalah uang kertas dan koin yang umumnya dimiliki oleh banyak orang.

Pahami persediaan uang tunai dari perspektif yang ketat (M1) bahwa uang tunai yang tersedia digunakan, yaitu daya beli yang digunakan langsung untuk mencicil. Artinya, setiap kali terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka akan membangun minat terhadap uang tunai di Indonesia, begitu pula sebaliknya. Jadi pemanfaatan meningkat karena lebih banyak uang tersedia untuk digunakan, ekonomi mulai berkembang, dan hasil akhirnya adalah peningkatan inflasi.

Efek sebaliknya juga berlaku, dengan asumsi biaya pinjaman tinggi, mendapatkan lebih sedikit uang.

  • Jenis dan Data Sumber
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Variabel Penelitian dan Definisi Opersional
  • Metode Analisis
  • Pengujian Hipotesis

Data Bi Rate dan BI 7-Day Repo Rate diperoleh dari situs resmi Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id). Data komoditas dapat diperoleh dari situs resmi Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id) dalam satuan jutaan USD. Data impor diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id) periode bulanan Januari 2010 sampai dengan Desember 2020.

Sebelum diputar replay menggunakan strategi ECM, semua informasi dicoba untuk informasi yang tidak tetap pada levelnya, jika informasi tersebut tidak tetap maka sangat baik dilanjutkan dengan uji stasioneritas pada level separasi. Jika dalam pengujian level deret diketahui adanya undian satuan untuk keseluruhan deret, maka level deret pada saat itu tidak tetap. Dengan asumsi bahwa hasil menolak teori akar unit, ini berarti bahwa deret ditetapkan pada tingkat diferensiasi utama atau semua deret dikoordinasikan berdasarkan pertanyaan I(I), jadi penskoran harus dimungkinkan menggunakan teknik kointegrasi.

Dengan asumsi akar unit pada tingkat deret menunjukkan bahwa tidak semua deret tetap, maka pada titik tersebut dilakukan diferensiasi primer pada semua deret. Asumsikan konsekuensi dari uji akar unit pada tingkat diferensial terkendala, berspekulasi bahwa ada undian unit untuk seluruh deret, ini menyiratkan bahwa seluruh deret pada tingkat kontras pertama dikoordinasikan bersama I(0), sehingga estimasi seharusnya mungkin menggunakan strategi replikasi OLS pada tingkat kontras primer. Menyelidiki informasi deret waktu dan kekambuhan ECM juga membutuhkan faktor-faktor untuk memiliki hubungan kointegrasi untuk mencapai kekambuhan di ECM.

Dengan asumsi bahwa nilai probabilitas masing-masing faktor tidak benar dengan tingkat kepastian tertentu, maka tolak H0 pada titik tersebut sehingga pada akhirnya mengandung masalah autokorelasi. Jika nilai probabilitas masing-masing faktor lebih menonjol daripada pada tingkat kepastian tertentu, terimalah H0 pada titik tersebut sehingga ujung-ujungnya tidak mengandung autokorelasi. Multikolinearitas ditandai dengan R-squared yang tinggi tetapi variabel kritis atau bahkan tidak ada yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap variabel dependen.

Uji-F adalah uji gabungan yang dirancang untuk menentukan pengaruh faktor independen pada variabel umum. Dalam hal t hitung tidak sebesar t tabel, abaikan eliminasi Ho yang berarti variabel dependen saja tidak berpengaruh terhadap faktor independen.

Diskripsi Data Penelitian

Hasil dan Analisis Uji Regresi Data Time Series

Berdasarkan hasil uji ECM jangka panjang di atas terlihat dari nilai probabilitas bahwa variabel yang mempengaruhi inflasi adalah ekspor, impor dan nilai tukar dengan nilai probabilitas masing-masing 5% yang berarti H0 ditolak. Artinya variabel lain seperti JUB dan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap inflasi dalam jangka pendek. Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.1) dalam jangka panjang dengan tingkat signifikansi (α = 5%), variabel jumlah uang beredar (JUB) diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,4248 (>5%) dengan ' n skor-t dari.

Dari hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.2) dalam jangka pendek dengan tingkat signifikansi 5% (α = 5%), variabel jumlah uang beredar (JUB) diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,6110 (>5% ) . ) dengan t-statistic sama dengan so tolak H1. Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.1) dalam jangka panjang dengan alpha size 5%, variabel nilai tukar (NT) memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0512 (>5%) dengan t-statistik nilai 0,05 sehingga menolak H0. Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.2) dalam jangka pendek dengan alpha size 5%, variabel nilai tukar (NT) memiliki nilai probabilitas sebesar 0,9918 (>5%) dengan t-statistik nilai 0,9918 sehingga menolak H1.

Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.1) dalam jangka panjang dengan alpha size 5%, nilai probabilitas variabel output sebesar 0,0277 (<5%) dengan nilai t-statistic sebesar 0,0277 (< 5%), tolak H0. Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.2) dalam jangka pendek dengan alpha size 5%, nilai probabilitas variabel output sebesar 0,0282 (<5%) dengan nilai t-statistic sebesar 0,0282 sehingga menolak H0. Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.1) dalam jangka panjang dengan alpha size 5%, nilai probabilitas variabel input sebesar 0,0242 (<5%) dengan t-statistic sebesar 2,281178, yaitu karenanya ditolak. H0.

Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.2) dalam jangka pendek dengan alpha size 10%, nilai probabilitas variabel impor sebesar 0,0935 (<10%) dengan nilai t-statistik sebesar 1,690545, dengan demikian penolakan terhadap H0. Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.1) dalam jangka panjang dengan alpha size 5%, nilai probabilitas variabel BI Rate sebesar 0,4477 (>10%) dengan t-statistic sebesar 0,761668. sehingga menolak H1. Berdasarkan hasil regresi Error Correction Mechanism (Tabel 4.2.3.2) dalam jangka pendek dengan tingkat signifikansi alpha 5%, nilai probabilitas variabel BI Rate sebesar 0,03209 (<5%) dengan t-statistik sebesar 2,183330, sehingga H0 ditolak.

Hasil output yang diuji pada Tabel 4.2.3.2 menjelaskan bahwa variabel nilai tukar tidak berpengaruh terhadap variabel inflasi karena nilai probabilitasnya 0,991 > 10%. Dalam jangka panjang, ia menjelaskan bahwa variabel nilai tukar signifikan terhadap inflasi, karena Tabel 4.2.3.1 menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya adalah 0,051, kurang dari alpha 10%.

Kesimpulan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekspor mempengaruhi penawaran produk yang tersedia bagi konsumen domestik, sehingga dapat mempengaruhi harga domestik. Oleh karena itu, terkait dengan ekspor, pembuat kebijakan harus memperhatikan kebutuhan pasar dalam negeri terlebih dahulu baru kemudian ekspor, sehingga stabilitas harga dalam negeri dapat terjaga dan masyarakat tidak dirugikan.

Implikasi

Analisis dampak jumlah uang beredar (JUB), nilai tukar dan suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia tahun 1999-2014. Analisis dampak jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan nilai tukar terhadap inflasi di Indonesia. Analisis pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan suku bunga pinjaman investasi terhadap inflasi di Indonesia.

Pengaruh jumlah uang beredar dan suku bunga serta pengeluaran pemerintah terhadap inflasi di Indonesia. Analisis pengaruh suku bunga acuan, jumlah uang beredar, nilai tukar dan harga minyak dunia terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Insukindro (1993), Pendekatan Kointegrasi dalam Analisis Ekonomi, Studi Kasus Deposito dan Permintaan Valuta Asing di Indonesia: Jurnal Ekonomi Indonesia, Vol 1.

Pengaruh jumlah uang beredar dan nilai tukar Rupiah (kurs) terhadap tingkat inflasi di Indonesia tahun 2011-2018. Trace test menunjukkan 2 persamaan kointegrasi pada tingkat 0,05 * menunjukkan penolakan hipotesis pada tingkat 0,05 * *Nilai-p MacKinnon-Haug-Michelis (1999).

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan Data dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan negara Indonesia sebagai objek penelitian dengan menggunakan data nilai ekspor, impor, nilai tukar rupiah,