• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pengendalian Internal..., Syarifah Thalha, Ak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Pengaruh Pengendalian Internal..., Syarifah Thalha, Ak."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, PERAN DAN KOMPETENSI AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD)

(Pada Bank Buku 4 Tahun 2017)

Oleh:

Syarifah Thalha 20141112029

Diajukan untuk melengkapi Sebagai Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengendalian Internal, Peran dan Kompetensi Auditor Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) Pada Bank Buku 4”

dengan tepat waktu. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) Ekonomi di STIE Indonesia Banking School.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga masa penulisan skripsi, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ketua STIE Indonesia Banking School Bapak Dr. Subarjo Joyosumarto.

2. Wakil Ketua I Bidang Akademik Bapak Dr. Sparta, SE., Ak., M.E., CA 3. Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan Umum Bapak Khairil Anwar,

SE., M.S.M.

4. Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan Bapak Ir. Mahirsah Emil Akbar, MBA.

5. Bapak Dr. Muhammad Yusuf, CA selaku kaprodi akuntansi, pembimbing akademik, dan penguji skripsi yang telah membantu dan memberi motivasi serta kritik dan saran.

6. Bapak Bani Saad, SE., Ak., MSi, CA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengarahkan saya dalam penyususnan skripsi ini.

7. Bapak Dikdik S. Sadikin, SE., MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran, terkait penyusunan skripsi ini.

(7)

8. Seluruh dosen STIE Indonesia Banking School yang telah memberikan ilmu dan berbagai pengalaman selama ini.

9. Keluarga penulis, Mama, Aba, Om Bib, Mama Nini, Ka Shasa, Ka Mimi, Mia dan semua keluarga atas segala doa, motivasi, dan support atas yang telah diperikan selama ini.

10.Teman-teman penulis Safira, Sekar, Devi, Loly, Deswita, Punyil, Felina, Nurul, Bunge, Dina, Icha, Manda, Me, Nada, Ina, Mawaddah, Lingling, Erica, Adel, Gaby dan semua akun 2014 yang telah menjadi teman terbaik selama perkuliahan.

11.Teman-temanku calon bidadari surga, Sarah, Melita, Ketrin, Faras, Dinda yang menemani hari-hari kuliah, tawa, canda dan saling mensupport satu sama lain termasuk Riyad dan Chico.

12.Teman-teman Rania, Nikita, Tari, Ofi, Nabila, Tiwi, Della, Dewina yang susah buat ketemu tapi saling support dan menyayangi hehe.

13.Seluruh teman-teman mahasiswa STIE Indonesia Banking School angkatan 2014 yang selama ini telah berbagi pengalaman dan pembelajaran.

14.Semua jajaran staf IBS, baik semua staf akademik, Pak Arif, Pak Untung, Mba Wulan, dll. Staf keuangan, staf kemahasiwaan Mba Dewi, dll, yang telah membantu penulis.

15.Seluruh pihak lainnya yang membantu, mendoakan, dan memberikan semangat kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Skripsi ini jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran sangat membantu penulis untuk lebih baik lagi dalam menyusun skripsi ini.

Wassalamuallaikum.wr.wb.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI KOMPREHENSIF ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) ... 14

2.1.2 Teori Fraud Triangle (Segitiga Kecurangan) ... 15

2.1.3 Pengertian Auditing ... 15

2.1.3.1 Jenis-jenis Auditing ... 16

2.1.4 Audit Internal ... 18

2.1.5 Peran Auditor Internal ... 18

2.1.6 Kompetensi Auditor Internal ... 19

2.1.7 Pengendalian Internal ... 20

2.1.8 Kecurangan (Fraud) ... 22

2.1.8.1 Jenis – Jenis Kecurangan (Fraud) ... 24

2.2 Penelitian Terdahulu ... 25

2.3 Kerangka Pemikiran ... 28

(9)

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 29

2.4.1 Pengaruh Pengendalian Internal terhadap Pencegahan Kecurangan .... 29

2.4.2 Pengaruh Peran Auditor Internal terhadap Pencegahan Kecurangan ... 29

2.4.3 Pengaruh Kompetensi Auditor Internal terhadap Pencegahan Kecurangan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 32

3.1 Objek Penelitian ... 32

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3 Metode Penentuan Populasi dan Sampel ... 33

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

3.4.1 Definisi Operasional ... 33

3.4.2 Pengukuran Variabel... 36

3.5 Model Penelitian ... 37

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 38

3.6.1 Statistik Deskriptif ... 38

3.6.2 Uji Kualitas Data ... 39

3.6.2.1 Uji Validitas ... 39

3.6.2.2 Uji Reliabilitas ... 39

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 40

3.6.3.1 Uji Multikolinieritas ... 40

3.6.3.2 Uji Normalitas ... 41

3.6.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 41

3.6.4 Teknik Pengujian Hipotesis ... 42

3.6.4.1 Uji Koefisien Determinasi... 42

3.6.4.2 Uji t ... 43

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN... 45

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

4.2 Analisis dan Pembahasan Penelitian ... 46

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 46

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 51

4.4 Analisis Uji Asumsi Klasik ... 51

4.4.1 Uji Multikolinieritas ... 51

4.4.2 Uji Normalitas... 52

4.4.3 Uji Heterokedastisitas ... 52

(10)

4.5.2 Uji Koefisien Determinasi ... 56

4.5.3 Uji Hipotesis (Uji t-Statistik) ... 56

4.6 Analisa Hasil Penelitian ... 58

4.6.1 Pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) ... 58

4.6.2 Peran auditor internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) ... 59

4.6.3 Kompetensi auditor internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) ... 60

4.7 Implikasi Manajerial ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 65

5.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 70

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 25

Tabel 3.1 Variabel Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ... 46

Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif ... 48

Tabel 4.3 Uji Validitas Variabel Dependen ... 49

Tabel 4.4 Uji Validitas Variabel Independen ... 50

Tabel 4.5 Uji Reliabilitas ... 51

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas ... 51

Tabel 4.7 Uji Normalitas ... 52

Tabel 4.8 Uji Heterokedastisitas ... 52

Tabel 4.9 Uji Regresi Linier Berganda ... 54

Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi ... 56

Tabel 4.11 Uji t ... 56

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran ... 28

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... 70

Lampiran 2 : Data Jawaban Responden Pengendalian Internal ... 75

Lampiran 3 : Data Jawaban Responden Peran Auditor Internal ... 78

Lampiran 4 : Data Jawaban Responden Kompetensi Auditor Internal ... 81

Lampiran 5 : Data Jawaban Responden Pencegahan Kecurangan (Fraud) ... 84

Lampiran 6 : Tabel Frekuensi ... 87

Lampiran 7 : Tabel Validitas... 88

Lampiran 8 : Tabel Realibilitas ... 96

Lampiran 9 : Tabel R (Koefisien Korelasi Sederhana) ... 100

Lampiran 10 : Hasil Uji Penelitian... 101

Lampiran 11 : Tabel Titik Presentase Distribusi (t) df=81 – 120 ... 103

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal, peran dan kompetensi auditor internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada Bank Buku 4 Tahun 2017 (Bank BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, dan Mandiri Kanwil DKI Jakarta). Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian internal, peran dan kompetensi auditor internal dan variabel dependen pencegahan kecurangan (fraud). Penelitian ini merupakan data kualitatif yang dilakukan dengan menyebar kuesioner. Pemilihan sampel menggunakan metode convenience sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah 100 Auditor Internal Bank Buku 4 tahun 2017. Metode pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan software SPSS versi 21.

Hasilnya preferensi pengendalian internal, peran dan kompetensi auditor internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada Bank Buku 4 Tahun 2017 (Bank BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, dan Mandiri Kanwil DKI Jakarta).

Kata kunci: pengendalian internal, peran auditor internal, kompetensi auditor internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud).

(15)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of internal control, the role and competence of internal auditors on the prevention of fraud in Bank Book 4 of 2017 (Bank BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, and Mandiri on Regional Office of DKI Jakarta). The independent variables used in this study are internal control, role and competence of internal auditors and dependent variables for preventing fraud. This research is qualitative data which is done by distributing questionnaires. The sample selection using convenience sampling method and the sample in this study were 100 Internal Auditors of Bank Book 4 in 2017. Data processing method using multiple linear regression analysis with SPSS version 21 software. As a result internal control preferences, internal auditor roles and competencies have a significant effect on fraud prevention (fraud) at Bank Book 4 in 2017 (Bank BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, and Mandiri on Regional Office of DKI Jakarta).

Keywords: internal control, the role of internal auditors, internal auditor competencies against fraud prevention.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian internal menurut COSO adalah sistem struktur atau proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, manajemen, dan karyawan dalam perusahaan yang bertujuan untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan pengendalian tersebut dicapai, meliputi efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan dapat tercapai.

Pengertian pengendalian internal menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) adalah meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah diterapkan.

Pengendalian internal adalah meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntasi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen, menurut Mulyadi (2013:164).

(17)

Menurut Sofianingsih (2014) pengendalian internal adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur dan tidak terbatas pada metode pengendalian yang dianut oleh bagian akuntansi dan keuangan, tetapi meliputi pengendalian anggaran, biaya standar, program pelatihan pegawai dan staf pemeriksa internal.

Jika pengendalian internal suau perusahaan lemah maka kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan besar. Begitupula dengan sebaliknya, apabila pengendalian internal kuat, maka kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan kecil.

Prinsip Internal Control dalam Kieso, et al (2015:331) merupakan upaya perusahaan untuk mengatasi risiko yang dihadapinya, seperti penipuan. Aktivitas pengendalian yang digunakan oleh perusahaan akan bervariasi, tergantung pada penilaian manajemen terhadap risiko yang dihadapi. Penilaian ini sangat dipengaruhi oleh ukuran dan sifat perusahaan. Enam (6) prinsip aktivitas pengendalian diantaranya: establishment of responsibility (penerapan tanggung jawab) memberikan tanggung jawab kepada karyawan tertentu, kontrol paling efektif ketika hanya satu orang yang bertanggung jawab untuk tugas yang diberikan. Segregation of duties (pemisahan tugas) memberikan dasar yang dapat diandalkan untuk mengevaluasi pekerjaan karyawan lain. Documentation procedures (prosedur dokumentasi) perusahaan harus menetapkan prosedur dokumen. Pertama, perusahaan harus menggunakan dokumen yang sudah diberi nomor sebelumnya dan semua dokumen harus dipertanggungjawabkan. Kedua, karyawan meneruskan dokumen untuk entri akuntansi ke departemen akuntansi, untuk memastikan pencatatan transaksi tepat waktu dan berkontribusi langsung

(18)

pada akurasi dan reliabilitas pencatatan akuntansi. Physical controls (pengendalian fisik) berhubungan dengan pengamanan asset dan meningkatkan akurasi dan keandalan catatan akuntansi. Independent internal verification (verifikasi internal dan independen) melibatkan peninjauan data yang disiapkan oleh karyawan untuk mendapatkan manfaat maksimal dari verifikasi internal dan independen. Human resource controls (pengendalian sumber daya manusia) memperoleh perlindungan asuransi terhadap pencurian oleh karyawan.

Auditor harus memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan pekerjaannya dan menunjang kinerjanya. Sebagai sebuah hubungan dan cara setiap individu memanfaatkan pengetahuan, keahlian, dan perilakunya dalam kinerja. Maka, kompetensi dapat dihubungkan dalam hal yang berkaitan dengan jenis tugas kontekstual tertentu, yaitu berkenaan dengan apa yang harus dikerjakan, dan sebagus apa pekerjaan yang dilakukan (Sawyer’s 2009:17).

Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan kompetensi auditor diantaranya merupakan Mulyadi (2009:58) yaitu, kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh prinsip etika. Dan komponen kompetensi auditor internal yang tidak terpisahkan adalah pendidikan dan pengalaman.

Kompetensi adalah auditor harus mempunyai kemampuan, keahlian, dan berpengalaman dalam memahami kriteria serta dalam menentukan jumlah bahan

(19)

bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan diambil, menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:2).

Beberapa ahli menginterpretasikan bahwa kecurangan (fraud) yang terungkap merupakan sebagian kecil dari apa yang telah sebenarnya terjadi, kecuali kecurangan (fraud) tersebut telah terdeteksi oleh pihak auditor yang bertanggung jawab atas pemeriksaan laporan keuangan baik dalam suatu organisasi maupun suatu perusahaan.

Menurut buku Fraud Examination karangan Albert et al. (2012:6) pengertian kecurangan (fraud) adalah “Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can devise, which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representations”.

Pengertian kecurangan (fraud) di atas dapat diartikan bahwa kecerdikan manusia dapat menjadi alat yang dipilih seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan representasi yang salah.

Sedangkan menurut Hall (2011:113) pengertian kecurangan (fraud) dalam bukunya “Principles of Accounting Information Systems” yaitu “Fraud denotes a false representation of material fact made by one party to another party with the intent to deceive and induce the other party to justifiably rely on the fact to his or her detriment”. Dapat diartikan bahwa kecurangan menunjukkan representasi palsu dari fakta material yang dibuat oleh suatu pihak ke pihak lain dengan maksud untuk menipu atau merugikan pihak lain.

Pengertian fraud disebutkan juga dalam kitab undang-undang hukum pidana, diantaranya yaitu pasal 362, pasal 368, pasal 372, pasal 378, pasal 396,

(20)

pasal 406, yang dapat disimpulkan bahwa kecurangan adalah serangkaian tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu, yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dari dalam ataupun luar instansi, untuk mendapatkan keuntungan yang baik secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

Menurut Tunggal (2012:189) istilah kecurangan dapat diartikan sebagai penipuan di bidang keuangan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil aset atau hak orang maupun pihak lain.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2012) menjelaskan definisi kecurangan (fraud) adalah “Setiap tindakan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.

Dalam melakukan kecurangan, setiap orang atau pihak tertentu yang memiliki motivasi beragam. Salah satu teori yang menjelaskan tentang motivasi seseorang dalam melakukan kecurangan adalah Teori Fraud Triangle. Dalam buku Kieso (2015:330) elemen terpenting dari fraud triangle adalah peluang.

Peluang terjadi ketika tempat kerja tidak memiliki kontrol yang cukup untuk menghalangi dan mendeteksi penipuan. Faktor kedua yaitu tekanan keuangan.

(21)

Terkadang karyawan melakukan penipuan karena masalah keuangan pribadi yang disebabkan oleh terlalu banyak utang atau mereka mungkin melakukan penipuan karena mereka ingin menjalani gaya hidup yang tidak mampu mereka bayar dengan gaji mereka saat ini. Faktor ketiga yaitu rasionalisasi, untuk membenarkan penipuan, karyawan merasionalisasi tindakan tidak jujur mereka.

Kecenderungan kecurangan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya kesempatan atau peluang. Peluang yang besar membuat kecenderungan kecurangan lebih sering terjadi. Untuk menangani masalah tersebut, diperlukan monitoring dalam sebuah perusahaan atau organisasi agar mendapatkan hasil monitoring yang baik.

Maka dari itu diperlukannya peranan auditor internal dalam mengurangi banyaknya tindak kecurangan.

Keberadaan audit internal sangat dibutuhkan bagi perusahaan atau organisasi, karena audit internal merupakan aktivitas independen yang memberikan jaminan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Aktifitas ini membantu organisasi untuk mencapai tujuan dengan pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko pengendalian dan proses tata kelola (The IIA Research Foundation; 2011).

Menurut (Sawyer, 2012) kegiatan audit internal membantu organsasi menerapkan kontrol yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efesiansi serta mendorong perbaikan yang terus menerus. Internal auditor memberikan informasi yang diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Penelaahan internal atas kontrol-kontrol di bidang

(22)

akuntansi dan manajemen merupakan tanggung jawab auditor internal. Internal auditor hanya mengusulkan suatu metode atau metode alternatif untuk memperbaiki kondisi sedangkan memilih tindakan koreksi merupakan pekerjaan manajemen.

Dalam perbankan peran auditor internal harus dapat mendorong pencapaian tujuan (goal) perusahaan dengan tata kelola perbankan yang baik (Good Corporate Governance atau GCG). Peran auditor internal sebagai konsultan internal (internal consulting) perusahaan harus dapat memberikan early warning kepada manajemen perbankan untuk mencegah dan meminimalisasi dampak kecurangan yang dapat merugikan perbankan. Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi (perusahaan).

Banyak kasus-kasus manipulasi akuntansi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Contoh di Indonesia, seperti: Bank Century, Bank BNI, Bank BRI dan lain-lain. Pada tahun 2003 adanya kegagalan prosedur L/C BNI, dimana bermula dari diterimanya L/C bernilai Rp 1,7 Triliun oleh Bank BNI Cabang Kebayoran Baru. Kasus ini terkuak oleh kecurigaan kepala divisi internasional terhadap kegagalan prosedur L/C BNI. Berdasarkan laporan di divisi internasional yang direlease pada 7 Agustus 2003, kemudian direktur utama BNI menurunkan tim auditor internal untuk mendalaminya. Hasil dari laporan tim audit internal yang dibuat pada September 2003 membuktikan kebenaran mengenai pembobolan uang Negara sebesar 1,7 Triliun.

(23)

Kasus Bank Century yang terjadi pada tahun 2008, dimana terjadinya gagal kliring yang mengakibatkan dihentikannya perdagangan oleh Bursa Efek Indoensia (BEI) sampai dengan diambil alihnya (Bail Out) Bank Century oleh pemerintah. Sampai saat ini masih banyak kalangan yang menganggap bahwa kasus Bank Century belum terselesaikan secara tuntas.

Kemudian kasus Bank BRI yang terjadi pada tahun 2011, dimana terjadinya transfer fiktif sebesar Rp 1,6 Milyar tanpa disertai uangnya melalui BRI Unit Pasir Pangaraian II ke Unit BRI Tapung. Kasus tersebut terjadi di Unit BRI Tapung, Kampar, Riau. Maka tersangka dijerat dengan UU No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan dan diancam hukuman 10 tahun kurungan ditambah denda.

Kasus Malinda Dee seorang manajer di Citybank, dengan dugaan penggelapan dana nasabah mencapai 40 Milyar. Malinda Dee telah melakukan penggelapan dan pencucian uang melalui 117 transaksi. Transaksi tersebut terdiri dari 64 transaksi uang rupiah senilai Rp 27,36 Milyar dan 53 transaksi uang dollar senilai US$ 2,08 juta. Dugaan penggelapan dan pencucian uang dilakukan sejak 22 Januari 2007 shingga 7 Februari 2011. Atas perkara tersebut Malinda dituntut hukuman penjara maksimal 15 tahun.Dijerat dalam Undang-undang Perbankan dan Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Dari kasus-kasus tersebut, lalu menimbulkan pertanyaan, mengapa internal auditor tidak dapat mendeteksi atau mencegah terjadinya fraud yang dilakukan oleh manajemen. Hal itu dapat terjadi apabila manajemen memanipulasi tugas dan fungsi internal auditor. Pihak manajemen berupaya agar fraud yang dilakukan

(24)

tidak tersentuh atau bahkan mustahil untuk ditemukan. Selain itu pihak manajemen juga dapat meminta internal auditor untuk mengubah laporan dari penugasan audit internal yang telah dilakukannya. Dalam hal ini internal auditor dituntut memiliki sikap profesionalisme.

Menurut Agusyani et al (2016), kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Menurut Nurillah (2014), kompetensi sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Pada aspek sumber daya manusia terdapat potensi persoalan, yaitu pada tenaga kerja berpotensi melakukan korupsi fraud, memanfaatkan lemahnya sistem pengendalian internal.

Penelitian mengenai pengaruh terhadap pencegahan kecurangan yang pernah dilakukan antara lain: Festi, et al (2014) meneliti pengaruh pran auditor internal terhadap pencegahan kecurangan. Anita dan Zelmiyanti (2015) meneliti pengaruh budaya organisasi dan peran auditor internal terhadap pencegahan kecurangan dengan pelaksanaan sistem pengendalian internal sebagai variabel intervening. Windasari dan Juliarsa meniliti pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme auditor internal dalam mencegah kecurangan pada BPR di Kabupaten Badung.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pengendalian Internal, Peran dan Kompetensi Auditor

(25)

Internal terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)”. Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Dwika Maliawan, Edy Sujana, dan I Putu Gede Diatmika pada tahun 2017 yang merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha yang berjudul “Pengaruh Audit Internal dan Efektivitas Pengendalian Interen Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian sebelumnya meneliti pada Bank Mandiri Kantor Cabang Area Denpasar sedangkan penelitian ini dilakukan pada sektor perbankan yakni Bank yang terdaftar pada Bank Buku 4 tahun 2017, serta peneliti menambahkan variabel yaitu kompetensi auditor internal. Alasan peneliti memilih Bank Buku 4 tahun 2017 sebagai objek penelitian dikarenakan masih kurangnya penelitian terdahulu terhadap bank-bank tersebut dan terjadinya beberapa kasus fraud dibeberapa bank pada belakangan tahun ini.

1.2 Perumusan Masalah

1) Apakah pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada Bank Buku 4 tahun 2017 (Bank BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, dan Mandiri Kanwil DKI Jakarta)?

2) Apakah peran auditor internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada Bank Buku 4 tahun 2017 (Bank BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, dan Mandiri Kanwil DKI Jakarta)?

(26)

3) Apakah kompetensi auditor internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada Bank Buku 4 tahun 2017 (Bank BCA, BNI, BRI, CIMB Niaga, dan Mandiri Kanwil DKI Jakarta)?

1.3 Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud. Dengan adanya kasus kecurangan yang terjadi maka peniliti membatasi luasnya penjabaran dan pembahasan dalam penulisan ilmiah ini yaitu pengendalian internal, peran dan kompetensi auditor internal terhadap pencegahan kecurangan. Penelitian ini hanya berfokus pada Bank Buku 4 tahun 2017.

1.4 Tujuan Penelitian

1) Menganalisis mengenai pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada Bank Buku 4 tahun 2017.

2) Menganalisis mengenai pengaruh peran auditor internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada Bank Buku 4 tahun 2017.

3) Menganalisis mengenai pengaruh kompetensi auditor internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada Bank Buku 4 tahun 2017.

(27)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1) Bagi Auditor internal, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan bagi auditor mengenai pengetahuan melalui fraud.

2) Bagi Perusahaan atau Organisasi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam mengelola perusahaan.

3) Bagi Pihak Lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi pemaparan mengenai latar belakang, perumusan masalah yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang melandasi penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian, definisi operasional, jenis dan sumber data yang diteliti, metode dalam pengumpulan data serta metode

(28)

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi obyek penelitian, hasil dari analisis statistik deskriptif, uji validitas, uji reliabilitas, uji multikolinieritas, uji heterokedasitas, uji normalitas, analisis linier berganda, dan uji t. Selain dari hasil analisis berisi tentang interpretasi dari hasil pengolahan data yang menggunakan SPSS 21 versi windows.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penilitian yanh diteliti. Serta berisi tentang keterbatasan penelitian dan saran penulis. Selain itu juga terdapat daftar pustaka dan lampian dari seluruh kegiatan dalam penelitian.

(29)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)

Teori tindakan beralasan (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap terhadap perilaku dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan keyakinan. Dikemukakannya bahwa sikap terbentuk dari beberapa keyakinan individu mengenai perilaku, sedangkan norma subjektif terbentuk dari keyakinan‐

keyakinan normatif yang berasal dari orang‐orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu (Ramdhani, 2009).

(30)

2.1.2 Teori Fraud Triangle (Segitiga Kecurangan)

Teori fraud triangle merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh Donald R. Cressey (1953) yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan.

Tiga sudut fraud triangle (Tuanakotta, 2013:46) terdiri atas:

1. Pressure (tekanan) yang dirasakan pelaku kecurangan yang dipandangnya sebagai kebutuhan keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain (perceived non-shareable financial need)

2. Perceived opportunity adalah peluang untuk melakukan kecurangan seperti yang dipersepsikan pelaku kecurangan.

3. Rationalization adalah pembenaran yang “dibisikkan” untuk melawan hati nurani si pelaku kecurangan.

Segitiga kecurangan atau fraud triangle yang merupakan hasil penelitian dan pemikiran Donald Cressey, dikembangkan lebih lanjut, misalnya oleh ISA (International Standards on Auditing). ISA menyebut ketiga unsur dalam segitiga kecurangan itu (pressure, perceived opportunity, dan rationalization) sebagai faktor-faktor risiko kecurangan atau fraud risk factors.

2.1.3 Pengertian Auditing

Audit menurut Arens (2015:2) adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuain antara

(31)

informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Dari berbagai pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa audit merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik terhadap laporan keuangan, pengawasan intern, dan catatan akuntansi suatu perusahaan. Audit bertujuan untuk mengevaluasi dan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan berdasarkan buktibukti yang diperoleh dan dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.

2.1.3.1 Jenis-jenis Auditing

Menurut Arens (2017:36) Auditing di golongkan menjadi 3 golongan : 1. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional mengevaluasi efiensi dan efektivitas prosedur dan prosedur operasi organisasi manapun. Pada saat penyelesaian audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan rekomendasi untuk memperbaiki operasi. Sebagai contoh, auditor mungkin mengevaluasi efisiensi dan keakuratan pemrosesan transaksi pembayaran gaji di sistem komputer yang baru dipasang. Contoh lain, di mana kebanyakan akuntan merasa kurang berkualitas, sedang mengevaluasi efisiensi, akurasi, dan kepuasan pelanggan dalam memproses distribusi surat dan paket oleh perusahaan seperti federal express.

2. Audit kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah auditee mengikuti prosedur, peraturan, atau peraturan tertentu yang ditetapkan oleh beberapa

(32)

otoritas yang lebih tinggi. Berikut adalah contoh audit kepatuhan untuk bisnis swasta.

1. menentukan apakah personil akuntansi mengikuti prosedur yang ditentukan oleh pengendali perusahaan

2. tinjau ulang tingkat upah untuk mematuhi undang-undang upah minimum

3. memeriksa kesepakatan kontrak dengan bankir dan kreditor lainnya untuk memastikan perusahaan mematuhi persyaratan hukum

4. menentukan apakah sebuah bank hipotek sesuai dengan peraturan pemerintah yang baru-diberlakukan.

3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Normalnya, kriteria tersebut adalah standar akuntansi A.S. atau internasional, walaupun auditor dapat melakukan audit terhadap laporan keuangan disusun dengan menggunakan basis kas atau beberapa dasar lain akuntansi yang sesuai untuk organisasi. dalam menentukan apakah laporan keuangan dinyatakan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi, auditor mengumpulkan bukti untuk menentukan apakah pernyataan tersebut mengandung kesalahan material atau salah saji lainnya.

(33)

2.1.4 Audit Internal

Audit internal adalah aktifitas independen, objektif dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya secara sistematis, pendekatan secara disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian intern, dan proses tata kelola (Arens, 2017:867).

Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal Auditors) yaitu

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes” (Tunggal, 2013:3)

2.1.5 Peran Auditor Internal

Keseluruhan tujuan pemeriksaan intern adalah untuk membantu segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa untuk mencapai keseluruhan tujuan ini, maka auditor internal harus melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut (Hery, 2017:281):

1) Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan operasi lainnya

(34)

2) Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan

3) Memeriksa sampai sejauh mana aset perusahaan ditanggung jawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian

4) Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan

5) Menilai prestasi kerja para pejabat atau pelaksana dalam menyelesaikan tanggung jawab yang telah ditegaskan.

Menurut Arens (2017:867) peran auditor internal diharapkan untuk memberikan nilai kepada organisasi melalui peningkatan efektivitas operasional, namun juga melakukan tanggung jawab tradisional, seperrti:

1) Meninjau keandalan dan integritas informasi

2) Memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan peraturan 3) Melindungi aset

2.1.6 Kompetensi Auditor Internal

Menurut Arens (2017:868) kompetensi auditor internal menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dibutuhkan dalam kinerja layanan audit internal. Menurut Kurniawan (2015:23) pada tahun 2010, IIA menerbitkan laporan yang dikenal dengan nama Core Competency For Today’s Internal Auditorsyang merupakan bagian dari The IIA’s Global Internal Audit Survey: A Component of The CBOK Study. Kompetensi-kompetensi yang harus

(35)

dimiliki oleh auditor internal berkaitan dengan keahlian teknis dan pengetahuan.

Berikut merupaka rincian dari kompetensi tersebut:

1. Keahlian teknis

Berdasarkan survei tersebut, keahlian teknis seorang auditor internal mencakup: memiliki pemahaman terhadap bisnis, memahami teknik- teknik analisis risikodan penilaian pengendalian, mampu mengidentifikasi jenis-jenis pengendalian, keahlian penelitian manajemen dan operasional, dan lain-lain.

2. Pengetahuan

Di dalam fungsinya auditor internal diharapkan menguasai bidang- bidang berikut ini: auditing, standar audit internal, etika, akuntansi keuangan, budaya organisasi, hukum bisnis dan peraturan hukum, keuangan, ekonomi, pemasaran, dan lain-lain.

2.1.7 Pengendalian Internal

Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO) framework, pengendalian internal terdiri dari lima komponen yaitu (Hall, 2016):

1. Control environment (Lingkungan Pengendalian)

Lingkungan pengendalian merupakan fondasi untuk empat komponen pengendalian lainnya. Lingkungan pengendalian mempengaruhi kontrol manajemen dan karyawannya.

(36)

2. Risk Assessment (Penilaian Risiko)

Organisasi harus melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan.

3. Information System (Sistem Informasi)

Sistem informasi akuntansi terdiri dari catatan dan metode yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasikan, dan mencatat transaksi organisasi dan untuk memperhitungkan aset dan kewajiban terkait.

4. Control Activities (Kegiatan Pengendalian)

Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil untuk menghadapi risiko yang diidentifikasi organisasi.

5. Monitoring (Pemantauan)

Pemantauan adalah proses di mana kualitas desain dan operasi pengendalian internal dapat dinilai. ini dapat dicapai dengan prosedur terpisah atau dengan kegiatan yang sedang berlangsung.

Pengendalian internal menurut Tuanakotta (2013) merupakan jawaban manajemen untuk menangkal risiko yang diketahui, atau dengan perkataan lain, untuk mencapai suatu tujuan pengendalian (control objective). Ada hubungan langsung antara tujuan entitas dan pengendalian internal yang diimplementasikannya untuk mencapai tujuan entitas. Sekali tujuan entitas ditetapkan, manajemen dapat menentukan potensi risiko yang dapat menghambat

(37)

tujuan tadi. Dengan informasi ini, manajemen dapat menyusun jawaban yang tepat, termasuk merancang pengendalian internal.

Tujuan pengendalian internal secara garis besarnya dapat dibagi dalam empat kelompok, sebagai berikut:

1. Strategis, sasaran-sasaran utama (high-level goals) yang mendukung misi entitas

2. Pelaporan keuangan (pengendalian internal atas pelaporan keuangan) 3. Operasi (pengendalian operasi)

4. Kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan.

2.1.8 Kecurangan (Fraud)

Menurut Hall (2016) kecurangan menunjukkan suatu representasi salah dari fakta material yang dibuat oleh satu pihak ke pihak lain dengan maksud untuk menipu dan membujuk pihak lain untuk secara tepat bergantung pada fakta yang merugikannya.

Menurut hukum umum, tindakan curang harus memenuhi lima syarat berikut:

1. False representation (representasi salah), harus ada pernyataan yang salah atau pernyataan tidak rahasia.

2. Material fact (fakta material), fakta harus menjadi faktor penting dalam mendorong seseorang untuk bertindak.

3. Intent (maksud), harus ada niat untuk menipu atau pengetahuan bahwa

(38)

4. Justifable reliance (ketergantungan yang dapat dibenarkan), kekeliruan itu harus menjadi faktor substansial yang diandalkan oleh pihak yang dirugikan.

5. Injury or loss (cedera atau hilang), penipuan harus menyebabkan cedera atau kehilangan korban penipuan.

Menurut Tuanakotta (2013:28) definisi fraud yaitu “Any illegal acts characterized by deceit, concealment or violation of trust. These acts are not dependent upon the application of threats of violence or physical force. Frauds are perpetrated by individuals, and organizations to obtain money, property or services; to avoid payment or loss of services; or to secure personal or business advantage”.

Definisi di atas dapat diartikan sebagai berikut:

1. Fraud adalah perbuatan melawan hukum

2. Perbuatan yang disebut fraud mengandung: unsur kesengajaan, niat jahat, penipuan (deception), penyembunyian (concealment), penyalahgunaan kepercayaan (violation of trust).

3. Perbuatan tersebut bertujuan mengambil keuntungan haram (illegal advantage) yang bisa berupa uang, barang/harta, jasa, tidak membayar jasa (contoh: tidak membayar jasa listrik/air/gas/sepenuhnya dengan cara menyuap petugas yang mencatat meteran pemakaian listrik/air/gas), atau memperoleh bisnis (“memenangkan” tender pengadaan barang/jasa dengan cara menyuap pejabat atau menyalurkan bisnis kepada anggota keluarga atau kerabat).

(39)

Sebagai konsep hukum yang luas, kecurangan menggambarkan tipu muslihat yang disengaja yang dimaksudkan untuk merampas orang lain atau hak mereka. Dalam konteks audit laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji yang disengaja atas laporan keuangan. Dua kategori utama adalah pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset (Arens, 2017:338).

2.1.8.1 Jenis – Jenis Kecurangan (Fraud)

Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut (Silverstone, 2012:29):

1. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation) adalah pencurian atau penyalahgunaan dana atau aset.

2. Korupsi (Corruption), melibatkan penggunaan pengaruh karyawannya dalam transaksi bisnis dengan cara melanggar kewajibannya untuk tujuan memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri atau orang lain. Contohnya yaitu, suap, pemerasan, dan konflik kepentingan.

3. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud), melibatkan salah saji yang disengaja atau penghilangan informasi material dalam laporan keuangan organisasi. Metode umum manipulasi laporan keuangan termasuk mencatat pendapatan fiktif, menutupi kewajiban atau pengeluaran, dan meningkatkan aset yang dilaporkan secara buatan.

(40)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel penelitian

Hasil Penelitian 1 Chairun

Nisak, Prasetyono, Fitri Ahmad Kurniawan (2013).

Sistem Pengendalian Intern Dalam

Pencegahan Fraud Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada

Kabupaten Bangkalan.

I: Lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan D: Pencegahan kecurangan

Lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan

pemantauan berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.

2 Dina Rizkyana, Hendra

Gunawan, dan Pupung Purnamasari (2015).

Pengaruh Audit Internal dan Audit Eksternal Terhadap Pencegahan Fraud (Survey pada BUMN di Kota Bandung, Jawa Barat).

I: Audit internal dan audit eksternal D: Pencegahan fraud

Audit internal dan audit eksternal memiliki pengaruh positif dengan pencegahan fraud.

3 Theresa Festi T, Andreas, dan Riska Natariasari (2014).

Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan.

I: Peran audit internal

D: Pencegahan kecurangan

Peran audit internal berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.

4 Riri Zelmiyanti dan Lili Anita (2015).

Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan dengan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel

I: Budaya organisasi, auditor internal, sistem

pengendalian internal, D: Pencegahan kecurangan

Budaya organisasi dan sistem

pengendalian internal berpengaruh signifikan positif terhadap

(41)

Intervening. pencegahan kecurangan.

Sedangkan peran auditor internal berpengaruh negatif terhadap pencegahan kecurangan.

5 Hernawati Kadir (2015).

Pengaruh

Pengendalian Internal dan Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam

Pencegahan Fraud.

I: Pengendalian internal dan kompetensi auditor D: Efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam

pencegahan fraud

Audit internal dan efektivitas pengendalian interen secara berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud) 6 Ida Bagus

Dwika Maliawan, Edy Sujana, I Putu Gede Diatmika (2017)

Pengaruh Audit Internal dan Efektivitas

Pengendalian Interen Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud).

I: Audit internal, efektivitas pengendalian interen.

D: Pencegahan Kecurangan (Fraud).

Audit internal dan efektivitas pengendalian interen secara berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud).

7 Yusriwarti (2017)

Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan Pada Perusahaan Perbankan di Pekanbaru.

I: Peran audit internal

D: Pencegahan kecurangan

Peran audit internal berpengaruh positif terhadap pencegahan .kecurangan 8 Made Yunita

Windasari dan Gede Juliarsa (2016)

Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Auditor Internal dalam Mencegah Kecurangan Pada BPR di

Kabupaten Badung.

I: Kompetensi, independensi, dan

profesionalisme auditor internal D: Mencegah kecurangan

Kompetensi, independensi, dan

profesionalisme auditor internal berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan 9 Wuri

Handayani

Pengaruh Pemeriksaan Intern Khususnya

I: Pemeriksaan inten khuusnya

Pemeriksaan intern

(42)

Terhadap Kecurangan (Fraud) Pada PT Bank Bukopin Cabang Duri Riau

intern

D: Kecurangan (fraud)

pengendalian intern

berpengaruh signifikan positif terhadap kecurangan (fraud) 10 Fitroh Nurani

dan Evi Octavia (2016)

Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud Pada Telkom Faundation

I: Efektivitas pengendalian internal

D: Pencegahan fraud

Efektivitas pengendalian internal berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud 11 Ajala

Oladoya, Amuda Toyin, and Arulogun Leye (2013)

Evaluating Internal Control System as Preventif Measure of Fraud in the Nigerian Banking Sector

I: Internal control system, corporate governance D: Fraud

Internal control system as a preventive measure has signification curbed fraud in Nigerian banking sector.

Bad corporate governance was actually responsible for the use of internal control system in the Nigerian banking sector.

Internal control system has significant effect on corporate performance of Nigerian banking sector.

Sumber: Data diolah, 2018

(43)

2.3 Kerangka Pemikiran

Model penelitian atau kerangka pemikiran yang dibangun adalah terdapat dalam gambar di bawah ini yang menjelaskan kerangka pemikiran teoritis yang menggambarkan pengaruh pengendalian internal, peran, dan kompetensi auditor internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud).

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Sumber: Data diolah, 2018

Pengendalian Internal

(X1) Peran Auditor

Internal (X2)

Kompetensi Auditor Internal

(X3)

Pencegahan Kecurangan (Fraud)

(Y) H2

(44)

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Pengendalian Internal terhadap Pencegahan Kecurangan Sawyer yang menyatakan bahwa fungsi dari sistem pengendalian internal untuk mencegah, mendeteksi hal-hal yang tidak diinginkan serta mengarahkan terhadap hal-hal yang diinginkan. Kemudian teori yang dikemukakan oleh Tuanakotta (276:2014) bahwa upaya mencegah fraud, dimulai dari pengendalian intern (Kadir, 2015).

Hubungan antara pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan diungkapkan oleh Sukrisno Agoes (2012:212) dalam Maliawan, et al (2017), menyatakan bahwa, jika pengendalian intern suatu badan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan semakin besar. Sebaliknya, jika pengendalian intern suatu badan usaha kuat, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan bisa diperkecil. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil hipotesis:

H1: Pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan

2.4.2 Pengaruh Peran Auditor Internal terhadap Pencegahan Kecurangan Keberadaan audit internal sangat dibutuhkan oleh suatu bank, karena audit internal merupakan aktivitas independen yang memberikan jaminan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Aktifitas ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan

(45)

membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko pengendalian dan proses tata kelola (The IIA Research Foundation; 2011). Pada prinsipnya audit internal merupakan pemeriksaan intern yang independen yang ada pada suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan, telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk itu auditor intern perlu melakukan pemeriksaan, penilaian, dan mencari fakta atau bukti guna memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindaklanjuti (Maliawan, 2017). Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil hipotesis:

H2: Peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan

2.4.3 Pengaruh Kompetensi Auditor Internal terhadap Pencegahan Kecurangan

Setiap auditor internal harus tetap mempertahankan kompetensi, indepedensi serta profesionalisme agar dapat mencegah serta dapat mendeteksi segala bentuk kecurangan yang terjadi. Kurangnya pengetahuan dan pengertian seorang auditor internal mengenai indikasi akan terjadinya tindak kecurangan sering terjadi dan prosedur yang efektif untuk mendeteksi kecurangan sudah sering dibuat sulit oleh auditor- auditor dalam melakukan tugas- tugasnya. Oleh karena itu, seorang auditor internal harus mempunyai keahlian dalam mencegah

(46)

kecurangan sebagai eksistensi dan pengetahuan mengenai gejala pasti, dan harus mampu mendeteksi segala bentuk kecurangan (fraud) yang terjadi, pengertian akan masalah dan sikap kompetensi, independensi serta profesionalisme untuk menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi.

Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan penge-tahuan, pengalaman, pendidikan, dan pelatihan yang baik karena dengan hal itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya dan akan menghasilkan kualitas yang baik. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil hipotesis:

H3: Kompetensi auditor internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui pengaruh hubungan antara pengendalian internal, peran dan kompetensi auditor internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor internal Bank Buku 4 tahun 2017.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data empiris, yang dimaksud empiris yaitu suatu cara atau metode yang dilakukan, yang dapat diamati oleh indera manusia, sehingga cara atau metode yang digunakan tersebut bisa diketahui dan diamati juga oleh orang lain (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, kuantitatif merupakan jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka (Sugiyono, 2012).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Uma Sekaran (2012) data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama untuk analisis berikutnya untuk menemukan solusi atau masalah yang diteliti.

Dalam penelitian ini, data primer yang digunakan adalah menggunakan kuesioner

(48)

dengan menyebarkan kuesioner kepada auditor internal Kantor Wilayah DKI Jakarta Bank Buku 4 tahun 2017.

3.3 Metode Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor Internal Wilayah DKI Jakarta yang bekerja pada Bank Buku 4. Alasannya yaitu agar mengetahui pencegahan kecurangan yang dilakukan oleh para auditor internal.

Metode penetapan sampel yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menyebar sejumlah kuesioner dengan menggunakan kuesioner yang kembali dan dapat diolah. Sampel dalam penelitian ini adalah auditor internal yang bekerja di Kanwil DKI Jakarta Bank Buku 4 tahun 2017.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, variabel diklasifikasikan menjadi dua variabel operasional yang akan diukur yaitu variabel dependen dan variabel independen.

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pencegahan Kecurangan. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Pengendalian Internal, Peran dan Kompetensi Auditor Internal.

(49)

a. Variabel Dependen

Menurut Uma Sekaran (2011:116) variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencegahan fraud menurut Fitrawansyah tahun 2014 merupakan aktivitas memerangi fraud dengan biaya yang murah.

Pencegahan kecurangan bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah daripada diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang terjadi dan telah dinikmati oleh pihak tertentu, bandingkan bila kita berhasil mencegahnya tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku fraud (Festi et al, 2014).

b. Variabel Independen

Menurut Uma Sekaran (2011:117) variabel independen merupakan variabel yang mengambil variabel terikat, entah secara positif maupun secara negatif. Jika terdapat variabel bebas, variabel terikatpun akan hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian internal, peran dan kompetensi auditor internal.

(50)

1. Pengendalian Internal

Pengendalian internal adalah representasi dari keseluruhan kegiatan di dalam organisasi yang harus dilaksanakan, dimana proses yang dijalankan oleh dewan komisaris ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan pengendalian operasional yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (COSO, 1992) (Sofianingsih).

2. Peran Auditor Internal

Peran audit internal adalah sebagai pengawas terhadap tindak kecurangan. Audit internal bertanggung jawab untuk membantu manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan evaluasi keandalan dan efektivitas dari pengendalian seiring dengan potensi resiko terjadinya kecurangan dalam berbagai segmen (Festi T et al, 2014).

3. Kompetensi Auditor Internal

Menurut Sawyer et al. (2005), Kompetensi Auditor Internal adalah sebuah hubungan cara-cara setiap auditor memanfaatkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman. Auditor yang tidak kompeten tidak akan bisa membantu manajemen dalam memecahkan masalah-masalah yang mengandung resiko, padahal tugas auditor di era ini lebih difokuskan kepada pengawasan dan pengendalian terhadap area-area yang mengandung resiko bukan

(51)

hanya audit atas kepatuhan saja. (Juliarsa dan Windasari, 2016)

3.4.2 Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel independen dan dependen penelitian ini adalah mengunakan skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap suatu fenomena. Skala rating yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert dari mulai sangat tidak setuju (1) sampai dengan sangat setuju (5).

Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin berpengaruhnya pengendalian internal, peran dan kompetensi auditor internal terhadap pencegahan kecurangan.

Jadi, skor tinggi menunjukkan responden memiliki pencegahan kecurangan dengan baik (Rizkyana et al, 2015).

Tabel 3.1

Variabel Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi

Pengendalian Internal

Indikator

Pengendalian Internal (X1)

Skala Pengukuran Representasi dari keseluruhan

kegiatan di dalam organisasi yang harus dilaksanakan, dimana proses yang dijalankan oleh dewan komisaris ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan.

1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Aktivitas

pengendalian 4. Informasi dan

komunikasi 5. Pemantauan

Likert 1-5

(52)

Definisi

Peran Auditor Internal

Peran Auditor Internal (X2)

Skala Pengukuran Sebagai pengawas terhadap

tindak kecurangan

1. Independensi 2. Kemampuan

profesional 3. Program audit

internal

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

5. Laporan audit internal

Likert 1-5

Definisi Kompetensi Auditor

Kompetensi Auditor Internal (X3)

Skala Pengukuran Sebuah hubungan cara-cara

setiap auditor memanfaatkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman

1. Mutu Personal 2. Pengetahuan umum 3. Keahlian khusus

Likert 1-5 Definisi

Pencegahan Kecurangan

Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y)

Skala Pengukuran Upaya untuk menghilangkan

atau meminimalisir sebab- sebab timbulnya kecurangan

1. Syarat pemenuan fraud

2. Ruang lingkup

Likert 1-5

Sumber : Data Pengolahan 2018

3.5 Model Penelitian

Pengujian hiotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda (multiple linier regression), yaitu metode statistik untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat (Ghozali, 2016:8). Alat bantu yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan software SPSS versi 21.

(53)

Model regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Pencegahan Kecurangan (Fraud) α = Konstanta

β = Koefisien arah regresi

X1 = Pengendalian Internal X2 = Peran Auditor Internal X3 = Kompetensi Auditor Internal = error

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsi atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2016).

(54)

3.6.2 Uji Kualitas Data 3.6.2.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuisioner.

Suatu kuisioner dinyatakan valid jika pernyataan pada kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur untuk kuisioner terebut (Ghozali, 2016). Uji validitas data menguji seberapa baik satu atau perangkat instrument pengukuran yang diukur dengan tepat. Validitas ditentukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item. Kriteria yang diterapkan untuk mengukur valid tidaknya suatu data adalah:

a. Jika r hitung > r tabel atau probabilitas < 0.05 (sig. < 0.05), maka Ha diterima (ada pengearuh signifikan) dan H0 ditolak (tidak ada pengaru signifikan);

b. Jika r hitng < r tabel atau probabilitas < 0.05 (sig. < 0.05), maka Ha ditolak dan H0 diterima.

3.6.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas ini menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α). Apabila hasil pengujian Cronbach Alpha ≥ 0.70 maka dapat dikatakan bahwa konstruk atau variabel ini adalah reliabel (Ghozali, 2016).

(55)

3.6.3 Uji Asumsi Klasik 3.6.3.1 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2016:

103). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi yaitu dengan melihat nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Faktor (VIF).

Multikolinearitas menunjukkan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen lainnya.

Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat besaran tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,90. Semakin tinggi nilai VIF, maka semakin besar peluang terjadinya multikolinearitas antar variabel, dengan ketentuan (Ghozali, 2016: 104):

a. Jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) ≥ 10, maka ada kasus multikolinearitas.

b. Jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) ≤ 10, maka tidak ada kasus multikolinearitas.

(56)

3.6.3.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan independen dalam model regresi tersebut terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data yang normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melakukan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (dengan program SPSS). Diantaranya adalah sampel yang akan digunakan untuk analisis harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan tingkat signifikansi α = 5% (0,05). Jika signifikansi < 0,05 maka distribusi data dapat dikatakan tidak normal. Sebaliknya, jika signifikansi > 0,05 maka distribusi dapat dikatakan normal (Ghozali, 2016). Uji normalitas dilakukan dengan ketentuan:

a. Jika probability asymp. sig > 0.05 (sig. 0.05), maka H0 diterima (ada pengaruh signifikan) dan Ha ditolak (tidak ada pengaruh signifikan);

b. Jika probability asymp. sig < 0.05 (sig. 0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.6.3.3 Uji Heterokedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk mendeteksi model regresi linear memiliki nilai residual yang berbeda. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka hal tersebut disebut homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang menghasilkan homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedstisitas. Ada beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait