Setelah mencermati beberapa aspek perkembangan perbankan syariah di Indonesia, perlu diketahui ciri lain dari sistem ekonomi atau keuangan syariah, yaitu adanya instrumen nilai-nilai sosial. Jelas dari semua instrumen moneter di atas bahwa ada perbedaan mendasar antara kedua sistem di mana bunga dikenal dalam sistem ekonomi konvensional. Sedangkan sistem ekonomi Islam menggunakan sistem bagi hasil (mudharabah) dan terdapat unsur nilai sosial.
Islam dalam sistem perbankan/keuangan ganda yang lagi-lagi didedikasikan untuk mata uang, giro wadi»ah, tabungan mudharabah dan deposito investasi mudharabah di bank syariah dan 2) Menganalisis pengaruh nilai sosial terhadap fungsi permintaan uang dan menentukan apakah ada adalah hubungan atau pengaruh yang signifikan antara jumlah uang yang beredar dalam sistem ekonomi Islam dengan instrumen nilai sosial tersebut. Sebenarnya perbedaan sistem ekonomi yang digunakan di atas juga dapat diwakili oleh tiga sistem ekonomi, yaitu sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi Islam, dan sistem ekonomi Marxis. Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang didominasi oleh kapital atau modal, dengan motif keuntungan dimana uang berlaku.
Dalam sistem ekonomi kapitalis juga dikenal adanya kebebasan dalam perekonomian disertai dengan instrumen bunga yang kuat. Pada masa Rasulullah SAW, sistem ekonomi Islam diterapkan dengan mempercepat peredaran uang, menetapkan baitul kali dan menerapkan kebijakan fiskal. Sedangkan dalam sistem ekonomi Islam terdapat sistem perbankan cadangan seratus persen, dimana sistem ini tidak memberikan peluang bagi bank untuk menciptakan uang baru, karena semua cadangan harus disimpan di bank sentral.
Teori Permintaan Uang
Dimana tidak ada unsur konsumsi mewah dalam transaksi √ kemewahan atau tampilan status atau simbol dan aktivitas yang tidak bermanfaat. Dan investasi yang dilakukan harus produktif, sedangkan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh negara itu sendiri.
Hikmah dan Manfaat Zakat
Chapra (1985) menyatakan bahwa zakat berdampak positif terhadap peningkatan ketersediaan dana untuk investasi karena pembayaran zakat atas kekayaan dan aset yang disimpan akan mendorong pembayar zakat untuk mencari pendapatan dari kekayaannya sehingga mampu membayar zakat tanpa mengurangi hartanya. kekayaan. Dalam masyarakat yang telah terinternalisasi nilai-nilai Islam, simpanan emas dan perak serta kekayaan yang tidak produktif akan cenderung menurun guna meningkatkan investasi dan menciptakan kemakmuran yang lebih besar. Secara umum, ada tujuh hikmah dan manfaat zakat dalam Hafiddudin (2002), sebagai wujud keimanan kepada Allah SWT; untuk membantu mustahik; sebagai pilar amal umum (jama»i); sebagai sumber dana untuk pengembangan sarana dan prasarana yang dimiliki umat Islam (sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi) dan dana untuk pengembangan kualitas sumber daya umat Islam; untuk mempromosikan etika bisnis yang tepat; sebagai salah satu instrumen pemerataan pendapatan dan insentif yang kuat bagi orang beriman untuk membayar zakat.
Beberapa manfaat zakat, seperti mencegah penumpukan harta di satu tangan, secara otomatis mendorong orang untuk berinvestasi. Zakat yang dikelola dengan baik akan mampu membuka lapangan kerja dan peluang usaha yang luas serta penguasaan harta oleh umat Islam. Saefuddin (1986) menyatakan bahwa dengan pengelolaan zakat yang baik, dimungkinkan untuk membangun pertumbuhan ekonomi, serta pemerataan pendapatan, secara ekonomi dengan pemerataan.
Manfaat akhlak seperti menanamkan sifat keluhuran budi, toleransi dan kedermawanan pada individu yang membayar zakat, pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (kasih sayang) dan lemah lembut terhadap yang tidak memilikinya serta mengandung aspek moral. pemurnian. Jika kita melihat manfaat ijtimayyyah (aspek sosial), maka zakat merupakan sarana untuk membantu memenuhi kebutuhan fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas di sebagian besar negara di dunia; Memberikan dukungan kepada umat Islam dan mengangkat eksistensinya, hal ini terlihat pada kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah; Zakat dapat mengurangi kecemburuan sosial; zakat akan mendorong pertumbuhan ekonomi para pelaku kejahatan dan yang jelas keberkahannya akan banyak dan Himawan (2005) menyampaikan fungsi zakat sebagai solusi dari inflasi seperti terlihat pada gambar bahwa zakat memiliki fungsi kontrol dan fungsi sosial .
Jika arus investasi tinggi maka pembelian barang dan jasa juga akan meningkat sehingga menyebabkan harga turun.
Kerangka Pemikiran
Kedua, nilai sosial (zakat) berpengaruh negatif terhadap permintaan uang untuk kegiatan non produktif dalam sistem Islam dari sisi muzakki dan berpengaruh positif terhadap permintaan uang dari sisi mustahik;
METODOLOGI
Jenis dan Sumber Data
Indonesia (SEKI-BI); Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS-BI); publikasi data imbal hasil syariah pada laporan distribusi pendapatan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri; Laporan Tahunan Divisi Zakat Departemen Agama dan Laporan Keuangan Berbagai Lembaga (Badan Amil Zakat Nasional; Pos Keadilan Peduli Umat; Rumah Zakat Indonesia; BAMUIS BNI; BSM Umat; BAZDA DKI; BAZDA BOGOR; Tabungan Wakaf Indonesia; Yayasan Wakaf Paramadina; Forum Zakat dan Dompet Dhuafa) serta data potensi zakat di Indonesia periode Januari 2001 sampai Desember 2007. Penelitian ini tidak dapat membedakan antara uang berbasis Islam dan konvensional karena adanya unsur mata uang dalam M1IS.
Permintaan M2 Islam (M2IS), uang beredar Islam dalam arti luas terdiri dari M1IS ditambah tabungan mudharabah dan deposito mudharabah, karena variabel ini sebelumnya tidak membedakan kriteria yang benar √ uang asli menurut hukum Islam sebagai akibat dari unsur mata uang di M2IS. Currency (UK), uang yang beredar baik dalam bentuk logam maupun kertas di masyarakat (di luar bank komersial) dan siap untuk dibelanjakan, dikeluarkan oleh bank sentral setiap saat. Dalam mata uang khusus ini, uang yang sesuai dengan syariat Islam dan konvensional tidak dapat dibedakan.
Tabungan Mudharabah (TM) adalah simpanan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu atau beberapa kali berdasarkan akad. Deposito Investasi Mudharabah (DM) adalah simpanan pihak ketiga pada bank syariah yang mensyaratkan tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana dapat beredar. Produk domestik bruto riil (GDPR) adalah nilai produk domestik bruto yang diturunkan pada tingkat IHK tahun dasar 2002, namun dalam penelitian ini PDB tidak lepas dari konsumsi mencolok.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data zakat yang merupakan perkiraan jumlah zakat penghasilan, rumusan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Imbalan Syariah (RS) yang terdiri dari Tingkat Setara Bank Syariah Mandiri dan Tingkat Setara Bank Muamalat Indonesia.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Jika statistik jejak lebih besar dari nilai kritis 5%, maka terdapat kointegrasi dalam sistem persamaan. Pada persamaan TM dan DM masing-masing √ setiap persamaan memiliki setidaknya satu peringkat kointegrasi pada tingkat signifikansi lima persen. Setelah lolos uji kointegrasi pada sistem VAR sebelumnya dan menunjukkan bahwa terdapat empat persamaan yang menggunakan VAR dan dua persamaan memiliki kointegrasi, analisis selanjutnya digabungkan dengan model VECM.
Penilaian VECM dilakukan untuk menunjukkan analisis jangka panjang dan jangka pendek tetapi jika dilakukan hanya sampai VAR kita dapat melihat analisis jangka pendek.
HASIL DAN ANALISIS
- Hasil Estimasi VAR Permintaan Uang Islam
- Hasil Estimasi VAR Permintaan Uang Kartal
- Hasil Estimasi VAR Permintaan Giro Wadi»ah
- Hasil Estimasi VECM Permintaan Tabungan Mudharabah
- Hasil Estimasi VECM Permintaan Deposito Mudharabah
Dimana jika RS meningkat satu persen maka permintaan saldo riil syariah M1 meningkat sebesar 0,015241 persen. Ini berarti bahwa ketika PDB meningkat sebesar satu persen, permintaan akan saldo riil Islam M2 meningkat sebesar 1,032118 persen. Artinya, jika S naik satu persen, maka permintaan saldo riil Islam M2 naik sebesar 2,023231 persen.
Dimana jika RS naik satu persen, maka permintaan saldo M2 riil syariah naik sebesar 0,014216 persen. Variabel nilai sosial (zakat) berdampak positif terhadap permintaan saldo riil UK dalam jangka pendek sebesar 2.186456. Dimana jika RS naik satu persen, maka permintaan saldo riil Inggris akan naik sebesar 0,014752 persen, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 5.
Artinya, ketika PDB meningkat sebesar satu persen, permintaan untuk saldo GW riil meningkat sebesar 0,198811 persen. Variabel nilai sosial (zakat) berpengaruh negatif jangka pendek terhadap permintaan GW riil negara sebesar -0.232958. Artinya jika S naik satu persen, maka permintaan saldo GW aktual turun sebesar -0,232958 persen.
Dimana jika RS naik sebesar satu persen maka permintaan saldo GW riil akan turun sebesar -0.582130 persen. Ini berarti bahwa ketika PDB meningkat sebesar satu persen, permintaan saldo TM riil menurun sebesar 1,908627 persen. Artinya jika S naik satu persen, maka permintaan saldo TM riil juga naik sebesar 2,198949 persen.
Dimana jika RS meningkat sebesar satu persen maka permintaan terhadap saldo riil TM akan menurun sebesar -0.057216 persen. Ini berarti bahwa jika S meningkat sebesar satu persen, permintaan saldo DM riil meningkat sebesar 2,462457 persen. Ini berarti bahwa ketika PDB meningkat sebesar satu persen, permintaan saldo DM riil menurun sebesar 4,205416 persen.
Dimana jika RS meningkat satu persen, maka permintaan saldo DM riil berkurang sebesar 0,020466 persen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil IRF dapat dikatakan bahwa permintaan tabungan mudharabah cukup stabil dengan adanya inovasi variabel lainnya. Terdapat mekanisme penyesuaian jangka pendek hingga jangka panjang dan melalui hasil FEVD terlihat nilai sosial tidak dominan mempengaruhi permintaan tabungan mudharabah. Dalam model deposito mudharabah jangka panjang, nilai sosial (zakat) signifikan dan berpengaruh positif terhadap permintaan tabungan mudharabah.
Ada mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjang. Berdasarkan hasil IRF dapat dikatakan bahwa permintaan deposito mudharabah cukup stabil dalam merespon inovasi variabel lain, dan melalui hasil FEVD terlihat bahwa social value tidak berpengaruh dominan terhadap permintaan. untuk tabungan mudharabah. Hasil analisis pengaruh nilai sosial terhadap jumlah uang yang diminta di Indonesia menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai nilai sosial terutama variabel itu sendiri. Diperlukan pendataan yang lebih luas tentang nilai-nilai sosial untuk benar-benar membuktikan fungsinya sebagai alat moneter dalam sistem moneter Islam.
Sebagai otoritas perbankan dan sistem ekonomi syariah, kami berharap Bank Indonesia dapat mempertimbangkan variabel nilai-nilai sosial untuk mempelajari lebih lanjut pengaruhnya dalam pengambilan kebijakan moneter. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti permintaan uang dengan memperluas seri data; menurunkan variabel nilai sosial untuk semua kegiatan yang bersifat sosial dengan data primer; membedakan antara mata uang konvensional dan Islam dan memisahkan konsumsi tanpa konsumsi virtual. Menuju kebijakan moneter terintegrasi di bawah sistem keuangan ganda: sistem bunga versus sistem bagi hasil dan kerugian.