• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO DAN MONETER ... - Universitas Brawijaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO DAN MONETER ... - Universitas Brawijaya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO DAN MONETER TERHADAP PENANAMAN MODAL

ASING DI INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Firnanda Adhi Nugroho 135020407111014

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO DAN MONETER TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

Yang disusun oleh :

Nama : Firnanda Adhi Nugroho

NIM : 135020407111014

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 03 April 2017.

Malang, 19 April 2017 Dosen Pembimbing,

Vietha Devia SS, SE., ME.

NIP. 871027 02 1 2 0005

(3)

Analisis Pengaruh Variabel Makro dan Moneter Terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia

Firnanda Adhi Nugroho

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email : adhinugrohofirnanda@gmail.com

ABSTRAK

Penanaman modal asing merupakan langkah awal untuk melakukan pembangunan ekonomi suatu negara. Penanaman modal asing akan berdampak baik untuk perekonomian terutama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, masuknya penanaman modal asing tidak hanya berupa modal tetapi adanya transfer teknologi, transfrer ilmu pengetahuan yang lebih maju, serta adanya pembukaan lapangan kerja baru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel makro dan moneter terhadap penanaman modal asing di Indonesia periode 2006-2015.

Penelitian ini bersifat kuantitatif, data yang digunakan merupakan data sekunder, serta dianalisis menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode OLS didapatkan hasil estimasi bahwa variabel produk domestik bruto, inflasi, dan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing di Indonesia. Sedangkan variabel suku bunga tidak berpengaruh terhadap penanaman modal asing di Indonesia.

Keyword : Penanaman Modal Asing, Produk Domestik Bruto, Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga

A. PENDAHULUAN

PMA merupakan arus modal internasional dimana sebuah perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas jaringan di negara lain. PMA merupakan langkah awal pembangunan ekonomi disuatu negara. Masuknya PMA tidak hanya berupa modal tetapi adanya transfer teknologi, transfer ilmu penegtahuan yang lebih maju, serta adanya pembukaan lapangan kerja baru.

Negara maju cenderung memiliki modal dan teknologi yang canggih, sednagkan negara berkembang memiliki sumber daya yang modal dan sumber daya alam yang melimpah. Unruk melakukan peningkatan pembangunan dinegara berkembang diperlukan adanya modal seperti dana, skill, dan teknologi untuk mengolah sumberdaya yang ada . Sedangkan negara maju selakau pihak penanam modal membutuhkan bahan baku, tenaga kerja, pasar, jaminan keamanan, serta kepastian hukum untukmengembangkan atau memperluas jaringan usahanya guna meningkatkan profitnya. Maka dari itu untuk mewujudkan kepentingan tersebut kedua negara harus mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan. Dengan adanya hal tersebut Indonesia selaku negara berkembang yang membutuhkan modal harus mampu mempengaruhi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

(4)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4

2011 2012 2013 2014 2015

1924 19.13 18.82 22.58 28.15

Dengan masuknya PMA diharapakan akan meningkatkan pembangunan ekonomi khusunya bagi kemakmuran rakyat terutama bagi para pengusaha yang kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya agar memperoleh keuntungan yang lebih maksimal.

Selain PMA juga ada alternatif lain bagi penanam modal asing seperti investasi portofolio. Menurut Sukirno (2005) mengatakan bahwa investasi portofolio merupakan penanaman modal dalam bentuk surat-surat berharga dalam jangka panjang dan saham-saham dari perusahaan yang terdapat pada negara berkembang, jadi investasi ini bisa berupa penyertaan dalam kepemilikan perusahaan bukan penguasaan kegiatan perusahaan setiap harinya. Investasi ini cenderung bersifat high risk high return artinya investasi ini memilikiresiko yang besar tetapi diimbangi dengan pengembalian yang besar pula.

Namun, investor cenderung memilih investasi langsung (PMA) karena selain bersifat jangka panjang, investasi ini memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen serta membuka lapangan kerja baru. Mengingat masalah penyediaan lapangan kerja merupakan masalah cukup rumit bagi pemerintah.

Gambar 1.1 Realisasi PMA

Sumber : BKPM, Data diolah 2017

Bila dilhat dari grafik tersebut jumlah realisasi cenderung fluktuatif, hal ini biasanya disebabka oleh kebijakan pemerintah maupun otoritas moneter. Biasanya adanya kebijakan perubahan suku bunga acuan membuat investor berhati-hati untuk mengambil keputusan, kenaikan suku bunga akan mengakibatkan naiknya biaya investasi, kenaikan ini akan memicu mahalnya biaya produksi yang selanjutnya akan mengurangi proporsi keuntungan yang didapat oleh investor.

Begitu pula sebaliknya.

Selain itu, kondisi politik dan kepastian hukum juga berpengaruh terhadap masuknya investasi ke dalam negeri. Misal, ketika setelah pelantikan presiden baru tahun 2014, PMA yang masuk mengalami penurunan tajam, hal ini disebabkan investor menahan investasinya untuk menunggu kebijakan investasi yang diterapkan diera kabinet pemerintah yang baru, pada periode berikutnya PMA kembali naik, hal ini membuktikan bahwa kebijakan investasi yang

(5)

diterapkan pemerintah sesuai harapan investor. Bila dilihat secara keseluruhan, PMA terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, hal ini menunjukan peningkatan kepercayaan investor asing terhadap Indonesia dikarenakan semakin kuatnya kondisi fundamental ekonomi serta diiringi dengan membaiknya iklim investasi di dalam negeri.

Untuk meningkatkan investasi pemerintah sejatinya sudah menerapkan berbagai kebijakan diantaranya diterbitkannya undang-undang terkait investasi asing, diterbitkannya paket kebijakan ekonomi secara bertahap, selain kebijakan penetapan suku bunga acuan. Melalui undang-undang yang diterapkan pemerintah sejatinya memiliki tujuan utama ialah untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif di dalam negeri. Diterbitkanlah UU No. 25 Tahun 2007 yang terbatas untuk penanaman modal langsung, kebijakan mengenai penanaman modal ini mempunyai tujuan untuk menciptakan penanaman modal yang kondusif, promotif, efisien serta adanya kepastian hukum dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Selanjutnya ada peraturan PP 18/2015, PMK 89/2015 dan PMK 159/2015. PP 18/2015 berisi tentang aturan pemberian fasilitas tax allowance bagi industri prioritas berskala nasional.Adanya PMK 89/2015 dan PMK 159/2015 ini merupakan bentuk insentif guna mendukung iklim investasi industri. Mengingat sektor industri merupakan penyumbang PDB yang besar. Tax allowance merupakan pemberian fasilitas untuk mengurangi pajak penghasilan. Pemberian ini merupakan terobosan dari sisi kebijakan fiskal. Pemberian insentif ini sebagai wujud kerjasama antara pemerintah dan investor untuk memajukan perekonomian nasional. Hal ini tentunya memberikan daya tarik bagi investor untuk mengembangkan usahanya di Indonesia. Harapan pemerintah dari program ini ialah pemerintah dapat menarik investor global ke dalam negeri lebih banyak lagi.

Hal ini akan berdampak pada adanya lapangan kerja baru, transfer teknologi, dan pengembangan wilayah.

Penanaman modal asing merupakan pelengkap untuk mengisi berbagai sektor usaha dan industri yang belum bisa dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak swasta nasional, baik itu dari segi manajemen, teknologi, maupun segi permodalan. Baik modal asing langsung maupun tidak langsung seyogyanya hal ini dapat mendorong atau merangsang sektor usaha atau industri, serta dapat dimanfaatkan untuk upaya menembus jaringan perdagangan internasional melalui jaringan yang dimiliki oleh investor tersebut. Dengan masuknya modal asing diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi di Indonesia. Banyak para pakar ekonomi memprediksi bahwa investasi asing di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan perumbuhan ekonomi yang semakin membaik. Para investor asing terutama investor dari Amerika, Eropa maupun Asia, mereka merasa optimis dengan investasi yang mereka lakukan di kawasan asia tenggara, khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena selain pola masyarakat yang konsumtif Indonesia juga negara dengan pertumbuhan ekonomi yang dibilang cukup tinggi. Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi iklim investasi di Indonesia serta memperkuat kondisi perekonomian.

Rahayu (2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Indonesia”. Variabel yang digunakan yakni PDB, Suku Bunga, Upah Pekerja, dan Krisis Ekonomi. Hasilnya menunjukan bahwa variabel PDB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

(6)

PMA. Sedangkan Sarwedi (2002) dalam penelitian yang berjudul “Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya” menunjukan bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan. Dari uraian sebelumnya menunjukan bahwa variabel PDB memiliki kontradiksi hasil yang bisa disebabkan karena adanya perbedaan metode penelitian, periode penelitian, serta variabel penelitian yang digunakan.

Adanya perbedaan tersebut dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan pengujian ulang dengan menggabungkan beberapa variabel dari penelitian terdahulu menjadi dalam satu penelitian yakni variabel PDB, inflasi, nilai tukar serta suku bunga. Dengan adanya perbedaan penelitian tersebut, selanjutnya akan diketahui hasil penelitian yang baru ini, apakah hasilnya tetap sama atau berbeda dengan penelitian terdahulu tersebut.

B. KAJIAN PUSTAKA

Menurut Sunariyah (2010) investasi adalah penanaman modal untuk satu ataupun lebih aktiva yang dimiliki dan juga biasanya berjangka waktu lama dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

Investasi biasanya bertujuan untuk memperbesar produktivitas atau output.

Investasi bisa dilakukan dengan cara pengadaan pabrik, mesin, peralatan dan bahan baku baru yang dapat meningkatkan stok modal secara fisik sehinggadapat meningkatkan jumlah output dimasa mendatang.

Dengan demikian, para investor harus melakukan estimasi besaran untuk penerimaan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya sepanjang usia produktif dari investasi yang dilakukan. Dengan adanya investasi dapat menambah jumlah barang-barang modal yang tersedia yang selanjutnya dapat menaikan kemampuan perekonomian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Krugman, penanaman modal asing langsung merupakan suatu arus modal internasional dimana sebuah perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas jaringan usahanya di negara lain. Krugman (2003), investasi dapat dibedakan menjadi 3 yakni investasi langsung (direct investment), investasi tidak langsung (portofolio investment), dan pinjaman ekspor (export folio).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi investor asing untuk melakukan penanaman modal asing disuatu negara sebagai berikut: (a) Sumber Daya ALam dimana pada dasarnya orientasi dari penanaman modal asing hanyalah untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah, dimana pihak investor beralasan bahwa sumber daya di negara asalnya dianggap tidak mencukupi serta mahal (b) Menghindari kendala pada tarif yang mana tariff merupakan salah satu kendala dalam menghambat jalur perdagangan dan mengurangi keuntungan (profit) bagi suatu produk yang akan masuk di suatu negara dapat, salah satu cara yang digunakan untuk menghindari hal tersebut adalah dengan mendirikan perusahaan di negara tersebut (c) Orientasi pasar domestik, dimana Pasar dari negara penyelenggara sangat menjanjikan serta dapat memperoleh keuntungan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan diproduksi di negara asal (d) Tingkat upah pekerja yang relatif rendah dimana investor memilih negara tujuan investasi yang memiliki upah lebih rendah dari pada dinegara asal karena upah dianggap lebih mahal.

(7)

Pendekatan teori penanaman modal asing. dalam hal ini teori yang digunakan, yakni teori perusahaan multinasional. Teori ini merupakan teori investasi asing modern yang lebih menitik beratkan dari pembedaan dua pertanyaan pertama mengapa suatu barang diproduksi di dua negara atau lebih yang berbeda dan bukan di satu negara saja. Selanjutnya mengapa produksi di lokasi-lokasi yang berbeda dilakukan oleh perusahaan yang sama bukan perusahaan yang berbeda.Berdasarkan hal diatas, teori ini berpandangan bahwa faktor yang mempengaruhi investor dalam melakukan invetasi asing antara lain:

a. Lokasi (Location)

Teori lokasi menjelaskan bahwa tingkat keuntungan dari kegiatan investasi ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki di lokasi kegiatan produksi tersebut.

Semakin baiknya kondisi sumber daya di lokasi produksi, maka kegiatan produksi akan berjalan dengan maksimal sehingga dapat mendorong peningkatan keuntungan yang diperoleh investor.

b. Internalisasi (Internalization)

Teori internalisasi lebih menekankan pada keunggulan-keunggulan internalisasi bagi integrasi vertikal, dimana sebuah perusahaan hulu dan hilir disatukan dengan integrasi vertikal agar tidak terjadi fluktuasi harga.

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah salah satu indikator penting guna mengetahui perkembangan perekonomian pada suatu negara dalam suatu periode tertentu, umumnya triwulan dan tahunan, baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga yang berlaku. Pada dasarnya PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha pada suatu negara tertentu dalam periode tertentu. Jumlah akhir dari nilai barang dan jasa akhir yang disediakan dari produksi harus sesuai atau sama dengan nilai barang yang digunakan.

PDB terdiri atas harga konstan dan harga berlaku. PDB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.

Sedangakan, PDB atas dasar harga berlaku dapat diartikan sebagai nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun.

Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Menurut Tandelilin (2010) inflasi merupakan sinyal negatif bagi para investor atau pemodal di pasar modal, sebab inflasi dapat meningkatkan pendapatan serta biaya dari perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih besar dari peningkatan harga yang didapat oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun. Selanjutnya, harga aset juga ikut turun.

Nilai tukar (exchange rate) atau sering disebut kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Dengan kata lain, kurs bisa disebut perbandingan mata uang negara satu dengan negara yang lain. Dalam pasar bebas kurs akan berubah sesuai dengan permintaan dan penawaran. Menurut Mankiw (2006) kurs dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni kurs nominal dan kurs riil, dimana kurs nominal merupakan harga relatif dari mata uang dua negara.

Sedangkan, kurs riil ialah harga relatif dari barang atau jasa dari kedua negara, yaitu kurs riil yang dinyatakan tingkat dimana seseorang bisa memperdagangkan barang dari suatu negara untuk barang dari negara lain.

Menurut Nopirin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang telah diterima yang merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga dapat mempengaruhi keputusan

(8)

individu terhadap pilihan untuk membelanjakan uangnya lebih banyak atau menabungnya. Menurut jenisnya suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yakni, suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal merupakan rate yang dapat diamati dipasar. Sedangkan suku bunga riil merupakan hasil dari tingkat bunga nominal yang dikurangi dengan tingkat inflasi yang terjadi selama periode yang sama.

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, artinya penelitian ini disusun secara sistematis antara setiap bagian, fenomena, serta hubungan yang terdapat dalam objek penelitian.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada website resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id).

Lokasi ini dipilih karena website Bank Indonesia menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang digunakan ialah data time series triwulanan dari tahun 2006-2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data time series yang diperoleh melalui Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Penanaman Modal, World Bank, serta dari beberapa data publikasi instansi lainnya.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Model regresi dapat dilihat seperti berikut:

PMA = a + b1PDB + b2INF + b3KURS + b4R+ e PMA : Penanaman Modal Asing (Y)

a : Konstanta b1,2,3,4 : Koefisien Regresi

PDB : Produk Domestik Bruto (X1) INF : Inflasi (X2)

KURS: Kurs (X3) R : Suku Bunga (X4) e : Nilai Residu

Tahap pertama akan dilakukan uji asumsi klasik setelah uji terpenuhi baru dilanjutkan dengan uji hipotesis.

Uji Normalitas, uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi dari variabel dependen dan independen dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan ialah uji Kolmogorov-Smirnov.

Uji Multikolinearitas, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar variabel bebas. Uji ini dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF harus berada dibawah 10 agar tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas, uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua residual mempunyai varian yang konstan atau tidak. Uji ini menggunakan scatterplot atau analisa grafik.

(9)

Uji Autokorelasi, uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time- series) dan ruang (cross-section). Dalam penelitian ini menggunakan uji Runs Test.

Pengujian Hipotesis Uji t

Menurut Suliyanto (2011) nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel terikatnya atau tidak.

Uji F

Menurut Suliyanto (2011) Uji F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model (goodness of fit).

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisiensi determinasi digunakan untuk mengukur presentase total varian variabel dependen (Y) yang dijelaskan oleh variabel independen (X) di dalam garis regresi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Normalitas

Dari hasil uji dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapat nilai signifikansi (Asymp. Sig. Tailed) sebesar 0,767 yang berarti bahwa nilai uji berada diatas nilai probanbilitas (0,767>0,005). Artinya data telah terdistribusi secara normal.

Uji Multikolinearitas

Dari hasil uji dapat dilihat bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel yakni PDB (3,899), Inflasi (1,053), Nilai Tukar (1,315), dan Suku Bunga (3,545). Nilai VIF dari masing-masing variabel independen berada dibawah angka 10. Jadi dapat dikatakan bebas multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil uji scatterplot didapatkan bahwa scatterplot tersebar baik dan tidak membentuk pola tertentu artinya tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Gambar 1.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data primer diolah, 2017

(10)

Uji Autokorelasi

Dari hasil uji menggunakan metode Runs Test didapat nilai signifikansi (Asymp. Sig. Tailed) sebesar 0.052, dimana nilai tersebut berada diatas nilai probabilitas (0,052>0,05) artinya bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi.

Dengan terpenuhinya seluruh uji asumsi klasik diatas maka dapat dikatakan model regresi yang digunakan sudah layak dan tepat.

Persamaan Regresi

Hasil uji regresi dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) didapat persamaan regresi seperti berikut:

Tabel 1.1 Uji Persamaan Regresi

Variabel bebas Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) -6.553 0.768 -8.532 0.000

X1 1.227 0.126 0.813 9.704 0.000

X2 2.671 0.843 0.138 3.168 0.003

X3 0.952 0.812 0.254 5.217 0.000

X4 -1.121 1.494 -0.060 -0.751 0.458

Sumber : Data primer diolah, 2017

Adapun model persamaan yang didapatkan berdasarkan hasil uji estimasi sebagai berikut :

Y = -6,553 + 1,227 X1 + 2,671 X2 + 0,952 X3 – 1,121 X4

Dari persamaan diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

 PMA akan meningkat untuk setiap tambahan X1 (PDB). Jadi apabila PDB mengalami peningkatan, maka PMA akan meningkat sebesar 1,227 satuan .

 PMA akan meningkat untuk setiap tambahan X2 (Inflasi), Jadi apabila Inflasi mengalami peningkatan, maka PMA akan meningkat sebesar 2,671 satuan.

 PMA akan meningkat untuk setiap tambahan X3 (Kurs), Jadi apabila Kurs mengalami peningkatan, maka PMA akan meningkat sebesar 0,952 satuan.

 PMA akan menurun untuk setiap tambahan X4 (SBI Rate), Jadi apabila SBI Rate mengalami peningkatan, maka PMA akan menurun sebesar -1,121.

Pengujian Hipotesis Uji t

Dari hasil uji parsial didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1.2 Hasil Uji t

Variabel bebas Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) -6.553 0.768 -8.532 0.000

X1 1.227 0.126 0.813 9.704 0.000

X2 2.671 0.843 0.138 3.168 0.003

X3 0.952 0.812 0.254 5.217 0.000

X4 -1.121 1.494 -0.060 -0.751 0.458

Sumber : Data primer diolah, 2017

(11)

Hasil uji t menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 serta t hitung variabel PDB sebesar 9,704, maka dengan demikian t hitung >t tabel (9,704>2,03). Hal ini berarti variasi variabel PDB memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PMA.

Hasil uji t menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,003 serta t hitung variabel inflasi sebesar 3,168, jadi dapat dikatakan t hitung > t tabel (3,168>2,03). Hal ini berarti variabel inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PMA.

Hasil uji t menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 serta t hitung variabel kurs sebesar 5,217, jadi dapat dikatakan t hitung > t tabel (5,217>2,03). Hal ini berarti variabel kurs memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PMA.

Hasil uji t juga menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,458 serta t hitung variabel SBI rate sebesar 0,751, jadi dapat dikatakan t hitung > t tabel (0,751<2,03). Hal ini berarti variasi variabel SBI rate tidak memiliki pengaruh terhadap PMA.

Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui secara parsial bahwa variabel PDB, Inflasi, Kurs, berpengaruh positif terhadap PMA. Dengan kata lain, apabila bahwa PDB, Inflasi, Kurs meningkat maka akan diikuti peningkatan PMA. Sedangkan SBI rate tidak berpengaruh terhadap PMA.

Uji F

Hasil uji F didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1.3 Hasil Uji F

F Sig.

130.124 0.000

Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 1.3 nilai F hitung sebesar 130,124. Sedangkan F tabel (α = 0.05 ; db regresi = 4 : db residual = 35) adalah sebesar 2.64 . Karena F hitung > F tabel yaitu 130,124>2.64 atau nilai Sig. F (0,000) < α = 0.05 maka model analisis regresi adalah signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (PDB (X1), Inflasi (X2), Kurs (X3), dan SBI Rate (X4)) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (PMA)

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji Koefisien Determinasi (R2) didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) R R Square Adjusted R Square

0.968 0.937 0.930

Sumber : Data primer diolah, 2017

Dari analisis pada Tabel 1.4 diperoleh hasil adjusted R2(koefisien determinasi) sebesar 0,93, berartivariasi variabel PDB, Inflasi, Kurs, dan SBI rate dalam menjelaskan variasi variabel PMAadalah sebesar 93 persen. Sedangkan,7 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk dalam penelitian.

Pengaruh PDB terhadap PMA

PDB merupakan ukuran terhadap produktivitas dan prospek ekonomi suatu negara, sehingga hal ini dianggap baik dalam menggambarkan pertumbuhan ekonomi. Dalam ekonomi makro pendapatan nasional dapat diwujudkan dengan

(12)

PDB yang mana merupakan gambaran mengenai aktivitas perekonomian suatu negara. Menurut Sukirno (1995) tingginya PDB mengindikasikan tingginya pendapatan nasional sehingga dapat mempengaruhi besarnya pendapatan masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat tentunya dapat mendorong kenaikan permintaan dan penawaran barang dan jasa di pasar. Selain itu, besarnya nilai PDB dapat menunjukkan indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana kenaikan jumlah PDB akan semakin meningkatkan kepercayaan investor asing sehingga dapat mendorong naiknya investasi asing terutama PMA.

Pengaruh Inflasi terhadap PMA

Inflasi akan berdampak positif bagi perekonomian ketika berada dibawah 10% per tahun. Faktanya di Indonesia sendiri inflasi tahunan berada dikisaran 6%- 7%. Inflasi yang rendah akan mendorong perekonomian lebih baik, yakni inflasi yang naik dalam taraf wajar akan merangsang perekonomian, terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang naik menandakanmeningkatnya pendapatan nasional. Peningkatan pendapatan nasional mengambarkan naiknya permintaan pasar. Hal ini akan medorong naiknya investasi asing terutama PMA. Selain itu, ditemukannya pengaruh positif inflasi terhadap PMA karena tingkat inflasi masih tergolong rendah dan ekpektasi inflasi dari investor berada diatas tingkat inflasi. Maka terdapat selisih yang positif dari perbandingan tingkat inflasi dengan ekspektasi investor sehingga investor memiliki tingkat pengembalian (return) positif.Tentunya ekspektasi investor menjadi positif sehingga invetasi akan terus meningkat.

Pengaruh Kurs terhadap PMA

Melemahnya nilai tukar rupiah tidak serta merta memiliki dampak negatif terhadap perekonomian. Melemahnya kurs ini dapat berdampak positif, dimana barang-barang yang berorientasi ekspor Indonesia lebih meningkat daya saingnya.

Bagi perusahaan yang berorientasi ekspor akan memiliki oportunitas untuk dapat meningkatkan produktivitasnya, peningkatan ini akan berdampak pada kinerja perusahaan yang terus membaik.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ketika terjadi terjadi depresiasi kurs rupiah belum tentu berdampak negatif bagi perekonomian. Dampak positif depresiasi kurs rupiah akan mempengaruhi perekonomian dari sisi ekspor. Daya saing ekspor domestik juga akan meningkat. Peningkatan ekspor akan mempengaruhi produktivitas dari perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang ekspor. Perusahaan akan meningkatkan produkstivitasnya akibat dari naiknya permintaan barang dan jasa di pasar luar negeri. Hal ini akan mendorong investasi terutama investasi asing yang akan terus meningkat dari waktu-waktu mengingat banyak investor asing yang berinvestasi di Indonesia.

Pengaruh SBI rate terhadap PMA

Hasil analisis data menunjukan bahwa SBI Rate tidak berpengaruh terhadap PMA. Hal ini sejalan dengan penelitian Mudara (2011) yang juga menemukan bahwa suku bunga tidak berpengaruh terhadap investasi (PMA). Tidak berpengaruhnya SBI rate terhadap PMA dapat mengindikasikan beberapa hal.

Pertama, dapat diindikasikan bahwa PMA di Indonesia lebih di dominasi oleh investasi asing langsung (direct investment). Dimana investasi asing langsung cenderung mengarah pada sektor rill dari pada sektor keuangan, penggunaan variabel suku bunga tidak terlalu mencerminkan kondisi perekonomian suatu

(13)

negara, dimana sbi rate lebih cocok digunakan sebagai indiktor untuk investasi tidak langsung (portofolio investment).

Selain itu, indikasi PMA yang cenderung kepada direct investment, maka modal yang dibawa merupakan modal dari negara lain. Jika modal yang dibawa merupakan modal yang didapat dari pinjaman, maka pinjaman yang dilakukan oleh investor merupakan pinjaman dari bank negara asal investor, sehingga ketika suku bunga negara yang dituju oleh investor untuk melakukan PMA tidak akan berefek terhadap biaya suku bunga yang harus ditanggung investor.

Disisi lain, tidak signifikannya suku bunga terhadap PMA dapat terjadi karena PMA yang dilakukan dengan direct investment yaitu adanya perusahaan cabang dari luar negeri lebih menggunakan modal dari negara asal investor yang bersangkutan. Sehingga ketika suku bunga acuan di negara tempat ditanamkan PMA berubah dan diikuti perubahan suku bunga bank, tidak akan menimbulkan masalah terhadap perusahaan ini. Perusahaan dapat beroperasi secara normal tanpa terpengaruh biaya bunga yang berubah.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan pada analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

a. Secara parsial variabel PDB mempunyai pengaruh signifikan terhadap PMA di Indonesia. Peningkatan PDB mengindikasikan peningkatan pendapatan nasional yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat, hal ii akan meningkatkan permintaan dipasar. Hal ini akan mendorong kenaikan investasi terutama PMA.

b. Secara parsial variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap PMA di Indonesia. Kondisi inflasi di Indonesia termasuk dalam golongan rendah.

Inflasi yang rendah akan berdampak positif bagi perekonomian. yakni dapat mendorong perekonomian terutama dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan nasional. Hal ini akan meningkatkan permintaan di pasar. Sehingga daoat meningkatkan investasi terutama PMA.

c. Secara parsial variabel kurs berpengaruh signifikan terhadap PMA di Indonesia. Kurs dapat berpengaruh positif terhadap perkonomian terutama pada sisi ekspor. Perusahaan akan meningkatkan produkstivitasnya akibat dari naiknya permintaan barang dan jasa di pasar luar negeri. Hal ini mendorong investor untuk menanamkan modalnya terutama bagi investor asing yang tentunya akan meningkatkan nilai PMA.

d. Secara parsial variabel SBI rate tidak berpengaruh terhadap PMA di Indonesia.

Hal ini terjadi dikarenakan PMA yang masuk cenderung dilakukan dengan direct investment atau bisa dikatakan investasi lebih ke arah sektor riil, penggunaan variabel suku bunga tidak terlalu mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara, dimana sbi rate lebih cocok digunakan sebagai indiktor untuk investasi tidak langsung (portofolio investment).

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 1991. Ekonomi Internasional, Terjemahan, Faisal H. Basri. Jakarta: Rajawali Pers.

Krugman, Paul R. 2003. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Jakarta:

Salemba Empat.

Mudara, I Made Yogatama Pande. 2011. Pengaruh PDB, Suku Bunga, Upah Pekerja dan Nilai Total Ekspor Terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia. Universitas Diponegoro Semarang. Tersedia:

eprints.undip.ac.id/32124/1/Skripsi_11.pdf. Diakses pada 5 Januari 2017.

Nopirin. 1996. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.

Rahayu, Tri. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing di Indonesia (tahun 1994: 1-2008: 4. Thesis Universitas Sebelas Maret. Tersedia: https://eprints.uns.ac.id/2528/. Diakses pada 5 Januari 2017.

Sarwedi. 2002. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No.1, Mei 2002.

Sukirno, S. 1995.Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukirno, S. 2005. Ekonomi Mikro: Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS.

Yogyakarta: ANDI.

Sunariyah. 2010. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ke Enam.

Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah- Nya yang sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

Alhamdulillahi rabbil‟alamin puji syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya, sehingga pada kesempatan ini peneliti dapat