Jenis kerusakan apa yang terjadi pada lapisan permukaan perkerasan jalan aspal ruas Jalan Lintas Sumatera-Simpang Marbau. Lokasi penelitian berada pada ruas jalan yang mengalami permasalahan kerusakan jalan yaitu simpang Trans Sumatera-Marbau. Untuk mengidentifikasi jenis kerusakan yang terjadi pada lapisan permukaan perkerasan jalan aspal pada ruas Jalan Lintas Sumatera-Simpang Marbau.
Bab ini berisi pembahasan mengenai analisis pengaruh jumlah kendaraan terhadap kerusakan jalan aspal pada simpang Lintas Sumatera-Marbau. Sistem jaringan transportasi jalan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi sistem transportasi darat maupun sistem transportasi secara keseluruhan. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang berperan sebagai pelayanan dan jasa distribusi barang untuk pembangunan seluruh wilayah pada tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul layanan distribusi yang diwujudkan oleh pusat-pusat kegiatan, sedangkan sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan yang berperan dalam pelayanan distribusi barang dan jasa bagi masyarakat di perkotaan.
Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota atau antar ibu kota kabupaten/kota atau antara ibu kota kabupaten/kota dengan jalan strategis provinsi. Merupakan jalan lokal pada sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan setempat, dan jalan umum pada sistem jaringan jalan sekunder pada kawasan strategis kabupaten dan kabupaten. jalan. Jalan umum merupakan bagian dari sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil dan menghubungkan pusat pemukiman dalam kota.
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor termasuk yang membawa beban dengan lebar ≤ 2,50 m dan panjang ≤ 18 m serta MST ˃ 10 ton.
Penampang Melintang
Komposisi Penampang Melintang
Jalur Lalu Lintas
Drainase
Material Perkerasan Jalan Raya
Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigit Pavement)
Pelat beton dengan atau tanpa tulangan yang diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa primer.
Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)
Penilaian Kondisi Perkerasan
- Jenis-jenis Kerusakan
- Metode Surface Distress Index (SDI)
- Jenis Kerusakan Berdasarkan Metode Surface Distress Index (SDI) Jenis kerusakan berdasarkan metode Surface Distress Index (SDI) terdiri
- Perhitungan Kerusakan Jalan Berdasarkan Metode Surface Distress Index (SDI)
- Penyebab Kerusakan Jalan Raya
Kerusakan akibat deformasi plastis yang menimbulkan gelombang melintang atau tegak lurus pada perkerasan aspal. Adalah deformasi permukaan perkerasan aspal berupa penurunan perkerasan memanjang pada lintasan roda kendaraan. Deformasi permukaan jalan yang membentuk alur terjadi akibat beban lalu lintas yang berulang pada roda lintasan yang sejajar dengan sumbu jalan.
Sungkur adalah perpindahan permanen secara lokal dan longitudinal dari permukaan jalan yang disebabkan oleh beban lalu lintas. Bumps and subsidence) kecil, dari permukaan perkerasan aspal, sedangkan penurunan atau (subsidence) yang juga kecil, adalah gerakan ke bawah dari permukaan perkerasan (Shahin, 1994). Perkerasan retak ketika suhu atau lalu lintas menciptakan tegangan dan regangan yang melebihi kekuatan tarik atau kelelahan dari campuran aspal yang dipadatkan.
Retakan diagonal adalah retakan yang tidak terhubung secara diagonal pada permukaan jalan. Retakan berkelok-kelok adalah retakan yang tidak menyambung, memiliki pola yang tidak beraturan dan biasanya bervariasi arahnya. Adalah retakan yang terbentuk di sepanjang perpotongan antara permukaan perkerasan aspal dengan tanggul, terutama bila tanggul tidak tertutup.
Surface Distress Index (SDI) merupakan skala kinerja jalan yang diperoleh dari pengamatan visual kerusakan jalan yang terjadi di lapangan. Faktor-faktor yang menentukan besarnya SDI antara lain kondisi retakan pada permukaan jalan (luas total dan lebar retak rata-rata), kerusakan lain yang terjadi (jumlah lubang per 200 m panjang jalan) dan rutting (kedalaman). Retakan adalah gejala rusaknya atau retaknya permukaan jalan yang memungkinkan air pada permukaan jalan meresap ke dalam lapisan di bawahnya. Ini adalah faktor yang dapat menyebabkan kerusakan luas/parah.
Penentuan jenis penanganan jalan berdasarkan nilai kerusakan jalan dengan menggunakan metode Surface Distress Index (SDI) dapat dilihat pada tabel.2.9. Menurut (Highways, 2011) studi kondisi jalan untuk mendapatkan nilai SDI digunakan 4 elemen pendukung yaitu: % luas retak, rata-rata lebar retak, jumlah lubang/200m dan rata-rata kedalaman alur. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), kerusakan struktur jalan (serta bahu jalan aspal) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu.
Hal ini bisa disebabkan oleh sifat material itu sendiri, atau bisa juga disebabkan oleh sistem material handling yang kurang baik. Kondisi subsoil yang tidak stabil karena sifatnya yang buruk atau karena sistem implementasi yang buruk.
Penelitian Terdahulu
Hasil perbandingan tersebut berguna untuk memprediksi nilai kerusakan jalan atau Nr yang akan terjadi pada waktu mendatang pada ruas jalan yang ditinjau dalam Tugas Akhir ini yaitu jalan Gatot Subroto (Ungaran), jalan Diponegoro (Ungaran) dan jalan Bawen. – Jalan Perbatasan Kota Salatiga di Kabupaten Semarang. Radam tahun 2017 dengan judul “Pengaruh Beban Lalu Lintas Terhadap Kerusakan Perkerasan Jalan (Studi Kasus Ruas Jalan Banjarbaru – Bati-Bati)”. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana besar kecilnya arus lalu lintas mempengaruhi tingkat kerusakan jalan, baik dalam satuan volume lalu lintas maupun beban kendaraan.
Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data survei dan analisis data primer dan sekunder, dimana hasil pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan metode kausal komparatif. Pada kondisi jalan yang sama yaitu pada jalan dengan klasifikasi terakhir, umur dan susunan jalan tidak berbeda yang menunjukkan bahwa tingkat kerusakan jalan sangat dipengaruhi oleh jumlah kendaraan berat yang melintas. Berdasarkan hasil analisis korelasi antara berat kendaraan (kendaraan/jam) dengan kerusakan jalan menunjukkan hubungan yang sangat kuat (0,9822) dengan membentuk persamaan eksponensial y=.
Kendaraan berat tersebut berpengaruh signifikan terhadap kerusakan jalan dibandingkan dengan jenis kendaraan lainnya, hal ini terlihat dari P-value yang kurang dari 0,05. Kerusakan jalan juga menunjukkan korelasi yang sangat kuat bila dikaitkan dengan beban standar (ESA) dengan nilai r sebesar 0,9528. Dari kedua persamaan yang terbentuk, persamaan yang menggunakan variabel bebas untuk kendaraan berat lebih mudah digunakan karena cukup dalam satuan.
METODOLOGI PENELITIAN
- Lokasi Penelitian
- Pengumpulan Data 1. Jenis Penelitian
- Jenis Data
- Survei dan Pengumpulan
- Survei Inventori Jalan
- Survei Kerusakan Jalan
- Survei Volume Lalu Lintas
- Tahap Penelitian
Data primer yang digunakan untuk memenuhi data penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan melakukan survey dan observasi langsung pada ruas jalan Trans Sumatera- Simpang Marbau. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait antara lain data daftar nama jalan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara, peta wilayah dan kapan terakhir kali jalan tersebut diperbaiki. Penentuan titik STA berfungsi untuk memudahkan perolehan data rute yang akan ditinjau, seperti data pengukuran dimensi jalan, data kerusakan jalan.
Penentuan jarak ke titik-titik STA dilakukan dengan jarak yang bervariasi, tergantung dari panjang jalan yang dinilai dan besarnya kerusakan jalan pada ruas jalan tersebut. Pengukuran dimensi jalan bertujuan untuk menentukan lebar trotoar, lebar lajur, lebar bahu, dan lebar saluran. Identifikasi jenis kerusakan jalan dari titik STA pertama dengan menyusuri jalan yang dinilai hingga STA terakhir.
Mencari volume puncak kendaraan dengan mengelompokkan dan menghitung jenis kendaraan yang melintasi ruas tersebut.