• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGARAPAN SAWAH MENURUT PRESPEKTIF MUKHABARAH DAN PERLINDUNGAN HUKUM

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENGGARAPAN SAWAH MENURUT PRESPEKTIF MUKHABARAH DAN PERLINDUNGAN HUKUM"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perlindungan hukum merupakan salah satu bentuk pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Apalagi jika kontrak atau perjanjian tersebut tidak tertulis secara sah dan tidak terdapat bukti adanya wanprestasi dalam perjanjian tersebut, maka perlindungan hukum akan sulit diperoleh.

Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perlindungan Hukum Pihak yang Menggarap Sawah Menurut Prefek Mukhabarah (Studi Kasus di Desa Pelem Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali)”. Bagaimana mekanisme sistem mukhabarah dalam budidaya sawah yang diterapkan oleh masyarakat Desa Pelem Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kerangka Teori

Mukhabarah merupakan suatu bentuk kerjasama antara pemilik tanah dan penggarap dengan kesepakatan bahwa hasilnya dibagi antara keduanya berdasarkan kesepakatan bersama, sedangkan biaya dan bibit berasal dari penggarap. Pemilik tanah menyerahkannya kepada petani untuk dikelola dan hasilnya kemudian dibagikan sesuai kesepakatan awal antara pemilik tanah dan petani12.

Tinjauan Pustaka

Judul Skripsi “Balai Janji dan Penyelesaiannya dalam Perjanjian Bagi Hasil di Nagari Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar” oleh IDRI YANI FITRI. Hasil penelitian dari penelitian ini adalah di Nagari Padang Ganting dibentuk perjanjian bagi hasil yang terdiri dari:

Metodologi Penelitian

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis telaah terletak pada perlindungan hukum terhadap petani padi di Desa Pelem. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen, buku-buku, penelitian-tesis ilmiah yang berkaitan dengan bahan penelitian yang berkaitan dengan akad Muhabarah.

Sistematika Penulisan

  • Jadwal Rencana Penelitian

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan hasil penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan dan bentuk rencana penelitian. Bab ini merupakan kerangka teori yang memuat tentang perlindungan hukum terhadap perjanjian tidak tertulis menurut perspektif hukum Islam, yang meliputi: pengertian perjanjian, jenis-jenis perjanjian, hukum kontrak, dan lain-lain.

LANDASAN TEORI

Perlindungan Hukum

  • Pengertian Perlindungan Hukum
  • Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum
  • Sistem Perlindungan Hukum Perjanjian

Konsep perlindungan hukum bagi masyarakat Barat bermula dari konsep pengakuan dan perlindungan hak. Sistem pengikatan ini mempunyai sistem yang jelas yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan hukum bagi para pihak yang mengadakan perjanjian.

Akad

  • Pengertian Akad
  • Dasar Hukum Akad

Menurut syarak sesuatu akad ada yang dinamakan ijhab dan qobul iaitu ijhab sebagai lafaz untuk melakukan hubungan dan kabul sebagai lafaz menerima perhubungan yang sesuai dengan kehendak syariat. Dalam akad tersebut, penekanan lebih ditekankan kepada perjanjian antara kedua belah pihak yang ditandakan dengan ijhab kabul28. Justeru, ijabi kabul ialah perbuatan atau pernyataan untuk menunjukkan kepuasan dalam akad yang dibuat oleh dua orang atau lebih bagi mengelak atau keluar daripada ikatan yang tidak berlandaskan syariat.

Oleh karena itu, dalam Islam, tidak semua bentuk perjanjian atau perjanjian dapat dikategorikan sebagai kontrak, apalagi perjanjian yang tidak berdasarkan atau melanggar kenikmatan hukum Islam. Pokok akad hendaknya dinyatakan/dijelaskan secara transparan, jelas dan menghindari gharar yang dapat menimbulkan konflik antara kedua belah pihak. Menurut para ulama Hanabiyyah, tidak ada qabul atau kata-kata yang diwajibkan dalam akad ini, namun qabul juga dapat diganti dengan tindakan langsung di atas tanah yang dilakukan oleh penggarap.

Penentuan jenis tanaman dan varietas yang akan ditanam serta penggunaan teknologi lain yang berkaitan dengan peningkatan produksi.

Mukhabarah

  • Pengertian Mukhabarah
  • Rukun dan Syarat Mukhabarah
  • Jenis-jenis Mukhabarah

Muhaberah adalah transaksi penggarapan tanah dengan (upah) atau sebagian hasil yang timbul darinya. Namun menurut terminologinya, muhaberah adalah suatu bentuk kerjasama antara pemilik sawah atau tanah dengan penggarap dengan kesepakatan bahwa hasilnya dibagi antara pemilik tanah dan penggarap sesuai kesepakatan bersama, sedangkan biaya dan benih berasal dari penggarap tanah. Jika biayanya dibayarkan kepada pemilik tanah disebut muzara'ah, dan jika biayanya dibayarkan kepada penggarap disebut muhaberah.

Berbagai jenis bagi hasil yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia dalam mukhabarah adalah sistem 1/3 atau ½. Artinya 1 untuk pemilik tanah dan 3 untuk pengelola atau 1 untuk pemilik tanah dan 2 untuk pengelola37. Yang pertama adalah mukhabarah dengan sistem dimana pemilik lahan menyediakan alat untuk menggarap lahannya sedangkan biaya operasional dan bibit disediakan oleh penggarap.

Bentuk terakhirnya adalah pemilik lahan menyediakan benih, namun biaya operasional dan peralatan disediakan oleh penggarap. Hikmah yang terkandung dalam mukhabarah adalah gotong royong (ta’awun), dimana pemilik tanah dan yang menggarapnya saling menguntungkan.

Dasar Hukum Mukhabarah

Mayoritas ulama membolehkan akad mengenai bagi hasil hasil panen, baik dalam hal pembagian keuntungan dalam sistem mukhabarah, musaqah dan muzara'ah secara terpisah (sendiri) maupun secara bersamaan. Berdasarkan hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mempekerjakan masyarakat Khaibar untuk memelihara atau menanam tanaman dengan kesepakatan membagi separuh hasil atau buahnya. Hal ini kemudian juga diikuti oleh para sahabatnya dan menjadi landasan para ulama dalam mengesahkan hukum berbagai perjanjian bagi hasil termasuk bagi hasil dengan menggunakan sistem mukhabarah44. Sedangkan Syafi'iyah membolehkan muzara'ah dimasukkan ke dalam musaqah untuk memenuhi kebutuhan.

Misalnya saja ada kerjasama dalam pengelolaan kebun, lalu ada tanah kosong atau tanah tanpa pohon (al-bayadh) yang dapat digunakan untuk pertanian, maka dalam hal ini dapat dilakukan akad muzara'ah. Sedangkan Imam Abu Hanifah dan Jufar serta Imam Syafi'i berpendapat bahwa hukum muzara'ah atau mukhabarah tidak boleh mutlak. Para sahabat sepakat baik perkataan maupun perbuatan mengenai berdirinya muzarah atau muhabara, dan tidak ada satupun diantara mereka yang mengingkarinya.

Jadi muzara'ah atau muhaberah termasuk dalam syariah yang diwariskan secara turun temurun (mutavatir syariah). Namun hadis ini tidak lepas dari kisah yang terjadi ketika Nabi Muhammad SAW. mengeluarkan kalimat ini.

Wanprestasi

  • Pengertian
  • Unsur-unsur

TEMUAN PENELITIAN

  • Gambaran Umum Tempat Penelitian
  • Gambaran Praktik Penggarapan Sawah
  • Gambaran Praktik Perjanjian Mukhabarah
  • Gambaran Perlindungan Hukum

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sepertiga penduduk Desa Pelem menggunakan akad mukhabarah dalam bercocok tanam di sawah. Terwujudnya sistem pemerintahan Desa Pelem yang efektif, bersih, dan berwibawa, demokratis, konstitusional, untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Desa Pelem yang dikembangkan berbasis pertanian, perdagangan dan keagamaan yang mantap dalam kerangka kesatuan masyarakat desa.

Mewujudkan Desa Pelem sebagai salah satu desa yang dapat menunjang keberhasilan Boyolali sebagai lumbung pangan dan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan hasil pertanian lainnya. Mewujudkan masyarakat Desa Pelem mempunyai budaya perilaku hidup sehat, berpegang teguh pada ajaran agama dan sejahtera. Mewujudkan pembangunan di berbagai sektor dan memberikan kemudahan bagi investor untuk masuk ke Desa Pelem yang tertata, sejuk dan nyaman bagi masyarakat (tersenyum)55.

Biasanya akan berakhir jika salah satu pihak, baik pemilik tanah maupun penggarap, memilih untuk mengakhiri kemitraan. Sebagai Tuan. Suyadi mengatakan sebagai penggarap, pemilik lahan menyediakan bibit dan peralatan untuk proses budidaya dan hasilnya dibagi dengan sistem 1/1.

Tabel Responden
Tabel Responden

ANALISIS HASIL TEMUAN PENELITIAN

Analisis Mekanisme Perjanjian Menurut Prespektif Mukhabarah

Praktik akad mukhabarah yang dilakukan oleh warga negara rata-rata merupakan akad yang sah secara fiqih. Akad mukhabarah yang dilakukan harus mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak, karena mukhabarah merupakan akad yang bertujuan mutualisme atau saling menguntungkan untuk tujuan tertentu68. Sekalipun dilihat dari syarat-syarat akad mukhabarah dianggap sah, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya akad atau dalam pelaksanaan akad ada beberapa hal yang dapat membatalkan akad tersebut.

Contoh akad mukhabarah yang batal adalah akad mukhabarah yang dilakukan oleh subjek dengan perjanjian bahwa bibit dan peralatan akan dipasok oleh subjek, sedangkan biaya pupuk, pestisida dan lain-lain ditanggung oleh pekebun. Jika dilihat dari fasilitas mukhabarah, pemilik tanah hanya menyediakan tanah atau alat untuk menggarapnya, selebihnya ditanggung oleh penggarap. Pembagian hasilnya sesuai dengan kesepakatan antara pemilik tanah dan petani, berapapun besarnya nominalnya sesuai kesepakatan.

Sebagian besar ulama sepakat bahwa mukhabarah tidak sah atau batal jika pemilik tanah juga menanggung biaya pengelolaan tanah tersebut, seperti benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain. Jika ketentuan mukhabarah lainnya belum ada, mungkin bisa didasarkan pada kesepakatan bersama, misalnya besaran bagi hasil antara pemilik tanah dan penggarap70.

Analisis Perlindungan Hukum Perjanjian Menurut Prespektif Mukhbarah

Asas perlindungan hukum bangsa Indonesia dengan memadukan ideologi Pancasila dengan konsep perlindungan hukum bangsa barat. Konsep perlindungan hukum bagi masyarakat Barat didasarkan pada konsep pengakuan, perlindungan hak, penerapan paham Barat sebagai kerangka pemikiran dengan Pancasila sebagai ideologi dan landasan filosofis. Jadi jika suatu perjanjian dibuat oleh subjek, jika terjadi pelanggaran, maka perlindungan hukum negara sangat lemah karenanya.

Jadi, jika terjadi konflik, tidak ada perlindungan hukum resmi dari negara, dan setiap permasalahan diselesaikan melalui adat istiadat mediasi keluarga yang berlaku77. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap pemilik tanah dan penggarap dalam perspektif akad mukhabarah didasarkan pada adat istiadat setempat. Al muhakamah adat dijadikan sebagai perlindungan hukum untuk menyelesaikan permasalahan dalam mediasi partai atau mengenakan denda jika terjadi wanprestasi menurut perspektif mukhabarah.

Nuramala, Tita, Pengantar Ilmu Pertanian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) Pratiwi, Aenun, Saidin Masyur dan Ulil Amri, 'Perlindungan Undang-undang Untuk Petani. 115 P Kemudian jika terdapat masalah dalam perjanjian yang menyebabkan pertikaian, apakah perlindungan undang-undang untuk mereka?

PENUTUP

Kesimpulan

Bahwa mekanisme mukhabarah yang dilakukan masyarakat dalam mengolah sawah telah sesuai dengan syariat Islam, seperti pemilik tanah menyediakan tanahnya kemudian penggarap menanggung seluruh biaya operasional. Namun, ada entitas yang tidak mematuhi hukum syariah dalam praktiknya, pemilik tanah juga menanggung biaya operasional budidayanya.

Saran

90 P Jadi, pernahkah ada perjanjian yang disepakati lalu salah satu pihak tidak menepati perjanjian yang telah dibuat? 105 S Boleh jadi keduanya rugi, karena misalnya modal 10 ribu lalu gagal panen dan hasilnya hanya 12 ribu, 10 ribu untuk modal 2 ribu dibagi keduanya. Mungkin kalau gagal panen akan merugikan petani, kalau saya hanya punya modal lahan berarti tidak ada uang yang keluar.

110 S Dulu pak, karena gagal panen, hasilnya digunakan untuk mengembalikan modal dan saya tidak mendapat bagian. 100 S Kalau panen besar menang, kalau gagal panen sama-sama tidak mendapat apa-apa. Soalnya, untuk petak yang luasnya lebih dari 2 ha, jika gagal panen, paling tidak pemilik bisa mengembalikan modal jika terjadi kerugian.

90 Q Apakah perjanjian yang dinegosiasikan pernah berubah karena masalah tertentu, seperti gagal panen, dan lain-lain? Cuma kalau gagal panen, saya minta beberapa meter persegi tidak dihitung hasilnya untuk musim depan. Selain itu jika terjadi gagal panen hanya ada satu pihak yang dirugikan yaitu pihak yang bekerja di sawah, karena biaya dan tenaga biasanya ditanggung oleh petani, kalaupun ada petani yang hanya menyediakan. hasil bumi. tenaga kerja, tetapi dengan cara ini bukan hasilnya yang dibagi, melainkan upah yang dibagi.

Sebab, semakin banyak pemilik tanah yang memilih lahannya digarap oleh orang lain karena sudah tidak mempunyai tenaga lagi.

Gambar

Tabel Responden
FOTO KEGIATAN PENGAMBILAN DATA

Referensi