• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis pengukuran intensitas dan pemetaan - Repository UMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis pengukuran intensitas dan pemetaan - Repository UMA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

Kemudian metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi menggunakan metode ekuivalen tingkat kebisingan (Leq) dan pemaparan kebisingan melalui software Surfer 16. Selanjutnya hasil pengukuran tingkat kebisingan tinggi terdapat pada beberapa wilayah yaitu Area A (Fatty area mesin produksi alkohol) Area A (dalam wilayah operasional unit fraksinasi dan destilasi seksi 112) mempunyai titik ukur yang melebihi nilai ambang batas yaitu titik 1 (85,7) dB, titik 2 (85,7) dB dan titik 3 (88.0). ) dB.

Tabel 2.1 Skala Itensitas Kebisingan dan Sumbernya    7  Tabel 2.2 Kekuatan Suara dalam Desibel Menurut Jarak dan Tingkat Suara
Tabel 2.1 Skala Itensitas Kebisingan dan Sumbernya 7 Tabel 2.2 Kekuatan Suara dalam Desibel Menurut Jarak dan Tingkat Suara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam peraturan pemerintah Indonesia untuk kawasan industri, diperoleh nilai batas kebisingan (NAB) sebesar 85 dB untuk pemaparan 8 (delapan) jam per hari dan 5 (hari) kerja atau 40 jam kerja per minggu, hal ini adalah ketentuan baku pedoman pengendalian, sehingga pekerja tetap menerima tanpa menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikis, gangguan komunikasi dan gangguan pendengaran dalam pekerjaan sehari-hari. Terlihat nilai tersebut melebihi nilai batas kebisingan yang diperbolehkan dalam peraturan pemerintah Indonesia untuk kawasan industri, yaitu nilai batas kebisingan (NAB) sebesar 85 (NAB).

Perumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistem Produksi

Ergonomi

Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada otot rangka yang dirasakan seseorang, mulai dari keluhan yang sangat ringan hingga sangat nyeri. Ergonomi juga berdampak pada tercapainya tujuan kerja yang diharapkan dapat terasa aman, nyaman dan efisien. Ergonomi berperan dalam aspek efisiensi, antara lain memperhatikan kondisi pekerja, beban kerja yang diberikan kepada pegawai atau staf sesuai dengan kemampuannya, menata lingkungan kerja yang sesuai, mengatur dan menilai organisasi kerja, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, serta meningkatkan kualitas produksi. .

Kebisingan (Noise)

Kebisingan merupakan salah satu faktor risiko fisik yang terjadi di lingkungan kerja yang dialami oleh PT. 13 Tahun 2011 menyebutkan nilai ambang batas (NAB) kebisingan adalah 85 dB dengan waktu pemaparan 8 jam per hari dan 40 jam per minggu. Kebisingan diartikan sebagai segala bunyi yang tidak diinginkan yang berasal dari peralatan proses produksi dan/atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Dampak negatif yang ditimbulkannya adalah kebisingan yang berbahaya bagi karyawan. Kebisingan adalah produk sampingan yang tidak diinginkan dari lingkungan industri yang berdampak tidak hanya pada operator mesin dan kendaraan, namun juga orang lain di gedung tempat mesin bekerja, penumpang di dalam kendaraan, dan terutama di tempat mesin, pabrik, dan kendaraan dioperasikan.

Sumber Kebisingan

  • Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan
  • Pengaruh Kebisingan Kepada Daya Kerja

Akibat paparan kebisingan dengan intensitas tinggi, pekerja akan mengalami penurunan kemampuan pendengaran untuk sementara. Jika pekerja diberikan waktu istirahat yang cukup maka kemampuan pendengarannya akan kembali ke ambang pendengaran semula. Namun jika waktu istirahat tidak mencukupi dan pekerja kembali terpapar kebisingan, keadaan ini akan berlangsung lama. Gangguan komunikasi tersebut mengganggu pekerjaan bahkan dapat menimbulkan kesalahan atau kecelakaan, terutama pada penempatan pegawai baru karena adanya kesalahpahaman.

Kebisingan mengganggu perhatian yang harus terus menerus diarahkan pada pelaksanaan pekerja dan juga pencapaian hasil kerja, sehingga pekerja dapat mengamati dan memantau suatu proses produksi atau. Demikian pula kebisingan dapat mengganggu pelaksanaan dan pencapaian hasil kerja karena adanya perasaan terganggu dan terganggunya kepuasan kerja atau adanya permasalahan lain seperti kurang istirahat, gangguan pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem syaraf, dan lain-lain.

Tabel 2.2 Kekuatan Suara dalam Desibel Menurut Jarak dan Tingkat Suara
Tabel 2.2 Kekuatan Suara dalam Desibel Menurut Jarak dan Tingkat Suara

Cara Pengukuran Kebisingan

Cara pengukurannya sama dengan pengukuran sederhana, namun waktu pengukuran dilakukan selama 24 jam aktivitas (LSM). Pengukuran dilakukan dalam 3 fase yaitu pada siang hari pada saat tingkat aktivitas tinggi selama 16 jam (LP), interval waktu antara WIB dan aktivitas siang hari selama 8 jam (LS) dengan interval waktu antara WIB. Setiap pengukuran harus mampu mewakili selang waktu tertentu dengan menentukan minimal 4 momen pengukuran pada siang hari dan minimal 3 momen pengukuran pada malam hari.

Jika semua instrumen sudah siap, prosedur pengukuran dilakukan dengan memutar kenop fungsi ke posisi A dan kenop pengatur level ke 110. Setiap pengukuran harus dapat mewakili interval waktu tertentu dengan mengatur minimal 4 kali pengukuran dalam sehari. di malam hari, setidaknya 3 pengukuran, mis.

Nilai Ambang Batas Kebisingan

Untuk melindungi pendengaran operator dari dampak buruk kebisingan, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan mengenai nilai batasan faktor fisik di tempat kerja melalui keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Migrasi Republik Indonesia. Dan bahaya kebisingan yang timbul di tempat kerja dapat diidentifikasi secara sederhana yaitu melalui reaksi fisiologis atau keluhan subjektif pekerja. Fakta bahwa reaksi fisiologis atau keluhan subjektif pekerja merupakan alat yang baik untuk mengidentifikasi adanya bahaya kebisingan di tempat kerja.

Terdapat risiko bunyi bising, apabila pekerja mengalami kesukaran berkomunikasi di tempat kerja pada jarak 1-1.5 m atau pada paras lengan dengan menjerit. Terdapat risiko bunyi bising, dengan tenaga kerja mengadu berdering di telinga mereka pada akhir setiap kerja.

Tabel 2.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Tabel 2.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Surfer 19

Jenis dan sifat kebisingan serta pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja berguna untuk mengenali bahaya kebisingan di tempat kerja yang timbul akibat penerapan teknologi proses produksi, sehingga pekerja dapat terlindungi dari bahaya kebisingan. Jika tanda atau gejala tersebut muncul, jelas diperlukan evaluasi terhadap tingkat intensitas kebisingan di tempat kerja. Perangkat lunak ini memplot data tabel XYZ tidak beraturan dalam selembar titik persegi panjang (kisi) beraturan.

Memungkinkan pembuatan peta 3 dimensi dari data tabular yang dikumpulkan menggunakan spreadsheet seperti Excel dan lainnya. Aplikasi lain yang sering digunakan peselancar adalah analisis spasial untuk mitigasi bencana alam terkait topografi dan faktor morfologi daratan.

FishBone

Dikatakan diagram herringbone karena bentuknya seperti tulang herring dengan moncong kepala mengarah ke kanan. Disebut diagram sebab akibat karena diagram tersebut menunjukkan hubungan sebab akibat. Sehubungan dengan pengendalian proses statistik, diagram sebab-akibat digunakan untuk mewakili faktor-faktor penyebab (penyebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab tersebut.

Ishikawa menciptakan sebuah ide cemerlang yang dapat membantu setiap orang atau organisasi/perusahaan dan mampu menyelesaikan permasalahan hingga tuntas hingga ke akar-akarnya. Sebenarnya dengan adanya diagram ini sangat bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan permasalahan sampai ke akar-akarnya, namun juga dapat memanfaatkan kemampuan opini orang-orang yang tergabung dalam tim identifikasi masalah perusahaan untuk mencari penyebab permasalahan. .

Deskripsi Lokasi

Waktu Penelitian

Jenis Penelitian

Instrumen Penelitian

Software Surfer 19 merupakan software yang digunakan untuk membuat peta kontur dan pemodelan 3D berbasis mesh (cut and fill).

Gambar 3.1 Sound Level Meter
Gambar 3.1 Sound Level Meter

Tahapan Penelitian .1 Studi Pendahuluan

  • Studi Lapangan
  • Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada waktu dan titik yang telah ditentukan, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sound level meter (SLM) dan pengulangan data sebanyak 4 kali pada setiap titik pengambilan data.

Perhitungan Tingkat Kebisingan Equivalen

Apabila tabel data sudah lengkap sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 13/MEN/X/2011 tentang Baku Tingkat Kebisingan, maka akan diperoleh nilai rata-rata dari hasil pengukuran Leq selama 8 jam. Hasil pengukuran pagi dan sore hari kemudian digabungkan untuk mendapatkan tingkat kebisingan hari itu dalam satuan desibel.

Variabel Penelitian

Variabel perantara : secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas (independen) dan variabel yang bersangkutan (terikat) menjadi suatu hubungan tidak langsung yang tidak dapat diukur dan diamati. Variabel intervening merupakan variabel perantara/interupsi yang terletak di antara variabel bebas (independen) dan variabel terkait (dependen), sehingga variabel bebas tersebut tidak mempengaruhi secara langsung munculnya atau perubahan variabel terikat.

Kerangka Berfikir

Kerangka kerja di atas menjelaskan bahwa kebisingan di lingkungan kerja disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kebisingan mesin, usia mesin, getaran mesin dan pipa knalpot pada mesin yang mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi. Dalam hal ini menimbulkan kebisingan di lingkungan kerja dan selanjutnya dilakukan evaluasi tingkat intensitas kebisingan di tempat kerja dengan menggunakan pemetaan kebisingan.

Pengolahan Data

  • Lay Out Pengambilan Data
  • Data Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja

Pada area A terdapat titik ukur 1, 2 dan 3. Area tersebut merupakan area operasi unit fraksinasi dan distilasi (bagian 112). Pada area B terdapat titik ukur 4, 5 dan 6. Area ini merupakan area pengoperasian unit Pembangkit Hidrogen/Mahler (seksi 114). Pada daerah C terdapat titik ukur 7, 8 dan 9. Daerah tersebut merupakan daerah kerja unit konversi karbonil (bagian 113).

Area D berisi titik ukur 10 dan 11. Area ini merupakan wilayah kerja unit Preparasi Wax Ester (paragraf 110). Area E berisi titik ukur 15 dan 15. Area ini merupakan area pengoperasian unit burner OTH (paragraf 115).

Analisa Pembahasan

Data pengukuran intensitas kebisingan digunakan sebagai data masukan dalam pembuatan peta kontur kebisingan di lantai produksi dan di setiap stasiun yang ditunjuk sebagai pengukuran. Data yang diperoleh berupa peta kontur kebisingan dibuat pola peta dan sebarannya dengan menggunakan bantuan software Surfer 19 pada setiap titik. Dengan pemetaan tersebut dapat diperoleh perbedaan pola dan sebaran kebisingan yang berguna dalam memberikan informasi mengenai titik-titik yang memiliki intensitas kebisingan berbeda, serta mempermudah upaya pengendalian sumber kebisingan.

Diagram Alir Proses

Area A (Pasal 112 Wilayah Kerja Unit Fraksinasi dan Distilasi) memuat titik-titik ukur yang melebihi nilai ambang batas, yaitu titik 1 (85,7) dB, titik 2 (85,7) dB, dan titik 3 (88,0) dB. Area B (wilayah kerja unit Pembangkitan Hidrogen/Mahlerbagian 114) terdapat titik ukur yang melebihi nilai ambang batas yaitu titik 4 (86,1) dB, titik 5 (86,7) dB dan titik 6 (86,7) dB. Pada area A, area B, area C, dan area D dilakukan perawatan mesin secara preventif terhadap bagian-bagian mesin untuk mengurangi dampak kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin produksi.

Pada area F disarankan untuk meninggikan saluran pembuangan pada mesin dan peredam bising pada lapisan dinding pipa mesin. Dalam upaya mengurangi tingkat kebisingan, perusahaan diharapkan menyediakan APD bagi operator sehingga setiap operator di area produksi memakai penutup telinga/knalpot.

Saran 1. Perusahaan

Hasil pengukuran tingkat kebisingan pabrik sebaiknya dievaluasi setiap tahun untuk melihat perkembangan dan perubahan yang terjadi. Perlu dilakukan evaluasi dan sosialisasi alat pelindung diri seperti penutup telinga dan penutup telinga serta pemetaan tingkat kebisingan yang ditandai dengan warna (hijau, kuning dan merah) dari waktu ke waktu agar dapat dijadikan standar perbaikan tanda-tanda kebisingan di area pabrik. . Saluran pembuangan atau gas buang pada mesin ini sangatlah penting, karena jika tidak maka efek kebisingan sangat berpengaruh terutama pada mesin berukuran besar.

Biasanya pipa knalpot dilengkapi dengan alat peredam suara dan untuk meredam kebisingan biasanya digunakan cerobong asap yang tinggi. Selalu memakai alat pelindung diri (APD) seperti earplug atau penutup telinga yang disediakan oleh perusahaan karena berguna untuk mengatasi dampak kebisingan yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan penyakit lainnya.

Gambar

Tabel 2.1 Skala Itensitas Kebisingan dan Sumbernya    7  Tabel 2.2 Kekuatan Suara dalam Desibel Menurut Jarak dan Tingkat Suara
Tabel 2.1. Skala Intensitas Kebisingan dan Sumbernya
Tabel 2.2 Kekuatan Suara dalam Desibel Menurut Jarak dan Tingkat Suara
Tabel 2.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan
+5

Referensi

Dokumen terkait

As for the observation sheet using 10 core competence on pedagogical competence, namely mastering the characteristics of students, mastering learning theories and educational principles

Tabel 4.2 Tabulasi Data Pengukuran Intensitas Kebisingan pada Jarak 0 Meter di Ruang Generator Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman No... Tabel 4.2 Tabulasi Data Pengukuran