• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN BCA GREEN MARK DAN GREENSHIP

N/A
N/A
49@ Reuben Damara

Academic year: 2025

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN BCA GREEN MARK DAN GREENSHIP"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN BCA GREEN MARK DAN GREENSHIP

Disusun oleh :

Ilham Zulkarnain 120340048 Ridho Figo Juniantoro 120340023 Auriel Kamilah Indriati 120340052

Daniel Togatorop 120340076 M. Devacharisma. W 120340069

Berlian Putra Bahri 120340004 Samuel Carlodinho 120340068

Javeni Eysama 120340034 Ruben Damara 120340049

PROGRAM STUDI TEKNIK SISTEM ENERGI JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2023

(2)

1. PENDAHULUAN

Konsep sustainability (keberlanjutan) saat ini sedang marak dikumandangkan. Hal ini juga menyentuh sektor konstruksi, dalam hal ini bangunan gedung. Dengan semakin meningkatnya dampak pemanasan global seiring dengan semakin meningkatnya polusi dan penggunaan energi terutama di kota-kota besar, perlu dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Dalam bidang konstruksi, bangunan gedung baik digunakan untuk perkantoran, hunian ataupun ritel turut berpengaruh terhadap pemanasan global tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan energi, air dan material dari bangunan gedung tersebut serta pengolahan limbah yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sehingga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Beberapa inovasi terus dikembangkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari penggunaan energi dan penggunaan material yang lebih ramah terhadap lingkungan. Green Building (bangunan gedung ramah lingkungan) merupakan salah satu inovasi yang diterapkan di beberapa negara untuk mengurangi pemanasan global.

Green Building merupakan sebuah sistem yang mencakup beberapa faktor, diantaranya adalah pemanfaatan air, pemanfaatan energi, pengurangan limbah, penggunaan material ramah lingkungan dan beberapa faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan. Dalam hal ini Green Building merupakan bangunan gedung yang menggunakan energi dan air yang lebih efisien serta pengolahan limbah yang lebih baik sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dari pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung tersebut. Beberapa negara telah membuat panduan mengenai persyaratan-persyaratan serta batasan-batasan yang perlu dipenuhi oleh sebuah bangunan gedung sehingga bangunan gedung tersebut dapat diketegorikan sebagai Green Building. Di Indonesia kita mengenal Green Building Council Indonesia (GBCI) atau Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia yang mana merupakan sebuah badan afiliasi dari World Building Council. Sedangkan di Singapura terdapat BCA (Building Construction Authority) Green Mark yang mengatur persyaratan mengenai Green Building

2. TINJAUAN PUSTAKA

Skema Green Mark BCA diluncurkan pada Januari 2005 sebagai inisiatif untuk mendorong industri konstruksi Singapura menuju bangunan gedung yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan keberlanjutan dalam lingkungan binaan dan meningkatkan kesadaran lingkungan di antara pengembang, perancang dan pembangun ketika mereka memulai konsep dan desain proyek, serta selama konstruksi. BCA Green Mark memberikan diferensiasi bangunan gedung yang berarti di pasar real estat. Ini adalah skema pembandingan yang menggabungkan praktik terbaik yang diakui secara internasional dalam

(3)

desain dan kinerja lingkungan. Ini dapat memiliki efek positif pada citra perusahaan, nilai sewa dan nilai jual kembali bangunan gedung.

Manfaat BCA Green Mark meliputi: Memfasilitasi pengurangan penggunaan energi, air, dan sumber daya material; Mengurangi potensi dampak lingkungan; Meningkatkan kualitas lingkungan dalam ruangan untuk kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik; dan Memberikan arahan yang lebih jelas untuk perbaikan berkelanjutan. Sertifikasi BCA Green Mark mendukung pergerakan Green Building dengan mendorong bangunan gedung berkelanjutan di lingkungan buatan Singapura. Ke depan, BCA mendorong Gedung Super Low Energy (SLE) dan Tempat Kerja yang Lebih Sehat. Pengembang, pemilik gedung, dan lembaga pemerintah harus menyerahkan formulir aplikasi ke BCA untuk mendaftarkan minat mereka untuk berpartisipasi dalam Skema Green Mark BCA.

Tim penilai BCA akan mengadakan pertemuan pendahuluan dengan tim proyek atau tim manajemen gedung untuk memberikan pengarahan tentang kriteria dan meminta laporan yang relevan dan bukti dokumenter untuk mendukung pengajuan berikutnya. Pra-penilaian adalah opsional jika tim proyek terbiasa dengan kriteria, kecuali untuk proyek insentif. Penilaian aktual akan dilakukan di kemudian hari setelah tim siap. Penilaian akan mencakup tinjauan desain dan dokumenter serta verifikasi situs. Bukti dokumenter harus diserahkan pada akhir penilaian.

Setelah menyelesaikan penilaian, surat penghargaan yang menunjukkan tingkat sertifikasi proyek akan dikirim ke tim.

Kategori skema Green Mark meliputi: Bangunan Gedung Baru Bukan Hunian; Energi Sangat Rendah (Super Low Energy – SLE); Bangunan Gedung Hunian Baru; Bangunan Gedung Hunian Eksisting; Rumah Tapak; Sekolah Eksisting; Fasilitas Kesehatan; Laboratorium;

Infrastruktur; Distrik; Tempat Kerja Sehat; Interior Kantor; Restoran; Supermarket; Ritel; Pusat Data; Proyek Luar Negeri Baru dan Eksisting; dan Konstruksi Berkelanjutan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Institusi Pengembang

Instasi Pengembang BCA Green Mark & Greenship bertujuan meningkatkan kesadaran lingkungan dikalangan pengembang, perencana, arsitek dan insinyur yang menangani proyek proyek properti dan perumahan. BCA Green Mark dapat menjadi pilihan untuk digunakan jika sebuah negara belum memiliki standar Green Building yang baku.

Sertifikasi BCA Green Mark mendukung pergerakan Green Building dengan mendorong bangunan gedung berkelanjutan di lingkungan buatan BCA mendorong Gedung Super Low Energy (SLE) dan Tempat Kerja yang Lebih Sehat. Pengembang, pemilik gedung, dan lembaga pemerintah harus menyerahkan formulir aplikasi ke BCA untuk mendaftarkan minat mereka untuk berpartisipasi dalam Skema Green Mark BCA.

Ada beberapa komponen & konsep institusi pengembangan pada BCA Green Mark &

Greenship, yaitu:

 Efisiensi energi dan penggunaan energi terbarukan

 Efisiensi air

 Material dan spesifikasi bangunan yang ramah lingkungan

(4)

 Pengurangan timbulan zat beracun yang tidak baik bagi kesehatan dan lingkungan

 Peningkatan kualitas udara dalam ruangan

Konsep Green Building dibangun untuk mencapai tujuan seperti : 1. Menjaga kesehatan penghuninya

2. Meningkatkan produktivitas karyawan

3. Memastikan penggunaan listrik, air, dan sumber daya lainnya secara lebih efektif 4. Mengurangi efek lingkungan secara keseluruhan.

3.2. Asal Negara

Pada Januari 2005 Singapura menjadi Negara asal Green Mark BCA diluncurkan sebagai inisiatif untuk mendorong industri konstruksi Singapura menuju bangunan gedung yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan keberlanjutan dalam lingkungan binaan dan meningkatkan kesadaran lingkungan di antara pengembang, perancang dan pembangun ketika mereka memulai konsep dan desain proyek, serta selama konstruksi. BCA Green Mark memberikan diferensiasi bangunan gedung yang berarti di pasar real estat. Ini adalah skema pembandingan yang menggabungkan praktik terbaik yang diakui secara internasional dalam desain dan kinerja lingkungan. Ini dapat memiliki efek positif pada citra perusahaan, nilai sewa dan nilai jual kembali bangunan gedung. Manfaat BCA Green Mark meliputi: Memfasilitasi pengurangan penggunaan energi, air, dan sumber daya material;

Mengurangi potensi dampak lingkungan; Meningkatkan kualitas lingkungan dalam ruangan untuk kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik; dan Memberikan arahan yang lebih jelas untuk perbaikan berkelanjutan.

Sertifikasi BCA Green Mark mendukung pergerakan Green Building dengan mendorong bangunan gedung berkelanjutan di lingkungan buatan Singapura. Ke depan, BCA mendorong Gedung Super Low Energy (SLE) dan Tempat Kerja yang Lebih Sehat. Pengembang, pemilik gedung, dan lembaga pemerintah harus menyerahkan formulir aplikasi ke BCA untuk mendaftarkan minat mereka untuk berpartisipasi dalam Skema Green Mark BCA. Tim penilai BCA akan mengadakan pertemuan pendahuluan dengan tim proyek atau tim manajemen gedung untuk

memberikan pengarahan tentang kriteria dan meminta laporan yang relevan.

Kategori skema Green Mark meliputi: Bangunan Gedung Baru Bukan Hunian; Energi Sangat Rendah (Super Low Energy – SLE); Bangunan Gedung Hunian Baru; Bangunan Gedung Hunian Eksisting; Rumah Tapak; Sekolah Eksisting; Fasilitas Kesehatan; Laboratorium; Infrastruktur;

Distrik; Tempat Kerja Sehat; Interior Kantor; Restoran; Supermarket; Ritel; Pusat Data; Proyek Luar Negeri Baru dan Eksisting; dan Konstruksi Berkelanjutan.

(5)

3.3. Logo

(6)

3.4. Sistem rating

Sistem rating bertujuan untuk menilai tingkat kualitas lingkungan suatu bangunan atau proyek. Dalam industri property, ada dua sistem rating lingkungan yang populer, yaitu BCA Green Mark dan GreenShip. Kedua sistem ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kualitas lingkungan melalui peningkatan kinerja lingkungan bangunan. Namun, ada beberapa perbedaan antara kedua sistem ini yang akan dibahas pada makalah ini.

BCA Green Mark adalah sistem rating lingkungan yang dikembangkan oleh Building and Construction Authority (BCA) Singapura. Sistem ini diterapkan untuk bangunan-bangunan baru dan renovasi. BCA Green Mark menilai bangunan berdasarkan empat kriteria utama, yaitu efisiensi energi, efisiensi air, kualitas udara, dan pengelolaan sampah. GreenShip adalah sistem rating lingkungan yang dikembangkan oleh Green Building Council of Australia (GBCA).

Sistem ini diterapkan untuk bangunan-bangunan baru dan renovasi. GreenShip menilai bangunan berdasarkan enam kriteria utama, yaitu efisiensi energi, efisiensi air, kualitas udara, pengelolaan sampah, penggunaan bahan baku, dan pengurangan emisi gas rumah kaca.

Perbandingan BCA Green Mark dan GreenShip kedua sistem memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kualitas lingkungan melalui peningkatan kinerja lingkungan bangunan. Namun, ada beberapa perbedaan antara kedua sistem ini, seperti jumlah kriteria yang dinilai, tingkat kesulitan, dan biaya implementasi. GreenShip memiliki enam kriteria utama yang dinilai, sedangkan BCA Green Mark hanya memiliki empat kriteria utama. Oleh karena itu, GreenShip lebih sulit untuk diterapkan dan memerlukan biaya implementasi yang lebih tinggi.

3.5. Kriteria

BCA Green Mark

Kategori skema Green Mark meliputi: Bangunan Gedung Baru Bukan Hunian; Energi Sangat Rendah (Super Low Energy – SLE); Bangunan Gedung Hunian Baru; Bangunan Gedung Hunian Eksisting; Rumah Tapak; Sekolah Eksisting; Fasilitas Kesehatan; Laboratorium; Infrastruktur;

Distrik; Tempat Kerja Sehat; Interior Kantor; Restoran; Supermarket; Ritel; Pusat Data; Proyek Luar Negeri Baru dan Eksisting; dan Konstruksi Berkelanjutan. Persyaratan yang terdapat pada standar Green Building di Singapura yaitu BCA Green Mark dan standar Green Building di Indonesia dari Konsil Bangunan Hijau Indonesia (Green Building Council Indonesia). Penelitian ini dibatasi pada bangunan gedung non-residensial yang tercakup di dalam kategori Green Building dari dua standar tersebut.

Total nilai Green Mark yang dapat dicapai adalah 190 poin sesuai dengan ketentuan dari buku panduan BCA Green Mark for New Non-Residencial Buildings version NRB/4.1. Nilai ini akan dikategorikan ke dalam Green Mark Rating. Dimana jika Green Mark Score mencapai 90 poin atau lebih maka bangunan gedung dikategorikan sebagai Green Mark Platinum, sedangkan jika nilai berkisar diantara 85 poin sampai kurang dari 90 poin maka bangunan gedung

(7)

dikategorikan sebagai Green Mark GoldPlus, sedangkan untuk Green Mark Gold nilai yang harus dicapai adalah 75 poin sampai 85 poin. Untuk nilai 50 sampai kurang dari 75 bangunan gedung dikategorikan sebagai Green mark Certified.

Secara umum perbedaan yang cukup mendasar didalam BCA Green Mark dengan GBC Indonesia yaitu BCA Green Mark memiliki kriteria bangunan gedung yang lebih spesifik seperti bangunan gedung hunian atau bukan hunian, bangunan gedung sekolah eksisting, fasilitas kesehatan, laboratorium, infrastruktur, distrik, tempat kerja yang sehat, restoran, supermarket, ritel, pusat data, dan proyek di luar negeri (luar Singapura) baik proyek baru ataupun eksisting.

Hal ini menjadikan BCA Green Mark memiliki pilihan yang lebih lengkap dan lebih mudah untuk disesuaikan dengan karakteristik bangunan gedung yang akan dinilai. Dengan adanya standar untuk proyek luar negeri (overseas project), BCA Green Mark dapat menjadi pilihan untuk digunakan jika sebuah negara belum memiliki standar Green Building yang baku. Berbeda dengan GBC Indonesia yang masih berorientasi pada SNI (Standar Nasional Indonesia) sehingga aplikasinya sangat terbatas untuk implementasi di dalam negeri (Indonesia). Hal ini dapat berdampak pada penggunaan standar Green Building di Indonesia sendiri dimana pemilik bangunan gedung, terutama pemilik asing dari Singapura, akan lebih memilih menggunakan standar Green Building dari BCA Green Mark. Dalam kriteria penentuan Green Building untuk bangunan gedung baru, dalam hal ini yang bersifat bukan hunian (non-residential), GBC Indonesia dan BCA Green Mark Singapura memiliki beberapa perbedaan meskipun secara keseluruhan kriteria yang menjadi dasar penilaian cukup serupa.

Perbedaan yang pertama yaitu terkait dengan penggolongan bangunan gedung. Di dalam BCA Green Mark di dalam ketentuan prasyarat bangunan gedung dibagi menjadi tiga golongan, yaitu bangunan gedung dengan pendingin udara, bangunan gedung tanpa pendingin udara dan bangunan gedung dengan pendingin udara dengan lebih dari 30% area tanpa pendingin udara.

Hal ini tidak terdapat di dalam GBC Indonesia. Di dalam BCA Green Mark, penilaian dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori yang terkait dengan energi (Energy Related Requirements) dan kategori persyaratan lain (Other Green Requirements).

Selain dengan perbedaan-perbedaan diatas, secara umum kriteria yang terdapat baik pada BCA Green Mark maupun GBC Indonesia pada dasarnya sama meskipun terdapat perbedaan baik dari segi standar yang digunakan atau perhitungan yang dilakukan serta bobot pada masing- masing kriteria. Pada BCA Green Mark, bobot penilaian pada kategori yang terkait dengan energi sangat besar, yaitu hingga 61% (116 poin dari 190 poin). Sedangkan pada GBC Indonesia bobot nilai untuk kategori energi hanya sebesr 25.7% meskipun tetap menjadi bobot nilai terbesar dibandingkan dengan kategori lainnya. Pada BCA Green Mark, prioritas kedua adalah perlindungan terhadap lingkungan dimana bobot nilainya sebesar 22% sedangkan terkait dengan penggunaan air hanya sebesar 8%. Pada GBC Indonesia konservasi air menjadi prioritas kedua, dimana bobot nilainya adalah 20.8% sedangkan manajemen lingkungan bangunan gedung sebesar 12.9%.

Perbedaan BCA Green Mark dan Greenship

Secara umum bangunan gedung dikatakan sebagai bangunan gedung yang ramah lingkungan atau Green Building berdasarkan kategori dan kriteria dari BCA Green Mark ataupun

(8)

GBC Indonesia harus memenuhi persyaratan efisiensi energi, efisiensi dan konservasi air, perlindungan terhadap lingkungan, kualitas udara dalam ruang bangunan gedung serta penggunaan material yang ramah lingkungan. Untuk mendapatkan sertifikasi Green Building sebuah bangunan gedung akan dilakukan penilaian (assessment) berdasarkan standar penilaian atau rating yang sudah ditetapkan, baik dari BCA Green Mark ataupun GBC Indonesia.

Perolehan dari hasil penilaian tersebut akan menentukan tingkat atau level dari penerapan Green Building pada bangunan gedung tersebut, apakah bangunan gedung tersebut memiliki tingkat Green Building level Platinum, GoldPlus (BCA), Gold, Silver (GBCI) atau Certified (BCA).

Secara umum perbedaan antara BCA Green Mark dengan GBC Indonesia terletak pada kategori bangunan gedung pada BCA Green Mark yang lebih spesifik dan terdapat kategori untuk bangunan gedung di luar negeri dimana pada GBC Indonesia hanya terbatas pada bangunan gedung hunian, non-hunian dan rumah tinggal serta tidak terdapat aturan mengenai bangunan gedung di luar negeri. Secara prinsip tidak terdapat perbedaan dari kategori umum yang diatur di dalam BCA Green Mark ataupun GBC Indonesia. Perbedaan yang paling menonjol adalah terkait dengan bobot pada kategori dimana untuk kategori yang terkait dengan energi pada BCA Green Mark memiliki bobot yang sangat besar hingga 61%, sedangkan pada GBC Indonesia hanya sebesar 25.7%. Sedangkan prioritas kedua atau bobot nilai terbesar kedua pada BCA Green Mark adalah perlindungan terhadap lingkungan, sedangkan pada GBC Indonesia adalah penggunaan dan konservasi air

3.6. Kategori Pemeringkatan

(9)

3.7. Contoh Bangunan

Ketentuan Prasyarat (Prerequisite Requirements) disini mencakup bangunan gedung dengan menggunakan pendingin udara (Air-Conditioned Buildings), bangunan gedung tanpa pendingin udara (Non Air-Conditioned Buildings) dan bangunan gedung dengan lebih dari 30%

area tanpa pendingin udara.

Untuk bangunan gedung dengan pendingin udara (Air-Conditioned Buildings) prasyarat meliputi desain selubung bangunan gedung dengan perhitungan perpindahan panas (Envelope Thermal Transfer Value – ETTP) dimana nilai ini tidak boleh melebihi batasan standar yang ditetapkan.

Prasyarat ini juga mencakup penghematan energi dari beban pendinginan (cooling load) berdasarkan efisiensi sistem desain (Design System Efficiency–DSE) yang sudah ditentukan di dalam buku standar/panduan.

Untuk bangunan gedung tanpa pendingin udara (Non Air-Conditioned Buildings) prasyarat terkait dengan sistem ventilasi dimana bangunan gedung harus menggunakan pemodelan dan analisis simulasi ventilasi untuk mengidentifikasi desain dan tata letak bangunan gedung.

Sedangkan untuk bangunan gedung dengan kombinasi area dengan pendingin udara dan tanpa pendingin udara dimana terdapat lebih dari 30% area tanpa pendingin udara, prasyarat meliputi simulasi ventilasi dan persyaratan pemodelan energi.

LEED adalah standar sertifikasi bangunan hijau yang digunakan di Amerika Serikat.

LEED memiliki sembilan area fokus, termasuk lokasi dan transportasi, lokasi yang berkelanjutan, efisiensi air, energi dan atmosfer, material dan sumber daya, kualitas lingkungan dalam ruangan, inovasi, prioritas regional, dan proses integratif. Program sertifikasi LEED bertujuan agar bangunan menggunakan sumber dayanya secara lebih efisien dan menciptakan lingkungan yang aman bagi semua penghuninya sepanjang siklus hidup bangunan.

(10)

Sumber : https://nspp.mofa.gov.tw/nsppid/news.php?post=134001&unit=434

Building Research Establishment Environmental Assessment Method (BREEAM) merupakan sistem peringkat bangunan hijau tertua, Sistem peringkat bangunan hijau ini diukur dalam 9 kategori: manajemen, kesehatan dan kesejahteraan, transportasi, air, material,

penggunaan lahan dan ekologi, dan polusi. BREEAM bertujuan untuk membuat bangunan lebih berkelanjutan, serta meningkatkan kinerja dan efisiensi bangunan

Sumber : https://www.kone.co.id/id/about-us/kone-as-a-company/environment/kone-and- breeam-green-building-certification.aspx

CASBEE, atau Comprehensive Assessment System for Build Energy Environment Efficiency merupakan sistem penilaian untuk konstruksi baru maupun bangunan yang sudah ada di seluruh Jepang. Program ini berfokus pada efisiensi energi dan sumber daya, serta lingkungan sekitar dan dalam ruangan. CASBEE dirancang untuk mengurangi siklus hidup penggunaan sumber daya, serta meningkatkan kualitas hidup penghuni bangunan dan masyarakat sekitar

(11)

Sumber : https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/arsitektur-hijau/

GREENSHIP, sebuah perangkat penilaian yang disiapkan dan disusun oleh Green Building Council (GBC) Indonesia, untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak bersertifikat bangunan hijau atau belum. Sistem peringkat bangunan hijau ini diukur dalam 6 kategori: efisiensi dan konservasi energi, sumber dan siklus material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruang, tepat guna lahan, manajemen lingkungan bangunan, dan konservasi air. Tingkatan peringkat bangunan hijau oleh greenship terdiri dari platinum, emas, perak dan perunggu.

Meskipun memiliki perbedaan, organisasi-organisasi tersebut mematuhi struktur evaluasi umum yang sama: kinerja proyek diukur menggunakan seperangkat indikator yang relevan,

dikelompokkan per topik seperti pengelolaan air, penggunaan energi, bahan, kualitas lingkungan.

Setiap persyaratan yang dinilai diberi skor/penilaian yang menentukan tingkat keberlanjutan yang dicapai

Sumber : https://jendela360.com/info/green-building-di-indonesia/

(12)

3.8. Kelebihan dan Kekurangan

Sumber :

 https://technopex.iti.ac.id/ocs/index.php/tpx19/tpx19/paper/viewFile/199/114

https://www.researchgate.net/publication/

326458492_A_COMPARISON_STUDY_ON_GREEN_BUILDING_TOOLS

4. DAFTAR PUSTAKA

No. Standar Kelebihan Kekurangan

1.

BCA Green Mark

BCA Green Mark meliputi:

Memfasilitasi pengurangan penggunaan energi, air, dan sumber daya material; Mengurangi potensi dampak lingkungan; Meningkatkan kualitas lingkungan dalam ruangan untuk kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik; dan Memberikan arahan yang lebih jelas untuk perbaikan berkelanjutan.

Proses untuk mendapatkan sertifikasi green building tidaklah mudah, karena bangunan telah berdiri maka banyak aspek didalamnya yang harus disesuaikan maupun diganti dengan aspek yang berkelanjutan serta efisien energi.

penerapan green mark yang meliputi efisiensi energi memfasilitasi pengurangan tagihan, mengurangi dampak lingkungan dan kualitas lingkungan dalam ruangan.

2.

Greenship

Manajemen Lingkungan kerja merupakan suatu hal yang pokok yang harus ada untuk mendukung kenyamanan pekerja.

Inovasi belum dinilai sebagai point tersendriri sehingga inovasi pembangunan menjadi berkurang.

Bangunan dengan sumber daya yang efisien akan memberi kontribusi nyata, bagi keuntungan pengembang maupun penghematan biaya operasional bagi pemilik hunian.

Prioritas regional belum diadakan penilaian sehingga prioritas pembangunan belum maksimal.

(13)

Referensi

Dokumen terkait