ANALISIS PERBANDINGAN INVENTORY MANAGEMENT DI PLN UP3 BALI UTARA,
BADAK LNG DAN PT KAI
oleh
S2 MANAJEMEN TEKNOLOGI B 2021
Salim Afif 6032211108
Fransiscus Geraldo Sianipar 6032211053 Faried Putra Sandianto 6032211151
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Operasional
Dosen Dr. Ir. Bambang Syairudin M.T.
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI DEPARTEMEN MANAJEMEN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang...1
1.2 Tujuan...2
1.3 Manfaat...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3
2.1 Fungsi Fungsi Persediaan...3
2.2 Manajemen Persediaan...4
2.2.1 Analisis ABC...4
2.2.2 Akurasi Catatan...4
2.2.3 Perhitungan Siklus...4
2.2.4 Kontrol Persediaan Pelayanan...5
2.3 Model-model Persediaan...6
2.4 Model-Model Persediaan Untuk Permintaan Independen...8
2.4.1 Model Kuantitas Pesanan Ekonomis...8
2.4.2 Meminimalkan Biaya...9
2.4.3 Model Robust...10
2.4.4 Titik-titik Pemesanan Ulang...10
2.4.5 Model Kuantitas Pesanan Produksi...11
2.4.6 Model Diskon Kuantitas...12
2.5 Model Probabilistik dan Persediaan Pengaman...13
2.5.1 Model-model Probabilistik Lainnya...14
2.6 Sistem Periode Tetap...15
ANALISA DAN PEMBAHASAN...16
3.1 Analisis ABC...16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Management Operasi tentang supply chain manajemen di PLN UP3 Bali Utara dan membandingkan dengan perusahaan ...
tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun secara berkelompok untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen Operasi. Makalah ini diharapkan dapat mempertajam wawasan serta kajian mengenai Manajemen Operasi secara khusus mengenai Manajemen Persediaan.
Ahirnya, kami selaku penyusun makalah berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Tiada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan di dalamnya, meskipun telah diusahakan semaksimal mungkin. Untuk itu, seluruh saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
ITS, November 2021
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industri semakin terbuka lebar dan dengan pemanfaatan kondisi globalisasi sangat mungkin untuk bisa sukses bersaing dalam pasar. Manajemen yang baik menjadi kunci kesuksesan dunia industri saat ini baik itu manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Manajemen operasional merupakan satu fungsi manajemen yang sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan. Bidang ini berkembang sangat pesat terutama dengan lahirnya inovasi dan teknologi baru yang diterapkan dalam praktik bisnis.
PT PLN (Persero) UP3 Bali Utara adalah suatu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang di amanatkan pemerintah untuk menjalankan usaha pendistribusian tenaga listrik di wilayah Bali Utara. PT PLN (Persero) UP3 Bali Utara berlokasi di kota Singaraja bertugas melayani masyarakat di wilayah Bali Utara dengan luas wilayah kerja 38% dari wilayah Provinsi Bali. Wilayah kerja PLN di Bali Utara meliputi Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana. Saat ini PLN UP3 Bali Utara dalam pelayanan jaringan dibantu oleh beberapa ULP (Unit Layanan Pelanggan), meliputi ULP Tejakula, ULP Singaraja, ULP Seririt, ULP Gilimanuk, dan ULP Negara.
Badak LNG merupakan perusahaan terletak di Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Saat ini Badak LNG merupakan perusahaan sub-holding Pertamina Hulu Energi. Untuk bisnis Badak LNG sendiri berfokus kepada pencairan gas alam menjadi LNG untuk diekspor maupun penggunaan dalam negeri. Sejak berdiri sampai sekarang, Badak LNG telah mengoperasikan 8 LNG Train (Train A - H) namun karena trending gas yang sedang menurun dari upstream di Blok Mahakam, saat ini hanya 2 LNG Train saja yang beroperasi. Dikarenakan kondisi seperti ini, perlu adanya studi tentang efektifitas dari inventory di Badak LNG, khususnya yang berkaitan dengan perawatan, perbaikan dan overhaul mengingat LNG Train yang beroperasi hanya dua saja.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) (disingkat KAI atau PT KAI) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang menyelenggarakan, menyediakan, mengatur, dan mengurus jasa angkutan kereta api di Indonesia. Layanan PT KAI meliputi beberapa segmen usaha seperti
segmen angkutan yang terdiri atas angkutan penumpang dan angkutan barang. Untuk menjamin RAMS (Reliability, Availability, Maintainability, Safety) yang merupakan karakteristik operasi jangka panjang dan mendukung kehandalan operasi maka dilakukan preventive maintenance dan overhaul. Preventive Maintenance dan Overhaul yang dilakukan di Depot maupun Balaiyasasa memerlukan ketersediaan suku cadang yang siap digunakan sehingga penting untuk memahami teknik-teknik inventory untuk memastikan kepastian suku cadang dalam kegiatan perawatan, perbaikan dan overhaul. Untuk case study Inventory MRO di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia Persero menggunakan data dari Depo Lokomotif Madiun.
Pada makalah ini kami akan membahas mengenai pengelolaan persediaan Maintenance Repair Overhaul pada PT PLN (Persero) UP3 Bali Utara, kemudian melakukan benchmarking dengan Badak LNG dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk dapat mempelajari efektifitas dari inventory MRO pada masing-masing perusahaan.
1.2 Tujuan
Dengan adanya makalah yang akan dikupas tuntas pada pembahasan ini diharapkan mahasiswa dan mahasiswi dapat mengimplementasikan materi kuliah Supply Chain Management dengan baik serta dapat membandingkan manajemen persediaan material mana yang lebih optimal di masing-masing perusahaan yang dibahas dan dapat memberikan rekomendasi ke arah yang lebih baik
1.3 Manfaat
makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara lebih rinci dan detail mengenai manajemen persediaan, fungsi, serta model-model di dalam manajemen persediaan dan membandingkan hasil antara manajemen persedian di PT PLN (Persero) UP3 Bali Utara, manajemen persediaan di Badak LNG dan juga manajemen persediaan di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsi Fungsi Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. Keempat fungsi persediaan antara lain :
“Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok
Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan
Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang
Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga
Untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan tersebut, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan yaitu pertama, Persediaan barang mentah (raw material inventory) , persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decaople (memisahkan ) pemasok dari proses produksi. Pendekatan yang dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualiatas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan.
Kedua, persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory), adalah komponen komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan,tetapi belum selesai. WIP adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk (disebut waktu siklus). mengurangi waktu siklus akan mengurangi persediaan
Ketiga, MRO (maintenance, repair, operating), persediaan persediaan yang disedikan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin mesin dan proses proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak di ketahui. Keempat, persediaan barang jadi, adalah produk ynag telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman.
Barang jadi dapat dimasukan ke persediaan karena permintaan pelanggan dimasa mendatang tidak diketahui.
2.2 Manajemen Persediaan
Manajer operasi membuat sistem-sistem untuk mengelola persediaan. ada dua unsur dari sistem tersebut yaitu (1) bagaimana barang barang persediaan dapat diklasifikasikan (analisis ABC) dan (2) seberapa akurat catatan persediaan dapat dijaga. Kemudian kita akan mengamati kontrol persediaan dalam sektor pelayanan
2.2.1 Analisis ABC
Analisis ABC membagi persediaan yang ada menjadi tiga klasifikasi dengan basis volume dolar tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip pareto.
Prinsip pareto menyatakan terdapat “sedikit hal yang kritis dan banyak yang sepele”.
Gagasannya adalah untuk membuat kebijakan kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan tidak pada banyak yang sepele. Untuk menentukan volume dolar tahunan dari analisis ABC, kita mengukur permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dikalikan biaya perunitnya.
2.2.2 Akurasi Catatan
Akurasi catatan sangat penting bagi manajemen untuk mengetahui persediaan yang tersedia. Akurasi catatan adalah sebuah unsur kritis dalam sistem produksi dan persediaan.
Akurasi catatan membuat manajemen fokus pada barang-barang yang diperlukan daripada menetapkan untuk yakin bahwa “beberapa dari semuanya” berada dalam persediaan. Ketika sebuah organisasi dapat menentukan secara akurat apa yang dimilikinya sekarang, organisasi tersebut dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai pemesanan, penjadwalan, dan pengiriman.
Sama halnya dengan penyimpanan catatan masuk dan keluar, keamanan ruang penyimpanan harus baik untuk dapat menjamin akurasi. Sebuah ruang penyimpanan yang tertata dengan baik akan memiliki akses yang terbatas, housekeeping yang baik, dan area penyimpanan yang menyimpan persediaan dalam jumlah yang tetap. Wadah-wadah, rak-rak, dan bagian-bagian akan diberi label secara akurat.
2.2.3 Perhitungan Siklus
Walaupun sebuah organisasi mungkin telah memuat usaha-usaha besar untuk mencatat persediaan secara akurat, catatan-catatan ini harus diverifikasi melalui audit berkelanjutan.
Audit-audit semacam ini dikenal dengan perhitungan siklus (cycle counting). Berdasarkan
sejarah, banyak perusahaan melakukan persediaan fisik tahunan. Praktik ini kerap harus dilakukan dengan menutup fasilitas dan menugaskan orang-orang tidak berpengalaman untuk menghitung bagian-bagian dan bahan. Catatan-catatan persediaan seharusnya diverifikasi melalui perhitungan siklus. Perhitungan siklus menggunakan klasifikasi persediaan yang dikembangkan melalui anlisis ABC. Dengan prosedur-prosedur perhitungan siklus, barang- barang dihitung, catatan-catatan diverifikasi, dan ketidakakuratan didokumentasikan secara periodik. Kemudian, penyebab ketidakakuratan dilacak dan diambil tindakan perbaikan yang tepat untuk menjamin integritas sistem persediaannya. Barang-barang A mungkin akan sering dihitung satu bulan sekali; barang-barang B mungkin akan dihitung setiap 3 bulan sekali; dan barang-barang C mungkin akan dihitung setiap 6 bulan sekali. Contoh 2 mengilustrasikan cara menghitung jumlah barang dari setap klasifikasi untuk dihitung setiap hari.
2.2.4 Kontrol Persediaan Pelayanan
Manajemen dari persediaan pelayanan layak mendapatkan pertimbangan khusus.
Sebagai contoh, persediaan ekstensif yang disimpan dalam bisnis grosir dan eceran membuat manajemen persediaan sangat penting dan seriing menjadi faktor penentu dalam kemajuan manajer. Dalam bisnis pelayanan makanan, contohnya, kontrol persediaan dapat membuat perbedaaan antara kesuksesan dan kegagalan. Lebih dari itu, persediaan yang berada dalam posisi transit atau tidak digunakan dalam gudang sama saja dengan nilai yang hilang. Sama halnya, kerusakan atau pencurian sebelum terjual adalah kerugian. Dalam bisnis eceran, persediaan yang tidak tercatat dlam kuitansi saat penjualan dikenal dengan penyusutan.
Penyusutan muncul dari kerusakan dan pencurian, juga dari administrasi yang ceroboh.
Pencurian persediaan juga dikenal dengan pilferage. Kerugian persediaan eceran sebesar 1%
dari penjualan dapat dianggap baik dengan mempertimbangkan ahwa kerugian di banyak toko melebihi 3%. Beriku teknik-teknik dalam akurasi dan kontrol persediaan.
1. Pemilhan, pelatihan, dan pendisiplinan yang baik
Hal-hal ini tidaklah mudah, tetapi sangat diperlukan dalm operasi-operasi pelayanan makanan, grosir, dan eceran di mana pegawai memiliki akses ke barang yang langsung dikonsumsi.
2. Kontrol yang ketat dari pengiriman yang datang
Tugas ini diselesaikan oleh banyak perusahaan melalui penggunaan barcode dan sistem radio frequency ID (RFID) yang membaca setiap pengiriman yang datang dan memeriksa jumlah hitungan terhadap pesanan pembelian secara otomatis. Jika
dirancang dengan tepat, sistem ini sulit dikalahkan. Setiap barang memiliki stock keeping unit yang unik.
3. Kontrol yang efektif atas semua barang yang meninggalkan fasilitas
Tugas ini diselesaikan dengn barcode pada barang yang dikirimkan, pita magnetis pada barang, atau melalui observasi langsung. Observasi langsung dapat dijaga oleh pegawai pada pintu keluar dan dlam daerah-daerah yang berpotensi kerguian tinggi atau dapat berbentuk cermin satu arah dan pengawasan video. Operasi eceran yang sukses memerlukan kontrol tingkat toko yang sangat baik dengan persediaan yang akurat di lokasinya yang sesuai. Baru-baru ini, sebuah studi menemukan bahwa konsumen dan pelayan toko tidak dapat menemukan 16% dari barang-barang di salah satu pengecer terbesar Amerika Serikat –bukan karena barangnya habis, melaiinkan mereka salah meletakkannya (dalam ruangan belakang, daerah penyimpanan, atau di lorong yang salah). Melalui perkiraaan peneliti, pengecer-pengecer besar kehilangan 10% sampai 25% dari keuntungan totalnya karena catatan-catatan persediaan yang buruk atau tidak akurat.
2.3 Model-model Persediaan
Sekarang, kita melihat bergam model persediaan dan biaya terkait dengan persediaan.
2.3.1 Permintaan Independen versus Permintaan Dependen
Model-model kontrol persediaan mengasumsikan bahwa permintaan untuk sebuah barang independen dari atau dependen pada permintaan akan barang lain. Sebagai contoh, permintaan untuk kopi independen terhadap permintaan untuk garam. Akan tetapi, permintaan gula dependen terhadap permintaan kopi.
2.3.2 Biaya Penyimpanan, Pemesanan, dan Penyetelan
Biaya penyimpanan (holding cost) mencakup biaya dengan menyimpan persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Tabel di bawah ini akan menunjukkan jenis-jenis biaya yang harus dievaluasi untuk menentukan besarnya biaya penyimpanan. Banyak perusahaan yang tidak berhasil menyertakan semua biaya penyimpanan persediaan. Akibatnya, biaya penyimpanan persediaan sering ditetapkan kurang dari sebenarnya.
2.3.3 Menentukan Biaya Penyimpanan Persediaan
Tabel 2.1 Biaya penyimpanan persediaan
Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya. Ketika pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagan dari biaya penyetelan. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan pembayaran elektronik.
Dalam banyak lingkungan kerja, biaya penyetelan sangatlah berkatan dengan waktu penyetelan (setup time). Penyetelan biasanya memerlukan sejumlah pekerjaan yang harus dilakukan sebelum penyetelan benar-benar dimulai di pusat kerja. Dengan perencanaan yang tepat, banyak persiapan yang diperlukan untuk melakukan sebuah penyetelan dapat dilakukan tanpa harus mematikan mesin atau proses. Dengan demikian, waktu penyetelan cukup banyak yang dikurangi. Mesin-mesin dan proses-proses yang secara tradisional akan memakan waktu berjam-jam untuk dipasang, sekarang dapat dipasang dalam waktu kurang dari satu menit seiring dengan semakin imajinatifnya pabrik-pabrik kelas dunia. Mengurangi waktu penyetelan adalah cara yang sangat baik untuk mengurangi investasi persediaan dan meningkatkan produktivitas.
2.4 Model-Model Persediaan Untuk Permintaan Independen Berikut ini adalah tiga model permintaan independen:
1. Model kuantitas pesanan ekonomis yang mendasar.
2. Model kuantitas pesanan produksi.
3. Model diskon kuantitas.
2.4.1 Model Kuantitas Pesanan Ekonomis
Adalah salah satu teknik control persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi:
- Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
- Waktu tunggu diketahui dan konstan.
- Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya.
- Tidak tersedia diskon kuantitas.
- Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapakan atau melakukan pemesanan dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
- Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Kuantitas Tingkat penggunaan
pesanan = Q
Persediaan rata-rata yang tersedia (Q
2)
Persediaan minimum
0 Waktu
Gambar 2.1. Penggunaan Persediaan dalam Waktu Tertentu
Pada gambar diatas, Q mempresentasikan jumlah yang dipesan. Jika jumlah ini sebanyak X buah, maka sejumlah X buah itu tiba pada satu waktu (ketika pesanan diterima). Jadi, tingkat persediaan melompat dari 0 ke X buah dalam waktu sesaat. Secara umum, sebuah tingkat persediaan meningkat dari 0 ke Q unit ketika suatu pesanan tiba.
Karena permintaan bersifat konstan sepanjang waktu, persediaan menurun pada laju yang sama sepanjang waktu. Setiap kali persediaan mencapai 0, pesanan varu dibuat serta diterima, dan tingkat persediaan melompat lagi ke Q unit. Proses ini terus berputar sepanjang waktu.
2.4.2 Meminimalkan Biaya
Model persediaan umumnya meminimalkan biaya total. Biaya paling signifikan adalah biaya penyetelan dan biaya penyimpanan. Jadi, jika kita meminimalkan biaya penyetelan dan biaya penyimpanan maka biaya total akan menjadi minimal. Seiring dengan meningkatnya kuantitas yang dipesan, maka jumlah pemesanan per tahunnya akan menurun. Namun, seiring dengan meningkatnya kuantitas pesanan, biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah persediaan rata-rata yang harus diurus lebih banyak.
Dengan model EOQ, kuantitas pesanan optimal akan muncul pada satu titik dimana biaya penyetelan totalnya sama dengan biaya penyimpanan total. Dengan menggunakan variabel- variabel berikut kita dapat menentukan biaya penyetelan dan penyimpanan dan menyelesaikan untuk Q*.
Q = Jumlah unit per pesanan
Q* = Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan S = Biaya penyetelan atau pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan atau penyimpana per unit per tahun
1. Biaya penyetelan per tahun =
(
Jumlah pemesananper tahun
)
x(
Biaya penyetelan atau pesanan per pesanan)
=
(
Permintaan TahunanJumlah unit dalam setiap pesanan
)
(
Biaya penyetelan atau pesanan per pesanan)
=
(
QD)
(S) = DQs 2. Biaya penyimpanan tahunan= (Tingkat persediaan rata-rata) x (Biaya penyimpanan per unit per tahun)
= Kuantitas Pesanan
2 (Biaya penyimpanan per unit per tahun)
=
(
Q2)
(H) = Q2 H3. Kuantitas pesanan optimal ditemukan saat biaya penyetelan tahunan sama dengan biaya penyimpanan tahunan, yaitu:
(
QD)
(S) = Q2 H4. Untuk menyelesaikan Q*
2DS = Q2H Q2 = 2DS H Q¿ =
√
2HDS2.4.3 Model Robust
Salah satu keuntungan model EOQ adalah model Robust. Model ini memberikan jawaban yang memuaskan, bahkan dengan variasi yang cukup besar dalam parameter-parameternya.
Dalam model ini, biaya total dari EOQ hanya mengalami sedikit perubahan di sekitar nilai minimumnya. Variasi dalam biaya penyetelan, biaya penyimpanan, permintaan atau bahkan EOQ menghasilkan selisih yang relatif kecil dalam biaya total.
2.4.4 Titik-titik Pemesanan Ulang
Waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah pesanan, disebut waktu tunggu atau waktu pengantaran, bisa selama beberapa jam atau beberapa bulan. Jadi keputusan kapan harus memesan biasanya dinyatakan dengan sebuah titik pemesanan ulang (reoder point- ROP), yaitu tingkat persediaan dimana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.
ROP = (Permintaan per hari) x (Waktu tunggu untuk pesanan baru dalam hari)
= d x L
Persamaan ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan. Ketika kasusnya tidak seperti ini, persediaan tambahan (persediaan pengaman/safety stock) haruslah ditambahkan
d = D
Jumlah hari kerja dalam satutahun 2.4.5 Model Kuantitas Pesanan Produksi
Model kuantitas pesanan produksi adalah sebuah teknik kuantitas pesanan yang diterapkan untuk pesanan-pesanan produksi. Model ini berguna ketika persediaan menumpuk secara berkelanjutan selama waktu tertentu, dan saat asumsi kuantitas peranan ekonomi tradisional.
Q = jumlah unit per pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per tahun p = laju produksi harian
d = laju permintaan harian atau laju penggunaan t = lamanya produksi berjalan dalam hari
S = biaya pemesanan atau penyetelan per pesanan atau per penyetelan Biaya penyetelan = (D/Q)S
Biaya penyimpanan = ½ HQ[1 – (d/p)]
Biaya pemesanan dibuat sama dengan biaya penyimpanan untuk mendapatkan Qp : D
QS=1
2HQ
[
1−(
dp) ]
Q² =
2DS H[1−
(
dp)
]Qp =
√
H[1−2DS(
dp)
]2.4.6 Model Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas adalah potongan harga untuk barang yang dibeli dalam jumlah besar.
Pertukaran utama ketika mempertimbangkan diskon kuantitas adalah antara biaya produk yang berkurang dan biaya penyimpanan yang bertambah.
Biaya total = Biaya penyetelan + Biaya penyimpanan + Biaya produk TC = D
Q S + Q
2 H + PD Q = kuantitas yang dipesan
D = permintaan tahunan dalam unit
S = biaya pemesanan atau penyetelan per pesanan atau per penyetelan P = biaya per unit
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Karena ada beberapa diskon, ada 4 langkah yang dilibatkan dalam menentukan kuantitas yang akan meminimalkan biaya persediaan tahunan totalnya.
Langkah 1: untuk setiap diskon hitunglah nilai untuk ukuran pesanan optimal Q* dengan menggunakan persamaan berikut.
Q* =
√
2IPDSLangkah 2 : untuk diskon berapa pun, jika kuantitas pesanannya terlalu rendah untuk mendapatkan diskon, sesuaikan kuantitas pesanan ke atas ke kuantitas terendah yang akan memenuhi dsikonnya.
Angka Diskon
Kuantitas Diskon Diskon % Harga Diskon (P)
1 0 sampai 999 Tdk ada diskon $5,00
2 1.000 sampai 1.999 4 $4,80
3 2.000 dan selebihnya 5 $4,75
Tabel 2.2 Contoh biaya diskon pembelian material
Langkah 3 : Dengan menggunakan persamaan biaya total sebelumnya, hitung biaya total untuk setiap Q* yang ditentukan pada langkah 1 dan 2. Jika harus menyesuaikan Q* ke atas
karena Q* berada di bawah rentang kuantitas yang diizinkan, pastikan menggunakan nilai yang telah disusaikan untuk Q*.
Langkah 4 : Pilih Q* yang menghasilkan biaya total terendah yang telah dihitung pada langkah 3. Ini adalah kuantitas yang akan meminimalkan biaya totalnya.
2.5 Model Probabilistik dan Persediaan Pengaman
Model probabilistik adalah sebuah model statistik yang dapat digunakan ketika permintaan produk atau variabel lainnya tidak dikietahui, tetapi dapat di spesifikasikan dengan menggunakan sebuah distribusi probabilitas.
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen adalah menjaga tingkat pelayanan yang cukup dalam menghadapi permintaan yang tidak pasti. Tingkat pelayanan adalah komplemen dari probabilitas kehabisan persediaan. Permintaan yang tidak pasti meningkatkan kemungkinan kehabisan persediaan. Salah satu metode untuk mengurangi kehabisan persediaan adalah menyimpan unit-unit tambahan dalam persediaan. Persediaan seperti ini biasanya disebut persediaan pengaman. Ini melibatkan penambahan sejumlah unit sebagai penyangga sampai ROP.
Disertakannya persediaan pengaman (ss) mengubah persamaannya menjadi : ROP = d x L + ss
d = permintaan harian
L = waktu tunggu pesanan, atau jumlah hari kerja yang dibutuhkan untuk mengantarkan sebuah pesanan
Jumlah persediaan pengaman yang dijaga bergantung pada biaya yang ditimbulkan jika terjadi kehabisan persediaan dan biaya penyimpanan persediaan tambahan. Biaya kehabisan persediaan tahunan dihitung sebagai berikut.
Biaya kehabisan persediaan tahunan = Jumlah kekurangan unitnya untuk setiap tingkat permintaan x Probabilitas tingkat permintaan tersebut x Biaya kehabisan persediaan/unit x Jumlah pesanan per tahun
Ketika kita sulit atau tidak mungkin menentukan biaya karena kehabisan persediaan, seorang manajer mungkin memutuskan untuk mengikuti kebijakan menjaga persediaan
pengaman yang cukup untuk memenuhi tingkat pelayanan pelanggan yang telah ditentukan.
Dengan mengasumsikan bahwa permintaan selama waktu tunggu (periode pemesanaan ulang) mengikuti kurva normal, hanya mean dan standar deviasi yang diperlukan untuk menentukan kebutuhan persediaan untuk tingkat pelayanan yang ditentukan. Data penjualan biasanya cukup untuk menghitung mean dan standar deviasinya.
ROP = permintaan yang diperkirakan selama waktu tunggu + Z dLT σ¿¿
Z = jumlah standar deviasi
σdLT = standar deviasi dari permintaan selama waktu minggu 2.5.1 Model-model Probabilistik Lainnya
Jika data pada waktu tunggu tidak diketahui, rumus-rumus tersebut tidak dapat digunakan. Walaupun demikian, ada tiga model yang dapat digunakan. Kita perlu menentukan model yang harus digunakan untuk tiga situasi :
1. Permintaannya variabel dan waktu tunggunya konstan 2. Waktu tunggunya variabel dan permintaannya konstan 3. Permintaan dan waktu tunggunya variabel
Rumus :
1. Permintaan Variabel dan Waktu Tunggunya Konstan (ketika hanya ppermintaannya yang bersifat variabel), maka:
ROP = (Permintaan harian rata-rata x Waktu tunggu dalam hari) + Z σdLT
σdLT = Standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu = σd
√
Waktutunggu= σd Waktu tunggu
σd = Standar deviasi dari permintaan perhari
2. Waktu Tunggunya Variabel dan Permintaannya Konstan (ketika permintaannya konstan dan hanya waktu tunggunya yang variabel), maka :
ROP = (Permintaan harian x Waktu tunggu rata-rata dalam hari) + Z (Permintaan hari) x σ¿
σ¿ = Standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
3. Permintaan dan Waktu Tunggunya Variabel (ketika permintaan dan waktu tunggunya variabel), maka :
ROP = (Permintaan harian rata-rata x Waktu tunggu rata-rata) + Z σ¿ σd = Standar deviasi dari permintaan per hari
σ¿ = Standar deviasi dari waktu tunggu dalam hari
σdLT =
Waktutunggurata−rata x σd2
¿¿
√¿
2.6 Sistem Periode Tetap
Model-model persediaan yang telah kita pertimbangkan sejauh ini adalah sistem kuantitas tetap atau sistem Q. Artinya, jumlah tetap yang sama ditambahkan pada persediaan setiap kali sebuah pesanan untuk sebuah barang ditempatkan.
Untuk menggunakan model kuantitas tetap, persediaan harus dipantau secara berkelanjutan. Ini disebut sistem persediaan perpetual. Setiap kali barang ditambahkan atau diambil dari persediaan, catatan harus diperbarui untuk menjamin ROPnya belum tercapai.
Pada sistem periode tetap atau sistem P, di lain pihak, persediaan di pesan pada akhir periode tertentu. Barulah dan hanya jika demikian, persediaan yang akan dihitun. Jumlah yang dipesan hanyalah sebanyak yang diperlukan untuk mencapai tingkat target yang telah ditentukan.
Sistem-sistem periode tetap memiliki beberapa asumsi yang sama seperti sistem kuantitas tetap EOQ dasar.
Biaya biaya yang relevan hanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
Waktu tunggu diketahui
Barang-barang saling independen.
BAB II
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa yang kami lakukan pertama adalah dengan membandingkan data-data manajemen inventory dari ketiga perusahaan PLN UP3 Bali Utara, Badak LNG dan PT KAI di masing-masing permodelan yang sudah dibuat. Berikut data yang sudah di klasifikasikan di masing-masing permodelan menggunakan perhitungan yang ada.
3.1 Analisis ABC