• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE PADA MIKROTIK SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE PADA MIKROTIK SEBAGAI "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE PADA MIKROTIK SEBAGAI

OPTIMALISASI BANDWITDH

Indra Apriyadi1, Rangga Sanjaya2, Ali Akbar Rismayadi3

1Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas BSI Bandung Jl. Sekolah Internasional No.1-6 Antapani, Bandung

http://universitas.bsi.ac.id [email protected]

2 Fakultas Teknik Universitas BSI Bandung Jl. Sekolah Internasional No.1-6 Antapani, Bandung

http://universitas.bsi.ac.id [email protected]

3 Fakultas Teknik Universitas BSI Bandung Jl. Sekolah Internasional No.1-6 Antapani, Bandung

http://universitas.bsi.ac.id [email protected]

Abstrak

Pada SMK UT PGII, penggunaan internet seperti browsing informasi, dan download data pada lingkungan sekolah ini digunakan tidak semestinya, sehingga alokasi bandwitdh yang dipakai tidak optimal dalam pemakaiannya menjadikan sarana belajar mengajar menjadi tidak berjalan baik, maka batasan bandwidth pada router mikrotik diperlukan dalam penerapan nya.

Dengan menggunakan konfigurasi simple queue pada router menjadikan pembagian bandwidth dapat di kontrol setiap client sehingga dapat memberikan prioritas yang berbeda setiap client nya.

queue tree dengan konfigurasi nya yang dapat membatasi bandwidth dengan pemisahan setiap paket upload dan download maka pembagian prioritas bisa lebih efisien pada pemilihan paket tersebut. Dengan membandingan kedua konfigurasi tersebut, dapat di simpulkan dengan menggunakan konfigurasi queue tree menjadi batasan bandwidth yang ideal pada penerapan di SMK UT PGII.

Kata kunci: bandwidth, Mikrotik, Queue.

1. Pendahuluan

Saat ini, internet telah menjadi kebutuhan yang pokok bagi organisasi.

Berbagai teknologi yang ada pada jaringan internet sudah mulai diimplementasikan pada organisasi (Kuswanto, 2013). Fungsi internet dapat dilihat pada perusahaan swasta seperti perusahaan yang bergerak di bidang jasa, telekomunikasi, perbankan.

Selain itu di instansi pemerintahan, internet juga sudah menjadi sebuah kebutuhan untuk hal marketing, edukasi, multimedia contohnya di bidang pertahanan Negara, bidang teknologi informasi, bidang pendidikan dan lain – lainnya. Di bidang pendidikan, internet biasa diterapkan para guru dan siswa untuk menunjang proses pembelajaran dengan sistem online

sehingga guru mengakses di sekolah daripada menggunakan sistem intranet (Ganis, Shinta, & Efendi, 2013).

Semakin berkembangnya teknologi dan semakin dibutuhkan kecepatan informasi yang tepat serta cepat sehingga kecepatan informasi berbanding lurus dengan kecepatan akses internet yang disediakan. Selain harus memperhitungkan faktor kegagalan sistem, keamanan skalabilitas, network yang baik juga menghitungkan kualitas atau jaminan terhadap layanan yang diberikan user atau client (Rifai B. , 2017).

Sekolah Menengah Kejuruan Unggulan Terpadu Persatuan Guru Islma Indonesia Bandung atau SMK UT PGII merupakan

(2)

salah satu unit sekolah dibawah Yayasan Pendidikan PGII selain dari empat unit lainnya yaitu Sekolah Menengah Pertama PGII 1 Bandung, Sekolah Menengah Atas PGII 1 Bandung, SMP PGII 2 Bandung dan SMA PGII 2 Bandung. Dengan menggunakan ISP IndieHome dengan bandwidth up-to 20 Mbps menjadikan kebutuhan jaringan internet begitu penting di SMK UT PGII untuk menunjang sistem belajar dan mengajar dalam mendapatkan informasi yang di perlukan terutama untuk kecepatan internet.

Penggunaan Internet di lingkungan sekolah saat ini memiliki mobilitas yang sangat tinggi, baik digunakan untuk browsing informasi, dan download data. Kegiatan yang dipaparkan tersebut merupakan kegiatan Internet aktif yang dapat mengakibatkan sistem pembagian bandwidth tidak merata dan bandwidth yang terpakai tidak efektik yang terkadang pemakai kebanyakan kalangan siswa bukan staf SMK UT PGII karena belum menggunakan salah satu penggunaan Internet yang optimum dipergunakan sebuah simulasi untuk rancang bangun jaringan menggunakan Mikrotik router OS dan menggunakan tools yang terdapat dalam Mikrotik router OS untuk penghitungan jumlah paket yang dikirim dan jumlah paket yang diterima (Syaifuddin, Yunus, & Sundari, 2013).

Koneksi Internet yang cepat dan stabil digunakan untuk proses download materi dalam pembelajaran baik untuk guru maupun siswa, Simple queue dapat mencegah pengguna untuk menggunakan bandwidth yang berlebihan sehingga dapat menganggu pengguna lain untuk terkoneksi di Internet. (Prasetyo & Affandi, 2015).

Sering kali pada saat line bandwidth yang berjumlah lebih dari satu bila trafik tidak diatur maka jaringan akan overload, dengan queue tree pembagian bandwidth user lebih maksimal (Sasono, Setiawan, & Niswati, 2014)

Manajemen bandwidth dibutuhkan SMK UT PGII, untuk memberikan kelancaran penggunaan fasilitas Internet. Dengan adanya kondisi tersebut maka jaringan komputer di SMK UT PGII akan memiliki client - client yang menggunakan koneksi internet. Berdasarkan pada uraian di atas penulis tertarik membuat sebuah penelitian dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN SIMPLE QUEUE DAN QUEUE TREE

PADA MIKROTIK UNTUK OPTIMALISASI BANDWIDTH DI SMK UT PGII”.

2. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan merupakan metode analisa penelitian dan metode pengumpulan data sebagai berikut :

2.1 Analisa Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, telah didapatkan beberapa analisa seperti Analisa Kebutuhan, Testing, Desain dan Implementasi sebagai berikut :

Analisis Kebutuhan

Menganalisis kebutuhan untuk melakukan manajemen bandwidth seperti kebutuhan perangat keras (hardware), perangkat lunak (software), data kecepatan koneksi internet dan koneksi internet itu sendiri.

Desain

Tahapan ini menggambarkan tentang topologi dan skema jaringan awal serta jaringan usulan di SMK UT PGII dimana pada jaringan usulan proses manajemen bandwidth menggunakan simple queue dan queue tree untuk optimalisasi bandwidth.

Testing

Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil dari pengembangan dan pebandingan manajemen bandwidth jaringan komputer di SMK UT PGII menggunakan jaringan usulan melalui quality of service (QOS).

Implementasi

Setelah melakukan pengujian maka selanjutnya melakukan implementasi dimana tahapan ini menunjukan hasil perbandingan kedua metode tersebut lalu bagaimana penerapan desain dari salah satu metode yang dapat di terapkan dengan baik, sehingga menghasilkan sebuah simulasi jaringan komputer dengan aplikasi yang dipakai.

2.2 Metode Pengumpulan Data Dalam metode ini, terdapat beberapa pengumpulan data yang secara umum dilakukan antara lain :

Observasi

melakukan pengamatan dan

pengembangan pada skema jaringan di SMK UT PGII.

Wawancara

Melakukan wawancara dengan staf SMK UT PGII dan jajarannya yang terkait dengan jaringan komputer, serta orang-orang yang

(3)

berkompeten pada teknologi jaringan komputer.

Studi Pustaka

Pada tahapan studi pustaka penulis mencari data-data yang relevan diperoleh dari buku, jurnal, ebook dan website yang dapat menunjang dalam penyusunan skripsi ini.

3. Pembahasan

Pada bagian ini, diterangkan landasan yang menjadikan dasar atas penulisan ini dan pada saat yang sama menjelaskan skema topologi jaringan usulan dengan membandingankan simple queue dan queue tree serta hasil skema tersebut.

3.1 Simple Queue dan Queue Tree a. Simple Queue

Simple queue merupakan metode untuk melakukan manajemen bandwidth secara sederhana. Konfigurasi queue yang di lakukan simple queue tetap menggunakan Hierarchical token bucket sebagai metode utama. Simple queue tidak melakukan queue secara fisik melainkan akan melakukan queue pada interface virtual (Towidjojo, 2016).

b. Queue Tree

Queue tree adalah konfigurasi yang bersifat one way, ini berarti sebuah konfigrasi queue hanya mampu melakukan queue tehadap satu arah jenis trafik, maka tidak dapat melakukan konfigurasi download dan upload secara bersamaan dalam satu konfigurasi.

Dengan melakukan konfigurasi marking packet pada firewall mangle metode ini diarasa cukup kompleks (Towidjojo, 2016).

3.2 Skema Jaringan

Berikut merupakan gambar dari skema jaringan yang penulis buat dengan menerapkan dan membandingakan simple queue dan queue tree.:

Gambar 1. Skema Jaringan 3.3 Rancangan Jaringan

Pada tahapan rancangan aplikasi, penulis melakukan konfigurasi pada mikrotik routerOs menggunakan fitur Command Line Interface (CLI) dan winbox yang berfungsi sebagai aplikasi untuk monitoring konfigurasi di mikrotik berbasis GUI (Graphic User Interface).

a. IP Address

Langkah awal dalam rancangan aplikasi adalah konfigurasi IP Address, penting nya konfigurasi tersebut agar setiap client dan router mendapat kan identitas yang berbeda dan agar dapat terhubung ke koneksi internet.

Konfigurasi ip address pada router 1 dan router 2.

Gambar 2. konfigurasi ip address pada router 1

Konfigurasi ip address yang pertama di lakukan pada interface ether1 router 1 dengan ip kelas c 192.168.1.1/24.

Gambar 3. konfigurasi ip address pada router 2

Pada konfigurasi router 2 pada ether2 dengan ip kelas c 192.168.1.2/24.

Konfigurasi ini berfungsi sebagai identitas router yang nantinya akan saling terhubung nya 2 router.

Konfigurasi ip address untuk client pada router 1 dan router 2

Gambar 3 konfigurasi ip address untuk client pada router 1

Selanjutnya konfigurasi Ip address yang di dapat kan oleh client pada router 1 dengan ip kelas a 10.10.10.1/24.

Gambar 4 konfigurasi ip address untuk client pada router 2

(4)

pada interface ether2 dan ip address pada router 2 kelas a 20.20.20.1/24 pada interface ether2.

Gambar 5 konfigurasi ip address agar terkoneksi internet pada router 1 Lalu pada interface ether3 memasukan ip address 192.168.137.2/24 agar router terhubung ke internet melalui modem.

b. Konfigurasi routing

Selanjutnya agar setiap client yang berbeda router dapat terhubung dengan langkah routing.

Gambar 6. konfigurasi routing pada router 1 Dengan routing static pada router 1 dengan memasukan network yang dituju yaitu pada router 2 dan gateway pada router 2.

Gambar 7. konfigurasi routing pada router 2 Begitu juga dengan router dua dengan memasukan network pada router 1 dan gateway pada router 1.

c. Konfigurasi gateway

Agar semua client dapat terhubung pada internet maka menambah kan gateway.

Gambar 8. konfigurasi gateway pada router 1

pada konfigurasi ini pada router 1 dapat langsung terhubung internet dengan melalui interface ether3 dengan ip address 192.168.137.1.

Gambar 9. konfigurasi gateway pada router 2

Pada router dua agar dapat terhubung internet harus melalui router 1 baru bisa langsung terhubung internet dengan memasukan ip gateway router 1 dengan ip 192.168.1.1.

d. Konfigurasi dns server

Konfigurasi ini akan menjadikan router sebagai dns server, yang menjadikan client yang melakukan koneksi internet langsung di arahkan router tanpa harus meminta dns google melaui isp.

Gambar 10. konfigurasi dns server pada router 1

dengan memasukan ip pada modem dan dns google sebagai dns server pada router 1.

Gambar 11. konfigurasi dns server pada router 2

Pada router 2 pun sama memasukan ip pada modem dan dns google sebagai dns server pada router 2.

e. Konfigurasi firewall NAT

Konfigurasi NAT digunakan agar perangkat yang ada di dalam jaringan atau jalur yang ada di dalam jaringan dapat terhubung dengan internet.

Gambar 12 konfigurasi firewall NAT pada router 1

dengan konfigurasi firewall NAT maka client pada router 1 akan mendapat kan koneksi internet melewati interface ether3.

Gambar 13 konfigurasi firewall NAT pada router 2

Begitu juga dengan router 2 client akan mendapatkan koneksi internet melewati interface ether1.

f. Konfigurasi simple queue

Konfigurasi di mulai dengan memasukan max-limit 1 Megabytes untuk upload dan 1 Megabytes untuk download pada interface sebagai parent dengan mana limit-all yang merupakan alokasi maksimum bandwidth yang di terima router 1 dari internet provider.

(5)

Gambar 14. konfigurasi max-limit pada router 1

Begitu juga pada router 2 pun sama memasukan max-limit 1 megabytes untuk upload dan download pada parent limit-all.

Gambar 15. konfigurasi max-limit pada router 2

Lalu melakukan konfigurasi limit kepada setiap client dengan setiap limit -at mendapat kecepatan upload sebesar 128 kilobytes dan download sebesar 128 kilobytes bila aktifitas internet sangat sibuk.

Dengan parameter priority yang berbeda pada client 1 menggunakan parameter priority yang lebih baik dengan client ke 2.

Gambar 16. konfigurasi simple queue priority pada router 1

konfigurasi simple queue dilakukan pada router 1 interface ether2 dengan prefix 10.10.10.0/24 dan router 2 interface ether2 dengan prefix 20.20.20.0/24.

Gambar 17. konfigurasi simple queue priority pada router 2

g. Konfigurasi queue tree

Pada tahap konfigurasi queue tree ini terdapat langkah-langkah sebagai berikut :

Konfigurasi Mangle

Konfigurasi ini sangat di perlukan untuk menandai sebuah packet data sehingga memiliki identitas tersendiri pada router.

Dengan memulai pada bagian chain dengan mengisikan forward yang berfungsi menandai trafic keluar masuk pada interface. Dengan mengisikan protokol tcp lalu mengisikan src-address 10.10.10.0/24 pada interface ether2 dimana akan menandai network mana yang akan di tandai lalu penambahan connection-bytes untuk

pengurangan kecepatan koneksi internet jika melebih batas yang telah di tentukan pada trafic berat. pada konfigurasi trafic ringan di bedakan dari tidak ada nya batasan pada connestion-byte lalu protokolpun tidak digunakan dikarenakan ini untuk menandai koneksi internet yang tidak memakan bandwitdh banyak.

Gambar 18. konfigurasi firewall mangle trafic berat dan ringan pada router 1 Konfigurasi tersebut diterapkan juga pada router 2 dengan src-address 20.20.20.0/24 pada interface ether2.

Gambar 19. konfigurasi firewall mangle trafic berat dan ringan pada router 2 Konfigurasi pada queue tree

Gambar 20. konfigurasi queue tree pada router 1

Pada tahap konfigurasi ini akan di bedakan pada kondisi download dan upload, konfigurasi download pada ether2 diberi alokasi bandwitdh sebesar 1 Megabytes apabila melakukan aktifitas download yang wajar akan mendapat alokasi bandwitdh hingga 1 Megabytes tetapi jika melebihi aturan mangle yang sudah di buat sebelum nya yaitu melakukan atifitas download yang melebihi 5 Megabytes maka akan mendapat pembatasan bandwidth sebesar 512 kilobytes saja. Parameter priority dibuat

(6)

berbeda antara interface ether2 pada parent total-download yang mendapat priority 7.

Begitu pula hal upload pun sama hanya saja untuk konfigurasi upload pada interface ether3 pada parent total- upload nilai priority 8.

Gambar 21. konfigurasi queue tree pada router 2

Pada konfigurasi pada router 2 terdapat perbedaan pada aktifitas download ringan dan berat dengan nilai priority 7 sedangkan untuk aktifitas upload mendapat nilai priority 8.

3.4 Pengujian Jaringan

Pengujian jaringan ini melakukan tes aktifitas browsing, download dan speed test pada client. Pengujian ini membandingkan simple queue dan queue tree yang bertujuan melihat queue mana yang lebih baik dalam kinerja nya. berikut ini hasil pengujian simple queue dan queue tree :

a. Simple Queue

Berikut ini hasil aktifitas speed test, browsing, dan download dengan konfigurasi simple queue.

Speed Test

Gambar 22. hasil speed test simple queue pada router 1

Dari pengujian simple queue di atas terlihat besaran download sebesar 1,13Mbps pada router pertama dan 1.22Mbps pada router 1.

Gambar 23. hasil speed test simple queue pada router 2

lalu besaran upload 2.57Mbps pada router 1 dan 1.94Mbps pada router 2. Terlihat hanya besaran download saja yang sesuai dengan besaran batasan pada konfigurasi router sedangkan besaran upload melebihi batasan pada konfigurasi pada router.

Browsing dan download

Gambar 24. aktifitas browsing pada client 1 Dari pengujian di atas dilakukan secara bersamaan aktifitas browsing pada client 1 dengan nilai prioritas yang lebih tinggi dengan angka 7, ini membuat aktifitas browsing pada client 1 tidak ada kendala.

Gambar 25 aktifitas download pada client 2 Lalu download pada client 2 lalu nilai prioritas dengan angka 8, aktifitas download

(7)

pun terhenti. Ini karena pada router yang menerima paket dari client akan memilih nilai prioritas yang lebih tinggi untuk melanjutkan ke internet dan nilai prioritas yang lebih rendah akan masuk antrian hingga membuat koneksi internet terhenti sejenak.

Winbox

Gambar 26. winbox pada simple queue Terlihat dari aplikasi winbox terlihat pada client 2 di tandai warna kuning karena melakukan aktifitas download sedangkan client di tandai warna hijau karena tidak melakukan aktifitas internet yang berat.

b. Queue tree

Berikut ini hasil aktifitas speed test, browsing, dan download dengan konfigurasi queue tree.

Speed Test

Gambar 27. hasil speed test queue tree pada router 1

Dari hasil pengujian queue tree di atas pada router 1 didapat besaran download 1.06Mbps dan pada besaran upload pada router 1 didapat 1.54Mbps.

Gambar 28. hasil speed test queue tree pada router 2

pada router 2 dengan besaran download 1.07Mbps, dan pada router 2 didapat besaran upload 1.82Mbps. dari hasil ini terlihat besaran download telah sesuai dengan konfigurasi queue tree, lalu untuk besaran upload didapat melebihi dari konfigurasi sebelum nya namun tidak secara signifikan.

Browsing dan download

Gambar 29 aktifitas browsing pada client 1 pada client 1 terihat saat melakukan browsing terjadi kendala sesaat client dua melakukan download pada gambar 30.

Gambar 30 aktifitas download pada client 2 sebelum melebihi 5Mb

(8)

dari gambar 30 terlihat aktifitas download sebelum mencapai angka 5 Megabytes kecepatan download di dapat tidak di batasi.

Gambar 31. aktifitas browsing pada client 1 Dari gambar 31 terlihat aktifitas browsing mulai tidak mengalami kendala.

Gambar 32 aktifitas download pada client 2 setelah melebihi 5Mb

Pada gambar 32 kecepatan mulai di batasi karena mulai di batasi karena sudah melebihi angke 5 Megabytes.

Winbox

Gambar 33. winbox pada queue tree Pada aplikasi winbox terlihat aktifitas download yg ditandai warna merah pada paket trafic berat karena salah satu client melakukan aktifitas download file yang melebihi angka 5Mb.

c. Hasil perbandingan

Berikut ini tabel perbandingan dari penggunaan konfigurasi simple queue dan queue tree.

Speed Test

Tabel 1. Tabel Speed Test Konfigurasi Router

Nilai upload (Mbps)

Nilai download

(Mbps) Simple

Queue

1 1.13 2.57

2 1.22 1.94

Queue Tree

1 1.06 1.54

2 1.07 1.82

Dari hasil speed test pada tabel di atas, dengan ditandai warna merah pada besaran speed test merupakan besaran yang mendekati besaran konfigurasi awal yaitu 1 Megabytes.

Priority

Tabel 2. tabel Priority Konfigurasi Priority

Simple queue

Dapat di bedakan setiap client nilai

priority

Queue tree

Dapat di bedakan nilai priority pada

packet parent

Dapat di simpulkan dari hasil perbandingan di atas bahwa manajemen bandwitdh yang baik adalah yang dapat sesuai dengan

(9)

konfigurasi pada router, dan parameter priority menjadi hal penting untuk konfigurasi ini mengingat ada beberepa client yang di butuhkan untuk mendapat prioritas yang lebih baik dari client yang lainnya.

4. Kesimpulan

Dengan berkembang pesat nya penggunaan internet khususnys pada SMK UT PGII, penggunaan internet seperti browsing informasi, dan download data pada lingkungan sekolah ini digunakan tidak semestinya, sehingga alokasi bandwitdh yang dipakai tidak optimal dalam pemakaiannya menjadikan sarana belajar mengajar menjadi tidak berjalan baik. Untuk mengatasi masalah tersebut dengan perbandingan konfigurasi batasan bandwidth pada router mikrotik bisa menjadi solusi batasan bandwidth yaitu menggunakan simple queue dan queue tree.

Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Dengan analisa jaringan awal maka pada jaringan usulan melakukan expand jaringan dengan menghubungkan 2 gedung sekolah.

b. Solusi yang di dapat berupa membatasi bandwidth berlebih pada penggunaannya.

c. Dengan ISP yang sudah di pasang lalu dengan melakukan manajemen bandwidth pada SMK UT PGII maka sangat optimal dengan kecepatan internet yang merata.

d. Pada simple queue maka prioritas dapat di atur setiap client nya sedangakan queue tree prioritas dapat di atur pada packet seperti download dan upload.

e. Dari hasil speed test dan parameter priority maka penggunaan queue tree lebih efektif pengguaannya daripada simple queue.

5. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di SMK UT PGII, penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut :

a. Untuk memudahkan manajemen bandwitdh dan pemerataan koneksi internet maka penggunaan konfigurasi queue tree pada router mikrotik lebih cocok pada SMK UT PGII dengan jumlah client yang tidak sedikit dan tidak menentu.

b. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan manajemen bandwidth

dengan menggunakan metode per- connection queue.

c. Memperluas jangkauan jaringan tidak hanya menghubungkan antar 2 gedung.

d. Menambahkan keamanan jaringan.

Referensi

Ganis, L. E., Shinta, Q., & Efendi, R.

(2013). IMPLEMENTASI REMOTE SITE VPN DENGAN MIKROTIK SEBAGAI SARANA UNTUK MENGAKSES PENGISIAN NILAI LHBS MENGGUNAKAN

PROTOKOL POIT TO POINT TUNNELING. Jurnal Teknologi Informasi dan komunikasi - Vol. 4 No. 1 Maret 2013.

Kuswanto, H. (2013). Implementasi Pemisahan trafik IIX dan Internasional Dengan Optimasi Bnadwidth. Techno Nusa mandiri Vol. IX No. 1, Maret 2013.

Prasetyo, Y. S., & Affandi, L. (2015).

Manajemen Bandwidth Optimalisasi Jaringan di SMK Telkom Shandy Putra malang.

Jurnal Teknologi Informasi Vol 6 NO. 1.

Rifai, B. (2017). Management Bandwidth Pada Dynamic Queue

Menggunakan Metode Per Connection Queuing. E-ISSN:

2527-4864 Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Komputer VOL. 2. NO. 2 Februari 2017.

Sasono, S. H., Setiawan, T. A., & Niswati, L. N. (2014). Optimalisasi Load Balancing dan Manajemen Bandwidth pada Mikrotik router 715g (Studi Kasus di PT. Campus Data Media Semarang). ISSN : 2252-4908 Vol. 3 No. 1 April 2014 32 - 37.

Syaifuddin, A., Yunus, M., & Sundari, R.

(2013). PERBANDINGAN

METODE SIMPLE QUEUES DAN QUEUES TREE UNTUK

OPTIMASI MANAJEMEN BANDWIDTH JARINGAN KOMPUTER DI STMIK PPKIA PRADNYA PARAMITA MALANG.

Jurnal Teknologi informasi Vol. 4 No.2 2013.

Towidjojo, r. (2016). Mikrotik kungfu kitab 3.

Jakarta: JASAKOM.COM.

(10)

Referensi

Dokumen terkait